Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta

PERAN KEPEMIMPINANKEPALA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN KEDISIPLINAN GURU DAN KARYAWAN DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

Oleh : SLAMET ANDRIYANI K7408268

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

commit to user

iv

commit to user

commit to user

vi

MOTTO

Mengakui kekurangan diri adalah tangga untuk mencapai cita-cita, dan berusaha untuk mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian yang luar biasa. (HAMKA)

Jangan mengingat apa yang telah engkau berikan tetapi ingatlah apa yang telah engkau minta. Itulah ilmu balas jasa (Peneliti)

Lakukan apa yang menjadi keinginan dan harapanmu. Jangan pernah menunggu karena waktu terus berputar (Peneliti)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada :  Bapak dan Ibuku yang ikhlas dan

tiada hentimemberi do’a yang tulus, kasih-sayang,dukungan dan semangat.

 Mas Aan yang penulis kasihi.  Teletubies (lestari, iyuk, tika)  Teman-teman PAP’08  Teman-teman kelas B dulu  Almamater

commit to user

viii

ABSTRAK

Slamet Andriyani. “PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENUMBUHKAN KEDISIPLINAN GURU DAN KARYAWAN

DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Januari 2012.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui bagaimana peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta, (2) untuk mengetahui hambatan-hambatan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta, (3) untuk mengetahui solusi dari peran kepala sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam mewujudkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan ini adalah metode deskriptif kualitatif. subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa di SMK Negeri 1 Surakarta. Strategi penelitian yang digunakan penelitian ini adalah Tunggal Terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, tempat dan peristiwa serta dokumen dan arsip.Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel tujuan (purpose sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknis analisis interaktif.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) peran kepemimpinan yang dilaksanakan kepala sekolah SMK Negeri 1 Surakarta dilakukan melalui pembinaan-pembinaan disiplin antara lain : (a) memberikan motivasi kepada para guru dan karyawan, (b) memberikan teladan kepemimpinan dengan bersikap disiplin, (c) berupaya memperhatikan tingkat kesejahteraan yang diterima guru dan karyawan, (d) melaksakan penegakan disiplin. (2) hambatan yang muncul dalam pembinaan disiplin di SMK Negeri 1 Surakarta adalah : (a) hambatan internal, hambatan internal yang muncul diantaranya watak atau kepribadian yang susah dinasehati dari sebagian guru dan karyawan, dan kurangnya rasa tanggung jawab yang dimiliki sebagian guru dan karyawan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan, (b) hambatan eksternal, hambatan eksternal yang muncul dalam penanaman disiplin guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta adalah faktor lingkungan kerja. (3) solusi mengatasi hambatan yang muncul adalah : (a) menegakkan peraturan dan melakukan pembinaan, dan (b) mengintensifkan kegiatan bersama guru dan karyawan. Kata kunci : Peran, Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Kedisiplinan

commit to user

C. Kerangka Pemikiran …………………………………………….. 34 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 36

1. Tempat Penelitian …………………………………………… 36

2. Waktu Penelitian ……………………………………………. 36

B. Pendekatan dan jenis Penelitian …………………………………. 36

1. Pendekatan Penelitian ……………………………………… 36

2. Jenis Penelitian …………………………………………….. 37

C. Data dan Sumber Data ………………………………………….. 40

D. Teknik Sampling (Cuplikan) …………………………………… 42

E. Pengumpulan Data ………………………………………........... 43

F. Uji Validitas Data ……………………………………………..... 45

G. Analisis Data …………………………………………................ 47

H. Prosedur Penelitian ……………………………………………... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian/Objek Penelitian …………………. 52

B. Deskripsi Temuan Penelitian …………………………….......... 58

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori ............ 73 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ………………………………………………………... 82

B. Implikasi ………………………………………………………... 84

commit to user

xi

C. Saran ……………………………………………………………. 84

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 86 LAMPIRAN ………………………………………………………………… 88

