Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapau Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil (Kasus Nasabah BRI Cabaug Bogor)

DAMPAK KREDIT USAHA KECIL TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN
PADA USAHA KECIL
(Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)
.,

Oleh :

FIFI DIANA THAMRIN

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Sesungguhnya
sesudoh
kesu/itan
itu
ada kemudphan
Apabi/a kamu te/ah se/esai
dengan suatu pekerjaan,

Maka kerjakun/ah pekerjaan yang lain dengan sunggh-sun&.
(A/-quran. SurPf A/om-Nasymh 6 don 7)

Dedicated to.. ....

Deares. .....
I n the best o f times or the worst o f times,
each of
you have a/wuys been there
for me with encouragement, love. Prayers,
and giving me secure up bringing.

I can't tell you how much that means to me.
Thanks for everything and I love you a//....

€specia//y to Daddy (H. RW) who have stood
by me so far-. .....
r truly appreciate everything youRvedone.
Thanks for your understanding and support
in what I do.. ....


.........Sunggh atos keheodak A//ah
Semua hi tenvujud
Tiada kekuotan

ABSTRAK
FIFI DIANA THAMRIN. Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil (Kasus Nasabah
BEU Cabang Bogor). Di bawah bimbingan BUNASOR SANLM sebagai ketua,
HARIANTO dan EKAWATf S.WAHYUN1 masing-masing sebagai anggota
komisi.
Dalarn pengembangan usaha kecil, aspek permodalan merupakan salah
satu kendala dari berbagai pennasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil, karena
sulitnya memperoleh pinjaman dari surnber pembiayaan yang disebabkan oleh
masalah aksesibilitas, tingkat bunga dan delivery. Untuk mengatasi ha1 tersebut
diperlukan dukungan semua pihak, baik perbankan maupun instansillembaga
terkait, guna meningkatkan kemampuan usaha kecil tersebut sehingga peranannya
dalam perekonomian di Indonesia dapat ditingkatkan khususnya dalam ha1
memberikan nilai tmbah, menciptakan lapangan kerja, mendukung swasembada
pangan, meningkatkan pendapatan, mendorong kemitraan terutama yang

berorientasi ekspor dan subsitusi impor, serta memberikan pemerataan kegiatan
ekonomi antar sektor dan wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
garnbaran umum usaha kecil yang memperoleh Kredit Usaha Kecil dan
menganalisis pengaxuh Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja dan
pendapatan pengusaha kecil.
Sampel nasabah yang diwawancarai adalah sebanyak 50 orang, yang
tersebar di wilayah kerja Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Analisis data
menggunakan analisis deskriptif tabulasi dm anaIisis kuantitatif. Analisis
deskriptif tabulasi dilakukan untuk menjelaskan gambaran umum usaha kecil
yang memanfaatkan Kredit Usaha Kecil, sedangkan analisis kuantitatif dipakai
dalam menganalisis pengaruh kredit pengusaha kecil terhadap penyerapan tenaga
kerja dan pendapatan. Model terdiri dari empat persamaan struktural yang terdiri
dari lima peubah endogen dan delapan peubah eksogen.
Penyerapan tenaga kerja luar keluarga sangat besar terjadi pada sektor
industri dan sektor pertanian. Besarnya tenaga kerja yang terserap pada sektor ini
disebabkan oleh karena usaha yang mereka tekuni pada saat ini sudah dapat
dikategorikan usaha menengah-besar. Faktor-faktor yang berpengaruh positif
terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan adalah besar kredit
yang diambil, pendidikan pekerja, nilai penjualan, umur pekerja, dan pendidikan
pemilik usaha.


SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
DAMPAK KREDIT USAHA KECIL TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PADA
USAHA KECIL (Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)
adalah

benar

merupakan

hasil

karya

saya

sendiri


dan

belurn

pemah

dipublikasikan. Semua sumber data dan infomasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 28 Januari 2002

Fifi Diana Thamrin
Nrp. 99038EPN

DAMPAK KREDIT USAHA KECIL TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN
PADA USAHA KECIL
(Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)


Oleh :
Fifi Diana Thamrin
EPN 99038

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapau

Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pada
Usaha Kecil (Kasus Nasabah BRI Cabaug Bogor).

Nama Mahasiswa

:

Fifi Diana Thamrin

Nomor Pokok

:

99038

Program Studi

:

Ilmu Ekonomi Pertanian

I


,

Menyetujui,

Dr. Ir. Harianto. MS
Anggota

Dr. ld Ekawati S Wahvuni. MS
I
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Tanggal Lulus :28 Januari 20

am Pascasarjana

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1973 di Padang, Surnatera Barat,
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Thamrin
Talud dan Ibu Dra. Hj. Yulinar Nur.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar pada tahun
1986 di Padang. Pendidikan Menengah Pertarna diselesaikan pada tahun 1989 di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Padang. Pada Tahun 1992 penulis
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Don Bosco Padang.
Pada tahun 1992, penulis diterima pada Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas Padang melalui jalur UMPTN dan pada tahun
1999 penulis melanjutkan studi ke jenjang S2 pada Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul
"Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja dan


Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil (Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)",
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc seIaku Ketua Komisi
Pembimbing, Dr. Ir. Harianto, MS dan Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS selaku
anggota komisi pembimbing serta Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas segala bimbingan dan saran selama
penyusunan tesis ini.
Dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis haturkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada keluarga tercinta, Papa (alm) Drs. Thamrin Talud, Mama
Dra. Hj. Yulinar Thamrin, Tante Dra. Farida Welly M.L.S dan Kakak-kakakku
Rendy Thamrin ST. MT,

Ternrny Thamrin SS. M.Hurn

serta


kakak

iparku

dr. Arina Widya Murni dan Maulid Hariri Gani SS, dan tak lupa juga ponakanku
yang tersayang Nurul Hanifaf dan Alif Nugraha atas dorongan, kasih sayang serta
bantuan yang sangat berharga selarna penulis menyelesaikan studi pada program
pascasarjana ini. Semoga AHah SWT membalas segala kebaikannya. Amin.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Pimpinan dan Staf Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor yang telah memberi

kesempatan melaksanakan penelitian untuk penulisan tesis.
2. Pengelola Beasiswa Universitas Bung Hatta Padang

atas bantuan dana

penelitian untuk penulisan tesis.

