Realisasi Dana Jampersal Tahun 2013 per Puskesmas

Realisasi Dana Jampersal Tahun 2013 per Puskesmas

Dari grafik 7.104 di atas dapat kita lihat bahwa penyerapan dana jampersal terbanyak pada tahun 2013 terdapat di Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak Rp. 196.007.000,- sedangkan yang terendah Puskesmas Alai dimana tidak ada penyerapan dana jampersal karena di wilayah kerja Puskesmas Alai tidak ada BPS yang mempunyai PKS Jampersal.

c. Asuransi Kesehatan (Askes) Asuransi Kesehatan adalah suatu upaya untuk memberikan

perlindungan kesehatan terhadap kemungkinan kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi dengan peranan masyarakat yang terorganisir dalam bentuk upaya kegotong – royongan dalam mengatasi pembiayaan kesehatan.

Peserta Askes adalah Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan, Dokter PTT dan Bidan PTT yang telah membayar iuran/premi untuk jaminan pemeliharaan kesehatannya.

Dana Kapitasi Askes PNS bersumber dari PT.Askes Cabang Padang sebagai pengembalian jasa pelayanan kesehatan Tahun 2013 berjumlah : Rp. 2.389.602.000,- yang disalurkan langsung dari PT. Askes Cabang Padang ke DKK kemudian ditransfer ke rekening Pemko, selanjutnya baru dapat terealisasi setelah SPJ dibuat sesuai Petunjuk Penggunaan Dana dari Kepala DKK.

Pemanfaatan dana kapitasi Askes adalah:

1) Pemanfaatan dana kapitasi askes terdiri dari jasa medis, sarana/ operasional dan obat-obatan yang dapat dipergunakan sesuai Petunjuk Penggunaan Dana yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

2) Pemanfaatan dana dapat diusulkan melalui bagian keuangan DKK Padang sesuai dengan RAB yang telah disahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang melalui SPJ yang dibuat terlebih dahulu.

Sumber dana dari PT.Askes Cabang Padang selanjutnya ditransfer langsung ke rekening Koordinator DKK setelah itu ditransfer ke rekening Pemko Padang

Dana kapitasi Askes PNS/ Sosial yang diperoleh dari pengembalian jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya oleh PT.Askes Cabang Padang tahun 2013 berjumlah Rp. 2.389.602.000,- terealisasi Rp. 2.265.245.262,- (94,79 %) dengan sisa Rp. 124.356.738,- (5,20 %), sedangkan dibandingkan dengan yang diusulkan DPA yaitu Rp. 2.500.000.000,- berselisih Rp. 110.398.000,- (4,42 %). Hal ini disebabkan karena adanya mutasi keluar masuk peserta setiap bulannya sehingga terjadi perubahan dana kapitasi dengan selisih dana yang dialokasikan.

1) Kepesertaan Askes PNS / Sosial Kepesertaan Kapitasi Askes PNS / Sosial Kota Padang setiap

bulannya terjadi perubahan/penurunan, pada saat akhir tahun 2013 bulan Desember kepesertaan kapitasi berkisar : 93.686 jiwa sedangkan Desember tahun 2012 berjumlah 104.595 jiwa yaitu sebesar 10.909 jiwa (10,43 %), Dokter Keluarga tahun 2013 kapitasinya berjumlah 34.403 jiwa, tahun 2012 berjumlah 27.980 jiwa terjadi peningkatan 18,67 % dan Dokter Gigi Keluarga juga terjadi peningkatan yaitu tahun 2012 berjumlah 4.216 jiwa ( 5,39 %) sedangkan di tahun 2013 berjumlah 4.456 jiwa.

Rincian jumlah kunjungan dan jumlah rujukan peserta Askes Sosial/PNS berdasarkan hasil laporan dari 22 puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Keseahatan Kota Padang dapat dijelaskan pada tabel

Tabel 7.59. Kepesertaan Kapitasi Askes PNS/Sosial Perpuskesmas

1 Padang Pasir 102.649

2 Ulak Karang 53.473

3 Alai 93.595

4 Air Tawar 54.163

5 Seberang Padang 64.695

6 Pemancungan 13.193

7 Rawang 14.097

8 Lubuk Begalung 80.314

9 Pegambiran 32.561

10 Andalas 107.675

11 Lubuk Buaya 154.490

12 Air Dingin 30.600

20 Lubuk Kilangan 50.603

21 Anak Air 2.263

22 Ikur Koto 3.291

Jumlah

Dari tabel 7.59. diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kapitasi peserta Askes PNS / Sosial di Kota Padang tahun 2013 rata-rata/bulan berjumlah 99.567 jiwa, dimana dibandingkan tahun 2012 terjadi penurunan peserta sebesar 108.312 jiwa (13,50 %).

Hal ini disebabkan karena PT. Askes Cabang Padang telah mensosialisasikan pemanfaatan Dokter Keluarga bagi peserta AskesSosial/PNS yang ada di Kota Padang.

Tabel 7.60. Jumlah Kunjungan Peserta Askes PNS/Sosial Tahun

2013 Dinas Kesehatan Kota Padang

1 Padang Pasir 10.412

2 Ulak Karang 6.738

3 Alai 8.505

4 Air Tawar 5.579

5 Seberang Padang 6.238

6 Pemancungan 1.922

7 Rawang 2.078

8 Lubuk Begalung 9.605

9 Pegambiran 5.007

10 Andalas 12.214

11 Lubuk Buaya 17.196

12 Air Dingin 3.941

20 Lubuk Kilangan 4.870

21 Anak Air 589

22 Ikur Koto 1.041

Jumlah

Berdasarkan tabel 7.60 di atas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan terbanyak per tahun dari 22 Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang terdapat pada Puskesmas Lubuk Buaya yaitu 17.196 jiwa, sedangkan rata-rata jumlah kunjungan Puskesmas Lubuk Buaya setiap bulannya adalah sekitar 1.433 jiwa. Hal ini disebabkan karena jumlah kapitasi Puskesmas Lubuk Buaya lebih banyak dari Puskesmas lainnya serta terdiri dari 6 kelurahan. Sedangkan Puskesmas yang memiliki rata-rata jumlah kunjungan terendah setiap tahunnya adalah Puskesmas Anak Air sebanyak 589 jiwa dan rata-rata setiap bulan yaitu 49 jiwa.

