Penerapan Pengendalian Kualitas Statistik

D. Penerapan Pengendalian Kualitas Statistik

Dalam menyelesaikan masalah pengendalian kualitas benih melon untuk mengurangi tingkat kerusakan produk yang terjadi di CV. MGA dapat dilakukan dengan penerapan pengendalian kualitas statistik dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

commit to user

Berdasarkan data pada tabel 5 maka terdapat jumlah produk cacat yang cukup besar, sehingga perlu dianalisis dengan peta kendali p untuk mengetahui sejauh mana produk cacat yang terjadi masih di dalam batas kendali statistik. Peta kendali p mempunyai manfaat untuk membantu pengendalian kualitas produksi dan dapat memberikan informasi mengenai kapan dan dimana perusahaan harus melakukan perbaikan kualitas. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam membuat peta kendali p :

a. Menghitung nilai proporsi produk yang cacat p =

Keterangan : np : jumlah gagal n : jumlah yang diperiksa Maka perhitungan datanya adalah sebagai berikut: Melon MAI 116 :

= 0,23

Melon LADIKA : p =

= 0,35

Melon MAI 119 : p =

= 0,32

b. Menghitung garis pusat atau central line (CL) Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan produk ( )

CL = = Keterangan :

∑np : jumlah total yang rusak ∑n : jumlah total yang diperiksa

Maka perhitungannya adalah :

commit to user

CL = =

= 0,324

c. Menghitung batas kendali atas atau upper control limit (UCL) UCL = + 3 Keterangan :

: rata-rata ketidak sesuaian produk n : jumlah produksi

Maka perhitungannya adalah : UCL = + 3

= 0,324 + 3

= 0,334

d. Menghitung batas kendali bawah atau lower control limit (LCL) LCL = - 3 Keterangan :

: rata-rata ketidak sesuaian produk n : jumlah produksi

Maka perhitungannya adalah : LCL = - 3

= 0,324 - 3

= 0,323

Tabel 6. Hasil Perhitungan Batas Kendali Produksi Benih Melon di CV.

Jumlah produksi

(biji)

Jumlah produk

rusak (biji)

Proporsi

produk rusak (p)

0,324 0,325 0,323 Sumber : Data Produksi Benih Melon Tahun 2012 Menggunakan Rumus

Peta Kendali p

Berdasarkan perhitungan tabel 6, maka dapat dibuat grafik peta kendali p sebagai berikut :

commit to user

UCL=0,3253 LCL=0,3231

P Chart of jumlah produk rusak

Tests performed with unequal sample sizes

Gambar 6. Peta Kendali p Terhadap Jumlah Produk Rusak di CV. MGA

Tahun 2012

Keterangan :

1. Melon varietas MAI 116

2. Melon varietas LADIKA

3. Melon varietas MAI 119 Berdasarkan grafik peta kendali p di atas dapat diketahui bahwa data produksi benih melon tahun 2012 yang diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas kendali yang telah ditetapkan bahkan banyak yang keluar dari batas kendali. Terdapat dua titik yang berada diluar batas kendali dan satu titik yang berada di dalam batas kendali. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses tidak terkendali karena adanya titik yang berfluktuasi menunjukkan bahwa proses produksi masih mengalami penyimpangan. Dua titik yang berada diluar batas kendali merupakan benih melon varietas MAI 116 dan LADIKA karena nilai proporsi produk rusak yaitu 0,23 dan 0,35 yang berada di luar batas kendali atas yaitu 0,325 dan batas kendali bawah sebesar 0,323. Satu titik yang diterima didalam batas kendali yaitu benih melon varietas MAI 119 dengan nilai proporsi produk rusak 0,32 yang berada di dalam batas kendali atas dan bawah yang ditetapkan. Hal tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas benih melon di CV. MGA memerlukan adanya perbaikan.

commit to user

Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Dengan diagram ini dapat diketahui jenis produk cacat yang paling dominan berdasarkan data hasil produksi benih melon tahun 2012.