3. Responden yang telah menyediakan waktu untuk memberikan informasi dan
data yang diperlukan dalam penelitian.
4. Teman-teman EPN '99 yang telah sama-sama menempuh studi di Institut

Pzrtanian Bogor dan banyak membantu dan memberikan saran dalarn
penyelesaian tesis ini (auk unto, m ' letty, rn ' lisa, uni emil, uni rina, ita dun lia
dun uda zul). Aku harap persahabatan kita akan abadi selamanya.......

5. Adik-adik TM-20 yang selama ini selalu memberi support (bertua, ana, novi,
echi, rani, cori, wenny, ririn, lisa, angel, evelin nurman, ayu, desti, diana dun
yuyun), harapan uni sampai kapanpun "rasa kekeluargaan yang selarna ini

telah terjalin" tidak akan pudar walaupun jarak telah memisahkan kita ......

6. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua
bantuan yang telah &berikan.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak memiliki
keterbatasan dan kekurangan, oleh karena itu sangat diperlukan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna perbaikan dalam penelitian lanjutan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, senantiasa penulis harapkan. Namun demikian,
mudah-mudahan

tulisan

ini

diharapkan

dapat

bermanfaat

bagi

yang

memerlukannya.
Bogor, Januari 2002

F ~ fDiana
i
Thamrin

DAFTAR IS1
Hataman

DAFTAR TABEL

...........................................................................

.

...

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

xiit

.....................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
1

xii

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1

..

1.2. Masalah Penellt~an......................................................................

5

1.3. Tuj uan dan Kegunaan Peneliti an .................................................

7

.............................

8

...................................................................

10

2.1 . Bank Rakyat Indonesia ...............................................................

10

2.2. Pengertian Kredit ........................................................................

11

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

.

I1

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Alokasi Kredit Menurut Sektor Ekonorni ................................... 13
2.4. Kredit Usaha Kecil

....................................................................

14

2.5. Profil Industri Kecil ..................................................................... 18

.

I11

2.6. Peranan Industri Kecil

...............................................................

21

2.7. Penelitian Terdahulu

.................................................................

22

KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................ 2 5

3.1. Dampak Subsitusi Leisure dan Darnpak Pendapatan
Perubahan Wage
................................................................

30

3.2. Ketenagakerjaan di Pedesaan ...................................................... 32

3.3. Tenaga Kerja

..............................................................................34

IV

.

METODOLOG1 PENELKTIAN

...................................................

40

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

..................................................

40

............................................................

40

4.2. Jenis dan Sumber Data

4.3. Metode Pengambilan Sampel ................................................... 42
4.4. Metode AnaIisis Data
4.5. Perumusan Model

.............................................................

43

.................................................................... 44

4.5.1. Penyerapan Tenaga Kerja Dalam Keluarga

................. 44

4.5.2. Penyerapan Tenaga Kerja Luar Keluarga .................... 46
4.5.3. Upah Tenaga Kerja ...................................................... 46
4.5.4. Pendapatan Pemilik Usaha .......................................... 47
4.6. Definisi Operasional

................................................................47

4.7. Prosedur Analisis Data .......................................................... 49
4.7.1 . Identifikasi Model

.......................................................

50

4.7.2. Pendugaan Model

........................................................

51

4.7.3. Evaluasi Model

............................................................ 52

4.7.4. Pendugaan Elastisitas
V

.

.................................................54

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ....................................... 55
5.1. Letak Geografis

......................................................................

55

5.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan .............................................. 55
5.3. Sektor Ekonomi .......................................................................

56

5.4. Sektor Pertanian ......................................................................

56

5.5. Sektor Industri

........................................................................ 57

5.6. Sektor Perdagangan .................................................................
57

VI

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

....................................................

59

6.1. Karakteristik Pengusaha pada Usaha Kecil Nasabah BRI........ 59
6.1 .1. Umur Pengusaha

.........................................................

59

..........................................

60

6.1.2. Pendidikan Pemilik Usaha

6.2. Karakteristik Tenaga Kerja pada Usaha Kecil ........................ 60
6.2.1 . Umur Pekerja

...............................................................

60

6.2.2. Pendidikan Tenaga Kerja ............................................ 61
6.2.3. Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga ..................... 61
6.2.4. Upah Tenaga Kerja

...................................................... 62

6.3. Karakteristik Usaha ................................................................ 63
6.3.1 . Besar Kredit yang Diambil

..........................................

6.3.2. Lama Meminjam .........................................................

63
63

6.3.3. Pendapatan Pemilik Usaha ........................................... 64
6.4. Hasil Dugaan Model Ekonomi Penyerapan Tenaga Kerja
dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil ...................... 64
6.4.1. Penyerapan Tenaga Kerja dari Dalam Keluarga ......... 64
6.4.2. Penyerapan Tenaga Kerja dari Luar Keluarga ............. 66
6.4.3. Upah Tenaga K e j a ..................................................... 67
6.4.4. Pendapatan Pemilik Usaha

..........................................

67

..
6.5. Implikasi Kebijakan ................................................................ 69
VII

.

......................................................

71

7 . I . Kesimpulan..............................................................................

71

KESIMPULAN DAN SARAN

7.2. Saran ......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................74
LAMPIRAN

....................................................................................

77

DAFTAR TABEL
Halaman

Nomor

1.

Produk Domestik Bruto Pengusaha Kecil di Indonesia menurut
Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999 dan 2000 ... 4

2.

Perkembangan Kredit Perbankan di Indonesia menurut Sektor
Ekonomi Tahun 1995 - 1999 ...........................................................

15

3.

Proporsi Kredit Usaha Kecil Menurut Sektor Ekonomi di Jawa
Barat Tahun 1993-1999 .................................................................. 1 7

4.

Jurnlah Unit Usaha Kecil Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia
Tahun 1999 dan 2000 ........................................................................ 20

5.

Jurnlah dan Komposisi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor
di Indonesia Tahun 1985 - 1998 ........................................................ 35

6.

Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Tahun
1985-1998 di Indonesia ................................................................. 36

7.

Kontribusi Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor
Terhadap Total Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Tahun
1985-1998 di Indonesia ......................................................................

37

8.

Penyerapan Tenaga Kerja Pengusaha Kecil di Indonesia Menurut
Sektor Ekonomi Tahun 1999 dan 2000 ............................................. 3 8

9.

Nilai Rata-rata Variabel Berdasarkan Sektor

..................................... 59

10.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Dalarn Keluarga Sampel Responden ..................................................65

11.

Hasil Pendugaan Parameter Regresi Persamaan Penyerapan
Tenaga Kerja Luar Keluarga Sampel Responden .............................. 66

12.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Upah Tenaga Kerja ........... 67

13.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Pemilik
Usaha ...........................................................................................

68

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Pengaruh Kredit Terhadap Kombinasi Input Biaya Minimum
dan Jalur Perluasan Usaha .................................................................... 30

2.

Darnpak Subsitusi Leisure Lebih Besar Dari Dampak Pendapatan ...... 31

3.

Darnpak Subsitusi Leisure Lebih Kecil Dari Darnpak Pendapatan

4.

Kerangka Pemikiran Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan ................... 39

5.

Model Ekonomi Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan ....................................... 45

...

32

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1.

Halaman

Sistem dan Prosedur Permohonan Kredit pada Bank Rakyat
Indonesia Cabang Bogor. ................................................................... 78

2. Analisis Aspek-aspek Kredit

..............................................................

82

3.

Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di rinci per Kecamatan di
Kabupaten Bogor Tahun 1999 ..............................................................83

4.

Banyaknya Perusahaan Dagang Barang dan Jasa Sesuai Data
Penerbitan TDUP di Kabupaten Bogor Tahun 1999 ............................86

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Menurut

Undang-undang Nomor

7/1992

tentang

perbankan,

yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan melakukan
kegiatan penarikan atau penghimpunan dana dari masyarakat, maka dimaksudkan
agar dana yang ada pada masyarakat dan yang tidak digunakan secara produktif
atau menganggur, dapat disalurkan kedalam kegiatan usaha perekonomian,
sehingga menyebabkan dana tersebut menjadi produktif. Penggunaan dana untuk
usaha produksi di berbagai sektor seperti pertanian, pertambangan, perindustrian,
pengangkutan, jasa-jasa dan lainnya akan meningkatkan jumlah produksi barangbarang dan jasa-jasa sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional dan
masyarakat serta akan memperluas kesempatan kerja didalam masyarakat
(Suharto, 1991).
Sebagaimana diketahui, konsentrasi penduduk

masih

di

pedesaan.

Pedesaan merupakan sumber dari pada potensi human resource di samping
sumber potensi kekayaan alam. Karenanya dikatakan, betapa jelas dan pentingnya
kedudukan, fungsi dan peranan daerah pedesaan sebagai dasar atau basis
pembangunan nasional.
Akan tetapi, dari hasil-hasil penelitian selama ini mengungkapkan bahwa
pedesaan di Indonesia umurnnya masih berada dalarn kondisi yang lemah.
Kondisi ini dapat dicirikan oleh hal-ha1 berkonotasi serba rendah, yang dapat

dilihat dari rendahnya tingkat pendapatan serta aktifitas sektor-sektor ekonomi
yang ada. Kondisi yang lemah ini disebabkan oleh miskinnya masyarakat
pedesaan dalam ha1 pemilikan modal (capital) serta skill.
Kepincangan didalam pemilikan modal (capital) serta skill mencerminkan
kepincangan didalam pembagian pendapatan. Berdasar rantai ekonomi, modal
akan menghasilkan pendapatan. Apabila pemilikan modal serta skill rendah, maka
mengakibatkan rendahnya tingkat produktifitas baik input productivity ataupun
human productivity, yang pada gilirannya menghasilkan tingkat pendapatan dan
investasi yang rendah pula (Kas~ynodan Colter, 1986).
Sejak Pelita I11 banyak program yang telah diberikan untuk membantu
industri skala kecil di seluruh tanah air, termasuk yang terpenting yaitu bantuan
dalam permodalan melalui berbagai skema kredit seperti Kredit Usaha Kecil
(KUK). Peran usaha kecil dalam Program Pembangunan Nasional dewasa ini
tidak perlu disangsikan lagi. Peran dimaksud terasa semakin meningkat dari
waktu ke waktu, khususnya dalam menciptakan kesempatan kej a , sehingga tidak
salah lagi apabila perhatian dari semua pihak hams lebih dicurahkan agar
partisipasinya dalam derap pembangunan nasional dapat makin meningkat lagi.
Menurut Meredith,

Hubbard

dan Hailes (1988) dalam Sanim (1996),

peranan dasar usahdbisnis kecil, menengah, dan koperasi dalam konteks
perekonomian, sangat penting dan strategis terutama dalam kehidupan masyarakat
madani (civil society). Peranan ini bisa dalam bentuk peningkatan kualitas SDM
khususnya entrepreneurship, usaha/bisnis keciI, menengah dan koperasi yang
mempengaruhi setiap aktifitas masyarakat suatu bangsa,

merupakan dasar bagi

pencapaian kesejahteraan ekonomi (economic wellbeing), dan juga rnerupakan
syarat mutlak bagi ketahanan nasional (national security/stability).
Menurut Sanim (1999), peranan usaha kecil dapat kita lihat secara lebih
rinci pada tingkatllevel makro (analisis suatu kesatuanlagregat) yang dapat
menyebabkan, yaitu : (1) penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan
kerja baru (employment & create new job), (2) breeding Ground untuk bisnis
baru, (3) usaha bersama kekeluargaan (cooperative), dan (4) mengurangi
kecemburuan sosial (social jealousy) karena adanya kesenjangan sosial ekonomi
dan kemiskinan.
Sedangkan peranan usaha kecil pada tingkat mikro (analisis usaha kecil,
menengah & koperasi), adalah sebagai : (1) alat distribusi untuk bisnis besar
(distribution outlet for high business), (2) sumber pendapatan dan perolehan
devisa, (3) menciptakan kompetisi (creation of competition), (4) medan bagi
inovasi independen dan bakat kewirausahaan (avenue for independent innovation
and entrepreneurial talent), dan (5) kontribusi bagi desentralisasi (contribution to
decentralization) (Sanim, 1999).
Pembinaan

