dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian dan pelaksanakan administrasi pokja perencanaan dan
evaluasi dilakukan melalui SIRS. Pembelian perbekalan farmasi sampai dengan 200 juta sudah dapat
ditangani langsung oleh instalasi farmasi melalui pokja perencanaan dan evaluasi sejak status rumah sakit berubah menjadi BLU penuh, dan pembelian perbekalan
farmasi diatas 200 juta ditangani oleh panitia pengadaan dengan sistem tender. Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan setiap 2 kali dalam sebulan dan
rencana pengadaan ini mengacu pada persediaan perbekalan farmasi di gudang stok.
Walaupun demikian, pokja perencanaan dan evaluasi masih sering mendapatkan keluhan dari masing-masing depo farmasi terhadap ketidaktersediaan
perbekalan farmasi khususnya obat yang diperlukan untuk pelayanan pasien. Ketidaktersediaan obat ini dapat terjadi karena 2 hal, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal, faktor eksternal karena barang memang tidak tersedia dari distributor yang bersangkutan, faktor internal disebabkan karena adanya masalah
administrasi pada direktorat keuangan dan IFRS sendiri karena perubahan status rumah sakit menjadi BLU penuh. Masalah ini juga terkait dengan PBFdistributor
yang terlibat , sehingga sangat diperlukan koordinasi yang intensif antara ketiga pihak tersebut. Kepada depo-depo terkait, P2E juga perlu melakukan
pemberitahuan masalah kosong barang, sehingga dengan adanya komunikasi tidak ada saling menyalahkan antara pihak yang satu dengan yang lain.
4.2.2 Pokja Perbekalan
Universitas Sumatera Utara
Pokja perbekalan IFRS pada RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas menerima, menyimpan, mendistribusikan perbekalan farmasi alat kesehatan habis
pakai AKHP, instrumen dasar, reagensia, radio farmasi, obat, dan cairan, memproduksi obat-obatan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, serta
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perbekalan.
Pembelian langsung dilakukan oleh IFRS dengan mengeluarkan surat pesanan SP ke distributor, perbekalan farmasi yang masuk diantar ke IFRS, untuk
diterima, diperiksa, dan diteliti keadaannya, disesuaikan dengan surat pengantar barang SPB dan SP oleh pokja perbekalan, kemudian di-entry data perbekalan
farmasi yang masuk ke SIRS, dan disimpan sesuai dengan sifatnya obat termolabil di lemari es; bentuk sediaan oral, injeksi, infus, salep; bahan baku obat mudah
menguapterbakar; obat narkotika dan psikotropik dalam lemari khusus dan terkunci, dan disusun secara alfabetis dengan sistem first in first out FIFO dan
first expired first out FEFO. Berdasarkan hasil pengamatan mengenai sarana dan prasarana, jumlah dan
kondisi fisik gudang perbekalan farmasi masih kurang memadai untuk menyimpan seluruh perbekalan farmasi yang diperlukan untuk kebutuhan pelayanan pasien,
sehingga kadang-kadang jumlah pembelian barang harus disesuaikan dengan kapasitas gudang. Penyimpanan obat-obatan yang seharusnya diletakkan di atas
rak, terpaksa harus diletakkan di atas lantai karena keterbatasan ruangan dan ketidaksesuaian jumlah barang yang diterima dengan kapasitas penyimpanan
gudang. Selain itu, pada gudang ASKES penyimpanan obat-obat termolabil juga tidak berada pada suhu 2-8
o
C.
Universitas Sumatera Utara
Karena gudang farmasi terletak di lantai II, sehingga aktivitas penerimaan barang sulit dilakukan. Maka, ada baiknya di bangun lift untuk mempermudah
penerimaan barang dari lantai I.
4.2.3 Pokja Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis di rumah sakit sangat diperlukan pasien untuk memberikan jaminan pengobatan yang rasional efektif, aman, tersedia dan
biayanya terjangkau. Pelayanan farmasi klinis dapat terlaksana dengan baik bila ada komunikasi dan kerja sama yang intensif antara dokter, apoteker, perawat dan
pasien. Pelayanan farmasi klinis meliputi:
a. Pengkajian Pelayanan dan Resep