12
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi,
sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.
4. Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan . pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan
kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes. 5.
Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yag dapat di andalakan, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang
sama hasilnya selalu sama dan relatif sama. 6.
Tes hasil belajar di samping harus dapat di jadikan alat pengukur keberasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk menacari informasi
yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
2.9 Perencanaan Tes
2.9.1 Perencanaan Tes
Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
secara representative. Untuk itu maka peranan perencanaan dalam pengujian menjadi sangat penting. Tes tanpa rencana yang dapat dipertanggung jawabkan
dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin akan mengganggu proses pencapaian tujuan. Enam hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
tes : 1.
Pengambilan sample dan pemilihan butir soal 2.
Tipe tes yang akan digunakan 3.
Aspek yang akan diujikan 4.
Format butir soal 5.
Jumlah butir soal 6.
Distribusi tingkat kesukaran butir soal.
13
2.9.2 Pengambilan sample dan pemilihan butir soal
Tes hasil belajar achievemen te haruslah disusun atas butir-butir soal yang terpilih, yang secara akademik dapat dipertanggung-jawabkan sebagai sample
yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan perangkat tes tersebut. Proses pemilihan atau sampling butir soal itu tidak mungkin dapat
dilakukan secara acak random. Hanya seorang ahli dalam bidang studi yang tahu secara lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup respresentatif atau
tidak. Pemilihan itu dilakukan atas dasar pertimbangan pentingnya konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang diuji dalam hubungannya dengan peranannya
terhadap bidang studi tersebut secara keseluruhan. Karena itu tidak mungkin pemilihan itu dilakukan oleh awam dalam bidang studi tersebut.
Untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang penting dalam suatu bidang studi, biasanya bidang studi itu dipilah-pilah
menjadi beberapa pokok bahasan major content areasi dan sub pokok bahasan specific content areas. Tentu saja tidak perlu ada jumlah butir soal yang sama
untuk setiap pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub- pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok
bahasan atau sub-pokok bahasan tersebut. Sebagai pedoman tentang tingkat kepentingan dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi itu atau,
untuk mudahnya, keluasan pembahasan pokok bahasan dan atau subpokok bahasan atau suatu subpokok bahasan itu. Tidak ada batasan jumlah butir soal
untuk satu pokok bahasan atau suatu subpokok bahasan.
2.9.3 Tipe tes yang digunakan