usaha

skala

kecil

telah

dilaksanakan

oleh

banyak

instansi/lembaga, baik pemerintah maupun swasta. Akan tetapi efektifitasnya
masih dirasakan kurang memadai. Dengan
pembinaan

yang

makin terbatasnya

sumber

dana

dimiliki pemerintah serta esensi pengembangan usaha skala

kecil dalam menunjang pembangunan nasional, perlu dirumuskan berbagai
konsep kebijakan yang dapat melandasi upaya pengembangan sektor tersebut
serta mendorong terciptanya iklim dan motivasi bagi para pengusaha kecil untuk
meningkatkan eksistensi dan peranannya.

Pada Tabel 1, dapat terlihat Produk Domestik Bruto (PDB) pengusaha
kecil Indonesia menurut sektor ekonomi atas dasar harga berlaku yang terjadi
pada tahun 1999 dan 2000.
Tabel 1 . Produk Domestik Bruto Pengusaha Kecil Indonesia Menurut
Sektor Ekonomi atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999 dan 2000

!

Uraian

1999

I

2000

(Juta Rupiah)
188 714 736
2.

perikanan
Pertambangan dan penggalian

3.

lndustri Pengolahan

4.

Listrik, gas, dan air bersih

5.

Bangunan

6.

Perdagangan, hotel dan restoran

7.

Pengangkutan dan komunikasi

8.

Keuangan, persewaan, jasa perusahaan

I
I
I
I
I

PDB
(Persentase)
PDB Tanpa Migas
(Persentase)
Sumber : Bunasor Sanim. 2000

(99.78) 1

(99.99) 1

Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukkan persentase terhadap Total PDB

Nasional.

Telah banyak cara dilakukan untuk menghadapi kendala yang dihadapi
oleh usaha kecil di Indonesia, seperti dalam masalah pemasaran, manajemen,
produksi maupun dalam permodalan. Namun demikian, walaupun telah banyak
upaya dilakukan disadari bahwa

masih banyak

lagi bantuan

yang hams

diupayakan oleh semua pihak terkait dalam pengembangan usaha kecil, karena
berbagai kendala yang telah dikemukakan diatas, mustahil dapat diatasi sendiri

oleh para pengusaha kecil, mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang
mereka miliki.
Oleh sebab itu dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat
mendukung program yang telah dikembangkan oleh pemerintah misalnya dengan
mengembangkan sentra yang merupakan salah satu strategi pemerintah untuk
mengembangkan

industri

skala

kecil.

Telah

banyak

sentra

yang

telah

dikembangkan dengan bantuan pemerintah pusat dan daerah dengan menyedialcan
fasilitas yang dapat dipergunakan secara bersama-sama misalnya dalam pendirian
Unit Pelayanan Teknis (UPT), yang secara regional kira-kira separuh dari sentra
tersebut terdapat di pulau Jawa. Diharapkan dengan adanya pembinaan yang telah
diberikan kepada usaha kecil ini dapat berdarnpak terhadap penyerapan tenaga
kerja dan peningkatan pendapatan.

1.2. Masalah Penelitian

Dalam pengembangan usaha kecil, aspek permodalan merupakan salah
satu kendala dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil, karena
sulitnya memperoleh pinjaman dari sumber pembiayaan yang disebabkan oleh
masalah

aksesibilitas, tingkat bunga dan delivery. Untuk

itu pemerintah

diharapkan memberikan bantuan dana pada usaha kecil dari program pembinaan
BUMN. Pemerintah dan lembaga keuangan hams memperbaiki prosedur, syarat
dan transparansi dalam tata cara pengajuan kredit bagi usaha kecil.
Kendala lain yang lebih mendasar dan terkait dengan masalah permodalan
adalah masalah kurangnya kewirausahawan, terbelakangnya teknis produksi dan
lemahnya kemampuan pemasaran dan manajemen. Untuk mengatasi ha1 tersebut

diperlukan dukungan semua pihak, baik perbankan maupun instansi/lembaga
terkait, guna meningkatkan kemampuan usaha kecil tersebut sehingga peranannya
dalam perekonomian di Indonesia dapat ditingkatkan khususnya dalarn ha1
memberikan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, mendukung swasembada
pangan,

meningkatkan

pendapatan,

mendorong

kemitraan

terutarna

yang

berorientasi ekspor dan subsitusi impor, serta memberikan pemerataan kegiatan
ekonomi antar sektor dan wilayah (TAF-ISEI-PERHEPI, 1998).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam rangka mengembangkan
usaha kecil secara terpadu, efektif dan efisien, memang diperlukan suatu
koordinasi terpadu antara berbagai instansi/lembaga terkait (sisi permintaan)
dengan perbankan (sisi penawaran), sesuai tugas dan tanggung jawab masingmasing. Tentunya ha1 ini mencakup antara lain mengenai aspek kelembagaannya
(perbankan dan lembaga keuangan lain), pemasaran dan produksi, manajemen,
dan peraturan ( l e g a l ~ a m e w o r k ) .
Dengan

adanya

upaya-upaya

tersebut,

diharapkan

akan

dapat

meningkatkan kemampuan usaha keciI dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat di pasar bebas. Pada akhirnya, diharapkan pula agar perbankan
mampu meningkatkan pemberian kredit usaha kecilnya, baik secara kuantitas
maupun kualitasnya.
Penelitian ini akan ditekankan pada usaha kecil yang secara lebih spesifik
permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana garnbaran umum usaha kecil yang memperoleh Kredit Usaha
Kecil ?

