Konsep Dasar Keluarga Berencana
2.5. Konsep Dasar Keluarga Berencana
2.5.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu upaya untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 2011)
Kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. (BKKBN,2013)
2.5.2. Fisiologi Keluarga Berencana Progam KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
Mekanisme kontrasepsi hormonal antara lain dengan penggunaan estrogendan progestin terus menerus terjadi penghambatan ovulasi-komponen esterogen menghambat sekresi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga pertumbuhan folikel tertekan sementara progesteron terutama menghambat lonjakan luitenizing hormone (LH) juga menghambat ovulasi. Mengubah mukus menjadi lebih sedikit, kental, dan seluler dengan daya regang yang rendah sehingga transportasi dan
penetrasi sperma terganggu. Tipe mukus serviks seperti ini di timbulkan oleh Kontrasepsi kombinasi pada semua dosis dan menimbulkan efek kontraseptif tambahan apabila tetap terjadi ovulasi. Mengubah endometrium menjadi atrofik, dan tidak reseptif terhadap implantasi, disebabkan oleh kelenjar mikrotubular dan kondensasi fibroblastik pada stroma. Pada pemakaia jangka panjang, endomentrium secara progresif menipis dan atrofik. Pembentukan pembuluh darah berkurang dan produksi prostaglandin uterotonik dan vasoaktif menurun sehingga pada pemakai KOK withdrawal bleeding menjadi sedikit dan kurang nyeri. Jenis-jenis Keluarga berencana yang mengandung hormonal : Pil kombinasi, suntik kombinasi, kontrasepsi progestin ( suntik progestin, pil progestin, AKBK/implant, AKDR dengan progestin).
Kontrasepsi non hormonal yaitu kontrasepsi yang sama sekali tidak menggunakan hormone apapun sehingga pencegahan kehamilannya pun tiap metode berbeda. Beberapa metode nonhormal yaitu :
1. Senggama terputus : metode ini di lakukan dengan cara dimana pria mengeluarkan penisnya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
2. Pantang Berkala : metode ini dilakukan dengan cara menghindari senggama saat dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda kesuburan seperti keluarnya lendir encer dari liang vagina.
3. Kondom : menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
4. Diafragma : metode ini dilakukan dengan cara menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
5. Spermisida : merupakan bahan kimia (biasanya non oksinol-9) sehingga cara kerjanya yaitu menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
6. Alat kotrasepsi Dalam Rahim/ AKDR : menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang memengaruhi enzim- enzim endometrium, metabolism glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma.
2.5.3. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana
1. Subyektif
a. Keluhan Utama atau alasan kunjungan : apabila calon akseptor baru tanyakan ingin menggunakan KB jangka panjang/pendek, jenis KB yang di harapkan, rencana KB.
b. Riwayat kesehatan : untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi KB yang berhubungan dengan KB hormonal.
c. Riwayat KB : untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB dan beralih ke kontrasepsi apa.
d. Kehidupan Sosial Budaya : untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien.
e. Seksual : Menggambarkan keluhan pada saat melakukan hubungan seksual, frekuensi dan terakhir melakukan hubungan seksual.Pada akseptor KB dianjurkan melakukan hubungan seksual sebagaimana mestinya yakni 2- 3x/minggu dengan catatan tidak ada keluhan/erosi/perdarahan yang dapat mengarah ke masalah potensial.
f. Riwayat ginekologi : pernah/ tidak perdarahan pervagina yang tidak di ketahui penyebabnya, pernah/tidak abortus, memiliki penyakit seperti tumor jinak, kanker alat genital, TBC pelvik atau tidak. ( Data untuk AKDR saja)
g. Riwayat Haid : Siklus/ jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan Normalnya 23-32 hari. Dismenorea : ya/ tidak , Flour albus : ya/tidak (tidak gatal , tidak berbau , bening) . (untuk AKDR). (Sulistyawati, 2010)
h. Riwayat obstetrik Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan, penolong persalinan, apakah ibu menyusui atau tidak..
2. Obyektif yaitu data yang didapat melalui pemeriksaan.
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Keadaan Umum : baik/ kurang baik
2) Kesadaran
: Komposmentis/apatis/somnolen.