Berikut ini merupakan tabel 7 yang telah diurutkan berdasarkan jumlah produk yang cacat mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan dibuat persentase kumulatifnya: Tabel 7. Jumlah Jenis Produk Cacat Benih Melon, 2012

No Jenis produk cacat Jumlah (biji) Persentase Persentase kumulatif

Sumber : CV. MGA Tahun 2012 Berdasarkan tabel 7 di atas maka dapat disusun diagram pareto seperti terlihat pada gambar berikut :

jumlah produk cacat

jenis produk cacat

kikik gabuk kikik

Pareto Chart of jenis produk cacat

Gambar 7. Diagram Pareto Produk Rusak Benih Melon di CV. MGA

Tahun 2012

commit to user

produk diketahui jenis gabuk merupakan jenis kerusakan terbanyak dibanding dengan jenis kecil dan kikik, karena jumlah produk rusak jenis gabuk sebesar 617.500 biji, sedangkan kecil dan kikik berturut-turut sebesar 18.250 dan 34.500 dari total jumlah produksi. Jenis-jenis produk cacat tersebut terjadi pada saat proses produksi dan langsung dipisahkan dari produk yang baik supaya produk cacat tersebut tidak sampai ke tangan konsumen. Setelah diketahui tabel 5 mengenai jenis-jenis kerusakan produk benih melon maka, dapat dibuat tabel yang mengurutkan berdasarkan jumlah produk cacat mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan dibuat persentase kumulatifnya. Persentase kumulatif berguna untuk menyatakan berapa perbedaan yang ada dalam frekuensi kejadian diantara beberapa permasalahan yang dominan.

Dari hasil pengamatan pada gambar 7 dapat diketahui bahwa 92,13% kerusakan yang terjadi pada produksi benih melon di CV. MGA tahun 2012 adalah produk rusak jenis gabuk kemudian jenis kikik sebesar 5,15% dan jenis kecil sebesar 2,72%. Sehingga perbaikan yang dapat dilakukan dengan memfokuskan pada produk rusak jenis gabuk. Hal ini dikarenakan produk rusak jenis gabuk tersebut mendominasi hampir mencapai 100% dari total kerusakan yang terjadi pada produksi benih melon di CV. MGA.

3. Menentukan Faktor Penyebab Dominan Dengan Menggunakan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat yaitu alat untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah produk cacat jenis gabuk. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam:

a. Material atau bahan baku merupakan komponen dalam menghasilkan suatu produk menjadi produk jadi

b. Machine atau mesin yaitu berbagai peralatan yang digunakan selama proses produksi berlangsung untuk menghasilkan produk jadi

c. Man atau tenaga kerja merupakan orang atau pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi

commit to user

perusahaan yang harus diikuti dalam proses produksi

e. Environment atau lingkungan merupakan keadaan sekitar tempat produksi yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses produksi

Sebagai alat bantu untuk mencari faktor penyebab timbulnya kerusakan tersebut maka digunakan diagram sebab akibat untuk menelusuri penyebab terjadiya produk cacat jenis gabuk. Adapun penggunaan diagram sebab akibat untuk menelusuri jenis gabuk pada produk cacat adalah sebagai berikut :

Proses penyilangan

Sprayer Perompesan

Kurang teliti

rusak

kurang teliti

Dosis pupuk

kurang teliti

Iklim Sulit diperkirakan

Kelembaban

tinggi

Gambar 8. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Produk Rusak

Jenis Gabuk di CV. MGA Gabuk merupakan jenis produk cacat dari benih melon yang benihnya tidak berisi (kopong). Dalam produksi benih melon jenis produk cacat gabuk ini sering sekali terjadi dan jumlahnya cukup besar dibanding dengan jenis produk cacat lainnya. Melalui diagram sebab akibat untuk menentukan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas benih melon

Manusia

Gabuk

Peralatan

Lingkungan

commit to user

ditimbulkan dan tingkat kepentingan penyebab yang berkaitan langsung dengan kualitas benih melon. Diperoleh bahwa diantara ke tiga faktor tersebut faktor yang paling dominan yang mempengaruhi banyaknya produk cacat benih melon jenis gabuk yaitu faktor manusia, setelah itu faktor lingkungan, dan faktor peralatan. Faktor manusia menjadi faktor utama menjadi penyebab banyaknya produk cacat jenis gabuk yang mempengaruhi kualitas benih melon secara langsung di CV. MGA karena disebabkan faktor manusia memiliki subfaktor yang sering muncul dari pada faktor yang lain. Banyaknya produk cacat benih melon jenis gabuk ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi, faktor-faktor tersebut adalah: Tabel 8. Faktor yang Diamati dan Masalah yang Terjadi Pada Kerusakan

