Kajian yuridis penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh pt dan liris di Kabupaten Sukoharjo

DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Peti Tunjungsari NIM.E0009260 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

commit to user

ii

Penulisan Hukum (Skripsi) KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh Peti Tunjungsari E.0009260

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

iii

Penulisan Hukum (Skripsi) KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh Peti Tunjungsari E.0009260

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada:

Hari

: Kamis

Tanggal

: 21 Maret 2013

commit to user

iv

Nama : Peti Tunjungsari Nim : E.0009260 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul: Kajian Yuridis Penaatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pusataka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Februari 2013

Yang membuat pernyataan

Peti Tunjungsari

Nim. E.0009260

commit to user

ABSTRAK

Peti Tunjungsari, E.0009260. 2013. KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo telah menaati upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari dua peristiwa konkrit atau fakta hukum yaitu mengenai upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan, dan penaatan upaya pengelolaan dan pemantaun lingkungan seperti yang telah direncanakan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif, menemukan hukum in concerto mengenai ketaatan PT Dan Liris dalam Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. Lokasi penelitian di perpustakaan yang ada di Universitas Sebelas Maret, Cyber Media, PT Dan Liris, dan Badan lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dokumen, dan arsip yang tersedia di lokasi penelitian serta pengumpulan data melalui Cyber Media. Kemudian data tersebut dimintakan konfirmasi melalui wawancara dengan Kepala Bagian Utility maupun staff teknis Bagian Utility PT Dan Liris dan pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Analisis data dilaksanakan dengan interpretasi terhadap peristiwa konkrit (dalam permasalahan penelitian nomor 1 dan 2) untuk dijadikan peristiwa hukum (jawaban permasalahan nomor 1 dan 2).

Berdasarkan pembahasan dihasilkan 2 kesimpulan yaitu pertama mengenai Wujud Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris. Kedua, ketaatan PT Dan Liris dalam Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.

Kata kunci: Upaya Pengelolaan Lingkungan, Upaya Pemantauan Lingkungan, Penaatan.

commit to user

vi

Peti Tunjungsari, E.0009260. 2013. KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

This study aimed to determine the Obeying of Enviromental Management and Enviromental Monitoring (In Bahasa known as UKL-UPL) of PT Dan Liris which located in Sukoharjo Regency. There is two legal fact to describe the main problem, the first are how is the Enviromental Management and monitoring of PT Dan Liris has done. And the second is the obeying of PT Dan Liris Enviromental Management and Enviromental Monitoring.

This research is a descriptive normative similiar, I found in the law regarding obedience concerto PT Dan Liris in Environmental Management and Monitoring Efforts. Locations of existing research in the library at the Sebelas Maret University, Cyber Media, PT Dan Liris, and Environment Agency of Sukoharjo. The type of data I used primary and secondary data. Data collection techniques used were through the study of literature such us books, documents and archives and also the sites and collecting data through Cyber Media. Then the data is requested confirmation through interviews with the head of the technical staff of Utility PT Dan Liris and the head of the sub-structure of Environment Agency of Sukoharjo regency. Data analysis was carried out with a concrete interpretation of an event (in the research problem number 1 and 2) to serve as legal events (answers the problem number 1 and 2).

Based on the discussion generated two conclusions: first on Form Environmental Management and Monitoring Efforts PT Dan Liris. Secondly, obedience PT Dan Liris in Environmental Management and Monitoring Efforts.

Keywords: Environmental Management, Environmental Monitoring, Compliance.

commit to user

vii

“The mind is like water. When it is agitated, it becomes difficult to see. But if you allow it to settle, the answer becomes clear ” (master Oogway dalam film “Kungfu Panda”)

“Sayangilah siapa yang engkau sayangi, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya! Hiduplah sebagaimana engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan mati! Berbuatlah apa yang engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan dibalas

dengan amal perbuatanmu!” (HR: Asy-Syrari)

commit to user

viii

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibunda tercinta yang telah membesarkan jiwa dikala sempii dengan kasih sayang tulus yang tidak tertandingi, memberikan dukungan moril, materiel, dan doa yang tidak ternilai demi kebahagian anak- anaknya.

2. Kakak-kakaku, Mas Bagus, Mas Alip, Mas Uchin dan adiku tersayang, Halimah, yang selalu memberikan dukungan, selalu sedia membantu ketika dalam kesulitan, teman berbagi dalam suka dan duka.