3) Tanda-tanda vital :
a) Tekanan Darah (N110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg. Bila >140/90 mmHg) hati-hati adanya hipertensi. Jika tekanan darah < 180/110 mmHg tidak diperbolehkan untuk menggunakan KB Kombinasi.
b) Nadi normal : 60-100 menit. Bila abnormal mungkin ada kelainan jantung, sebagai kontraindikasi KB hormonal.
b. Pemeriksaan fisik khusus
1) KB Hormonal
a) Mata jika ditemukan sklera berwarna kuning ? Adanya indikasi penyakit hati. Ini merupakan kontraindikasi KB hormonal. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi non hormonal.
b) Payudara apakah ada benjolan yang mencurigakan di payudara ? Benjolan yang dicurigai sebagai kanker biasanya tidak sensitif, unilateral, tidak biasa bentuknya dengan decreased mobility. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
c) Abdomen apakah ada pembekakan pada hati ? Jika jawaban ya indikasi adanya penyakit hati. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi nonhormonal.
2) KB Non Hormonal
a) Mata jika dijumpai konjungtiva pucat indikasi anemia. Karena anemis merupakan kontraindikasi dari KB IUD. Jika klien tetap meminta untuk AKDR dipasang, boleh dipasang, tetapi lakukan evaluasi sesudah 3 bulan. Jika ditemukan sklera berwarna kuning ? Adanya indikasi penyakit hati. Ini a) Mata jika dijumpai konjungtiva pucat indikasi anemia. Karena anemis merupakan kontraindikasi dari KB IUD. Jika klien tetap meminta untuk AKDR dipasang, boleh dipasang, tetapi lakukan evaluasi sesudah 3 bulan. Jika ditemukan sklera berwarna kuning ? Adanya indikasi penyakit hati. Ini
b) Abdomen apakah terdapat perasaan nyeri di abdomen atau nyeri tekan ? Temuan ini dapat memberikan kesan kemungkinan hamil. Beri perhatian khusus sewaktu melakukan pemeriksaan dalam AKDR jangan dipasang kalau kuat sangkaan adanya hamil. (Biran, 2011)
c) Genetalia apakah ada ulkus, pembengkakan kelenjar bartholin dan kelenjar skene. Pemeriksaan dalam dengan pemeriksaan menggunakan inspekulo: perhatikan cairan vagina, serfisistis dan bila ada indikasi lakukan pap smear dan pemeriksaan bakteriologis terhadap gonorrhoe. Pemeriksaan bimanual: Untuk menetukan besar, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan – kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ – organ sekitarnya ( nyeri goyang serviks, tumor adneksa). terdapat/ tidak infeksi alat genital seperti vaginitis dan servisitis, ada/tidak tumor jinak rahim, ada/tidak TBC pelvik, ada/tidak kanker alat genital, ukuran rongga panggul >5 cm. ( pemeriksaan untuk AKDR saja)(Sri, 2011)
c. Pemeriksaan Dalam (dilakukan jika memilih KB jenis AKDR)
1) Pemeriksaan menggunakan inspekulo : perhatikan cairan vagina, serfisistis dan bila ada indikasi lakukan pap smear dan pemeriksaan bakteriologis terhadap gonorrhoe.
2) Pemeriksaan bimanual : Untuk menetukan besar, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan – 2) Pemeriksaan bimanual : Untuk menetukan besar, bentuk, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan –
3. Analisis Data terdiri dari diagnosa, masalah, kebutuhan segera dan diagnosa potensial. Diagnosa merupakan penyimpangan dari data subyektif dan obyektif yang ada di Nomenklatur, sedangkan masalah adalah penyimpangan data subyektif dan obyektif yang tidak ada di Nomenklatur (jika ada). Diagnosa potensial merupakan tanda-tanda yang mungkin timbul berdasarkan hasil pengkajian. Misal: Ny ‘…’ P APAH , Usia..... dengancalon akseptor KB…
4. Penatalaksaan terdiri dari 3 unsur yaitu intervensi, impelementasi dan evaluasi. Untuk melakukan penatalaksanaan pada KB sebelumnya kita rencanakan tindakan apa yang akan dilakukan disusun sesuai prioritas dan sistematis seperti beritahu hasil pemeriksaan pada ibu, beritahu macam-macam KB, beritahu keuntungan, kerugian dan efek samping dari masing-masing KB, bantu ibu dan suami memilih, beritahu cara penggunaan/pemasangan, anjurkan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi tambahan, beritahu kontrol ulang dan apabila sewaktu-waktu bermasalah dengan kontrasepsi yang digunakan. Kemudian dilakukan implementasi, ini berupa pelaksanaan dari rencana yang telah disusun kemudian di sampaikan ke pasien dengan kata kerja dan bahasa yang mudah dimengerti. Lalu kita evaluasi dengan melihat ekspresi ibu, seperti apakah ibu kooperatif, ibu memahami, ibu antusias, dll.