Persentase cakupan kunjungan peserta Askes Sosial/PNS di seluruh Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas kesehatan Kota Padang berdasarkan hasil rata-rata jumlah kunjungan perkapitasi tahun 2013 dapat di lihat pada grafik berikut ini: Grafik 7.105. Jumlah Persentase Cakupan Kunjungan Askes

Sosial/PNS Puskesmas berdasarkan Kapitasi di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2013

Berdasarkan grafik 7.105 diatas dapat di lihat bahwa cakupan kunjungan di Dinas Kesehatan Kota Padang berjumlah 133.410 jiwa (11,2%), presentase kunjungan tertinggi pada Puskesmas Ikur Koto (31,63 %), sedangkan yang terendah pada Puskesmas Bungus yaitu (3,05 % ). Cakupan kunjungan di Puskesmas pada umumnya masih dibawah indikator yaitu 15 %. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran, pengetahuan dan perilaku masyarakat untuk membawa kartu berobat ke Puskesmas karena pelayanan yang diperoleh di Puskesmas tidak memiliki perbedaan bagi yang punya kartu dengan yang tidak memiliki kartu untuk mendapatkan pelayanan di tingkat dasar atau dengan kata lain pelayanan kesehatan yang diberikan tidak dipungut biaya/gratis sedangkan sebagian masyarakat membawa kartu setelah ada indikasi medis untuk dirujuk.

Selain hal tersebut, rendahnya angka kunjungan peserta Askes Sosial/PNS masih kurang optimalnya sistem pencatatan dan pelaporan untuk kunjungan. Tabel 7.61. Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Kunjungan Peserta

Askes PNS / Sosial Puskesmas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Padang.

2 Hipertensi/Post Strok

5 Mata/Kel. Refraksi

8 Infeksi Kulit

70.345 Dari tabel 7.61 diatas dapat kita lihat bahwa penyakit terbanyak

Jumlah

dari kunjungan peserta ke Puskesmas di Kota Padang adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) berjumlah 20.361 kasus penyakit. Hal ini disebabkan karena Kota Padang termasuk cuaca yang beriklim tropis, sehingga kemungkinan terjangkitnya ISPA sangat mudah, untuk itu perlu ditingkatkan upaya penyuluhan bagi masyarakat di Kota Padang, sedangkan kasus penyakit yang kesepuluh Allergi berjumlah 932 kasus penyakit.

Persentase cakupan kunjungan peserta Askes Sosial/PNS di seluruh Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas kesehatan Kota Padang berdasarkan hasil rata-rata jumlah kunjungan perkapitasi tahun 2013 dapat di lihat pada grafik 7.106.

Grafik 7.106. Jumlah Persentase 10 Penyakit terbanyak kunjungan Askes PNS/Sosial di Puskesmas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Padang.

Dari grafik 7.107 diatas dapat kita lihat bahwa penyakit terbanyak dari kunjungan peserta ke Puskesmas di Kota Padang adalah dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas/ISPA (28,94 %) hal ini disebabkan karena Kota Padang termasuk cuaca yang beriklim tropis, sehingga kemungkinan terjangkitnya ISPA sangat mudah, untuk itu perlu ditingkatkan upaya penyuluhan bagi masyarakat di Kota Padang, sedangkan kasus penyakit yang kesepuluh yaitu penyakit Allergi (1,32 %).

Tabel 7.62. Jumlah Rujukan Peserta Askes PNS/Sosial Tahun 2013

Dinas Kesehatan Kota Padang.

1 Padang Pasir 2.038

2 Ulak Karang 1.792

3 Alai 3.815

4 Air Tawar 2.546

5 Seberang Padang 1.341

6 Pemancungan 742

7 Rawang 594

8 Lubuk Begalung 3.246

9 Pegambiran 2.158

10 Andalas 4.023

11 Lubuk Buaya 5.587

12 Air Dingin 1.380

20 Lubuk Kilangan 2.129

21 Anak Air

22 Ikur Koto

45.732 Dari tabel 7.62 di atas dapat kita lihat bahwa jumlah rujukan terbanyak terdapat pada Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 5.587 jiwa dari total kunjungan 45,732 jiwa per tahun, sedangkan rujukan paling rendah Puskesmas Anak Air sebanyak 81 jiwa.

Jumlah

Persentase cakupan rujukan peserta Askes Sosial/PNS di seluruh Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas kesehatan Kota Padang berdasarkan hasil rata-rata jumlah kunjungan perkapitasi tahun 2013 dapat di lihat pada grafik 7.107.

Grafik 7.107. Jumlah Persentase Cakupan Rujukan Askes PNS / Sosial Puskesmas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Padang

Berdasarkan grafik 7.107 diatas dapat di lihat bahwa cakupan rujukan di Dinas Kesehatan Kota Padang berjumlah 45.732 jiwa (34,28 %) persentase rujukan tertinggi pada Puskesmas Bungus (60,00 %), sedangkan terendah Puskesmas Ikur Koto yaitu (8,07 % ). Dimana indikator cakupan rujukan yaitu :15%. Dari 22 Puskesmas hanya 2 Puskesmas cakupan rujukan dibawah 15% yaitu Puskesmas Anak Air dan Ikur Koto, hal ini disebabkan perilaku masyarakat / peserta untuk membawa kartu jika adanya rujukan indikasi medis sehingga menyebabkan tingginya angka rujukan di Puskesmas.

Tabel 7.63. Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rujukan Peserta Askes PNS/Sosial Puskesmas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Padang.

1 Mata/Kel. Refraksi

2 HT/Post Strok

646 10 Peny. Kel. Susunan Syaraf

Dari tabel 7.63. diatas dapat kita lihat bahwa penyakit terbanyak rujukan Puskesmas di Kota Padang adalah Mata/Kel. Refraksi berjumlah 6,735 kasus penyakit sedangkan penyakit yang dirujuk terendah adalah Penyakit Kelaianan Susunan Syaraf berjumlah 560 kasus penyakit.

Hasil persentase pada sepuluh penyakit rujukan terbanyak di seluruh Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2013 dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 7.108. Jumlah Persentase 10 Penyakit terbanyak rujukan

Askes PNS/Sosial di Puskesmas Tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Padang.

Dari grafik 7.108 dapat kita lihat bahwa penyakit terbanyak peserta yang dirujuk Puskesmas di Kota Padang adalah penyakit Mata/Kel. Refraksi (25,52 %) hal ini disebabkan karena Puskesmas belum adanya dokter spesialis mata serta kurangnya penyuluhan kesehatan khususnya tentang mata di sekolah-sekolah serta sarana dan prasarana untuk pelayanan penyakit kelainan refraksi masih kurang memadai di Puskesmas di Kota Padang, sedangkan rujukan urutan kesepuluh adalah Penyakit Kelainan Susunan Syaraf (2,12 %) karena merupakan pelayanan di tingkat lanjutan.

3. Seksi Farmasi Kegiatan yang dilaksanakan pada seksi farmasi pengawasan dan

pembinaan terhadap sarana pelayanan kefarmasian. Kegiatan yang di laksanakan adalah:

1) Pemantauan penulisan resep Obat Generik di puskesmas dan jaringannya, guna memantau penulisan obat generik dan ketersediaan obat generik. Peresepan/penulisan obat generik di puskesmas dan jaringan mencapai 96,43 % telah diatas target nasional ( 90,00 % ).

