Penyimpangan Iklim dan Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

P
gP?P
d

BUD=

a m m a

a :=3:r3a: 3s

ABSTRAK
I

3 D Qn ,Q Q S
~

s C Sa
SQ

Q


3

Q
Q

354

Q

'

g 3 s r o
2
3 E3 Q8 s
S
2
p
3 8 ~

ERNA SIU ADENINGSIH. Penyimpangan Iklirn dm Resiko Kebakaran H u t . dan

Lahan di Sumatera.
Dibimbing oleh DANIEL MUKDlYAkSO, MAHDl
KARTASASMITA, dan HARlADI KARTODIHARDJO.
Sumatera merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang selalu mengalami
kebakaran hutan dan lahan setiap tahun. Namun pads saat tejadi penylmpgan iklim
s ~
~ . ng menyebabkan kekeringan, jum1ah kejadian kebakaran hutan d m l a b meningkat
nyata. Penyimpangan ikiim di S u m a m yaclg disebabkan oieh El Nino (ENSO)
klah dittliti, letapi penyimpangan iklirn akibat lndw Ocean Dipole Mode ( D m ,
&lum diteliti. Selain ildim, resiko kebakaran hutan dan iahan jugs dipengamhi oieh
gndisi vegetasi dan kondisi lahan. Pernasalahan kebakam hutan dan lahan ti&
&ya menyangkut aspek biofisik, tetapi juga k e b i j h . Untuk membuat kebijakan
&mg tepat, maka faktor-faktor penyebabnya perlu dianalisis dan akar masalah
IkMman hutan dan l
b pedu dirumuskm dengan tepat.
~ 5 3 Penelitian terdiri atas empat bagian yaitu (a) hubungan penyimpangan i kl im
eA
&ngan curah hujan dm indeks vegetasi, (b) hubungan antara curah hujan, indeks
iegetasi, dan penggunaan lahm dengan kebakaran hutan dan lahan, (c) model regional
e d i k s i resiko terjadinya kebakaran hutan dan I h berdasukan aspek biofisik, (d)

Galisis kebijakan dalarn kehkam hutan dan lahan. Secara keseluruhan penelitian ini
&ermjuan untuk : (1) Mengetahui hubungan antam penyimpangan iklim ENS0 dm
&ME dengan curah hujan dan indeks vegetasi di Sumatera; (2) Mengkaji keterkaitan
~ w a hhujan dan vegetasi dengan kebakaran hutan dan ,-I
(3). Mengernbangh
podel prediksi resiko k e W n hutan clan l h di Sumatera berdasarkan parameter
9iofisik; (4) Mengadisis aspek kebijakan &lam pengendahan kebakaran hutan dan
%ban di Sumatera secara terintegrasi dengan q e k biofisik.
Analisis korelasi kanonik (CCA) antam parameter ENSG dan DME dengan
curah hujan dan indeks vegetasi (NDVI) a 1 Suma~eranlenunjukkan kurelasi yang cukup
t i n e d m nyata untuk drjadib m&i pre&ksi multivariate antara m e t e r ENSO
dan DME dengan curah hujan dengan waktu tun& I,- 4 bulan dan NDVl dengan w a h
hmda 0,4, dan 5 bulan. Prediksi curah hujan dm NDK berdasukan ASPL, ml, dan
DM1 rnenunjukkan h i 1 yang lebi h bai k jika dibmdingkdn dengan menggunakan
pameter tersebut seami tunggal. Hal ini terlihat dan hasil validasinya dengan nilai
observasi.
Hubungan antam curah hujan den@ jumlah hotspl di Sumatera Selatan iebih
dibandingkan dengan Riay tetapi kmfisien keragamannya 40%. Sementara itu
ibusi indeks vegetasi terhadap kejadian hotspot kurang dari 20%. Jumlah hotspot
g terdeteksi di hutan dan rawa adalah yang terbanyak di kedua propinsi, diikuti

gan perkebunan, sawah dm ladang. Jumlah hotspot di Riau maksirnum padit bulan
et dan di Sumatera Selatan bulm September.
Tingkat resiko kebakaran hutan dm lahan skda regional dapat dihitung
7
p r d a s a r h empat m e t e r yaitu curah bujan dan NDVI d e n e pembobot masingmasing 0.35, serta penggunaan lahan dan jenis lahan dengan pembobot masing-masing
. I 5 . Validasi pta resiko kebakaran dengan data hotspot menunjukkan konsentrasi
otspot pada daerah-daerah yang tergolong beresiko sedang sarnpai tinggi. Parameter
~ N S U
dan DME &pat menjadi prediktor resiko kebakaran hu&n dan lahan d e n p
sil terbaik untuk kelas resiko sedang, tetapi menduga 36% lebih luas dari observasi
hrk kelas resiko rendah, 14% lebih luas untuk kelas resiko tinggi, tian 40050 Iebih tw

&
7 r1g%ges s
3 3 7 3 ~

9 a ,a 9

I c Q D Q C


g" g a

m s
m a


Q
cr,

s

E2
L2
Q

a. e.,\S .:3.
= e g g
4
~


2 mgX

2

VI

E

f

4

.=I

w s

28

3 ks


2 E9 Qs

=a.

K Q

n
q

3 3
am

rr

$ 5

3.
-E Ej

q2

p
r
Q

x
D

5

,,

3
3s
.i

5 8
s s

Z E


zg.

3s

3.

-9
83

5

2

B

5 =
-.

m ,3
F


4

Q

s
C:

2.
Q
E

9

E

s

$
8


?j-

7

7'
3
CD