2. Sejauh mana pengaruh Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja

pada usaha kecil ?
3. Apakah dengan pengambilan Kredit Usaha Kecil dapat meningkatkan

pendapatan kreditur pada usaha kecil ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalarn
penelitian ini yaitu :
1 . Memperoleh gambaran umum usaha kecil yang memperoleh Kredit Usaha

Kecil.
2. Menganalisis pengaruh Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja

pada usaha kecil.
3. Menganalisis pengaruh Kredit Usaha Kecil terhadap pendapatan pada

pengusaha kecil.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak. Bagi peneliti,
dapat menambah wawasan dan pengalaman. Bagi pihak pemerintah khususnya
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, dapat memberikan masukan terutarna
dalam ha1 pembinaan kepada usaha kecil, dan diharapkan juga dapat menambah
khasanah literatur bagi usaha-usaha kecil yang mengambil kredit sehingga dapat
membuka

kesadaran

mereka

dalam

pengambilan

keputusan.

Bagi

Ilmu

Pengetahuan dan Tekhnologi, diharapkan sebagai data dasar bagi peneliti dalam
bidangnya untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Cabang Bogor. Penelitian ini dibatasi hanya untuk melihat darnpaklpengaruh
Kredit Usaha Kecil terhadap peningkatan tenaga kerja dan pendapatan pada usaha
kecil khususnya pada nasabah yang mengambil kredit pada Bank Rakyat
Indonesia Cabang Bogor yang dibagi atas 3 sektor yaitu sektor pertanian, sektor
industri

dan sektor perdagangan. Nasabah yang akan diteliti pada saat survei

awal mengambil kredit dengan minimal plafon kredit Rp. 25 juta dan maksimal
Rp. 350 juta.
Penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil, dalam ha1 ini yang diukur
meliputi penyerapan tenaga kerja dalam dan luar keluarga, sedangkan untuk
peningkatan pendapatan pengusaha kecil (pemilik usaha) dan pekerja yang di
analisis dalam penelitian ini, hanya dibatasi pendapatan dari usaha yang
ditekuninya tersebut.
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif tabulasi dan
analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan gambaran
umum usaha kecil yang memanfaatkan Kredit Usaha Kecil. Sedangkan analisis
kuantitatif

dipakai

dalam

menganalisis faktor-faktor yang

pengambilan Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan

mempengaruhi

tenaga kerja

dan

peningkatan pendapatan.
Analisis gambaran umum usaha kecil antara lain dilihat dari keragaan
usaha industri kecil, seperti : (1) sejarah perkembangan usaha, (2) pengalaman
usaha, (3) kegiatan atau proses produksi, dan (4) penggunaan faktor produksi
(bahan, tenaga kerja dan kapital). Model analisis yang akan digunakan adalah

model ekonometrika dalarn bentuk persarnaan simultan. Metode pendugaan yang
digunakan disini adalah 2SLS dan pengolahan data dengan menggunakan
program SAS dengan prosedur SYSLIN.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank Rakyat Indonesia

Bank

Rakyat

Indonesia

(BRI) merupakan salah

satu

bank

yang

melaksanakan penyaluran Kredit Usaha Kecil. Bank milik pemerintah tersebut
memang merupakan salah satu bank dengan jumlah kantor cabang terbanyak yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air. Dalam peranannya membantu usaha kecil,
BRI telah menggulirkan beberapa paket bantuan kredit khusus kepada usaha kecil,
seperti Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Kecil Investasi (KKI), Kredit Kecil
Modal Kerja (KKMK), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Umurn Pcdesaan
(KUPEDES) dan masih banyak lagi jenis kredit lainnya.
Dilihat

secara

definisi,

Kredit

Kecil

Investasi

merupakan

suatu

kebijaksanaan kredit yang bersifat jangka menengah atau panjang, yang diberikan
kepada pengusaha perorangan atau perusahaan dengan persyaratan dan prosedur
khusus atau dengan pertimbangan kelayakan. Program kredit kecil investasi ini
biasanya digunakan untuk pembiayaan investasi barang modal dan jasa yang
diperlukan dalam rangka perluasan proyek lama atau baru serta rehabilitasi aset
yang sudah ada. Sedangkan program Kredit Modal Kerja Permanen hanya
diberikan untuk pembiayaan modal yang secara terus menerus digunakan untuk
kelancaran usaha.
Kredit Usaha Tani

rnerupakan Kredit Modal Kerja untuk membiayai

usaha tani dalam rangka peningkatan intensifikasi padi, tanarnan holtikultura dan
tanaman obat-obatan. Kredit Usaha Tani diberikan kepada Koperasi Unit Desa
(KUD) yang memenuhi syarat sebagai Koperasi Unit Desa penyalur (channeling),

kemudian dana kredit itu disalurkan kepada petani. Sedangkan Kredit Umum
Pedesaan merupakan suatu kebijaksanaan kredit yang diberikan dalarn rangka
pengembangan dan peningkatan usaha kecil yang sudah ada atau kegiatan proyek
baru yang ada di pedesaan.

Kredit biasa (umum) merupakan kredit yang tidak ditunjang oleh kredit
likuiditas Bank Indonesia atau kredit yang dibiayai sepenuhnya oleh Bank
Pemberi Kredit, oleh karenanya persyaratan dan prosedur kredit juga ditentukan
oleh Bank Pemberi Kredit. Salah satu bentuk kredit urnum disini yaitu Kredit
Usaha Kecil.

Kredit Usaha Kecil merupakan penyempurnaan dari kredit yang

sudah ada. Untuk melaksanakannya, bank diberikan likuiditas dari pemerintah.
Pemberian kredit ini mempunyai plafon atau limit kredit Rp. 350 juta dengan
prioritas penggunaan untuk kredit usaha yang bersifat produktif.
Keberhasilan BRI unit sebagai lembaga perantara keuangan terutama di
pedesaan, telah menjadi perhatian bagi banyak pihak, yang perlu diperhatikan
juga adalah masalah pembinaan usaha kecil yang hams dilakukan secara terusmenerus dan dengan pola yang dilakukan dengan cara pembinaan kemitraan
terpadu yang mandiri, yang meliputi pembinaan dari segi sumber daya manusia,
kemampuan

perusahaan,

yang

berkaitan

dengan

pasar

dan

administrasi

manajemen.