2) Penyuluhan dan Pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah. Telah melakukan penyuluhan, pengawasan dan pembinaan terhadap penjaja pangan anak sekolah, anak didik dan guru-guru di 45 Sekolah dari 420 Sekolah Dasar yang ada di Kota Padang. Kegiatan ini dilakukan guna melindungi anak didik dari pangan yang disinyalir mengadung bahan berbahaya atau pangan yang tidak memenuhi syarat untuk dikomsumsi.

3) Penyuluhan dan Investigasi Kejajian Luar Biasa (KLB) Pangan.

Pada Tahun 2013 terjadi enam kali kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Pangan di Kota Padang pada tabel 7.64.

Tabel 7.64. Kejadian luar biasa (KLB) Pangan di Kota Padang No

Jumlah Korban Keterangan 1 21 Februari 2013 SD. No. 47

Tanggal

Lokasi

Rawat Inap 5 org Hepatitis A

Rawat Jalan 18 org 2 23 Februari 2013 SD. No. 42

Kuranji

10 orang

Hepatitis A

Kuranji

Rawat Jalan

3 05 Maret 2013 SMPN No. 18

5 orang

Bakteri Ecolli

Balai Baru

Rawat Jalan

4 22 Maret 2013 Andalas

2 orang

Histamin

Rawat Jalan

Ikan Rawat Inap 2 org

Rawat Jalan

Histamin

Polresta

Rawat Jalan 3 org Ikan 6 11 Oktober 2013 Padang

Melihat data diatas pada Tahun 2013 terjadi peningkatan Kasus KLB Pangan 100 % lebih tinggi jika dibandingkan dengan Tahun 2012 hanya terjadi 3 Kasus KLB Pangan

4) Pembinaan dan Pengawasan Pangan dan Kosmetika. Menjelang dan selama bulan puasa kegiatan ini dilakukan di 11 Pasar Tradisional terhadap penjaja makanan-minuman (Komplek Imam Bonjol, Pasar Alai, Pasar Nanggalo, Pasar Tabing, Pasar Lubuk Begalung, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Pagi Ulak Karang, Pasar Tanah Kongsi, Pasar Banda Buek, Pasar Belimbing, Pasar Baru Pauh ), juga di pasar pabukoan. Pembinaan dan pengawasan juga dilakukan terhadap pedagang / distributor / penjual kosmetik yang disinyalir mengandung bahan berbahaya.

5) Pembinaan dan Pengawasan Obat Tradisional Pembinaan dan pengawas ini dilakukan terhadap Obat Tradisional yang disinyalir mengandung bahan kimia / tidak memenuhi syarat yang beredar di pasaran.

6) Memberikan Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga. Sasarannya difokuskan kepada produsen makanan-minuman Industri Rumah Tangga dan menerbitkan Sertifikat P-IRT apabila Industri Rumah Tangga tersebut telah memenuhi persyaratan, terutama sanitasi

7) Penerbitan Sertifikat ini dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat & Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.03.1.23.04.12.2205 tanggal 5 April 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT).

Selama tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Padang mengeluarkan Sertifikat P-IRT sebanyak 125 lembar, apabila dibandingkan dengan tahun 2012 penerbitan sertifikat P-IRT hanya berjumlah 20 lembar atau terjadi peningkatan sebesar 625 %. Peningkatan ini terjadi adanya koordinasi dan kerjasama dengan Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan di Kota Padang. Total Sertifikat P-IRT yang telah dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan

Kota Padang sampai saat ini telah berjumlah 943 lembar dengan rincian :

1) Tahun 2005 : 119 lembar

2) Tahun 2006 : 102 lembar

3) Tahun 2007 : 117 lembar

4) Tahun 2008 : 157 lembar

5) Tahun 2009 : 121 lembar

6) Tahun 2010 : 101 lembar

7) Tahun 2011 : 081 lembar

8) Tahun 2012 : 020 lembar

9) Tahun 2013 : 125 lembar

BAB VIII PERMASALAHAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN

A. SEKRETARIAT

1. Sub Bagian Keuangan

a. Permasalahan

1) Masih ada SPJ yang masuk tidak sesuai aturan dan triwulan yang ada di POA

2) Terlambatnya masing- masing bidang memasukkan laporan tahunan dan data

3) Belum terkoordinirnya data pada masing- masing bidang di lingkungan DKK Padang

4) Aplikasi Infokes : kurangnya kemampuan SDM Puskesmas (pengelola SIKDA) dalam pengoperasian aplikasi karena bukan berbasic IT sehingga belum optimalnya aplikasi infokes di Puskesmas.

b. Pemecahan masalah

1) Diberitahukan kepada pemegang Program maupun Puskesmas agar memasukan SPJ sesuai triwulan sehingga pada akhir tahun SPJ tidak menumpuk sebelum memasukan SPJ agar diperiksa dengan telilti sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pembuatan kode rekening, tanggal, penulisan uang dan lain sebagainya.

2) Melakukan monitoring dan evaluasi program dengan masing- masing program dan mengaktifkan kembali petugas pengelola data pada masing- masing bidang.

3) Melaksanakan pelatihan secara berkala tentang aplikasi infokes kepada pengelola SIKDA Puskesmas dan pemberian honorarium pada pengelola sebagai prestise.

2. Subbagian Umum

a. Permasalahan

1) Kekurangan sarana mobiler karena menempati gedung perkantoran baru Dinas Kesehatan Kota Padang

2) Masih adanya keterlambatan dalam pengurusan pajak kendaraan

b. Pemecahan Masalah

1) Pengadaan sarana mobile secara bertahap

2) Memberitahukan kepada pengguna kendaraan agar tepat waktu dalam pengurusan pajak kendaraan untuk yang akan datang, dimana satu bulan sebelum jatuh tempo jadwal pembayaran pajak pengguna kendaraan agar segera melapor ke sub bag. Umum dan kepegawaian DKK Padang

3. Sub Bagian Kepegawaian

a. Permasalahan

1) Belum adanya software untuk mengolah data kepegawaian

2) Formasi dan penempatan pegawai belum sesuai dengan kebutuhan dan pemetaan tenaga

3) Masih banyaknya PNS yang terlambat memasukkan bahan ke bagian kepegawaian untuk kenaikan gaji berkala dan bahan PAK

4) Masih ada Puskesmas yang terlambat mengantar laporan DUK, bezetting dan rekapan absen bulanan

b. Pemecahan Masalah

1) Membuat surat edaran tentang disiplin Pegawai dengan PP 53 Tahun 2010 ke seluruh bidang di lingkungan DKK dan Puskesmas