Produk Benih Melon Jenis Gabuk di CV. MGA No Faktor yang

a. Kurang teliti dalam perompesan

b. Kurang teliti dalam teknik penyilangan

c. Kurang teliti dalam pemberian dosis pupuk

2 Lingkungan a. Kelembaban udara tinggi

b. Iklim yang tidak bisa diperkirakan oleh manusia

3 Peralatan

a. Sprayer yang sering rusak

Sumber : Data Primer Tahun 2012

1) Faktor Manusia

a) Kurang Teliti Dalam Proses Pemeliharaan Perompesan yang dilakukan saat budidaya tanaman melon masih terjadi kesalahan yang dilakukan oleh karyawan yang kurang teliti. Kegiatan perompesan yaitu kegiatan untuk memangkas tunas air yang tidak produktif. Tunas air yang seharusnya dipangkas pada bagian ke 1-8 dan menyisakan tunas air ke 9-11 sebagai calon buah, akan tetapi karyawan yang kurang teliti melakukan perompesan pada tunas air ke 1-12. Akibat kesalahan dalam perompesan tersebut, pengaruhnya langsung ke benih yang daya tumbuhnya kurang baik.

commit to user

9-11 yang merupakan tunas produktif. Pada tunas air ke 9-11 mendapatkan sinar matahari yang maksimal sehingga saat berlangsungnya fotosintesis hasil fotosintesis dialokasikan untuk memunculkan bunga, akan tetapi karena kesalahan dalam perompesan maka tunas air yang ada bukanlah tunas air yang produktif melainkan tunas air yang tidak produktif karena tidak melakukan fotosintesis. Tunas air yang tidak produktif itu akan menyebabkan pertumbuhan bakal buah tidak maksimal karena tidak melakukan fotosintesis secara langsung sehingga energi yang diperoleh hanya berasal dari sisa hasil fotosintesis yang dilakukan oleh tunas produktif. Hal ini menyebabkan, seharusnya tunas produktif dapat memberikan hasil fotosintesis secara penuh untuk pertumbuhan bakal buah akan tetapi dengan adanya tunas tidak produktif hasil fotosintesis tersebut dibagi sebagai pertumbuhan tunas tersebut. Akibat energi yang diperoleh terbatas untuk pembentukan buah maka akan berdampak pada pembentukan benih dalam buah tersebut, benih yang terbentuk tidak maksimal perkembangannya dan dapat mengakibatkan benih kopong. Tujuan perompesan yaitu agar proses produksi berlangsung maksimal, mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman sehingga mengurangi resiko terserang hama penyakit. Jika buah sudah terbentuk maka dilakukan kegiatan topping yaitu pemangkasan pucuk batang dengan tujuan agar pertumbuhan vegetatif terhenti sehingga nutrisi hasil fotosintesis fokus diserap untuk pembentukan buah.

b) Kurang Teliti Dalam Proses Penyilangan Teknik penyilangan yang dilakukan dalam proses peroduksi benih melon masih terjadi kesalahan yang dilakukan oleh karyawan yang kurang teliti saat penyilangan melon. Kesalahan yang terjadi yaitu saat mengolesi serbuk sari ke kepala putik yang tidak rata

commit to user

penyerbukan yang tidak sempurna bakal buah yang terbentuk perkembangannya tidak akan optimal. Perkembangan yang tidak optimal pada bakal buah akan mengakibatkan perkembangan benih didalamnya terhambat, dimana benih tersebut banyak yang kopong karena kekurangan energi. Penyerbukan biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar jam 07.00-10.00 jika sudah terlalu siang maka serbuk sari menjadi tidak aktif lagi dalam proses pembuahan (fertilisasi). Selain itu penyerbukan tanaman melon dilakukan ketika tanaman melon berumur 21 hari setelah tanam. Penyerbukan pada tanaman melon dilakukan pada bunga betina yang mekar, kemudian bunga jantan yang sebelumnya sudah dipersiapkan dibersihkan serbuk sarinya dan mengoleskan serbuk sari tersebut ke kepala putik.