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Lampiran Hal

1. Pengabdian Negara .................................................................. 101

2. Data Guru ................................................................................ 102

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Lampiran Hal

1. Ketua Tata Usaha ......................................................................... 125

2. Guru Tata Usaha ........................................................................... 126

3. Kepala Sekolah ............................................................................. 127

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Hal

1. Pedoman Wawancara …………………………………… 85

2. Tata Tertib ...................................................................... 104

4. Struktur Organisasi TU …………………………………. 106

5. Kalender Pendidikan ....................................................... 107

6. Perijinan ………………………………………………… 119

commit to user

xv

commit to user

xvi

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam setiap aktivitas kehidupannya selalu melakukan interaksi dalam bentuk kerjasama dengan sesamanya.Kerjasama tersebut dapat dilakukan antar individu atau secara kelompok.Kerjasama dalam kelompok biasanya berbentuk organisasi.dalam pelaksanaannya, usaha kerjasama dalam suatu kelompok tersebut memiliki salah seorang atau beberapa orang yang dikatakan sebagai pemimpin. Pemimpin adalah mereka yang memiliki kemampuan lebih dari pada yang lain untuk mengatur dan mengarahkan kelompok demi tercpainya tujuan.

Organisasi yang berkembang dalam masyarakat saat ini dapat berupa organisasi bisnis ataupun sosial, organisasi formal atau informal, negeri maupun swasta.Organisasi tersebut selalu memiliki tujuan yang hendak dicapai baik dalam jangka panjang ataupun pendek.Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan diperlukan adanya unsur organisasi salah satunya adalah sumber daya manusia yang berkualitas.Sumber daya manusia yang dimaksud bukan hanya karyawan atau pekerja. Namun ada unsur yang sama pentingnya yaitu kualitas pemimpin dari organisasi tersebut.

Sekolah merupakan instansi kependidikan dan organisasi formal yang didalamnya terdapat unsur siswa, guru, karyawan dan kepala sekolah sebagai pemimpinnya.Pada suatu instansi, khususnya sekolah juga melaksanakan fungsi manajemen sekolah yaitu manajemen pendidikan.Setiap organisasi atau instansi selalu membutuhkan dan memiliki seorang pemimpin dalam menjalankan setiap kegiatan menajemennya.Kesuksesan suatu organisasi sangat bergantung pada bagaimana kepemimpinan dalam organisasi tersebut.Pemimpin adalah orang yang menempati posisi, melaksakan dan mengemban tugas kepemimpin Sondang P Siagian dalam Abdul aziz wahab (2006: 83) menyatakan bahwa, “Kepemimpinan merupakan inti dari organisasi dan manajemen, sehingga keberhasilan suatu

commit to user

organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari kemampuan pemimpinnya dalam menggerakkan.Kepala sekolah merupakan manajer atau pemimpin dari sekolah yang bertugas mengarahkan segenap orang dan fasilitas yang ada di sekolah.Dengan demikian, kepala sekolah merupakan seseorang yang sangat berperan dalam menentukan suasana sekolah.

Sekolah merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah.Untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah ada persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi. Keputusan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia bab III No. 162/U/2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah menyebutkan bahwa, “Guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah apabila memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Selain memenuhi persyaratan khusus dan persyaratan umum tersebut, calon kepala sekolah SMU, SMK, dan SLB diutamakan bagi mereka yang dapat berkomunikasi dalam bahasa inggris dan atau bahasa asing lainnya”.

Sekolah dikatakan berhasil apabila sekolah tersebut memiliki pemimpin yang berhasil.Pemimpin berhasil merupakan pemimpin yang efektif, yaitu pemimpin yang berani mengambil keputusan dan tanggung jawab atas akibat yang timbul dari kebijaksanaan yang diambilnya.Pemimpin yang efektif seseorang mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa, sehingga segala tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pemimpin yang bersangkutan baik itu pemimpin perempuan atau laki-laki.Kriteria seorang Kepala sekolah efektif yaitu mampu mengembangkan sekolah yang dipimpinnya agar semakin berkembang dan maju, sehingga selalu menjadi dambaan setiap masyarakat dalam lingkungan sekolah.

Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin masyarakat dilingkungan sekolahnya harus dapat menunjukkan sikap positif dan disiplin agar dapat menjadi teladan kedisiplinan bagi warga sekolah, khususnya bagi guru dan karyawan. Guru dan karyawan merupakan salah satu unsur penting bagi keberhasilan pencapaian visi dan misi suatu sekolah, sehingga diharapkan guru dan karyawan dapat bekerja dengan penuh antusias, penuh inisiatif, penuh gairah dan dengan kemauan yang tinggi. Keberhasilan tugas guru sebagai tenaga pendidik dalam

commit to user

mengemban amanat tujuan pendidikan dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah faktor kedisiplinan diri.Disiplin dapat berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat.