2) Membuat data secara manual dan mengajukan rencana anggaran untuk pembuatan software pengolahan data DUK dan besetting sama dengan Simpeg secara elektronik pada Tahun 2015

3) Menempatkan tenaga sesuai formasi kebutuhan dan pemetaan tenaga

4) Melengkapi arsip kepegawaian untuk semua pegawai di lingkungan DKK dan Puskesmas

5) PAK di kumpulkan per semester setiap 6 bulan sekali

B. BIDANG PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN

1. Seksi Kesehatan Lingkungan

a. Akses keluarga yang menggunakan air bersih masih rendah, baru 87 % sedangkan target air bersih 100 % . Perumahan sehat di kota Padang 81 % dari target yang diharapkan ( 82 % ), Cakupan saluran Pembuangan Air

Limbah ( SPAL ) sudah tercapai yaitu baru 76 %. Kedepan diharapkan adanya peningkatan pencapaian dari indikator kesehatan lingkungan ini melalui kegiatan kelembagaan Pamsimas dan STBM di tingkat kelurahan

b. Pencapaian TTU dan TPM yang memenuhi syarat masih kurang dari target yang diharapkan, diharapkan untuk kedepan adanya peningkatan sosialisasi, promosi dari DKK, Puskesmas, Lintas Sektor, PKK serta lembaga lain nya sehingga jumlah TTU dan TPM yang memenuhi syarat bisa lebih ditingkatkan. Pencapaian pemeriksaan pengawasan DAMIU masih kurang yaitu 52 % dari jumlah target yang diharapkan 100 %

2. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

a. Cakupan imunisasi kontak pertama ( Hb-0, BCG, DPT 1 dan Polio 1 ) dan Kontak Lengkap ( Polio 4 dan Campak ) untuk Kota Padang sudah mencapai target, tetapi untuk pencapaian UCI kelurahan baru 65%( 68 Kelurahan). Diantara puskesmas yang belum mencapai target UCI , ada puskesmas yang pencapaian UCInya 0%, puskesmas Padang Pasir dan puskesmas Pauh. Cakupan imunisasi pada anak sekolah masih belum mencapai target, untuk BIAS Campak baru 89,5% dan BIAS DT/Td sebanyak 86,3% (Target=100%). Permasalahan ini disebabkan masih ada kelompok masyarakat yang menolak imunisasi, karena isu halal dan haram, dan juga pemahaman masyarakat yang masih kurang, dan juga belumsemua pember layanan yang ikut melaksanakan vaksinasi terhadap bayi, seperti BPS dan Rumah sakit swasta terutama untuk vaksinasi HB-0, juga masih adanya beberapa sekolah dan orang tua murid yang menolak untuk pelaksanaan imunisasi ini. Untuk itu perlu sosialisasi dan koordinasi yang lebih intensif lagi dengan pihak pemberi layanan dan juga sekolah melalui komite sekolah dan dinas terkait.

b. Meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS (61 Kasus dengan 85 kematian) memerlukan perhatian yang serius tidak hanya bagi Dinas Kesehatan tetapi juga dari Rumah Sakit, sektor terkait, lintas agama, LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS dan sebagainya. Sosialisasi tentang penyakit ini perlu lebih ditingkatkan lagi untuk kewaspadaan dan pencegahan terjadinya

c. Rendahnya cakupan penemuan penderita TB Paru ( 61,5 % ) , begitu juga pencapaian BTA + juga belum mencapai tatget 64,6% ( target =70 % ) . Kedepan penjaringan kasus TB Paru ini akan lebih ditingkatkan lagi melalui peningkatan kerjasama dengan dokter praktek swasta, Rumah Sakit, PKK, Aisyiah, BP4 dan melalui pemeriksaan awal Calon Jemaah Haji, sehingga penemuan kasus TB Paru dengan BTA + akan lebih banyak. Dengan demikian diharapkan akan terjadi penurunan penularan TB Paru BTA positif. Kemudian penderita yang sudah ditemukan dengan BTA + diberi tambahan makanan ( susu ) disamping OAT yang di berikan .

d. Penemuan penderita Pneumonia yang masih jauh dari target, 12,4% (target 90%), hal ini belum semua petugas puskesmas komit untuk melaksanakan MTBS dan tatalaksana kasus sehingga penemuan pneumonia masih sangat rendah. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi sehingga petugas mengetahui tatalaksana kasus pneumonia, dan juga berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan selain puskesmas untuk ikut melaporkan kasus Pneumonia

e. Masih adanya kasus – kasus PD3I seperti kasus positif campak dan diptheri. Kedepan akan lebih di tingkatkan kan integrasi dan kerjasama lintas program sehingga angka kasus bisa ditekan.

3. Seksi Wabah dan Bencana

a. Permasalahan

1) Pengisian laporan bulanan STP dan W2 bagi beberapa Puskesmas yang pengumpulan laporan bulanan tidak tepat waktu.

2) Khususnya laporan W2 berupa sms dari puskesmas dan rumah sakit ke putugas surveilans DKK Padang masih ada yang terlambat mengirimkannya.

3) Petugas puskesmas masih ada yang kurang memahami program yang

dipegang sehingga program kurang berjalan di puskesmas

4) Pengarsipkan laporan W1, W2, STP dan C1 di puskesmas kurang rapi

5) Evaluasi program belum maksimal dilakukan pada forum lokmin. 241

6) Peralatan untuk melakukan deteksi dini factor resiko PTM di Puskesmas masih kurang sehingga kegiatan deteksi Dini Faktor Resiko PTM belum bisa dilaksanakan dengan baik.

7) Belum terbentuknya tim TGC – KLB per puskesmas dan rumah sakit.

b. Pemecahan masalah:

1) Perlu ditingkatkan kualitas petugas dengan aktif mencari sumber-sumber pengetahuan yang berhubungan dengan program.

2) Lokmin puskesmas seharusnya dapat menjadi wahana untuk menyelesaikan masalah atau kendala dalam melaksanakan program Puskesmas.

3) Petugas puskesmas dapat mengarsipkan laporan W1, W2, STP dan C1 di puskesmas

4) Petugas puskesmas diharapkan dapat mengirimkan sms laporan W2 setiap hari Senin.