3. Seseorang yang begitu beharga dalam hidup saya, yang selalu membuat saya bersemangat untuk terus maju dan pantang menyerah.

4. Sahabat saya selama kuliah, Rahmani Eka Putri dan Vina Arkedina, sahabat saya sedari SMP, Lia Ayu merdekawati, Lupita Ayu Laksmi, dan Fajar Asmawati yang setia menemani, berbagi dan saling memberikan dukungan.

5. Almameterku, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

ix

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis

berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Yuridis Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo ”.

Meningkatnya pemahaman mengenai pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan ikut berdampak pada regulasi sektor industri, terutama dalam bidang lingkungan. Pembangunan industi harus terlebih dahulu dilengkapi dengan dokumen izin lingkungan sebelum sampai pada izin usaha. Dalam pelaksanaannya, tidak jarang izin usaha yang telah didapatkan tidak diimbangi dengan pelaksanaan dokumen lingkungan yang telah ada. Di era sekarang, ketaatan perusahaan terhadap pelaksanaan dokumen lingkungan yang telah dimiliki menjadi penting dikarenakan desakan pangsa pasar yang menghendaki suatu produk dari perusahaan yang ramah lingkungan. PT Dan Liris sebagai perusahaan tekstil terpadu dengan pangsa ekspor adalah salah satu perusahaan yang dapat dijadikan contoh penaatan dokumen lingkungan mengingat perolehan peringkat biru dalam program PROPER.

Penulis mengakui bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum (skripsi) ini tidak terlepas begitu saja dari bantuan serta dukungan baik meteriil maupun non materiil yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang telah memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan penulisan hukum ini, yaitu kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H.,M.Si selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing.

commit to user

telah membimbing, memberikan dorongan dan masukan bagi peningkatan Prestasi Akademik saya selama kuliah di Fakultas Hukum UNS.

4. Bapak Ag. Eddy S Koentjoro Selaku Kepala Bagian Utility PT Dan Liris yang memberikan kesempatan kepada saya dalam melakukan penelitian di PT Dan Liris, memberikan akses atas dokumen-dokumen lingkungan milik perusahaan, juga atas kesediaan beliau dalam konfirmasi / wawancara dalam tahapan penelitian.

5. Bapak Sarwono selaku staff teknis/ petugas lapangan Bagian Utility PT Dan Liris.

6. Bapak Purwanto Adi Nugroho,S.TP selaku kepala Bidang I: Bidang Kajian Hukum Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo.

7. Bapak Ir. Hartoyo selaku Bidang III: Bidang Pencemaran Air Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat dan B3 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo.

8. Keluarga, sahabat, dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan di masa mendatang.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Surakarta, Februari 2013 Penulis

commit to user

xv

Tabel 1: Besar Kapasitas Limbah Padat PT Dan Liris .............................. 44

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong pesatnya perkembangan industri. Sektor industri sering mendapat piorotas utama karena dianggap sebagai sektor peritins ekonomi. Hal ini tercermin dalam sumbangan sektor industri dalam Produk Nasional Bruto (Gross National Product/ GNP) yang semakin meningkat.

Disamping itu kegiatan pembangunan industri tidak membutuhkan lahan yang luas dibandingkan dengan kegiatan pertanian tapi lebih banayak menyediakan lapangan bagi penyerapan tenaga kerja, menyediakan barang-barang konsumsi bagi kebutuhan masyarakat, mengolah hasil-hasil pertanian, kehutanan, pertambangan dan peternakan serta lain-lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (Perdana Ginting. 2010:1)

Didalam industrialisasi ini pastinya ada suatu pemanfaatan sumber daya alam. Menurut R.M Gatot P.Soemarsono (1991:145) bahwa setiap pemanfaatan sumber daya alam perlu meperhatikan patokan-patokan bahwa daya guna dan hasil guna yang dikehendaki harus dilihat dalam batas-batas yang optimal, tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian alam lain yang berkaitan dengan ekosistem dan memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihan dalam pembangunan masa depan.

Sedangkan dari sisi sumber daya manusia, industrialisasi ini menimbulkan suatu gerakan perpindahan manusia menuju pusat-pusat industri, dimana hal tersebut lebih kita kenal dengan urbanisasi. Industrialisasi dan urbanisasi selain membawa kemakmuran, disaat yang bersamaan juga berdampak pada banyaknya masalah lingkungan yang ditimbulkan. (X. Wang. 2001:25).

Upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup akibat buangan limbah industry adalah persoalan mendasar dalam aktivitas pembangunan. Salah satu upaya untuk mencegahnya adalah dengan mengimplementasikan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dengan konsistensi dalam dinamika kegiatan

commit to user

kegiatan industri tersebut, kemudian dibutuhkan suatu regulasi dalam pengelolaan lingkungan. Penerapan sistem pengelolaan lingkungan (Enviromental Management System/ EMS) sebagai kerangka kerja untuk mengintegrasikan kebijakan perusahaan dalam bidang perlindungan lingkungan, program, dan praktik telah dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia baik perusahaan domestik maupun multinasional (David Morrow & Dennis Rondinelli. 2002:159)

Politik hukum lingkungan Indonesia juga mengindikasikan bahwa pemerintah bersungguh-sungguh dalam upaya pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini sudah terlihat sejak zaman Orde Baru, dimana untuk pertama kalinya dibentuk kementrian yang mengurusi urusan pembangunan dan lingkungan yang diberi nama Kementrian Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Men-PPLH). Prof Dr. Emil Salim diangkat sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, dengan prioritas kerja berupa peletakan daasar- dasar kebijaksanaan “membangun tanpa merusak” (Marhaeni Ria Siombo. 2012: 47)

Kebijakan hukum lingkungan nasional era ini dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan antara lain dengan diundangkannya Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam hal kegiatan industria kemudian dimunculkan berbagai peraturan pelaksana seperti Peraturan Pemerintah Nomor Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun tentang Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Berbagai Peraturan Perundang-undangan Tentang Standar Baku Mutu Lingkungan.

commit to user

pemerintah kemudian membuat kebijakan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) lewat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 127 tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan. Kebijakan ini bertujuan untuk menggalakkan penaatan pengelolaan lingkungan oleh perusahaan yang kegiatan usaha nya berdampak cukup penting terhadap lingkungan.

Berdasarkan prinsip otonomi daerah, terdapat pendelegasian kewenangan dari pusat kepada daerah. Pembagian kewenangan ini berdampak pada pembagian urusan-urusan yang harus ditangani oleh pemerintah pusat dan daerah. Dasar hukum pembagian kewenangan ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Kategorisasi urusan terbagi dalam urusan absolut/ mutlak pemerintah pusat dan urusan concruen (urusan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah). Urusan mutlak pemerintah pusat meliputi: pertanahan, keamanan, yustisi, moneter, politik luar negeri, dan agama. Sedangkan urusan concruen terbagi dalam dua hal yaitu urusan wajib dan urusan pilihan/ unggulan. Bidang lingkungan hidup merupakan urusan wajib pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara bersama-sama. Sedangkan bidang industri masuk dalam ketegorisasi urusan pilihan/ sector unggulan.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam hal pendelegasian urusan pilihan wajib bersama yaitu dalam bidang lingkungan di daerah diperlukan suatu regulasi agar lebih menjamin kepastian hukum. Kabupaten Sukoharjo telah memiliki Peraturan Daerah tersendiri dalam bidang perlindungan lingkungan, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 9 tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan. Meskipun sayangnya, Peraturan Daerah ini masih berdasar Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (undang-undang Lingkungan Hidup yang lama).

Sektor industri memang menjadi andalan Sukoharjo dengan distribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rp 663 milyar lebih ( http://desa-pondok.blogspot.com/2012/06/profil-sukoharjo.html ). Sebagai sektor

commit to user

industri. Sektor kegiatan industri yang cukup besar di Sukoharjo adalah kegiatan indusri tekstil. Industry tekstil di Kabupaten Sukoharjo mencakup Industri Tekstil skala besar sampai dengan skala menengah. Salah satu dari Industri tekstil skala besar di Kabupaten Sukoharjo adalah PT Dan Liris.