Pada dasarnya sikap disiplin harus tumbuh dari dalam diri seorang individu, meskipun masih perlu adanya penguatan sikap disiplin dari luar diri individu tersebut seperti diberi ancaman dan sanksi terhadap pelanggaran aturan kedisiplinan. Sikap disiplin dapat tumbuh dari kebiasaan seseorang melalui sebuah proses. Selain itu, peranan pemimpin merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi kedisiplinan seorang karyawan, karena sosok pemimpin merupakan teladan.Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus dapat mengarahkan, membimbing dan memberi contoh kepada guru dan karyawan sekolah untuk bersikap disiplin dalam segala kegiatannya di sekolah melalui peraturan dan sanksi yang disepakati bersama.Namun dalam kenyataannya meskipun ada peraturan tertulis yang jelas pelanggaran tetap terjadi. Masalah yang dapat diamati antara lain ketidak disiplinan waktu seperti sering datang terlambat masuk kerja, terlambat masuk ke kelas untuk mengajar, terlambat datang kerapat sekolah dan mengakhiri pekerjaan kemudian pulang sebelum waktunya. Masalah ketidak disiplinan lainnya yaitu tidak masuk ke kelas untuk mengajar, tidak masuk kerja, tidak menghadiri rapat-rapat penting tanpa ijin yang jelas dan lain sebagainya.

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin selain harus dapat memberikan contoh yang baik bagi setiap guru dan karyawan di sekolah, juga harus dapat mengarahkan mereka pada sikap disiplin demi tercapainya tujuan sekolah, sehingga pada akhirnya guru dan karyawan dapat menumbuhkan semangat dan kedisiplinan diri dalam melaksanakan tugasnya atau kewajibannya. Peran kepala sekolah yang kurang optimal akan mempengaruhi tinggi rendahnya kedisiplinan guru dan karyawan dalam melaksanakan segala tugas dan kegiatannya disekolah.

Kepala Sekolah di SMK Negeri 1 Surakarta, menurut pengamatan peneliti pada saat PPL dan pada saat penelitian belum bisa memberikan tugas dengan tegas kepada guru, maupun karyawan. Sehingga ada yang mempunyai

commit to user

sikap disiplin dan ada juga yang belum mempunyai sikap disiplin. Mempunyai khusus kedisiplinan guru-guru belum terlaksana. Setiap jam pelajaran dimulai ada guru yang masih ngobrol atau malah masih di kantin.Semestinya sebagai Kepala Sekolah harus bisa bertindak tegas kepada guru, karyawan dan murid-murid, sehingga para guru, karyawan dan murid-murid bisa mematuhi aturan yang ada dengan baik dan teratur. Guru bisa melaksanakan belajar mengajar dengan seoptimal mungkin.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Menumbuhkan Kedisiplinan Guru dan Karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta Sehingga dari permasalahan tersebut peneliti menetapkan judul sebagai berikut : “PERANKEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN KEDISIPLINAN GURU DAN KARYAWAN DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA”.

B. Perumusan masalah

Iskandar (2008:166) menyatakan bahwa “ Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan”. Rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat pertanyaan atau pernyataan yang jelas dan padat.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran kepemimpinankepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta ?

2. Apa hambatan-hambatan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Nergeri 1 Surakarta?

3. Apa solusi dari peran kepemimpinan kepala sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam mewujudkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta?

C. Tujuan penelitian

commit to user

Iskandar (2008:167) menyatakan bahwa ”Tujuan penelitian adalah

tujuan untuk menjawab pertanyaan masalah yang diteliti secara spesifik, untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan”. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana perankepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan perankepemimpinan kepala sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta

3. Untuk mengetahuiapa ada solusi dari perankepemimpinan kepala sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam mewujudkan kedisiplinan guru dan karyawan di SMK Negeri 1 Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menghasilkan informasi baru yang rinci dan dapat memberikan manfaat dalam menjawab masalah penelitian.Secara teoritis adalah untuk pengembangan lebih lanjut. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk menambah pengetahuan yang berhubungan dengan cara belajar siswa, gaya mengajar guru dan prestasi belajar siswa.