5) Sebaiknya dilakukan pengadaan alat yang berhubungan deteksi dini factor resiko PTM dan pelatihan kader Posbindu PTM

C. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN

1. Seksi Kesehatan Ibu dan Anak

a. Permasalahan:

1) Belum tercapainya cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

2) Belum tercapainya Cakupan Kunjungan Bayi dan Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

3) Belum tercapainya cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

4) Masih adanya kasus kematian ibu dan bayi

5) Belum tercapainya cakupan peserta KB Aktif

b. Pemecahan masalah:

1) Belum tercapainya cakupan Kebidanan dan neonatus dengan komplikasi yang ditangani. - Adanya komitmen dari Puskesmas dan BPS untuk meningkatkan

kuantitas dan kualitas pelayanan terhadap neonatus

- Perlunya penganggaran dana pelatihan bagi bidan dan dokter terutama di Puskesmas Poned untuk penanganan neonatus komplikasi

- Meningkatkan kualitas kelas ibu hamil - Meningkatkan pemantauan dan pembinaan ke Puskesmas dan BPS - Pelatihan MTBS/MTBM bagi petugas - Penganggaran dana untuk kunjungan rumah

2) Masih rendahnya cakupan Kunjungan Bayi dan Anak Balita - Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan

SDIDTK balita - Meningkatkan kualitas pelaksanaan kelas ibu balita - Penambahan pengadaan Skriining Kit SDIDTK untuk Puskesmas

dan Posyandu - Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan SDIDTK balita - Meningkatkan promosi penggunaan buku KIA - Komitmen bersama untuk melaksanakan SDIDTK di Puskesmas,

Posyandu, PAUD/TK dan di semua tempat pelayanan kesehatan anak

- Meningkatkan metoda pencatatan dan pelaporan dalam pemantauan tumbuh kembang balita

2. Seksi Gizi

a. Permasalahan

1) Hasil penimbangan posyandu dengan indikator SKDN pencapaian D/S 60,52 % dengan kesenjangan -19,48%

2) Masih ditemukannya balita gizi buruk yang menerima PMT tidak naik berat badannya dan tetap berat badanya (16.3% dan 14.3 %)

3) Pencapaian pemberian ASI Ekslusif 64.34% dengan kesenjangan - 10,66%

4) Pencapaian pemberian Vitamin A pada balita 78,6% dengan kesenjangan - 4,4%

5) Pencapaian pendistribusian Tablet Fe 90,8% dengan kesenjangan -2,2%. 243

6) Tidak semua Puskesmas memberkan penyuluhan kepada masyarakaat diluar gedung dan tidak ada puskesmas yang melakasanakan Konseling ASI di Pojok gizi.

b. Pemecahan Masalah

1) Melakukan koordinasi yang maksimal dengan lintas sektor dan lintas program untuk mengatasi masalah gizi terutama gizi buruk melalui penangan balita BGM dengan membentuk tim surveilans BGM untuk Kota Padang.

2) Selain pemberian PMT untuk balita gizi buruk, perlu juga dilakukan penyuluhan dalam bentuk demo masak/makanan untuk balita gizi buruk sehingga pola asuh orang tua kepada anak dapat berubah menjadi baik, dan jika ada indikasi dirujuk ke puskesmas Nanggalo yang merupakan puskesmas rawat inap untuk balita gizi buruk.

3) Melakukan koordinasi kepada unit pelayanan lainnya misalnya melalui organisasi profesi seperti IBI dan IDI sehingga dapat memberikan laporan ke puskesmas.

4) Perencanaan penggunaan dana BOK puskesmas dapat dialokasikan untuk transpor kader dalam menunjang program termasuk sweeping D/S dan Vitamin A agar semua balita terpantau berat badannya dan pendistribusiannya.

5) Melakukan Sosialisasi kelintas program dan lintas sektor pentingnya ASI Eksklusif untuk mendukung pemberian Asi Eksklusif dan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI Eksklusif diwilayah kerja Puskesmas sehingga cakupan ASI Eksklusif dapat tercapai.

6) Memasukkan konseling ASI Eksklusif sebagai protap dalam pelaksanaan ANC di Puskesmas dan menjadi prioritas pada penyuluhan kelompok.

7) Memberikan bimbingan kepada petugas gizi melalui kegiatan pertemuan bulanan sehingga data yang didapat dari puskesmas dapat terpantau setiap bulannya baik oleh petugas gizi Dinas Kesehatan Kota Padang maupun oleh petugas puskesmas sendiri.

8) Meningkatkan kerja sama lintas sektor untuk penanggulangan masalah GAKY melalui kegaiatan pertemuan POKJA GAKY dengan kegiatan pemeriksaan garam ke pasar yang ada di Kecamatan di Kota Padang.

3. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar

a. Permaalahan

1) Belum tercapai visite rate puskesmas, pemanfaatan puskesmas rawat inap belum maksimal, dan puskesmas rawatan hanya digunakan untuk persalinan.

2) Kasus katarak masih banyak ditemukan dimasyarakat.

3) Gangguan kesehatan jiwa banyak ditemui pada usia anak dan remaja.

4) Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas lebih banyak kuratif daripada promotif dan preventif.

5) Kegiatan perkesmas belum berjalan maksimal dari target 1 perawat 4 KK binaan belum tercapai.

6) Kegiatan program lansia lebih terfokus pada pengobatan, seharusnya program lansia lebih menggutamakan pemberdayaan lansia sehingga bisa hidup mandiri dan dapat bersosialisasi dengan baik.

7) Rumah sakit swasta yang ada dikota Padang, baru sebagian kecil yang sudah penetapan kelas dan akreditasi.

8) Pemeriksaan laboratorium sederhana di puskesmas belum berjalan maksimal.

b. Pemecahan Masalah

1) Melengkapi sarana dan prasarana puskesmas terutama alat-alat dan bahan laboratorium, serta melengkapi peralatan gigi puskesmas.

2) Melatih pemegang program berkaitan dengan penyakit khusus.

3) Meningkatkan pelayanan di puskesmas dan jaringannya.

4) Menganjurkan pada rumah sakit, agar melengkapi kebutuhan dokter spesialis tetap untuk penetapan kelas rumah sakit.

D. BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Seksi Registrasi dan Akreditasi

a. Permasalahan

1) DKK Padang tidak mempunyai data base perizinan. Data yang ada sebatas jumlah tenaga dan sarana yang mengurus registrasi.

2) DKK Padang khususnya seksi registrasi belum mampu untuk melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap registrasi tenaga dan sarana kesehatan yang sudah habis masa berlakunya disebabkan karena kekurangan dana, dan tenaga.

3) Khususnya dalam pengurusan Rumah Sakit dan Klinik membutuhkan waktu yang cukup panjang sampai ke penerbitan registrasi karena persyaratan dari pemohon yang tidak lengkap.

4) Usaha Jasaboga/Catering/Rumah Makan/Restoran masih sedikit yang mengurus sertifikat laik hygiene sanitasi.

b. Pemecahan Masalah

1) Pada saat ini, masalah point 1 dan 2, karena puskesmas merupakan perpanjangan tangan DKK, maka mohon bantuan puskesmas untuk dapat melakukan pemantauan, pengawasan dan melaporkan ke DKK.

