Dampak Terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit 20

2.1.5.4 Dampak Terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit 20

Menurut SOX salah satu penyebab terjadinya kekacauan / fraud terhadap laporan keuangan adalah kondisi hiruk-pikuknya jasa yang diberikan kantor akuntan publik, atau dikenal dengan multi-disciplinary practice. Untuk menghindari conflict of interest dalam kode etik akuntan; independent in appearance, sehingga dalam SOX Section 201 membatasi jasa- jasa non-audit. jasa-jasa berikut apabila diberikan bersamaan dengan jasa audit akan bertentangan dengan hukum (unlawful):

 Pembukuan, atau jasa lain berkaitan dengan jasa pencataran akuntansi dan penyusunan laporan keuangan dari klien yang diaudit.  Desain dan implementasi dari system informasi keuangan.

 Jasa appraisal atau valuation service, pendapat mengenai kewajaran (fairness opinions), atau laporan mengenai sumbangan dalam bentuk jasa (contribution-in- kind reports)

 Jasa aktuarial.  Jasa-jasa audit internal (internal audit outsourcing services)  dll

Selain itu, agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat kehilangan objektivitasnya, SOX juga mengatur rotasi atau pertukaran auditor. hal ini diatur dalam SOX Section 203, menetapkan rotasi dari lead audit partner dan concurring audit partner setiap 5

(lima) tahun. 21 Profesi akuntansi AS kehilangan kebebasannya untuk menawarkan layanan non-audit

kepada klien. Layanan non-audit yang ditawarkan telah dipangkas, dan karena layanan tersebut biasanya harus disediakan oleh perusahaan yang tidak melakukan audit perusahaan sehingga menjadi kurang efisien atau lebih mahal untuk melakukan audit kepada klien.

Margin upah layanan audit meningkat secara dramatis sebagai akibat dari tuntutan yang sangat besar terhadap kepatuhan pengerjaan Section 404 bersama dengan tinjauan atas integritas pengendalian intern perusahaan dan keakuratan laporan keuangan. LOnjakan permintaan jasa audit menimbulkan kurangnya tenaga audit yang memenuhi syarat. Ada semacam protes terhadap biaya kepatuhan pengerjaan sesuai Section 404, diperkirakan sebesar $7,8 juta pada tahun 2004 untuk masing-masing perusahaan. SEC berdalih mereka tidak pernah mengatakan bahwa pekerjaan audit harus benar-benar lengkap, tetapi berdasarkan penilaian. Hal ini sedikit melegakan ketakutan dari beberapa CEO dan CFO yang khawatir akan hukuman penjara, serta pengacara dan auditor yang menyarankan pendekatan ultrakonservatif.

Meskipun demikian biaya pengerjaan Section 404 sangatlah besar. Namun jumlah biaya seluruh perusahaan terdaftar US jika digabungkan ($5miliar) hasilnya masih lebih kecil dari padajumlah uang yang lenyap pada skandal Enron ($90 miliar). Hubungan cost-benefir bahkan lebih menguntungkan jika kerugian dari skandal perusahaan lainnya di masa depan dapat dihindari. Biaya ini pun seharusnya semkin mengecil dari waktu ke waktu. Sistem pengendalian intern yang lebih baik juga meningkatkan biaya audt tahunan secara moderat.

Di AS dan yuridiksi asing, beberapa kantor akuntan profesional kecil telah mendahului audit SEC atau pendaftar pasar saham karena mereka tetap ingin memelihara margin praktik

20 Ibid., h.124-125

21 Theodorus M. Tuanakotta, Setengah Abad Profesi Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), h. 265- 271 21 Theodorus M. Tuanakotta, Setengah Abad Profesi Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), h. 265- 271

Dampak penuh SOX terus berkembang, tetapi penguatan akuntabilitas, serta penguatan standar independensi dan hubungan auditor ke subkomite audit, akan membantu auditor melayani kepentingan publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit di Indonesia 22 Pembentukan Sarbanes-Oxley Act berdampak terhadap profesi akuntansi di Indonesia ada

beberapa peraturan yang keluarkan di Indonesia terkait dengan pembentukan Sarbanes- Oxley Act diantaranya:

1. Keputusan Mentri Keuangan (KMK) Tgl 30 Sept 2002, No. 423/KMK.06/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik. Selanjutnya Menteri Keuangan RI pada tanggal 5 Pebruari 2008 menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003 Tentang Jasa Akuntan Publik yang dianggap sudah tidak memadai).

2. Keputusan Menteri BUMN Tgl 31 Juli 2002, Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tetang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN

3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 12 Nov 2002, Nomor: KEP-20/PM/2002. Tentang Independensi Akuntan yang memberikan jasa audit di Pasar Modal

4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 22 Des 2003, Nomor: KEP- 40/PM/2003. Tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan

5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl24 Sept 2004, Nomor : KEP – 29/PM/2004, Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit

Perusahaan yang telah menerapkan SOX di Indonesia contohnya adalah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sebagai perusahaan yang telah tercatat di bursa saham dalam negeri dan luar negeri berkomitmen penuh untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta praktek tata kelola perusahaan dengan pembenahan internal dan pemenuhan standard internasional. Standard internasional khususnya aturan yang ditetapkan oleh US Securities and Exchange Commission (US SEC) yang harus diadopsi oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, sebagai salah satu perusahaan yang telah listing di New York Stock Exchange (NYSE), adalah Sarbanes Oxley Act (SOA). Sistem pengendalian internal yang tercantum dalam Sarbanes Oxley Act merupakan unsur penting dalam praktek Good Corporate Governance. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk saat ini menerapkan tiga section Sarbanes Oxley Act, yaitu section 302, section 404, dan section 906. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tiga section tersebut dapat diterapkan sebagai langkah awal implementasi Sarbanes Oxley Act. Sedangkan untuk section lainnya, kemungkinan di masa mendatang juga akan diterapkan secara bertahap bila perusahaan telah mampu menjalankan tiga section tersebut dengan lengkap dan benar, serta adanya

pertimbangan manajemen terhadap benefit yang diperoleh. 23

22 __, Sarbanes Oxley Act and Impact To Accounting Profesion in Indonesia, dipublikasikan 26 November 2010, http://princesdavinaquu.blogspot.com/2010/11/sarbanes-oxley-act-and-impact-

to.html diakses Maret 19 , 2014

23 Asdar Munandar, Penerapan Srbanes Oxley di Indonesia , dipublikasikan Februari 2012, http://asdarmunandar.blogspot.com/2012/02/penerapan-sarbanes-oxley-di-indonesia.html , diakses

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Dominating Set Dan Total Dominating Set Dari Graf-Graf Khusus

5 80 24

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3