Metode Tsukamoto Metode Sugeno TSK

INPUT IF - THEN IF - THEN AGREGASI DEFUZZY OUTPUT crisp Aturan-1 Aturan-n crisp fuzzy fuzzy fuzzy Gambar 2.8. Diagram Blok Sistem Inferensi Fuzzy [4] Sistem inferensi fuzzy menerima input crisp. Input ini kemudian dikirim ke basis pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF-THEN. Fire strength akan dicari pada setiap aturan. Apabila jumlah aturan lebih dari satu, maka akan dilakukan agregasi dari semua aturan. Selanjutnya, pada hasil agregasi akan dilakukan defuzzy untuk mendapatkan nilai crisp sebagai output sistem.

2.9.5.1 Metode Tsukamoto

Sistem inferensi fuzzy didasarkan pada konsep penalaran monoton. Pada metode penalaran secara monoton, nilai crisp pada daerah konsekuen dapat diperoleh secara langsung berdasarkan fire strength pada antesedennya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi pada metode penalaran ini adalah himpunan fuzzy pada konsekuennya harus bersifat monotonbaik monoton naik maupun monoton turun.

2.9.5.2 Metode Sugeno TSK

Sistem inferensi fuzzy mengguanak metode SUGENO, memiliki karakteristik yaitu konsekuen tidak merupakan himpunan fuzzy, namun merupakan suatu persamaan linear dengan variabel – variabel sesuai dengan variabel – variabel inputnya. Metode ini diperkenalkan oleh Takagi Sugeno Kang pada tahun 1985. Ada 2 model untuk sistem inferensi fuzzy dengan menggunakan metode TSK, yaitu model TSK orde-0 dan model TSK orde-1. a. Model Fuzzy Sugeno Orde - 0 Secara umum bentuk model fuzzy SUGENO Orde-0 adalah : IF x 1 is A 1 ° x 2 is A 2 ° x 3 is A 3 °…° x N is A N THEN z = k Dengan A i adalah himpunan fuzzy ke- i sebagai anteseden, ° adalah operator fuzzy seperti AND atau OR, dan k adalah suatu konstanta tegas sebagai konsekuen. b. Model Fuzzy Sugeno Orde - 1 Secara umum bentuk model fuzzy SUGENO Orde – 1 adalah : IF x 1 is A 1 °…° x N is A N THEN z = p 1 x 1 +…+ p N x N + q dengan A1 adalah himpunan fuzzy ke-I sebagai anteseden, ° adalah operator fuzzy seperti AND atau OR, p i adalah suatu konstanta tegas ke –I dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen. Proses agregasi dan defuzzy untuk mendapatkan nilai tegas sebagai output untuk M aturan fuzzy juga dilakukan dengan menggunakan rata –rata terbobot, yaitu : M ∑ α k Z k Z = K=1 M ∑ α k K=1 Keterangan : Z = nilai rata – rata terbobot α k = nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi dua himpunan fire strength Z k = nilai aturan fuzzy 46

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem systems analysis dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan- permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan- perbaikannya.

3.1.1 Analisis Masalah

Proses pengambilan keputusan penerimaan karyawan pada PT. Pindad Persero masih dilakukan secara manual, yaitu dengan mengumpulkan nilai hasil setiap seleksi kepada Pegawai Bidang Administrasi dan Keuangan lalu mereka menganalisa dan menghitung hasilnya serta mencocokkanya dengan standar nilai dan kriteria departemen tertentu. Hal ini menyulitkan PT. Pindad dalam penyeleksiannya serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menganalisisnya. Untuk memecahkan permasalahan tersebut akan dibuat sistem pendukung keputusan dari sistem yang sedang berjalan.

3.1.2 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf administrasi dan keuangan, prosedur yang terlibat pada sistem pendukung keputusan ini terdiri atas 2 prosedur, yaitu :