2) Masalah point 3, diupayakan setiap tahun mengadakan pertemuan dengan direktur rumah sakit dan klinik serta kerjasama dengan BPMP2T agar memasukkan Rekomendasi DKK untuk menerbitkan izin gangguan.

3) Untuk masalah point 4, perlu kerjasama dengan lintas program (kesling dan farmasi) serta lintas sektor (BPMP2T) untuk memasukkan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi sebagai salah satu persyaratan Izin Gangguan.

2. Seksi Promosi Kesehatan

a. Permasalahan

1) Pos Kesehatan Kelurahan

a) Kegiatan Kelurahan Siaga belum tergambar di Poskeskel, kegiatannya masih lebih berorientasi kepada pelayanan kesehatan dasar atau kegiatan dalam gedung

c) Masih ada bangunan Poskeskel yang belum ditempati

d) Beberapa bidan Poskeskel (PTT) masih tugas rangkap di Poskeskel dan di Puskesmas.

e) Pada umumnya belum ada pendanaan dari Pemerintah Kelurahan untuk kegiatan Kelsi.

2) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Belum semua Puskesmas yang ada Pesantrennya membentuk Pos Kesehatan Pesantren. Dari 10 Pesantren yang ada di Kota Padang baru 5 Pesantren yang terbentuk poskestrennya

3) Upaya Kesehatan Kerja

a) Ketersediaan data dasar jumlah dan jenis UKK di setiap wilayah Puskesmas belum lengkap dan akurat

b) Belum semua Puskesmas membentuk Pos UKK diwilayahnya karena terkendala dengan kurangnya respon dari pemilik usaha untuk membentuk Pos UKK

4) Saka Bakti Husada (SBH)

a) Belum seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan terhadap SBH di wilayah kerjanya

b) Belum terbentuknya pengurus SBH di Dinas Kesehatan Kota Padang

c) Masih kurangnya koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas dengan pengurus kwarcab maupun kwartir tentang kegiatan SBH

5) Tanaman Obat Keluarga

a) Pendataan tentang jumlah KK yang mempunyai Toga belum optimal

b) Masih minimnya pemanfaatan Toga bagi rumah tangga

6) Pengobatan Tradisional (Battra) Belum maksimalnya pembinaan yang dilakukan terhadap Battra yang ada di wilayah masing-masing Puskesmas

7) Posyandu

a) Cakupan D/S 61,2 % dari target 80 %

c) Masih adanya Posyandu yang masih menumpang atau tempat yang tidak representatif.

d) Jumlah Kader aktif untuk beberapa Posyandu berkurang dari yang diharapkan disebabkan kurangnya insentif kader posyandu

8) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

a) Cakupan rumah tangga ber-PHBS 51,21 % dari target 60 %

b) Persentasi beberapa indikator PHBS masih rendah yaitu tidak merokok di dalam rumah (42,7%), pemberian ASI Ekslusif ( 54,7% ), dan Makan buah & sayur (59,8% )

c) Kurangnya pembinaan PHBS terhadap rumah tangga

9) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

a) Masih ada Puskesmas yang belum melaksanakan penyuluhan dalam dan luar gedung sesuai dengan rencana kerja yang dibuat.

b) Masih belum meratanya penyebaran media cetak untuk penyuluhan diwilayah Puskesmas

c) Masih adanya petugas puskesmas yang belum mau menjadi narasumber pada pelaksanaan penyuluhan dalam gedung.

d) Masih kurangnya frekwensi penyuluhan kelliling yang dilaksanakan di masing-masing Puskesmas.

b. Pemecahan masalah

1) Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

a) Melakukan bimbingan teknis langsung ke Petugas di Poskeskel

b) Mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus keluraha siagai yang ada bangunan Poskeskelnya yang terdiri dari : Lurah, LPM dan bidan Poskeskel, serta membuat kesepakatan secara tertulis untuk mengaktifkan forum kelsi yang ditanda tangani oleh perwakilan dari Lurah, LPM dan bidan yang ada bangunan poskeskelnya

c) Memberikan masukan kepada Pimpinan Puskesmas pada saat bintek agar bangunan Poskeskel ditempati dan Bidan penanggungjawab

Poskeskel tidak melakukan tugas rangkap, akan tetapi hanya bertugas di Poskeskel atau di Kelurahan saja

d) Memberikan masukan pada saat bintek terhadap Lurah agar

membuat anggaran untuk kegiatan Kelurahan Siaga

2) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Perlu peningkatan advokasi dan motivasi oleh Puskesmas terhadap Penanggung jawab Pesantren dan Instansi terkait (Kemenag dan Dinas Pendidikan) oleh Dinas Kesehatan Kota Padang dalam upaya pembentukan Poskestren

3) Upaya Kesehatan Kerja

a) Puskesmas melakukan pendataan kembali untuk mendapatkanjumlah dan jenis UKK yang ada diwilayah kerjanya

b) Puskesmas dianjurkan untuk membentuk Pos UKK dengan memprioritaskan kepada jenis UKK /unit usaha yang mempunyai dampak lebih beresiko terhadap kesehatan serta perlu peningkatan advokasi dan motivasi terhadap pemilik usaha dalam upaya pembentukan Pos UKK

4) Saka Bakti Husada (SBH)

a) Memberikan motivasi kepada Petugas Promkes Puskesmas agar melakukan pembinaan terhadapanggota pramuka (SBH) yang ada di wilayah kerjanya.

b) Perlu upaya untuk pembentukan pengurus SBH di Dinas Kesehatan Kota Padang

c) Meningkatkan koordinasi baik terhadap kwarcab maupun kwartir untuk pembinaan SBH terhadap anggota pramuka yang ada di Kota Padang

5) Tanaman Obat Keluarga

a) Memberikan masukan serta arahan agar petugas puskesmas melengkapi data-data jumlah KK yang mempunyai Toga

b) Mengadakan sosialisasi tentang manfaat TOGA bagi kesehatan pada tahun 2014 serta melakukan pembinaan secara langsung ke kelurahan yang ada TOGA percontohannya.