2.2. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa latin "credere" yang berarti kepercayaan.
Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang
memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan, atau dengan

kata lain orang yang mendapat bantuan kredit adalah mereka yang telah mendapat
kepercayaan untuk dapat membayar lunas pinjamannya dalam jangka waktu
tertentu (Suyatno, et al. 1999).
Mengacu

pada

pengertian

kredit

menurut

Ronohadiwirjo

(1969),

Mubyarto (1989), dan Baker (1968) dalam Kuntjoro (1983), bahwa kredit
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memacu perkembangan usaha,
terutama dalam pembentukan modal (capital formation). Kredit juga sangat
penting untuk meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko
apabila usaha itu gaga1 memberikan penerimaan yang lebih tinggi

dari biaya

yang dikeluarkan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun

1992 tentang

perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut :
"

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi ufangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, irnbalan atau pembagian
hasil keuntungan ".

Menurut Suyatno, et al. (19991, dalam transaksi kredit terdapat unsurunsur kredit yaitu : (1) kepercayaan, yaitu suatu keyakinan dari pemberi kredit
baik berupa uang, barang atau jasa yang diberikan dan akan benar-benar diterima
kecuali di masa yang akan datang, (2) waktu, yaitu masa yang membatasi antara
saat pemberian prestasi dan pengembaliannya akan diterima pada waktu tertentu,

(3) prestasi atau obyek kredit tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam

bentuk barang dan jasa dan (4) degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan
dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari.
Semakin lama kredit diberikan akan semakin besar resikonya karena adanya
ketidakpastian pada masa yang akan datang.

2.3. Alokasi Kredit Menurut Sektor Ekonomi

Kredit perbankan dapat dikelompokkan kedalam enam sektor utarna, yaitu
sektor pertanian, pertarnbangan, manufaktur, perdagangan, jasa

dan sektor

lainnya. Kinerja penyaluran kredit kedalam enam sektor tersebut diatas dapat
dilihat pada Tabel 2. Selama kurun waktu antara tahun 1981 sarnpai 1995, kinerja
penyaluran kredit di masing-masing sektor mengalami kenaikan, kecuali pada
sektor pertambangan yang justru mengalami penurunan. Rata-rata kenaikan
penyaluran tersebut berkisar antara 52 persen hingga 108 persen per tahun.
Kenaikan tertinggi terjadi pada sektor lainnya, kemudian disusul oleh sektor jasa,
perdagangan, manufaktur dan pertanian. Diantara lima sektor yang mengalami
kenaikan, kenaikan penyaluran kredit pada sektor pertanian adalah yang paling
kecil. Sedangkan pada sektor pertambangan sebagaimana telah dikemukakan
diatas, justru terjadi penurunan yang mencapai rata-rata -1 1.9 persen per tahun.
Secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan untuk semua sektor ekonomi
mengalami kenaikan sebesar rata-rata 42.2 persen per tahun selama periode waktu
yang sama. Kenaikan penyaluran kredit yang besar tersebut adalah akibat dari
adanya deregulasi di sektor perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak
tahun 1983.

Beberapa sifat usaha di sektor pertanian, yang umumnya berisiko tinggi
merupakan hambatan bagi investor untuk mengalokasikan dananya pada sektor
pertanian, oleh karena itu alokasi kredit pada sektor ini menunjukkan kinerja yang
paling rendah. Kenaikan penyaluran kredit di sektor pertanian tersebut, yang
masih diatas 50 persen per tahun, adalah akibat dari adanya perlakuan khusus
pada sektor ini. Perlakuan tersebut secara nyata disebutkan dalam menetapkan
deregulasi pada sektor perbankan, yaitu adanya prioritas yang tinggi pada kredit
pangan dan sub sektor pertanian lainnya. Artinya, kemudahan pemberian kredit di
sektor pertanian masih diberikan oleh pemerintah melalui dana Kredit Likuiditas

Bank Indonesia (KLBI). Apabila ha1 tersebut tidak dilakukan oleh pemerintah,
maka dapat diduga bahwa penyaluran kredit di sektor pertanian akan menjadi
lebih rendah lagi dari kinerja yang dapat ditarnpilkan pada periode tersebut.

2.4. Kredit Usaha KeciI

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang ditujukan untuk konsumen
usaha kecil, dengan batas kredit maksimum Rp. 350 juta per konsumen yang
ditujukan untuk membiayai usaha produktif di semua sektor ekonomi. Sejak
diperkenalkannya Kredit Usaha Kecil pada Januari 1990, pemberian Kredit Usaha
Kecil telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pemberian Kredit Usaha
Kecil telah meningkat Rp. 14 triliun pada akhir Desember 1989, menjadi sebesar
Rp. 40.9 triliun pada bulan Desember 1995 atau naik dengan rata-rata 20 persen
per tahun, sedangkan pada tahun 1997 peningkatan sebesar 32.5 persen yaitu dari
Rp. 49.7 triliun pada akhir Maret 1997 menjadi Rp. 65.9 triliun pada akhir Maret
1998 (Bank Indonesia, 1998).

Tabel 2. Perkembangan Kredit Perbankan menurut Sektor Ekonomi Tahun 1981-1995

No.

Tahun

Sektor Ekonomi
1981

1

1985

1

1988

Rata-rata kenaikan per tahun

1

1990

1

1995

(%I

Pertanian
Pertarnbangan
Manufaktur
Perdagangan
Jasa

Linnya
(4.50)
(5.30)
8154
19336
: Laooran Tahunan Bank Indonesia

Total
Sumber
Catatan

(8.70)
35081

: Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukan persentase

(11.50)
70 873

(12.30)
194 706

(108.20)
(42.20)

