Pengaruh Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Dan Kecil Di Kota Bukittinggi (Studi Pada Bank Nagari Cabang Bukittinggi)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Firdaus, Rachmat & Maya Aryanti. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Alfabeta.

Hasibuan, Malayu S. P. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

---. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Marantika, Carla Rizka. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro

Simorangkir, O. P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank. Bogor: Ghalia Indonesia

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabet

---. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta

Suseno,Hg., dkk. 2005. Reposisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Perekonomian Nasional. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Thoha, Miftah. 1997. Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(2)

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Sumber Undang-Undang

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM Sumber Website

November 2013, 21.05 WIB

pada tanggal 16 Oktober 2013, 12.20 WIB


(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Bank Nagari

Pada awal tahun enam puluhan baik Pemerintah Daerah maupun tokoh-tokoh pengusaha swasta, sama-sama menyadari bahwa untuk dapat memacu gerak pembangunan daerah lebih cepat lagi di Sumatera Barat, diperlukan adanya suatu lembaga keuangan yang berbentuk bank yang secara khusus membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah. Dilatarbelakangi kesadaran tersebut, maka pada tanggal 12 Maret 1962 telah menghadap kepada Notaris Hasan Qalbi di Padang, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh Soelamat Dipowardojo dan pihak swasta diwakili oleh Hadis Didong untuk mengukuhkan pendirian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat.

Atas permintaan penghadap, Notaris Hasan Qalbi membuat akte No.9 tertanggal 12 Maret 1962 sebagai dasar hukum pendirian Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dengan nama "PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT". Pada tanggal 25 April 1962 oleh Wakil Menteri Pertama Bidang Keuangan Republik Indonesia dikeluarkan izin usaha PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat melalui Surat Keputusan No. BUM 9-44/11 sehingga mulailah PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat untuk melakukan usaha dengan kedudukan di Padang.

Dengan keluarnya Undang-Undang No.13 Tahun 1962 tanggal 16 Agustus 1962 yaitu tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah,


(4)

maka dasar hukum pendirian Bank Pembangunan Daerah harus diganti yaitu dengan Peraturan Daerah. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat baru dapat dipenuhi pada Tahun 1973, yaitu dengan keluarnya Peraturan Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Barat No. 4 Tahun 1973 tanggal 8 November 1973 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat. Dengan keluarnya Perda tersebut, maka akte Notaris Hasan Qalbi No. 9 tanggal 12 Maret tidak berlaku lagi dan PT. Bank Pembangunan Daerah dirobah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat.

Pada tahun 1967 keluar pula Undang-Undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan. Dengan demikian UU No.13 Tahun 1962 yang diundangkan lebih dahulu dari UU No.14 Tahun 1967 harus tunduk kepada UU No.14 Tahun 1967 sebagai Ketentuan Pokok-pokok Perbankan di Indonesia. Kemudian dalam perkembangannya, Peraturan Daerah No.4 Tahun 1973 berikut dengan perubahan-perubahannya dirasakan tidak sesuai lagi, sehingga akhirnya dicabut dan diganti dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat No.10 Tahun 1985 tanggal 31 Desember 1985 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dengan pengesahan Menteri Dalam Negeri No. 584.23-432 tanggal 19 April 1986 dan telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat No. 6 tanggal 19 April 1986.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya transaksi luar negeri, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/60/KEP/DIR tanggal 7 Januari 1991 Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat menjadi Bank Devisa. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, pada tahun


(5)

1992 diterbitkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat No.15 Tahun 1992 yang di sahkan oleh Menteri Dalam Negeri No.584.23-407 tanggal 23 Maret 1993 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat tahun 1993 No.3 Seri D.1. Berdasarkan Perda No.15 Tahun 1992 tersebut, penyertaan modal bank dari pihak ketiga dimungkinkan dengan ketentuan sekurang-kurangnya 51% modal disetor tetap merupakan penyertaan modal dari Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II.

Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi dan perdagangan bebas, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat sebagai alat otonomi daerah dirasa perlu untuk meningkatkan kemampuan berkompetitif antara sesama Bank Devisa dengan cara memperluas daerah operasi ke luar daerah Sumatera Barat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat No.2 Tahun 1996 yang isinya antara lain tentang perubahan penyebutan/panggilan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dari BPD Sumatera Barat menjadi Bank Nagari dan dilakukan peningkatan modal dasar dari Rp.50 miliar menjadi Rp.150 miliar.

Sesuai dengan perkembangan dan untuk lebih leluasa dalam menjalankan bisnis, tanggal 16 Agustus 2006 status Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat berubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) melalui Perda No. 3 Tahun 2006 yang disahkan melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia No. W3-00074 HT.01.01 TH.2007 tanggal 4 April 2007. Saat ini Bank Nagari telah berstatus sebagai Bank Devisa serta telah memiliki Unit Usaha Syariah. Bank Nagari juga merupakan Bank Pembangunan


(6)

Daerah pertama yang membuka Kantor Cabang di Luar Daerah. Berawal dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, Bank Nagari bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi stakeholder, serta senantiasa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah serta membantu meningkatkan taraf hidup rakyat.

Saat ini, Bank Nagari terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabah serta siap untuk terus memperluas pangsa pasar dan berperan serta dalam meningkatkan fungsi intermediasi keuangan dalam usaha mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

3.2 Visi dan Misi Bank Nagari

Puncak perubahan (Moment of Change) Bank Nagari, ditandai dengan

launching logo baru beserta visi dan misi baru Bank Pembangunan Daerah. Sesuai dengan keputusan Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat nomor : SK/074/DIR/11-2008 tanggal 24 November 2008 maka ditetapkan Visi dan Misi PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat

Visi :

” Menjadi Bank Pembangunan Daerah Terkemuka dan Terpercaya di Indonesia” ”Menjadi Bank Pembangunan daerah yang terkemuka” dalam arti dikenal dan menonjol di Indonesia. ”Terpecaya” memberi arti bahwa bank sudah menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik, memberikan layanan yang memuaskan dan kepatuhan terhadap peraturan dengan kejujuran.


(7)

Misi :

1. Memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Mencerminkan dasar atau latar belakang didirikannya bank, sesuai yang diamanahkan dalam Akta Pendirian, yang merupakan cita-cita dan tujuan yang akan diperankan, yaitu turut membangun kegiatan ekonomi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Memenuhi dan menjaga kepantingan stakeholder secara konsisten dan seimbang. Bank akan senantiasa dijalankan dengan prinsip untuk memenuhi tanggung jawab kepada pemilik, nasabah, karyawan dan masyarakat. Menjaga agar bank ini bertumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat, memberikan pelayanan yang prima, memberikan keuntungan yang memadai bagi pemegang saham, memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Dari Visi dan Misi tersebut lahirlah Statement sebagai berikut:

“Bersama Membina Citra Membangun Negeri”

Ruang lingkup kegiatan operasional yang dapat dilakukan oleh Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat yakni sebagai berikut:

1. Memberikan berbagai fasilitas perkreditan kepada dunia usaha dan pihak lain yang membutuhkannya.

2. Melakukan penyertaan modal pada perusahaan-perusahaan yang dinilai layak untuk dikembangkan melalui aktifitas penyertaan modal tersebut. 3. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan


(8)

4. Melakukan pemberian jasa perbankan lainnya seperti kiriman uang, inkasso, bank garansi, kliring, safe deposit box dan lain sebagainya.

5. Melakukan kegiatan pengolahan keuangan Pemerintah Daerah.

6. Melakukan pengembangan sarana perbankan melalui pembukaan Kantor Cabang dan pembinaan Lumbung Pitih Nagari (LPN).

Selain itu juga ditetapkan pertukaran logo Bank Nagari yaitu: Logo lama

Logo baru

Gambar 3.1 Logo Bank Nagari 3.3 Aktivitas Usaha Bank Nagari

Secara umum Bank Nagari didirikan dengan maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pemerataan pembangunan daerah di segala bidang dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Bank Nagari didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya rakyat di Sumatera Barat.