6) Pengobatan Tradisional (Battra) Perlu upaya peningkatan pembinaan terhadap Battra oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kota Padang yang ada di wilayah kerja Puskesmas pada tahun 2014

7) Posyandu

a) Memotivasi petugas agar lebih pro aktif terhadap sasaran posyandu dengan melakukan kunjungan rumah bersama kader serta membuat kegiatan inovatif di posyandu.

b) Mengupayakan melalui Kemenkes untuk pengadaan sarana dan prasarana posyandu

c) Puskesmas mendorong tokoh masyarakat untuk menyediakan tempat yang representatif untuk kegiatan Posyandu

d) Mengupayakan pertemuan dengan Pokjanal Posyandu Kota Padang untuk membahas masalah penganggaran insentif kader posyandu

8) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

a) Meningkatkan sosialisasi tentang PHBS baik terhadap lintas program maupun lintas sektor.

b) Meningkatkan penyuluhan terhadap rumah tangga tentang indikator PHBS yang masih bermasalah, melalui penyuluhan individu maupun kelompok serta menyebarluaskan leaflet-leaflet yang berhubungan dengan indikator PHBS tersebut.

c) Melakukan pembinaan secara intensif terhadap rumah tangga yang tidak sehat

9) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

a) Penyuluhan dalam gedung dilaksanakan 2 kali seminggu atau 8 kali sebulan. Penyuluhan luar gedung dilaksanakan pada saat kegiatan Posyandu , UKS dan pertemuan-pertemuan lainnya. Materi yang diberikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan tersebut.

b) Peningkatan penyebarluasan informasi kesehatan melalui media cetak seperti leaflet, brosur maupun foto kopy bahan penyuluhan.

d) Menegaskan kepada Puskesmas untuk meniungkatkan frekwensi penyuluhan keliling.

3. Seksi Pendidikan dan Pelatihan

a. Permasalahan

1) Dari hasil pemantauan Tugas Belajar dan Izin Belajar ke Puskesmas didapatkan permasalahan sbb :

a) Puskesmas tidak memiliki daftar tentang nama-nama pegawai yang akan mengikuti pendidikan lanjutan

b) Pegawai yang memiliki latar pendidikan kejuruan dan program Diploma I tidak bersedia melanjutkan pendidikan ke DIII dengan berbagai alasan.

c) Tidak semua pegawai yang sedang mengikuti pendidikan memiliki surat izin yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Beberapa diantaranya baru mengurus surat izin kuliah ke DKK untuk selanjutnya ke BKD setelah perkuliahan berlangsung, bahkan disaat masa pendidikan hampir selesai.

d) Program studi atau kompetensi pendidikan yang dipilih/diikuti kadang tidak sesuai atau linier dengan dasar pendidikan yang telah dimiliki dan tidak dibutuhkan oleh organisasi (puskesmas).

e) Pegawai yang sedang mengikuti pendidikan tidak mematuhi peraturan yang ada dalam Peraturan Walikota no 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Tugas Belajar dan Izin belajar bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara di lingkungan Pemko Padang. Misalnya mengenai aturan pangkat dan golongan. Masih ada beberapa pegawai yang mengajukan izin maupun tugas belajar yang tidak bisa diterbitkan SK tugas belajar dari Walikota maupun SK izin belajar dari Sekretaris Daerah

2) Dari hasil pemantauan dan bimbingan tekhnis mengenai pembuatan berkas DUPAK di puskesmas, ditemui beberapa permasalahan antara lain:

a) Keterlambatan membuat DUPAK disebabkan oleh kelalaian petugas dan memasukkan DUPAK yang tidak sesuai jadwal sehingga menumpuk dengan berkas pada periode selanjutnya

b) BCP tidak pernah dibuat, sehingga timbul rasa malas untuk membuat DUPAK, bahkan untuk beberapa semester berturut-turut

c) Masih banyak pejabat fungsional yang tidak memasukkan Dupak (daftar usulan penilaian angka kredit) sesuai dengan periode yang sudah ditetapkan yaitu periode Januari s/d Juni dan periode Juli s/d Desember.

3) Dari hasil pemberian izin lahan praktek bagi mahasiswa Institusi Pendidikan Kesehatan di Kota Padang Penumpukan kelompok mahasiswa dari berbagai Institusi Pendidikan dan berbagai kompetensi di satu tempat/puskesmas pada saat yang berbarengan

b. Pemecahan masalah

1) Puskesmas harus memiliki daftar dan skala prioritas bagi tenaga kesehatan / puskesmas yang akan melanjutkan pendidikan

2) Disarankan kepada seluruh tenaga jabatan fungsional di puskesmnas agar membuat DUPAK dengan membuat BCP secara teratur setiap hari. “Tulis apa yang dikerjakan, kerjakan apa yang ditulis”.

3) BCP diharapkan dibuat secara baik dan benar, dan diperiksa serta ditandatangani oleh pimpinan puskesmas secara periodik 1-2 minggu sekali.

4) Dijelaskan kepada tenaga dengan jabatan fungsional di puskesmas bahwa apabila tidak membuat DUPAK akan diberikan sanksi berupa :

a) Tidak membuat DUPAK selama 2 semester diberikan teguran tertulis

c) Tidak membuat DUPAK selama 10 semester diberhentikan dari jabatan fungsional.

E. BIDANG JAMINAN DAN SARANA KESEHATAN

1. Seksi Sarana Kesehatan

a. Permasalahan

1) Pengadaan obat-obatan harus mengacu pada Juknis DAK tahun 2013, yaitu melalui e-katalog, masalah yang ditemui proses sosialisasi e- katalog baru dilakukan pada bulan Juni 2013, sehingga terjadi keterlambatan proses pengadaan. Karena pengadaan melalui e-katalog melingkupi seluruh wilayah Indonesia sehingga terjadi ketidakmampuan beberapa perusahaan untuk menyediakan beberapa item obat. Maka untuk pencairan dana disesuaikan dengan obat yang diterima oleh pihak pengguna (Dinas Kesehatan Kota Padang). Sehingga muncul masalah dalam pencairan dana anggaran yang berjalan.

2) Masalah proses pembangunan Gudang Farmasi, keterlambatan pada proses perencanaan pisik disebabkan oleh proses tender ulang untuk menetapkan pemenang konsultan perencana, dan belum finalnya lokasi pembangunan kantor Gudang Farmasi. Dan untuk tender pisik Gudang Farmasi, proses tender di ULP Kota Padang hanya diikuti oleh 1 calon penyedia. Berdasarkan perpres No.54.tahun 2010, jo Perpres No.70 tahun 2012. Maka pelelangan tersebut dinyatakan gagal. Karena waktu pelaksana an semakin kurang dari 90 hari maka tender tidak bisa dilanjut kan pada tahun 2013, dan diusulkan dilanjutkan / diluncurkan pada tahun 2014.

b. Pemecahan masalah

1) Untuk tahun 2014, karena pejabat pengadaan dan pelaksanaan kegiatan sudah paham dengan e-katalog maka pengadaan diharapkan dapat diproses lebih cepat. Pihak terkait dalam pengadaan Obat-obatan: ULP,

Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah (DPPKA), Bagian Pembangunan, BAPPEDA Kota Padang.