b. Memberi sumbangan pemikiran tentang gaya mengajar guru dalam memacu prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pendidikan untuk

membantu meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 1 Surakarta.

b. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang sejenis untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Tinjauan Tentang Kepemimpinan

Dalam kajian teori kepemimpinan ini akan dibahas tentang : 1) Pengertian Kepemimpinan, 2) Unsur-unsur Kepemimpinan, 3) Fungsi Kepemimpinan, 4) Gaya Kepemimpinan, 5) Pengertian Kedisiplinan Guru dan Karyawan, 6) Kepemimpinan Kunci Keberhasilan Kepala Sekolah, 7) Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Pemimpin Kepala Sekolah.

a. Pengertian Kepemimpinan Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua kata serupa yang memiliki arti

berbeda. Menurut Hadari Nawawi (2004: 9) bahwa “seseorang yang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan”. Sedangkan menurut Ig. Wursanto (2003: 19) “Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dalam usaha bersama guna mencapai tujuan tertentu”.

Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin adalah orang atau pelaku yang mampu melaksanakan tugas kepemimpinan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan kepemimpinan adalah kegiatan memimpin itu sendiri.

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu hal yang memiliki fungsi penting di dalam suatu organisasi. Keberadaan pemimpin dan kepemimpinan dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya suatu organisasi. Beberapa definisi tentang kepemimpinan yang diungkapkan para ahli di bawah ini, akan lebih membantu pemahaman tentang definisi kepemimpinan.

Menurut Hadari Nawawi (1992: 2) Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah

commit to user

pada tujuan bersama. Sedangkan menurut E Mulyasa (2005: 107) kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Ig. Wursanto (2003: 107), “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.” Setiap organisasi selalu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Setiap individu dalam suatu organisasi juga memiliki tujuan. Tujuan individu atau perorangan yang dimiliki harus diselaraskan dengan tujuan organisasi. Dalam proses pencapaian tujuan organisasi tersebut diperlukan sosok pemimpin yang dapat menyatukan dan mengkoordinir anggota kelompok dalam sebuah kerjasama agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Menurut Wahjosumidjo (2001: 4), “Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan. Kemampuan memimpin yang efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi”. Kepemimpinan Menurut Kimbal Young dalam Kartini Kartono (2005: 58) bahwa, “Bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi yang sanggup mendorong/ mengajak orang untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptensi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus”.

Menurut Achmad Suyuti yang dimaksud dengan kepemimpinanadalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arahtujuan tertentu (Suyuti, 2001:7).

Berdasarkan berbagai definisi berbeda tentang kepemimpinan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang dalam mengarahkan, memotivasi, mempengaruhi mengontrol seseorang atau sekelompok orang agar dapat saling bekerjasama secara sadar, bertanggung jawab dan tanpa paksaan demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

commit to user

b. Unsur-unsur Kepemimpinan

Unsur-unsur yang ada dalam sebuah kepemimpinan berdasarkan beberapa pengertiankepemimpinan adalah :

a) Adanya orang pemimpin atau orang yang memimpin

b) Adanya orang yang dipimpin

c) Adanya kegiatan menggerakkan orang lain

d) Adanya tujuan yang ingin dicapai

e) Berlangsung dalam suatu kelompok dan sebagai sebuah proses

Unsur-unsur kepemimpinan tersebut selalu ada dalam sebuah kepemimpinan baik dalam organisasi formal ataupun informal. Adakalanya seseorang yang tidak memiliki kedudukan sebagai seorang pemimpin namun ia dapat melakukan fungsi kepemimpinan dan sebaliknya ada seorang yang berkedudukan pemimpin namun tidak menjalankan peran kepemimpinannya, peran tersebut dijalankan oleh orang lain yang justru tidak memiliki kedudukan sebagai seorang pemimpin. Dalam hal ini orang yang menjalankan fungsi kepemimpinan tanpa jabatan formal sebagai pemimpin dikatakan sebagai pemimpin informal.

c. FungsiKepemimpinan

mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing an sebagainya, yang secara singkat menggerakkan enam M. agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat melaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :

3. Fungsi Perencanaan Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.

4. Fungsi Memandang ke Depan

commit to user

Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.

5. Fungsi Pengembangan Loyalitas Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

6. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .

7. Fungsi Mengambil Keputusan Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

Berdasarkan fungsi-fungsi kepemimpinan kepala sekolah tersebut peneliti dapat disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan diantaranya :

commit to user

a. Pemimpin sebagai konsultan atau problem solving. Pemimpin memberikan saran, pertimbangan atas suatu masalah organisasi pada bawahannya.

b. Fungsi pengendalian, dimana pemimpin mengarahkan, mengatur dan membantu bawahan atau anggotanya (sosial) agar kegiatan dan tugas- tugasnya dapat berjalan lancer.

c. Fungsi instruktif, dalam fungsi ini pemimpin sebagai pemberi perintah, penentu kebijakan atau pengambil keputusan.

d. Partisipatif, dalam fungsi ini pemimpin berusaha membuat para bawahan atau anggotanya turut aktif dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan bersama.

e. Delegasi, dalam fungsi ini pemimpin berusaha memilah-milah tugas dalam instansi kemudian melimpahkannya pada anggota atau bawahan yang dirasa dapat melaksanakannya.

d. Gaya Kepemimpinan

1) Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan bawahannya dan berpengaruh pada tujuan yang akan dicapai. Menurut Veithzal Rifai (2004: 64), “Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan cirri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai dapat pula dikatan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pimpinan”.

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola atau cara khas seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.

2) Macam-macam Gaya Kepemimpinan Hadari Nawawi (1992: 91) menyebutkan dan membagi gaya Kepemimpinan menjadi tiga macam yaitu :

a. Kepemimpinan Otoriter

commit to user

Kepemimpinan Otoriter merupakan kepemimpinan yang tergolong paling tua. Kepemimpinan jenis ini menempatkan kekuasaan di tangan seseorang yang disebut atasan atau penguasa dan jumlah orang lain yang dipimpinnya disebut sebagai bawahan. Pihak atasan memandang dirinya lebih dalam segala hal sehingga bawahan harus tunduk pada perintah-perintah atasan, bawahan tidak diberi kesempatan untuk berinisiatif mengeluarkan pendapat serta dalam kepemimpinan jenis ini tidak ada pelimpahan wewenang kepada bawahan.

b. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Kepemimpinan bentuk ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan bentuk otoriter karena kepemimpinan ini kedudukan pimpinan hanya sebagai symbol, realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan. Kepemimpinan bentuk ini kurang tepat bila diterapkan di lembaga pendidikan karena setiap anggota kelompok bekerja sendiri-sendiri sehingga semua aspek manajemen administrative tidak biasa diwujudkan dan dikembangkan.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting. Dalam kepemimpinan ini setiap orang dihargai dan dihormati dan diikutsertakan dalam semua kegiatan organisasi, inisiatif dan kreativitas anggota selalu dikembangkan supaya timbul keefektifan dalam mencapai tujuan. Keputusan- keputusan yang diambil merupakan hasil musyawarah mufakat selain pemimpin selalu membagi tugas yang memungkinkan setiap anggota mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung jawabnya.

Menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan

commit to user

organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut FandiTjiptono gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpindalam berinteraksi dengan bawahannya (Tjiptono, 2001:161). Sementaraitu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah polatingkah laku (kata- kata dan tindakantindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).Dalam penelitian ini, gaya kepemimpinan yang dimaksud adalahgaya kepemimpinan situasional artinya gaya kepemimpinan yangdidasarkan pada situasi dan kondisi. Pada saatmenjelaskan tugas-tugas kelompok maka ia harus bergaya direktif, padasaat menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat anggotanya maka iaharus bergaya konsultatif, untuk merumuskan tujuan kelompok ia bergaya partisipatif sedangkan pada saat bawahan telah mampu dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas maka ia bergaya delegatif (Sugiyono, 2003:132).

e. Pengertian Kedisiplinan Guru dan Karyawan

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam informasi tentang wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan taggung jawab.

commit to user

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan. Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.

f.Kepemimpinan Kunci Keberhasilan Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah sebagai Pejabat Formal Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan melalui dua bentuk, yaitu : kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedang kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi dimana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi

commit to user

yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumber daya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

g.Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Pemimpin Kepala Sekolah

Sebagaimana seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait, dan kepada bawahan.