c) Kurang teliti dalam pemberian dosis pupuk Pemberian dosis pupuk yang tidak tepat akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Tujuan dari pemberian pupuk yaitu untuk ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan susulan pada tanaman melon harus tepat dosis yang diberikan. Pemupukan susulan pada tanaman melon dilakukan setiap minggu yaitu pada 7, 14, 21, 28 HST pemupukan berupa pupuk NPK dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 20 gr/lt dan 200 gr/lt sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman. Kurang telitinya karyawan dalam pemberian dosis pupuk terkadang berlebihan dan juga kekurangan pada tanaman melon. Kelebihan dosis pupuk akan menyebabkan tanaman melon terlalu sehat sehingga mudah terserang penyakit sedangkan jika kekurangan pupuk akan menyebabkan tanaman melon kurang sehat karena mudah terserang penyakit. Hal ini akan menghambat proses penyerbukan yang terjadi, seperti jika tanaman melon kekurangan unsur kalium. Unsur kalium pada tanaman melon ini berperan dalam penyusunan protein dan karbohidrat untuk memaksimalkan perkembangan buah. Tanaman

commit to user

pertumbuhan tanaman melon sehingga saat terjadinya proses penyerbukan tidak akan maksimal dan berdampak pada perkembangan buah yang ikut terhambat. Terhambatnya perkembangan buah akan menyebabkan benih di dalam buah kekurangan nutrisi sehingga banyak menyebabkan benih kopong dalam buah tersebut.

2) Lingkungan

a) Kelembaban Udara Tinggi Kelembaban yang tinggi mengidentifikasi bahwa uap air di udara juga tinggi, sehingga menyebabkan benih menyerap uap air tersebut dan kadar air benih akan meningkat. Hal ini dikarenakan benih bersifat higroskopis sehingga benih akan menyesuaikan kadar air yang ada di dalam benih dengan kadar air pada lingkungan tempat benih berada. Benih yang sedang dikeringkan di green house akibat kelembaban yang meningkat akan mempengaruhi kualitas dari benih tersebut. Meningkatnya kadar air benih akan menyebabkan penurunan daya tumbuh benih. Daya tumbuh benih yang menurun disebabkan oleh kadar air benih yang tinggi berdampak pada laju respirasi benih menjadi tinggi pula. Respirasi tersebut akan menghasilkan produk yang tidak diperlukan seperti gas karbondioksida, air, dan panas sehingga sejumlah energi dalam benih akan hilang. Kelembaban udara yang tinggi juga dapat merangsang aktivitas jamur Fusarium sp yang berkembang. Dengan suhu yang tinggi benih akan mengadakan metabolisme lebih cepat sehingga menyebabkan daya tumbuh benih menurun dan benih menjadi kopong akibat energi yang digunakan habis dipakai.

b) Iklim yang Sulit Diperkirakan Oleh Manusia Iklim yang sulit diperkirakan saat melakukan budidaya tanaman melon merupakan faktor yang sangat penting sehingga mengakibatkan kesulitan dalam menentukan waktu tanam yang

commit to user

memperkirakan saat panen benih tidak dilakukan pada musim hujan. Kesalahan dalam menentukan waktu tanam bisa mengakibatkan proses pembentukan dan perkembangan benih kurang sempurna sehingga kualitas benih menjadi rendah. Ketika curah hujan tinggi maka kelembaban udara disekitar tanaman melon akan tinggi pula serta meningkatnya kandungan air di dalam tanah. Hal ini akan mempercepat perkembangan patogen yaitu jamur dan bakteri seperti bakteri Erwinia tracheiphila yang menyebabkan penyakit layu bakteri dan jamur Pseudoperonospora cubensis penyakit embun bulu. Jika penyakit tersebut menyerang tanaman melon maka, dapat mempengaruhi perkembangan buah terutama pembentukan benih dalam buah bisa menjadi kopong.

3) Peralatan

a) Sprayer yang Sering Rusak Sprayer yang sering rusak akan menghambat kerja karyawan dalam proses produksi. Karena sprayer ini memudahkan karyawan saat melakukan penyemprotan terhadap hama dan penyakit. Sprayer ini merupkan alat penyemprot yang digunakan untuk meberantas hama, gulma dan penyakit pada tanaman. Jenis sprayer yang digunakan di CV. MGA yaitu hand sprayer. Sprayer ini mudah mengalami kerusakan seperti tabung pompa yang bocor dan selang penyalur bocor. Jika komponen sprayer rusak yaitu tabung pompa yang bocor maka, ketika muncul hama atau penyakit yang menyerang tanaman melon akan sulit diatasi. Kesulitan dalam mengatasi hama atau penyakit yang menyerang tanaman melon akan merangsang penyebaran hama atau penyakit tersebut.