Perkembangan

Kredit

Usaha

Kecil

tersebut

menunjukkan

bahwa

kebijaksanaan perkreditan (Pakjan 90) telah berhasil dengan baik, karena
kebijakan tersebut mempunyai dampak positif yaitu Kredit Usaha Kecil telah
berkembang cukup pesat selarna periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1998.
Walaupun demikian disadari bahwa saat ini masih ada keluhan dari sebagian
masyarakat (usaha kecil) mengenai sulitnya memperoleh Kredit Usaha Kecil atau
akses kepada bank. Hal ini menunjukkan bahwa kredit tersebut belum dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, yang disebabkan oleh beberapa
kendala yang dihadapi baik dari pihak pengusaha kecil maupun dari pihak bank.
Dari sisi permintaan, umurnnya kendala nasabah usaha kecil untuk
memperoieh Kredit Usaha Kecil adalah belum mampu mengungkapkan kelayakan
usahanya,

adanya

keterbatasan

pada

aspek

pemasaran,

teknis

produksi,

manajemen dan organisasi, serta belum mampu memenuhi persyaratan bank
teknis, antara lain jaminan dan perizinan. Dari hasil laporan perbankan, kendalakendala utama berkisar pada kelemahan sumber daya manusia, kurangnya
pengalaman dalam pembiayaan usaha kecil dan terbatasnya jaringan kantor
cabang pada bank tersebut (Bina Wirausaha, 1997).
Untuk Kredit Usaha Kecil di Jawa Barat, sektor perdagangan memiliki
proporsi terbesar yaitu 31.74 persen, bahkan pada tahun berikutnya proporsinya
meningkat menjadi 41.45 persen. Posisi tersebut berada diurutan kedua dibawah
sektor lain-lain dan proporsi tersebut relatif tidak banyak berubah sampai Juli

1999 seperti dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proporsi Kredit Usaha Kecil Menurut Sektor Ekonomi di Jawa Barat Tahun 199311994 sld 1999
Sektor Ekonomi
Pertanian dan sarana pertanian
Pertambangan
Periidustrian
Listrik, gas, dan air
Kontruksi
Perdagangan, restoran dan hotel
Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi

1

Lain-lain **)
46.21
46.45
umber : Biro Pusat statistik, 1993-1999
*)
per Juli 1999
Merupakan sektor yang bergerak di bidang pembiayaan
**)

1

48.18

2.5. Profil IndustrVUsaha Kecil
Industri kecil merupakan sektor usaha yang cukup besar dan merata di
kebanyakan sektor usaha di Indonesia. Secara umum industri kecil diartikan
sebagai usaha yang berskda kecil.

Menurut Depperindag (1997) secara garis

besar ciri-ciri umum industri kecil adalah sebagai berikut : (1) pada umumnya
berorientasi pada pasaran lokal, (2) produknya spesifik, (3) volume produksi
kecil, (4) metode produksi sederhana dan peralatannya tidak mahal, (4) modal dan
pinjaman terbatas, (5) lemah dalam keterampilan dan manajemen, dan (6) lemah
dalam motivasi keusahawanan.
Menurut Depperindag (1997), meskipun skala usahanya kecil, kadangkadang justru industri kecil mempunyai potensi sebagai berikut : (1) mampu
memproduksi barang yang membutuhkan keterarnpilan tinggi, barang-barang
dengan kecepatan tinggi dan barang-barang seni, (2) mampu memproduksi secara
massa komponen-komponen khusus, (3) kegiatan memproduksi barang dapat
dilakukan pada tempat yang kecil, (4) mudah memilih lokasi yang meringankan
ongkos pengangkutan, (5) unggul daIarn desain dan teknis untuk produk-produk
tertentu, (6) beroperasi lebih fleksibel dan biaya-biaya urnum rendah, (7) dapat
menanggapi perubahan dengan cepat, (8) mempunyai resiko yang relatif kecil.
Disarnping mempunyai potensi, kelemahan urnum yang terdapat pada industri
kecil meliputi hal-ha1 sebagai berikut : (1) kondisi intern perusahaan tidak efisien,
(2)

kurang

pandai

memanfaatkan

kondisi

ekstern,

(3)

kurang

mampu

mencari/menembus daerah pemasaran yang baru, (4) mempunyai kualitas produk
yang rendah, (5) lemah dalam pengelolaan pinjaman dan piutang, (6)

lemah

dalam keterampilan dan pengetahuan teknis, khususnya tentang desain produk,

(7) tidak mampu mengatasi persaingan yang tidak sehat, dan (8) lemah dalam

perundinganlbisnis.
Menurut Sanjaya (1998), dilihat dari sisi jam kerja yang dicurahkan
selama seminggu, sekitar 61.6 persen dari pengusaha kecil mencurahkan waktu
usaha > 35 jam dalam seminggu, sekitar 30.4 persen antara 15-34 jam, dan hanya
8 persen pengusaha kecil mencurahkan waktu usaha < 14 jam per minggu.
Walaupun banyak pengusaha mencurahkan waktu diatas 35 jarnlminggu, narnun
produktivitas masih rendah. Dari segi perputaran usaha, tercatat sekitar 97.5
persen dari pengusaha kecil mempunyai omzet < Rp 50 juta. Faktor yang
mempengaruhi omzet selain kemampuan modal yang terbatas adalah rendahnya
tingkat pendidikan. Sebagian besar atau > 94 persen dari pengusaha kecil
berpendidikan paling tinggi SMP dan 5.8 persen berpendidikan rendah.
Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
256/MPP/Kep/7/1997, industri kecil dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) semua
jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya dibawah Rp. 5 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
tidak wajib memperoleh tanda daftar industri kecil bila dikehendaki oleh
perusahaan yang bersangkutan, (2) semua jenis dalam kelompok industri kecil
dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp. 5 juta sampai dengan
Rp. 200 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan wajib

memperoleh tanda dafiar industri, (3) semua jenis industri dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya di atas Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dan wajib memperoleh izin usaha industri. Kriteria 1 adalah industri

2.6. Peranan Industri Kecil
Melihat kebijaksanaan pengembangan industri Repelita V, dibandingkan
dengan Pelita IV, terdapat perbedaan dalam ha1 titik berat pengembangan industri.
Pada pelita IV titik berat pengembangan industri ditujukan kepada industri yang
menghasilkan mesin-mesin industri, baik industri berat maupun industri ringan.
Sedangkan pada Repelita V titik berat kebijaksanaan pengembangan industri
diletakkan pada industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan
hasil pertanian serta industri yang menghasilkan mesin-mesin industri (Tap MPR
No. 1l/MPR/1998).
Dasar-dasar

hukum yang dijadikan

landasan

dalarn pengembangan

Industri dan Dagang Kecil Menengah (IDKM) salah satunya GBHN tahun 19992004. Misi yang diamanatkan oleh rakyat dalam GBHN 1999-2004 yang
menyangkut sistem ekonomi kerakyatan adalah sebagai berikut : "Pemberdayaan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil,
menengah, dan koperasi (UKM & K) dengan mengembangkan sistim ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada
sumberdaya aIam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju,
berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Sanim, 2000).
Peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi sangat penting dan
strategis di negara-negara maju, lebih-lebih di negara berkembang seperti
Indonesia. Hal ini mengingat bahwa peranan pengusaha kecil, menengah dan
koperasi menyangkut pemenuhan hak asasi dasar manusia berbangsa dan
bemegara yaitu : (1) kesejahteraan masyarakat (society wellbeing), dan (2)
kearnanan/kestabilan nasional (national security/stability) (Sanim, 2000).