1) Kepada Atasan Seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan langsung dan atasan yang lebih tinggi. Karena kedudukannya yang terikat kepada atasan/sebagai bawahan, maka seorang kepala sekolah :

a. Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan

b. Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala sekolah dan atasan

2) Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait

a. Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala sekolah yang lain

b. Wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan lingkungan baik dengan instansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3

3) Kepada bawahan Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik- baiknya dengan para guru, staf, dan siswa, sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan.

Peran kepala sekolah sebagai pejabat formal, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut :

commit to user

a. Kedudukan sebagai pejabat formal, kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

b. Sebagai pejabat formal memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas

serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan dan dipatuhi.

c. Sebagai pejabat formal kepala sekolah secara hierarkis mempunyai

atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan.

d. Sebagai pejabat formal kepala sekolah mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier.

e. Sebagai pejabat formal kepala sekolah terikat oleh kewajiban, peraturan, serta ketentuan yang berlaku.

f. Sebagai pejabat formal kepala sekolah berkewajiban dan bertanggung

jawab atas keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan.

g. Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah adalah suatu jabatan formal yang perlu dibatasi masa pengabdiannya

h. Sebagai pejabat formal karier kepala sekolah dapat dikembangkan ke jabatan yang lebih tinggi

i. Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah sewaktu-waktu dapat

diganti, diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2. Tinjauan Tentang Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah

Surat Keputusan Mendiknas RI Nomor 162/U/2003 tercantum bahwa “Guru yang memenuhi syarat tertentu dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah”. Jadi kepala sekolah merupakan seorang guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu dan diberi tugas tambahan untuk memimpin sebuah sekolah.Dengan demikian kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah atau sebuah lembaga tempat belajar mengajar berlangsung. Whjosumidjo (2001: 83) menyatakan bahwa “kepala dapat diartikan ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau sebuah masyarakat. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan

commit to user

memberi pelajaran. Dengan demikian kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan seorang guru yang memenuhi persyaratan dan dipilih untuk memimpin sekolah atau lembaga yang di dalamnya terjadi proses belajar mengajar.

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif

a) Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 219) dikatakan bahwa “efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Kepala Sekolah yang efektif adalah Kepala Sekolah yang dalam kinerjanya selalu membuka diri dari guru dan karyawan lainnya dalam persoalan penting. Untuk menjadi Kepala Sekolah yang efektif memerlukan prasyarat yang tidak ringan. Selain berpengetahuan luas, mampuan member keteladanan dan beretos kerja tinggi, yang tidak boleh dilupakan Kepala Sekolah selaku manager di satuan pendidikan (sekolah) harus mampu membangun kekompakan kerja secara internal dan juga mampu membangun kerjasama dengan pihak luar sekolah yang terkait. Sugeng Uhamka dalam jurnal penelitian kualitatif (2004) mengatakan “Kepala Sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif adalah kepemimpinan kepala sekolah yang membawa hasil besar, berkesan bagi semua warga sekolah, mampu melaksanakan perannya dan benar-benar

commit to user

memahami sekolah serta mampu menjadi teladan bagi semua warga sekolah.

b) Kriteria Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif

Menurut E Mulyasa (2007: 187) mengatakan bahwa kriteria

kepemimpinan kepala sekolah yang efektif yaitu :

1. Mampu memberdayakan Guru-guru untuk melaksanakan

pembelajaran dengan baik

2. Dapat Menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan tidak menunda-nunda pekerjaan

3. Mampu menjaga hubungan yang harmonis dengan guru masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam mewujudkan tujuan sekolah

4. Bekerja sebagai tim sekolah

5. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan

tingkat kedewasaan guru dan kegiatan lain di sekolah

6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah sesuai ketentuan yang telah

direncanakan

Ada pendapat lain yang menjelaskan bahwa “Kriteria kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengupayakan kinerja guru-guru seoptimal mungkin dalam

pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan

3. Bekerja sama dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat luar

sekolah

4. Prinsip kepemimpinan yang dipilih oleh kepala sekolah sesuai

dengan guru dan pegawai sekolah lainnya

5. Adanya tim manajemen

6. Tujuan sekolah dapat tercapai sesuai ketentuan yang ditetapkan”.

(http://manajemensekolah.teknodik.net)

commit to user

Berdasarkan pendapat tentang Kriteria kepemimpinan kepala sekolah di atas dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah yang efektif harus :