Dalam Hasil Penilaian PROPER 2011 yang dilaporkan oleh Sekretariat PROPER Kementrian Lingkungan Hidup, PT Dan Liris memperoleh peringkat PROPER Biru. Yang artinya adalah bahwa PT Dan Liris telah memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan dalam hal pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam hal ini bahwa di tahun 2011, ketaatan PT Dan Liris terhadap pemenuhan persyaratan minimum dalam upaya pengenalian pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan usahanya cukup bagus. Upaya pengendalian ini anatara lain adalah dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Bagaimana ketaatan PT Dan Liris terhadap upaya pengelolaan dan pemanatauan lingkungan khususnya di tahun ini dan tahun sebelumnya sehingga mendapat PROPER Biru kemudian menajdi menarik untuk dikaji.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “KAJIAN YURIDIS PENAATAN

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO ”

B. Rumusan Masalah.

Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan PT Dan Liris terkait dengan dampak kegiatan usaha PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo?

2. Apakah PT Dan Liris Sukoharjo sudah melaksanakan/ menaati upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang direncanakan?

commit to user

Tujuan penelitian adalah hal-hal tertentu yang hendak dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian memberikan kejelasan arah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam suatu penelitian dikenal dua macam tujuan, yaitu tujuan ojekti dan tujuan subjektif. Tujuan objektif adalah tujuan merupakan tujuan yang merupakan tujuan yang berasal dari penelitian itu sendiri. Sedangkan tujuan sebjektif adalah tujuan yang berasal dari penulis. Adapun tujuan objektif dan subjektif dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Objektif. Tujuan objektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Tujuan objektif dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan terhadap kegiatan usaha PT Dan Liris Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui mengenai ketaatan PT Dan Liris Sukoharjo dalam upaya pengelolaan dan pemantauan yang telah direncanakan.

2. Tujuan Subjektif. Tujuan subjektif merupakan tujuan penulis dilihat dari tujuan pribadi penulis yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Tujuan subjektif peneliti dalam penulisan hukum ini adalah:

a. untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis di bidang Hukum Administrasi Negara khususnya terkait dengan masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.

b. Untuk menerapakn teori hukum, mengembangkan dan memperluas wacana pemikiran serta pengetahuan yang didapat selama perkuliahan guna menganalisis permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris Sukoharjo.

commit to user

Hukum dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian.

Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Sebuah penulisan hukum diharapkan dapat meberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu hukum itu sendiri maupun dapa diterapkan dalam prakteknya. Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini sedikit banyak bermanfaat baik bagi penulis sendiri pada khususnya maupun bagi para pembaca pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian- penelitian yang sejenis pada tahap selanjutnya. Pentingnya hasil penelitian ini bagi peneliti-peneliti yang akan datang terutama berkaitan dengan ketersediaan data awal, karakterstik dan analisis masalah berkaitan dengan permasalahan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

2. Manfaat Praktis.

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan gagasan, serta membentuk pola pikir ilmiah serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

b. Memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi kaitannya dengan pertimbangan yang menyangkut masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

commit to user

sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak terkait mengenai penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.

E. Metodologi Penelitian.

Metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting sebagai proses suatu permasalahan yang diteliti. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah berdasarkan suatu system. Sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal- hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. (Soerjono Soekanto, 2010: 42).

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yag didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajarai dan mengkaji suatu gejala hukum tertentu dengan menganalisisnya. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian.

Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian dengan baik dan dapat dipertangung jawabkan adalah peneliti harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan me todologi penelitian disiplin ilmunya (Johny Ibrahim, 2006 : 26). Metode penelitian yang akan penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian. Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normative (doctrinal research). Penelitian hukum normative adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan- bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum

commit to user

disusun secara sitematis, dikaji, dan dianalisis, kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya terkait dengan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.

2. Sifat Penelitian. Penelitian hukum yang disusun penulis bersifat perspektif. Penelitian perspektif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan saran-saran untuk memecahkan masalah-masalah tertentu. (Soerjono Soekanto, 2006: 11)

Dalam penelitian ini penulis akan memberikan argumentasi/ saran- saran berkaitan dengan masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.

3. Pendekatan Penelitian. Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan beberapa pendekatan yaitu: pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach) , pendekatan komaparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Johny Ibrahim, 2006:300)

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (Statute Approach) yaitu dengan menelaah semua regulasi yang bersangkut paut dengan masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo, dihubungkan dengan pelaksanaan regulasi tersebut oleh PT Dan Liris.

4. Jenis dan Sumber Data. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji bahan hukum

mencakup:

commit to user

seperti norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang- undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikans eperti hukum adat, yurisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan yang masih berlaku sampai sekarang.

b) bahan hukum sekunder, yaitu bahan hkum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.

c) bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder, misalnya bahan hukum dari internet, kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya. (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985: 14).

Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah:

a. bahan hukum primer

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 127 tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan.

5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah

commit to user

tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat Provinsi Jawa Tengah

7. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah

8. Peraturan Daerah Sukoharjo Nomor 9 tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan

b. bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, dan teks yang mendukung penulisan hukum ini khususnya mengenai penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.

c.bahan hukum tersier atau penunjang. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder, dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum dari internet.

5. Teknik pengumpulan bahan hukum Dalam penelitian hukum pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. Ketiga alat tersebut digunakan masing-masing atau bersama-sama. (Soerjono Soekanto, 2010:21). Didalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen atau vahan pustaka dan wawancara atau interview.

a. Studi Dokumen atau bahan pustaka.

Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mempergunakn “content analysis”

(Soerjono Soekanto, 2010:21). Dala peelitian ini, penulis

commit to user

undangan, dokumen resmi, buku, majalah, dan bahan pustaka lainnya dalam bentuk tertulis.

b. Wawancara.

Wawancara merupakn suatu kegiatan pengumpulan data degan cara mengadakan komunikasi secara langsung. Selain itu wawancara dalam penelitian ini lebih difungsikan sebagai suatu klarifikasi data kepada narasumber dan responden. Narasumber dan responden dalam penelitian ini antara lain pejabat Dinas Instansi terkait yag berwenang dan berkompeten tentang permasalahan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di Kabupaten Sukoharjo dan Kepala Bagian atau yang sejenis sesuai dengan struktur organisasinya, yang menangani masalah pengelolaan dan pemantauan lingkungan di PT Dan Liris.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode silogisme dan interpretasi.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai isi penulisan hukum. Sistematika penulisan hukum ini penulis buat sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah.

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Metode Penelitian

f. Sistematika Penulisan Hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teori.

commit to user

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan terhadap Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris.

B. Pelaksanaan/ Penaatan Rencana Pengelolaan Lingkungan PT Dan Liris.

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

13

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Hidup

i. Pengertian Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (1) menye butkan bahwa, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain ”.

“Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia

dan makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya” (N.H.T Siahaan, 2004:4).

Pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli antara

lain

sebagai

berikut ( http://carapedia.com/pengertian_definisi_lingkungan

hidup

menurut_para_ahli/info951.html ):

a) Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

b) S.J. Mcnaughton dan Larry L. Wolf Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengarui

commit to user

organisme.

c) Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, S.H. Lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

d) Prof. Emil Salim Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.

e) Sri Hayati Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

f) Jonny Purba Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. “Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Terlebih manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber utama dan terpenting bagi pemenuhan kebutuhan ” (N.H.T. Siahaan, 2004:2-3).

Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia inilah yang membawa konsekuensi logis, bahwa manusia hidup

commit to user

terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan bahkan dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk hidup.

ii. Kualitas Lingkungan Hidup.

Lingkungan hidup yang kompleks harus dilihat secara utuh dan sitematik agar tampak semua komponen dan fungsi masing- masing, karena semua komponen kehidupan itu saling berinteraksi satu sama lain, saling mempengaruhi, dan saling terkait (Marhaeni Ria Sihombo. 2012: 10).

Hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas mereka makin meningkat begitu pula kualitas lingkungnnya. (Marhaeni Ria Sihombo. 2012: 10)

Menentukan apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan sangatlah bersifat relatif. Pendapat tiap orang berbeda. Namun untuk menentukan mutu lingkungan tersebut erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Karea ketika kebutuhan dasar tersebut terpenuhi maka kualitas hidupnya menjadi lebih baik, dan hal ini juga berpengaruh pada sikap dalam pengelolaan lingkungan hidup.

iii. Baku Mutu Lingkungan Hidup.

Definisi mengenai baku mutu lingkungan hidup dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa,

“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan

hidup”.