Buah melon yang terkena hama thrips dan sprayer yang digunakan rusak maka, proses penyemprotan hama akan terganggu. Benih dalam buah melon sebagai bahan baku produksi benih tidak akan optimal dalam proses pembentukannya dan dapat menyebabkan

commit to user

menjadikan tanaman sebagai bahan makanan. Ketika hama thrips menyerang, daun akan menjadi kriting, tanaman menjadi kerdil dan tidak dapat membentuk buah secara normal sehingga dengan serangan yang dilakukan oleh hama maka proses fotosintesis pada tanaman terganggu. Daun-daun muda atau tunas baru yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tersebut tidak dapat melakukan proses fotosintesis sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas benih melon.

4. Usulan atau Rekomendasi Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi Penyebab Produk Cacat Pada Benih Melon Setelah mengetahui penyebab yang terjadi pada produk cacat benih melon di CV. MGA melalui diagram sebab akibat, maka dapat dibuat suatu usulan atau rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kualitas benih melon itu sendiri. Usulan atau rekomendasi yang dapat dibuat yaitu sebagai berikut : Tabel 9. Usulan atau Rekomendasi Tindakan Perbaikan Untuk Mengatasi

Penyebab Produk Cacat Pada Benih Melon di CV. MGA

Tindakan Perbaikan

1 Manusia

a. Kurang teliti dalam proses pemeliharaan

b. Kurang teliti dalam proses penyilangan

c. Kurang

teliti

dalam

pemberian dosis pupuk

a. Perusahaan membuat bagian kerja baru yaitu bagian pengwas yang bertugas untuk mengawasi proses produksi

b. Mengadakan program pelatihan kepada seluruh karyawan

2 Lingkungan

a. Suhu udara dan kelembaban tinggi

b. Iklim yang tidak bisa diprediksi oleh manusia

a. Perusahaan menyediakan alat pengeringan benih b. Perusahaan menggunakan plastic house di atas tanaman melon untuk melindungi tanaman dari curah hujan yang tinggi

3 Peralatan

a. Sprayer yang sering rusak

a. Perusahaan secara rutin selalu memeriksa keadaan sprayer dan menyiapkan cadangan sprayer

Sumber : Data Primer Tahun 2012

a. Faktor Manusia

1) Perusahaan Membuat Bagian Kerja Baru yaitu Bagian Pengawas

yang Bertugas Untuk Mengawasi Proses Produksi

commit to user

pengawas yang bertugas untuk mengawasi atau pengecekan ulang selama berlangsungnya proses produksi. Bagian pengawas ini khususnya mengawasi proses penyilangan tanaman melon, saat melakukan perompesan pada tanaman melon, pemberian dosis pupuk pada tanaman melon dan pengecekan semua peralatan produksi. Dengan adanya bagian pengawas maka kinerja karyawan dalam bekerja akan terkontrol dengan baik dan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Diperlukannya bagian pengawas ini karena kualitas merupakan suatu proses yang tidak ada batas akhir akan tetapi merupakan perbaikan secara terus menerus untuk menghasilkan produk yang terjamin kualitasnya. Bagian pengawas ini bertanggung jawab untuk pengecekan kerja selama proses produksi dan memberikan laporan pertanggung jawaban setiap hari kepada pemimpin perusahaan dan kepala bagian produksi benih. Tugas kepala bgaian produksi yaitu memberikan pengarahan kepada karyawan bawahannya dalam melakukan pekerjaan, melakukan tugas atau pekerjaannya terkait dengan kegiatan produksi benih, melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan produksi benih dan membuat laporan pertanggungjawaban mingguan terkait kegiatan proses produksi. Kepala bagian produksi ini walaupun meakukan tugas pengawasan terhadap kegiatan produksi benih akan tetapi tidak semuanya tugas pengawasan bisa dilakukan sendiri oleh kepala bagian akibat banyaknya tugas lain yang harus diselesaikan seperti membuat laporan kegiatan proses produksi benih sehingga diperlukan bagian pengawas khusus untuk mengawasi kegiatan proses produksi benih dari awal sampai akhir dan melakukan pengecekan terhadap peralatan yang digunakan untuk kelancaran proses produksi.

commit to user

Mengadakan program pelatihan kepada seluruh karyawan baik itu karyawan tetap maupun karyawan tidak tetap dalam perusahaan. Perusahaan selama ini hanya memberikan pelatihan kepada karyawan tetap untuk mengikuti pelatihan dalam rangka mempelajari teknik pemuliaan tanaman di Jepang. Sehingga, perusahaan sebaiknya tidak hanya memberikan pelatihan kepada karyawan tetap yang berpotensi tetapi juga kepada seluruh karyawan baik itu karyawan tetap maupun karyawan tidak tetap untuk meningkatkan skill (keterampilan) mereka.