1. Berupaya semaksimal mungkin agar para guru dapat melaksanakan

pembelajaran dengan baik

7. Berupaya menyelesaikan segala tugas dan kewajibannya dengan

tepat waktu

8. Dapat bekerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan

dengan sekolah

9. Memilih dan menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai

dengan keadaan guru dan karyawan sekolah

10. Bekerja sebagai tim sekolah

11. Dapat mencapai tujuan sekolah sesuai dengan ketentuan yang ada

2. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Hick (dalam Wahjosumidjo, 2001: 106) delapan rangkaian kepemimpinan (leadership functions) yaitu “adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan bersedia menghargai”. Menurut E Mulyasa (2004: 98) “Kepala Sekolah sedikitnya harus berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM)”.

Sedangkan Sudarwan Danim (2003: 77) bahwa pada tataran pergulatan kerja, kepala sekolah harus tampil sebagai :

a. Administrator yang menjalankan tugas-tugas yang menjalankan keadministrasian

b. Manajer yang menjalankan tugas manajerial

c. Pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinan

d. Kepala yang menjalankan fungsi kekepala-sekolahan

commit to user

e. Motivator yang menjalankan fungsi memotivasi komunitas sekolah, baik di dalam kapasitas bersama, kelompok, maupun masing-masing

f. Negosiator yang menjalankan fungsi untuk melakukan kegiatan yang bersifat kontraktural

g. Figuritas yang memerankan keteladanan kepada komunitas internal maupun eksternal

h. Komunikator yang menjalankan fungsi sebagai juru bicara ke dalam dan terutama ke luar

i. Wakil lembaga yang diperankan ketika melakukan hubungan secara eksternal j. Fungsi-fungsi yang terkait langsung atau tidak langsung dengan kebutuhan dan kepentingan sekolah Berdasarkan pendapat tentang fungsi-fungsi kepala sekolah di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa fungsi kepala sekolah adalah :

a. Seorang yang menjadi teladan, sumber inspirasi, pencipta rasa aman dan mendukung pencapaian tujuan sekolah k. Seorang edukator dan manajer yang mampu menjadi komunikator bagi sekolah, menjadi wakil untuk berhubungan dengan pihak-pihak dalam berbagai kesempatan serta menjalankan fungsi untuk kegiatan yang bersifat kontraktural

l. Innovator dan mutivator bagi warga sekolah. Kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan dan tugas manajerial berusaha menggerakkan semua warga sekolah dan mengarahkan mereka untuk pencapaian tujuan

m. Supervisor yang selalu memberikan sugesti positif serta bersedia menghargai warga sekolah yang lain

3. Peran Kepala Sekolah Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seorang kepala sekolah memahami dan mengetahui perannya. Wahjosumidjo (2002: 90) mengatakan ada tiga peranan kepala sekolah

commit to user

dilihat dari otoritas dan status formalnya yaitu “Peranan hubungan antara perseorangan, Peranan informasional dan sebagai pengambil keputusan”. Ketiga peranan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Peranan hubungan antar perseorangan

1. Figurehead, berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala

sekolah sebagai lambang sekolah.

2. Kepemimpinan (leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan

3. Penghubung (liaison). Kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa.

b. Peranan informasional

1. Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi- informasi yang berpengaruh terhadap sekolah

2. Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menyebar luaskan dan membagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid

3. Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan yang diambil

4. Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocator). Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan

Menurut Hick (dalam Wahjosumidjo, 2002: 16), ada delapan rangkaian peranan kepemimpinan (Leadership Fuctions), yaitu :

a. Adil

commit to user

Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan diantara mereka yaitu guru, staf dan para siswa (arbitrating)

b. Memberikan sugesti Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing (Suggesting)

c. Mendukung tercapainya tujuan Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan dana, sarana dan sebagainya. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu bahkan suasana yang mendukung (Supplying objectives)

d. Sebagai Katalisator Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Catalysing)

e. Menciptakan rasa aman Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah, sehingga para guru, staf dapat melaksanakan tugas dengan aman, bebas dari rasa khawatir (Providing security)

f. Sebagai sumber inspirasi Kepala sekolah pada dasarnya adalah sumber semangat bagi para guru staf dan siswa. Kepala sekolah harus mampu membangkitkan semangat, percaya diri pada guru, staf dan siswa

commit to user

sekolah, bekerja bertanggungjawab kearah tujuan tercapainya sekolah (inspiring)

g. Sebagai pusat perhatian Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah. Kepala sekolah harus menjaga integritas, terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya (Representing)

h. Bersedia menghargai Kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang dihasilkan mereka yang menjadi tanggungjawabnya. Penghargaan ini dapat diwujudkan melalui kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan dan sebagainya (Praising)