Baku mutu lingkungan hidup merupakan salah satu instrumen dalam pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan

commit to user

dimaksud adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan adapun yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada Bab V Paragraf ke 3 (tiga) Pasal 20 mengenai Baku Mutu Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa dalam penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup antara lain meliputi:

a) baku mutu air.

b) baku mutu air limbah.

c) baku mutu air laut.

d) baku mutu udara ambien.

e) baku mutu emisi.

f) baku mutu gangguan.

g) baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Disamping itu juga menyebutkan bahwa setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan:

a) memenuhi baku mutu lingkungan hidup.

b) mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

commit to user

menetapkan apakah sudah terjadi pencemaran lingkungan yang artinya apabila suatu lingkungan hidup keadaannya telah berada diatas batas ukuran atau kadar baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka lingkungan hidup tersebut telah mengalami pencemaran lingkungan hidup.

iv. Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

Baku kerusakan lingkungan hidup diperlukan untuk menentukan ada tidaknya kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu tindakan perusakan lingkungan hidup. Definisi kerusakan lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 terdapat dalam Pasal 1 butir 17, yaitu “perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat

fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan”. Sedangkan untuk tindakan

perusakan dirumuskan dalam Pasal 1 butir 16 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 sebagai “tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusak an lingkungan”.

Penentuan rusak/ tidaknya lingkungan hidup didasarkan atas kriteria baku mutu kerusakan lingkungan. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup menurut Pasal 1 butir 15 Undang- undangNomor 32 tahun 2009 adalah ukuran batas perubahan fisik, kimia, dan/ atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup secara lebih spesifik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup secara umum diatur dalam Pasal 21

commit to user

kerusakan lingkungan hidup dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009 dibedakan atas criteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku akibat perubahan iklim.

Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:

a. kriteria bakukerusakan tanah untukproduksi biomassa;

b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;

c. kriteria bakukerusakan lingkungan hidup yang berkaitan

dengan kebakaran hutan dan/ataulahan;

d. kriteria bakukerusakan mangrove;

e. kriteria baku kerusakan padang lamun;

f. kriteria bakukerusakan gambut;

g. kriteria baku kerusakan karst;dan/atau

h. kriteria baku kerusakan ekosistemlainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan

pada paramater antara lain:

a. kenaikan temperatur;

b. kenaikan muka air laut;

c. badai; dan/atau

d. kekeringan.

2. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Lingkungan.

i. Pengertian Pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan dapat kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya (Otto Soemarwoto, 1997:76).

Di dalam peraturan perundang-undangan istilah pengelolaan lingkungan tidak dapat dipisahkan dengan perlindungan lingkungan. Undang-undang yang ada adalah

commit to user

lingkungan,

bukan

Undang-undang Pengelolaan

lingkungan.

Pengelolaan dan perlindungan dianggap sebagai suatu kesatuan istilah baku yang memang harus dipergunakan bersama-sama, meskipun dalam tatatanan kehidupan sehari- hari kata “mengelola” dan “melindungi” mempunyai arti yang berbeda. Rasa bahasa yang ditimbulkan dari penggunaan kedua kata tersebut secara bersama-sama adalah dua upaya berbeda yang dapat dilakukan sekaligus. Oleh karenanya untuk kerangka teori yang dipergunakan dalam pengelolaan lingkungan tidak dapat lepas dari upaya perlindungan lingkungan.

Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan mengenai pengertian perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Upaya sistematis dan terpadu dalam perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup ini mutlak dilakukan agar supaya kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan dapat dijalankan dengan praktis dan efisien. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya preventif pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan yang pasti ada dalam setiap kegiatan manusia terutama dalam kegiatan industri.

ii. Asas-Asas dalam Pengelolaan Lingkungan.

commit to user

Lingkungan.

Didalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus berpedoman pada asas-asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas tanggung jawab Negara.

Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab negara” adalah bahwa:

1. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.

2. negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

3. negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

2. Asas Kelestarian dan Keberlanjutan.

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah bahwa

setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

commit to user

Yang dimaksud dengan “asas keserasian

dan

keseimbangan”

adalah bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus

memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.

4. Asas Keterpaduan.

Yang

dimaksud

dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.

5. Asas Manfaat.

Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.

6. Asas Kehati-hatian.

Yang dimaksud dengan “asas kehati- hatian” adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-

commit to user

ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

7. Asas Keadilan.

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.

8. Asas Ekoregion.

Yang dimaksud dengan “asas ekoregion” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.

9. Asas Keanekaragaman Hayati.

Yang

dimaksud

dengan “asas keanekaragaman hayati” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk

mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di

commit to user

ekosistem.