Program pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan bagian kerja karyawan, seperti untuk karyawan bagian prooduksi program pelatihan ini dapat berupa pelatihan mengenai cara meningkatkan kualitas benih melalui penggunaan teknologi yang tepat dalam proses produksi atau perlakuan benih yang baik saat penyimpanan agar benih tetap terjaga kualitasnya meskipun benih sudah lama disimpan. Bagi karyawan yang tidak tetap dapat diberikan pelatihan seperti pelatihan mengenai teknik budidaya yang tepat untuk menghasilkan benih yang berkualitas dan sebagainya. Setiap karyawan yang mengikuti program pelatihan diharapkan karyawan tersebut setelah mengikuti program pelatihan, kinerjanya akan meningkat dan kesalahan dalam proses produksi dapat diminimalisir.

b. Faktor Lingkungan

1) Perusahaan menyediakan alat pengeringan benih

Kelembaban yang tinggi menyebabkan proses pengeringan benih di green house menjadi terhambat. Hal ini dikarenakan pada kondisi lembab benih melon membutuhkan waktu lama dalam proses pengeringan dan dapat menyebabkan benih memiliki kadar air yang tinggi. Akibat kondisi tersebut, perusahaan perlu menyediakan alat pengering benih untuk mengantisipasi terjadinya kondisi kelembaban tinggi di green house. Adanya alat pengering benih ini

commit to user

melon. Alat pengeringan benih ini seperti oven dryer yag dapat mengeluarkan panas merata di dalam oven melalui pengaturan suhu pada oven tersebut. Pengeringan merupakan proses pemindahan kadar air dari benih menuju kadar air kesetimbangan untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan tahan lama untuk disimpan.

2) Perusahaan Menggunakan Plastic House di Atas Tanaman Melon Keadaan iklim yang tidak bisa diprediksi oleh manusia secara pasti dianggap sulit untuk bisa menciptakan iklim yang sesuai dengan keinginan manusia ketika akan bercocok tanam. Akan tetapi jika keadaan iklim tidak mendukung setelah melakukan penanaman melon di lahan, perusahaan bisa menggunakan plastic house di atas tanaman melon sehingga dapat melindungi tanaman dari curah hujan tinggi. Plastic house ini merupakan plastik yang tembus sinar matahari dan biasanya digunakan untuk penutup green house. Dengan menggunakan plastic house di atas tanaman melon dapat memberi manfaat optimal bagi pertumbuhan melon karena terpenuhinya sinar matahari, tidak langsung terkena hujan, dan sirkulasi uadara yang baik disekitar tanaman melon.

c. Peralatan

1) Perusahaan Secara Rutin Selalu Memeriksa Keadaan sprayer Perusahaan secara rutin selalu memeriksa keadaan sprayer yang digunakan agar ketika hama atau penyakit yang menyerang tanaman melon, sprayer dapat digunakan dengan baik. Selain itu, perusahaan juga menyiapkan cadangan sprayer jika sewaktu-waktu sprayer rusak, sehingga saat adanya hama atau penyakit yang menyerang tanaman melon tidak terhambat dalam pengendaliannya. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman melon ini penting dilakukan untuk tetap menjaga kualitas benih saat diproduksi.

commit to user

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis pengendalian kualitas benih melon di CV. MGA Kabupaten Karanganyar, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jenis-jenis kerusakan pada produksi benih melon yang terjadi di CV. MGA ada tiga jenis kerusakan produk yaitu jenis gabuk (benih yang kopong), kikik (benih yang tidak normal) dan kecil (benih yang ukurannya dibawah standar benih normal).

2. Faktor yang mempengaruhi kualitas benih melon di CV. MGA yaitu faktor manusia, lingkungan, metode, bahan baku dan peralatan.