Dalam

Repelita V

mengembangkan

industri

telah ditetapkan kebijaksanaan strategis utama
yang

dituangkan

dalam

enam

butir

kebijakan

pengembangan industri nasional. Butir ketiga dari enam butir tersebut adalah
pengembangan industri kecil. Dalam hal ini secara nasional telah ditargetkan
pertumbuhan ekonomi secara nasional dalam Repelita sebesar 5 persen per tahun,
dan sektor industri ditargetkan mempunyai pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 8 persen. Dalam Repelita V dari 11.9 juta tenaga kerja yang diperkirakan
membutuhkan lapangan kerja, sektor industri ditargetkan akan mampu menyerap
sebanyak 2.3 juta orang dan 1.5 juta diantaranya dibebankan kepada kelompok
industri kecil.
Dalam meningkatkan laju pertumbuhan industri baik berskala besar,
menengah maupun kecil akan sangat ditentukan oleh keadaan apakah usaha
tersebut menguntungkan atau tidak. Laba yang merupakan selisih antara harga
penjualan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan merupakan ha1 yang perlu
mendapat perhatian, misalnya dalam industri tekstil dan produk tekstil laba juga
dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan yaitu selisih antara nilai produksi
dengan nilai bahan baku. Nilai produksi akan dipengaruhi oleh besarnya investasi
yang ditanamkan pada jenis usaha tersebut, nilai bahan baku yang digunakan
serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.

2.7. Penelitian Terdahulu

Manring (1988) meneliti tentang peranan lembaga-lembaga perkreditan di
pedesaan terhadap peningkatan pendapatan petani

merupakan suatu kasus

perkreditan usahatani padi sawah di Sulawesi Selatan, salah satu tujuan dari

penelitiannya yaitu untuk rnengukur tingkat pendapatan petani yang memperoleh
kredit dari lembaga-lembaga perkreditan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa
lembaga-lembaga perkreditan di pedesaan berperan baik terhadap peningkatan
pendapatan petani. Pendapatan petani peserta kredit formal lebih tinggi dari pada
pendapatan petani peserta kredit informal. Tetapi pendapatan petani peserta kredit
informal lebih tinggi daripada pendapatan petani non kredit.
Kalangi (1993) meneliti tentang Peranan Perkreditan dalam Pembangunan
Pertanian di Propinsi Sulawesi Utara yang merupakan tinjauan pada Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan
pendapatan yang diterima petani yang memperoleh kredit dari Bank Perkreditan
Rakyat dan petani yang rnemperoleh kredit dari pelepas uang lainnya. Hasilnya
menunjukkan bahwa dalam 2 tahun keberadaan Bank Perkreditan Rakyat
berpengaruh pada peningkatan usaha. Di samping itu penelitian ini juga melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi peluang peminjam dalam mengembalikan
kredit, yaitu : waktu realisasi kredit, besamya agunan, bunga kredit dan
penyuluhan pemberi kredit kepada peminjam, serta agunan. Dalarn menganalisis
data digunakan analisis regresi berganda yang bertujuan melihat jumlah kredit
dengan luas lahan dan pendapatan responden. Dari hasil olahan terlihat bahwa
luas lahan dan pendapatan petani contoh (responden) sangat mempengaruhi
jumlah kredit yang dipinjam. Selain itu anaIisis juga dilakukan secara parsial,
yang menunjukkan semakin meningkatnya luas lahan garapan petani.
Rachmina (1994) dalam penelitiannya tentang Analisis Permintaan Kredit
pada Industri Kecil di Jawa Barat dan Jawa Tengah menemukan bahwa
penyaluran Kredit Usaha Kecil pada usaha industri kecil telah mampu mendorong

pembentukan modal, khususnya pada industri yang sedang menerima kredit. Pada
penelitian ini bertujuan mempelajari permintaan kredit setelah Pakjan 1990.
Dalam

menganalisis

pendekatan

permintaan

yaitu pendekatan

terhadap

Iangsung

kredit

dilakukan

dan pendekatan

melalui

tidak

dua

langsung.

Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit
dianggap sebagai barang ekonomi. Sedangkan pendekatan tidak langsung
dilakukan melalui fungsi produksi dimana kredit dianggap sebagai sumber modal
dalam kegiatan produksinya. Pembentukan modal pada industri kecil dan industri
sedang non kredit tidak berkelanjutan bahkan terjadi pengalihan dari asset
perusahaan atau asset keluarga ke modal sendiri. Sementara itu analisisnya
terhadap permintaan kredit menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap permintaan kredit yaitu tingkat bunga, omzet, dan kelompok bank.
Ditambahkannya bahwa semakin tinggi bunga, maka permintaan terhadap kredit
semakin berkurang, sedangkan semakin besar omzet maka permintaan terhadap
kredit akan cenderung meningkat, dan permintaan terhadap kredit pada bank
pemerintah cenderung lebih besar dibandingkan dengan bank swasta.
Beda penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu adalah dalam
penelitian ini tidak hanya untuk melihat peningkatan pendapatan yang terjadi
akibat adanya kredit tetapi juga untuk melihat sejauh mana penyerapan tenaga
kerja yang terjadi akibat adanya Kredit Usaha Kecil. Persamaan bersifat sim