10. Asas Pencemar Membayar.

Yang dimaksud dengan “asas pencemar membayar”

adalah

bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan

11. Asas Partisipatif.

Yang

dimaksud

dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota

masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

12. Asas Kearifan Lokal.

Yang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” adalah bahwa dalam perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

13. Asas Tata Kelola Pemerintahan.

Yang dimaksud dengan “asas tata kelola pemerintahan yang baik” adalah bahwa

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,

commit to user

keadilan.

14. Asas Otonomi Daerah.

Yang dimaksud dengan “asas otonomi daerah” adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b) Asas Pembatas dalam Pengelolaan Lingkungan.

Asas pembatas dalam pengelolaan lingkungan agar sesuai dengan daya dukung lingkungan adalah sebagai berikut (Marhaeni Ria Sihombo. 2012:4):

1. Hukum Minimum Liebig.

Untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan- bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Pada situasi stabil, keadaan yang paling mínimum merupakan faktor pembatas (Hukum Minimum Leibeg). Pemahaman sederhananya adalah, pertumbuhan suatu makhluk hidup tergantung pada jumlah vahan makanan yang disediakan dalam jumlah yang mínimum.

2. Hukum Toleransi Shelford.

Hukum toleransi Shelford menyatakan bahwa kehadiran dan keberhasilan sesuatu

commit to user

permasalahan.

Beberapa hal mengenai hukum toleransi ini adalah:

a) organisme dapat memiliki toleransi yang besar terhadap satu faktor, dan toleransi yang rendah terhadap faktor yang lain.

b) Organisme dengan toleransi yang besar terhadap semua faktor memiliki tngkat toleransi yang tinggi.

c) keadaan tidak optimal terhadap suatu ekologi dapat dikurangi dengan faktor- faktor ekologi lainnya.

d) seringkali ditemukan organisme di alam sebenarnya tidak hidup dalam kisaran optimum berkenaan dengan factor fisik tertentu.

e) periode produksi merupakan periode yang

palin rawan.

iii. Tujuan dan Ruang Lingkup Pengelolaan Lingkungan.

Tujuan adalah suatu arah yang hendak dicapai dalam suatu aktifitas. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan bertujuan untuk:

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan

manusia;

commit to user

kelestarian ekosistem;

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

lingkungan hidup;

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini

dan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara

bijaksana;

i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan j. mengantisipasi isu lingkungan global Ruang Lingkup Perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup meliputi:

a. perencanaan;

b. pemanfaatan;

c. pengendalian;

d. pemeliharaan;

e. pengawasan; dan

f. penegakan hukum.

iv. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan kajian literatur, pendekatan-pendekatan yang selama ini banyak dikembangkan dan dipraktekkan cenderung mengarah apda dua pendekatan yang bertolak belakang, yakni state based dan community based (Lilin Budiati. 2012: 130).

Model pendekatan state based menempatkan negara sebagai aktor tunggal. Bahwa karena kekayaan sumber daya

commit to user

pengelolaan atas sumber daya tersebut termasuk diidalamnya adalah lingkungan hidup, menjadi tanggung jawab negara.

Model pendekatan ini bersifat top down atau sentralistik. Dalam pendekatan ini dikatakan bahwa penduduk lokal dianggap tidak mempunyai kemampuan dalam sumber daya

da pengetahuan yang dibutuhkan, untuk memberikan kontribusi efektif dalam proses perencanaan (Lilin Budiati. 2012: 131). Padahal meskipun secara de jure sumber daya alam adalah milik negara namun secara de facto sumber daya alam tersebut adalah milik masyarakat.

Hal tersebut diatas kemudian menggeser pendekatan state based kepada pendekatan community based. Pendekatan community based pada prinsipnya menekankan pada pemberian kewenangan dan otoritas pada komunitas untuk lebih berperan dalam pengelolaan lingkungan (Lilin Budiatti. 2012: 131).

Bertolak dari pendekatan state based yang top down, pendekatan community based ini bermodel bottom up. Dalam model ini, masyarakatlah yang berperan aktif dalam manajemen lingkungan, sedangkan pemerintah dan swasta berperan dalam rangka mendukung kegiatan masyarakat tersebut.

3. Tinjauan Umum tentang Pemantauan Lingkungan.

i. Pengertian.

Pemantauan lingkungan adalah upaya lanjut dari upaya pengelolaan lingkungan. Pemantauan lingkungan ini masuk dalam aspek pengawasan dalam ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Seperti halnya pengendalian dan pengelolaan

commit to user

tidak dapat dipisahkan.