2) Diusahakan untuk luncuran dana belanja modal pembangunan Gudang Farmasi, belanja konsultan pengawasan dan sisa dana pembayaran konsultan perencanaan yang baru dibayarkan 85% dari nilai kontrak pada Anggaran DAK 2014. Pihak terkait dalam pengadaan: Tim TAPD, Dinas DPKA, Dinas PU, Bagian Pembangunan, Dinas TRTB, BAPPEDA, ULP.

3) Untuk melakukan antisipasi keterlambatan pekerjaan maka diupayakan perencanaan tersusun sebelum pengadaan dimulai atau Anggaran belanja Modal dan Anggaran belanja langsung ditetapkan.

2. Seksi Jaminan Kesehatan

a. Permasalahan

1) Masih kurang optimalnya pencatatan dan pelaporan Puskesmas ke DKK serta laporan bulanan yang masih tidak tepat waktu setiap tanggal 5 sehingga terganggunya administrasi pelaporan DKK.

2) Masyarakat miskin kurang disiplin membawa kartu berobat Jamkesda dan Jamkesmas sehingga pencapaian kunjungan peserta Jamkes Puskesmas tidak maksimal yang mengakibatkan penyerapan dana Jamkes juga tidak maksimal

b. Pemecahan masalah

1) Agar pengelola program Jamkes Sumbar Sakato lebih meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas dan DKK menjadi lebih baik.

2) Membuat standar operasional prosedur (SOP) kunjungan peserta Jamkes ke Puskesmas serta mensosialisasikan aturan penggunaan kartu Jamkes (Jamkesda/ Jamkesmas)

3. Seksi Farmasi

a. Permasalahan

1) Pengelolaan obat di apotek swasta masih belum memenuhi ketentuan

2) Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

3) Belum berjalannya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 di Apotek serta pada jam buka apotek masih ada yang tidak mempunyai tenaga teknis farmasi dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien.

4) Masih ditemukan toko obat yang melanggar Kepmenkes No. 1331 Tahun 2002 Tentang Pedagang Eceran Obat, misalnya tidak mempunyai Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab, menjual obat keras dan tidak mempunyai izin.

5) Manajemen pengelolaan obat di puskesmas masih ada yang perlu ditertibkan dan penggunaan obat generik baru mencapai 96,64 % belum mencapai 100%, tetapi sudah diatas target (90 %)

6) Masih ada makanan minuman yang tidak mempunyai label Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga ( P-IRT) yang beredar di masyarakat.

7) Masih ditemukan Sertifikat Industri Rumah Tangga Pangan dengan kode SP-IRT belum ditukar/diganti dengan (P-IRT).

8) Masih ditemukan toko makanan-minuman / swalayan /distributor menjual makanan-minuman dan parcel yang kurang memperhatikan tanggal kadaluarsa dan rusak / tidak layak dikomsumsi ataupun makanan-minuman yang tidak memenuhi syarat / tidak ada izin edar.

b. Pemecahan masalah

1) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelola obat di apotek swasta (APA) yang masih belum memenuhi ketentuan Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perizinan Apotek, serta melakukan sosialisasai PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

2) Apotek sebagai tempat melakukan pekerjaan kefarmasian terus diupayakan pengelolaan obatnya dilakukan oleh apoteker sebagai penaggung jawab penuh. Setiap mutasi obat harus selalu dipantau oleh apoteker.

3) Pemesanan obat harus menggunakan surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker,untuk menghindari pemesanan obat palsu ( obat yang tidak punya izin edar ).

4) Dari hasil supervisi Seksi Kefarmasi,kurangnya kehadiran Apoteker dan Asisten Apoteker sebagai pelaksana teknis di apotek menyebabkan pengelolaan obat diambil alih oleh pemilik apotek ( PSA ) yang memiliki latar belakang non farmasi, terutama apotek yang dulunya berstatus sebagai toko obat.

5) Untuk pemantauan apotek tersebut perlu pengawasan secara berkala, terutama menertibkan kehadiran Apoteker dan Asisten Apoteker dan meningkatkan kinerja tenaga teknis farmasi tersebut agar membenahi manejemen apotek yang dikelolanya. Bagi Apotek yang melanggar ketentuan Kepmenkes tersebut diatas, diberikan Peringatan atau Teguran yang akhirnya sampai pada pencabutan Izin Apotek.

6) Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab toko obat tidak ada pada jam buka toko obat sehingga pengelolaan toko obat diambil alih oleh pemilik toko obat. Hal ini menyebabkan terjadinya pelanggaran yang tidak

7) sesuai dengan Kepmenkes No. 1331 Tahun 2002 tentang Pedagang Eceran Obat, yaitu pemilik toko obat melayani penjualan obat keras (Obat Daftar G).

8) Pembinaan dan pengawasan dari Seksi Kefarmasi terutama mendata toko obat yang tidak mempunyai izin operasional dan memberikan Peringatan/ Teguran pada toko obat yang belum mempunyai izin serta melakukan pelanggaran dalam pengelolaan obat, termasuk menegur Asisten Apoteker penanggung jawabnya, supaya hadir ke toko obat untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian.

9) Upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap & motivasi serta upaya manajerial dengan memberikan tuntunan kepada pemberi pelayanan dalam melakukan praktek pengobatan. Misalnya dengan memberlakukan pedoman pengobatan dasar, daftar obat esensial untuk pemilihan obat, menerapkan sistem pemantauan dan supervisi serta umpan balik terhadap penggunaan obat generik.

10) Melakukan penyuluhan dan menerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), bagi industri rumah tangga yang belum

11) Melakukan pembinaan dan pengawasan serta menyarankan kepada pengelola industri rumah tangga yang masih memiliki Sertifikat Industri Rumah Tangga Pangan dengan kode SP-IRT agar ditukar/diganti dengan (P-IRT), sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat & Makanan Republik Indonesia Nomor: HK.03.1.23.04.12.2205 tanggal 5 April 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT).

12) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana distributor makanan-minuman serta parcel yang masih mengedarkan makanan- minuman yang telah kadaluarsa, rusak/ tidak layak dikomsumsi ataupun makanan-minuman yang tidak memenuhi syarat / tidak ada izin edar.

BAB IX PENUTUP

Laporan Tahunan Tahun 2013 menggambarkan program dan kegiatan yang telah di laksanakan di Dinas Kesehatan Kota Padang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Program dan kegiatan yang di laksanakan berdasarkan target dan standar pelayanan minimal yang telah di tetapkan sebagai indicator pembangunan kesehatan. DLaporan Tahunan ini juga memuat permaslahan dan solusi yang diusulkan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya.

Demikianlah Laporan Tahunan 2013 ini disusun untuk dapat menjadi gambaran capaian kinerja program kesehatan yang mendukung pembangunan Kesehatan di Kota Padang. Laporan ini dapat di jadikan pedoman pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun berikutnya.

258