Identifikasi Masalah Penegasan Istilah

sejarah, sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya. 6 Pendidikan Agama Islam yang berbasis Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sekarang juga banyak diterapkan baik di pendidikan formal seperti; sekolah, madrasah, universitas, pendidikan nonformal seperti; pesantren, madrasah diniyah, TPQ, dan informal seperti; senja keluarga, pengajian umum. Agar generasi remaja sebagai generasi bangsa memiliki akidah yang kuat sesuai dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan mampu mengamalkan ajaran- ajaran sesuai dengan tuntunan Nabi, serta bisa berdakwah untuk mengajak semua menjadi golongan yang selamat. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul penelitian PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH DALAM PENINGKATAN AKIDAH AKHLAK REMAJA DI DESA BUMIRESO.

B. Identifikasi Masalah

Langkah pertama memulai penulisan adalah mencari, menemukan, dan menentukan permasalahan yang akan menjadi bahan kajian penelitian. Dari uraian latar belakang, permasalahan-permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan sosial kultural, kebudayaan dan ekonomi masyarakat dalam pembentukan kepribadian remaja di desa Bumireso. 2. Bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam berbasis Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam meningkatkan akhlak remaja di desa Bumireso.

C. Penegasan Istilah

1. Pendidikan Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu Mudyaharjo, 2001:3. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan seumur hidup dikelola atas tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing- 6 Sambutan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj dalam bukunya Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunnah Wal-jama’ah, Surabaya: Khalista masing lembaga tersebut, mempunyai tanggung jawab yang terpadu dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. 7 Lingkungan keluarga adalah tempat anak dilahirkan. Di sinilah pertama kali mengenal nilai dan norma yang berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan religius. Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Di sinilah potensi anak akan ditumbuh-kembangkan. Lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga. Melalui pendidikan di masyarakat anak akan dibekali dengan penalaran, keterampilan dan sikap makarya. 8 2. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah seringkali diklaim oleh kelompok tertentu untuk suatu kepentingan. Di sini kiranya perlu dijelaskan tentang definisi dan hakikat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pertama, kata Ahl, yang berarti keluarga, pengikut atau golongan. Kedua, kata al-sunnah. Secara etimologis lughawi kata al-sunnah memiliki arti al-thariqah jalan dan perilaku, baik jalan dan perilaku tersebut benar atau keliru. Sedangkan secara terminologis, para ulama berbeda pendapat tentang pengertian al-sunnah sesuai dengan disiplin keilmuan masing-masing. Misalnya, ulama ahli hadits mengartikan sunnah dengan, “Segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW yang meliputi ucapan, perbuatan,pengakuan taqrir dan sesuatu yang bermaksud dikerjakan oleh Nabi”. Ulama ushul fiqih mengartikan sunnah dengan pengertian yang berbeda. Menurut mereka, sunnah ialah, “Sesuatu yang secara khusus datang dari Nabi Muhammad SAW, bukan al-Qur’an dan layak menjadi dalil dalam menetapkan hukum-hukum agama”. Ulama ahli fiqih mengartikan sunnah dengan pengertian yang berbeda 7 Drs. H. Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, hal 16 8 Drs. Hamdani,M.A. Dasar-dasar Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, hal 58 pula. Menurut mereka, sunnah ialah, “sesuatu yang dianjurkan dalam agama, tanpa diwajibkan dan tanpa difardhukan” Pengertian sunnah dalam istilah Ahus Sunnah wal Jama’ah, menurut al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali, “Yang dimaksud dengan kata al- sunnah oleh para ulama yang menjadikan panutan adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang selamat dari keserupaan syubhat dan syahwat”. Pernyataan Ibn Rajab tersebut memberikan kesimpulan bahwa Alhus Sunnah wal Jama’ah itu adalah golongan yang mengikuti ajaran nabi Muhammad SAW dan ajaran sahabatnya. Ketiga, kata al-jama’ah . Secara etimologis kata al-jama’ah ialah orang-orang yang memelihara kenersamaan dan kolektifitas dalam mencapai suatu tujuan. Secara terminologis, para ulama berbeda pendapat tentang pengeertian al-jama’ah dalam istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Ada lima macam menurut al-Syatibi. Pendapat pertama al-jama’ah adalah mayoritas kaum muslimin al-sawad al-a’zam. Pendapat ini diriwayatkan dari sahabat Abu Mas’ud al-Anshari dan Abdullah bin Mas’ud. Berdasarkan pendapat ini, pendapat yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin berati pendapat yang benar. Sedangkan pndapat yang menyalahi mereka, berarti menyalahi kebenaran. Pendapat kedua mengatakan bahwa maksud al-jama’ah adalah para ulama dan imam yang mencapai tingkatan mujtahid, karena Allah menjadikan mereka sebagai rujukan dan sandaran kaum muslimin dalam beragama sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits, “Dari Ibn Umar ra, dia berkata, “Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku pada kesesatan”. Kata “umat” dalam hadits di atas maksudnya adalah para ulama mujtahid, bukan orang awam, karena para ulama mujtahid yang berkompeten dalam menetapkan hukum-hukum dalm ijma’. Meski demikian, bukan berarti orang-orang awam tidak bisa masuk dalam golongan al-jama’ah di atas yang dijamin tidak akan tersesat dalam menjalani kehidupan beragama. 9 Mereka akan tetap masuk dalam golongan al-jama’ah tersebut dengan syarat mengikuti ajaran-ajaran para ulama mujtahid. Pendapat ketiga ini diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz dan Imam Malik bin Anas. Berdasarkan pendapat ini, kata aljama’ah berarti seiring dengan hadits di atas, “mereka yang mengikuti ajaranku dan ajaran sahabatku”. Pendapat ini seakan-akan ingin menegaskan bahwa semua hasil ijtihad dari para sahabat adalah hujjah secara mutlak dan harus diikuti, berdasarkan hadits- hadits yang mengharuskan kaum muslimin untuk mengikuti jejak sahabat, seperti dalam hadits, “ikutlah sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin”. Pendapat keempat mengatakan bahwa maksud al-jama’ah adalak ijma’ kaum muslimin terhadap suatu hukum dan prinsip, yang harus diikuti oleh pengikut agama-agama lain, karena ijma’ mereka dijamin oleh Allah tidak akan tersesat. Pendapat kelima adalah pendapat al-Imam al-Thabari, bahwa maksud al-jama’ah tersebut adalah jama’ah kaum muslimin apabila bersepakat dalam memlih seorang pemimpin, maka pemimpin itu harus dibai’at dan disetujui kaum muslimin yang lain, dan barang siapa yang melepaskan diri dari kepmimpinannya maka dia keluar dari jama’ah kaum muslimin. 10 Di sini makna al-jamah diartikan kembali pada ajaran yang diikuti oleh golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam memegang sunnah dan menghindari bid’ah. Menurut Sadr al-Syari’ah al-Mahbubi al-jama’ah yaitu ‘ammah al-Muslimin umumnya umat Islam dan al-jama’ah al- kasir wa al-sawad al-a’zam jumlah besar dan khalayak ramai. 11 3. Peningkatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peningkatan berarti 1 susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek 9 Muhammad Idrus Ramli, 2001, Pengantar Sejarah Aahlussunnah Wal- jama’ah, Surabaya: Khalista, hal 54 10 Ibid hal 60 11 Harun Nasution, 1972, Teologi Islam, Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, hal 64 rumah, tumpuan pada tangga jenjang: 2 tinggi rendah martabat kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dsb; pangkat; derajat; taraf; kelas. 12 4. Akidah Akhlak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akidah adalah kepercayaan dasar; keyakinan pokokkepercayaan dasar; keyakinan pokok. Sedangkan akhlak adalah budi pekerti; kelakuan 13 5. Remaja Remaja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin. 14

D. Perumusan Masalah