Berdasarkan pendapat diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, peranan kepala sekolah adalah :

a. Peran dalam hubungan antar perseorangan. Peran ini berarti kepala sekolah adalah sebagai leader (pemimpin), manajer dan Educator dalam sekolah

b. Peran informasional. Dalam peran ini, kepala sekolah adalah sumber informasi dan penyampai informasi-informasi penting, selain itu kepala sekolah adalah wakil dari sekolah untuk berhubungan dengan pihak luar yang terkait.

c. Pengambil Keputusan. Dalam peran ini, kepala sekolah adalah sebagai pengambil keputusan yang menyangkut persoalan penting yang ada di sekolah yang dapat mempengaruhi iklim sekolah.

3. Tinjauan tentang Kedisiplinan

a. Pengertian disiplin dan kedisiplinan

Malayu Hasibuan (2003: 193) mengatakan bahwa, “Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang yang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Alex Nitisemito (1991: 199) bahwa “disiplin adalah suatu sikap, tingkah

commit to user

laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak”.

Pengertian disiplin menurut Soegeng Prijodarmito (1992: 23) “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui suatu proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, atau ketertiban”. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 12) mengemukakan bahwa “Disiplin adalah suatau tata tertib yang mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok”. Menurut Soejitno Irmin dan Abdul Rochim (2004: 7) menyatakan bahwa “Kedisiplinan adalah sikap dan perilaku yang memenuhi unsure ketaatan dan kepatuhan”. Dari pengertian dan konsep tentang disiplin di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin pada dasarnya adalah sikap yang berasal kesadaran diri untuk bertindak sesuai dengan peraturan dan kaidah yang ada karena adanya rasa tanggungjawab

b. Hal-hal yang Menunjang Kedisiplinan

Menurut Alex S Nitisemito (1991: 200) ada Hal-hal yang menunjang Kedisiplinan, yaitu: Kesejahteraan, Ancaman, Ketegasan, Partisipasi, Tujuan dan Kemampuan, serta teladan pimpinan. Dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Kedisiplina dan Kesejahteraan Untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak hanya cukup dengan ancaman-ancaman saja. Tetapi untuk menegakkan kedisiplinan itu perlu imbangan, yaitu tingkat kesejahteraan yang cukup. Dengan tingkat kesejahteraan yang dimaksud terutama adalah besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka data hidup secara layak. Dengan kelayakan hidup ini mereka akan tenang melaksanakantugas- tugasnya, dan dengan ketenangan tersebut diharapkan mereka akan lebih berdisiplin.

b. Kedisiplinan dan Ancaman

commit to user

Selain peningkatan kesejahteraan maka untuk menegakkan kedisiplinan perlu adanya ketegasan bagi mereka yang melakukan indisipliner. Disini berarti ancaman tidak dapat dilakukan tersendiri untuk menegakkan kedisiplinan. Tapi apabila ancaman atau tindakan yang tegas dilakukan sebagai pendamping peningkatan kesejahteraan, maka kedisiplinan akan lebih dapat diharapkan untuk berhasil.

c. Ketegasan dalam pelaksanaan Kedisiplinan Perlu dijaga

Peningkatan kesejahteraan dan ancaman hokuman yang bersifat menididik, kita dapat mengharabkan kedisiplinan karyawan akan ditingkatkan. Meskipun demikian belum mencukupi, sebab suatu ancaman hukuman yang tidak dilaksanakan dengan tegas dan konsekuen justru akan lebih jelek akibatnya dari pada tanpa ancaman. Jangan sampai membiarkan pelanggaran tersebut terjadi terus-menerus tanpa tindakan yang tegas.

d. Kedisiplinan Perlu dipartisipasikan Dengan jalan memasukkan unsure partisipasi, maka para karyawan atau pegawai akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama. Apabila perusahaan atau pemerintah berhasil memasukkan unsure partisipasi dalam peraturan yang mencantumkan ancaman hukuman, maka kecenderungan mereka akan lebih konsekuen dalam melaksanakannya.