3. Penerapan pengendalian kualitas benih melon di CV. MGA terdiri dari pengendalian terhadap bahan baku, pengendalian terhadap proses produksi dan pengendalian terhadap produk jadi. Pengendalian tersebut dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

4. Penerapan pengendalian kualitas secara statistik diperoleh hasil yaitu :

a. Dalam analisis peta kendali p terdapat dua titik yang berada diluar batas kendali yaitu benih melon varietas MAI 116 dan LADIKA serta satu titik yang diterima yaitu benih melon varietas MAI 119. Hal tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas benih melon di CV. MGA memerlukan adanya perbaikan.

b. Dengan analisis diagram pareto diketahui bahwa 92,13% kerusakan yang terjadi adalah produk rusak jenis gabuk kemudian jenis kikik sebesar 5,15% dan jenis kecil sebesar 2,72%. Sehingga perbaikan yang dapat dilakukan dengan memfokuskan pada produk rusak jenis gabuk.

c. Dengan analisis diagram sebab akibat berdasarkan subfaktor kemunculan penyebab yang ditimbulkan diketahui bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kualitas benih melon adalah faktor manusia selanjutnya faktor lingkungan dan peralatan. Faktor manusia terdiri dari kurang teliti dalam proses perompesan, kurang teliti dalam proses penyilangan, dan

commit to user

suhu dan kelembaban udara yang tinggi dan iklim yang sulit diperkirakan oleh manusia. Faktor peralatan yaitu sprayer yang sering rusak.

B. Saran Saran yang dapat diberikan kepada CV. MGA Karanganyar terkait dengan pengendalian kualitas untuk meningkatkan kualitas benih melon yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan seminimal mungkin dapat mengendalikan jenis-jenis kerusakan produk yang terjadi dengan cara menerapkan pengendalian kualitas secara statistik pada proses produksi benih melon.

2. Perusahaan harus lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas benih melon yaitu faktor tenaga kerja (manusia), peralatan, lingkungan, metode dan bahan baku supaya kualitas benih melon yang dihasilkan tetap terjaga kontinyuitasnya.

3. Perusahaan membuat instruksi kerja secara jelas dan tertulis dalam setiap kegiatan pengendalian kualitas benih melon dari awal proses produksi sampai produk jadi supaya benih melon yang dihasilkan kualitasnya terjamin. Instruksi kerja yang dibuat seperti uraian tugas yang jelas mengenai tahap-tahap teknik penyilangan tanaman melon.

4. Setelah dilakukan penerapan pengendalian kualitas secara statistik maka dapat disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kualitas benih sebagai berikut :

a. Perusahaan membuat bagian kerja baru yaitu bagian pengawas yang bertugas untuk mengawasi proses produksi. Dengan adanya bagian pengawas maka kinerja karyawan dalam bekerja akan terkontrol dengan baik dan kualitas produk yang dihasilkan akan terjamin.

b. Perusahaan mengadakan program pelatihan kepada seluruh karyawan baik itu karyawan tetap ataupun karyawan tidak tetap. Program pelatihan ini disesuaikan dengan bagian kerja karyawan, seperti untuk karyawan bagian produksi program pelatihan ini dapat berupa pelatihan mengenai cara meningkatkan kualitas benih melalui penggunaan teknologi yang

commit to user

diberikan pelatihan seperti pelatihan mengenai teknik budidaya yang tepat untuk menghasilkan benih yang berkualitas

c. Perusahaan menyediakan alat pengeringan benih seperti oven dryer yang dapat mengeluarkan panas merata dengan mengontrol suhu yang ada pada mesin oven dryer tersebut untuk mengantisipasi terjadinya kondisi kelembaban tinggi di green house.

d. Perusahaan dapat menggunakan plastic house di atas tanaman melon karena mampu memberi manfaat optimal bagi pertumbuhan tanaman melon karena terpenuhinya sinar matahari, tidak langsung terkena hujan, dan sirkulasi uadara yang baik disekitar tanaman melon.

e. Perusahaan secara rutin selalu memeriksa dan melakukan perawatan terhadap sprayer dalam proses produksi benih melon untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada peralatan tersebut dan selalu menyiapkan cadangan peralatan dalam proses produksi jika sewaktu- waktu ada peralatan yang rusak bisa diganti dengan cadangan peralatan yang ada.