(9)

Bank Nagari merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah di bidang keuangan dan perbankan dan menjalankan usahanya sebagai bank umum sebagaimana ditetapkan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Bank Nagari melakukan usaha-usaha antara lain :

1. Menghimpun dana, dilakukan melalui produk-produk sebagai berikut :

a. Konvensional, antara lain : Giro; Tabanas; Tabungan Simpeda; Tabungan Sikoci; Tabungan TAHARI Mabrur; Deposito; Sertifikat Deposito; dan deposito On Call

b. Syariah, antara lain : Giro Wadiah; Tabungan Sikoci Wadiah; Tabungan Sikoci Mudharabah; Tabungan Tahari Mabrur Wadiah; Tabungan Tahari Mabrur Mudharabah; dan Deposito Mudharabah. 2. Penggunaan Dana, terutama dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat,

untuk berbagai jenis dan sektor usaha yang terdiri dari :

a. Kredit Modal Kerja (KMK), antara lain : KMK Multi Guna; KMK Kontraktor; KMK KUKI; KMK KUMK-SUP 005; KMK EBJ; Kredit Rekening Koran; Kredit Dana Bergulir; Kredit Kepada Koperasi; Kredit Kepada BPR; dan Kredit Sindikasi

b. Kredit Investasi, antara lain : KI Multi Guna; KI KBJ; KI KFW; KI Koperasi; KI BPR; KI KUMK-SUP 005; KI KUKI; dan KPEN RP c. Kredit lainnya, antara lain : Kredit Personal; Kredit Multi Guna;

Kredit Kendaraan; dan KCC Haji

d. Kredit Pola Syariah antara lain : Murabahah Modal Kerja; Murabahah Investasi; Jual Beli Istishna’; Murabahah plus; Modal Kerja


(10)

Kontrantor; Pembiayaan Kepada Koperasi; Ijarah dan IMBT (Ijarah Muntahiya Bit Tamlik); dan Pinjaman Al-Qard

3. Jasa-Jasa Bank a. Transfer b. Inkaso

c. Kiriman Uang Western Union d. Referensi Bank

e. Safe Deposit Box

f. BPD Net Online g. SMS Banking

h. Pembayaran Tagihan Listrik, Air, Telepon dan Pajak i. Pembayaran Gaji

j. Penerimaan Uang Kuliah k. Pendaftaran Mahasiswa Baru l. Penerimaan Setoran BPIH m. Pembayaran Zakat melalui ATM

n. Pembayaran Tagihan Pasca Bayar Kartu

3.4 Budaya Kerja Bank Nagari

Budaya kerja Bank Nagari adalah sikap dan perilaku segenap jajaran yang mengabdi pada Bank Nagari dalam mencapai misi. Ada lima sikap dan perilaku kerja Bank Nagari, antara lain :


(11)

1. Bertaqwa

Setiap jajaran bank menjalankan syariat agamanya dengan sempurna, dengan dasar ketaqwaan tersebut setiap jajaran bank menjaga kehormatan diri dan perusahaannya dan mengelola dengan baik.

2. Kebersamaan

Setiap jajaran bank menjaga hubungan dan kerjasama diantara mereka baik vertikal maupun horizontal dan dengan nasabah.

3. Profesional

Setiap jajaran bank bersikap profesional dalam setiap tindakannya dan memegang teguh kode Etik Bankir Indonesia serta selalu mengembangkan diri serta bekerja dengan efisien, efektif, disiplin dan berintegrasi tinggi. 4. Berorientasi Bisnis

Setiap jajaran bank menyadari bahwa sumber penghasilan utama usaha berasal dari nasabah, untuk itu setiap sikap dan kegiatan berorientasi kepada nasabah dengan memberikan pelayanan yang terbaik namun tetap memelihara keamanan serta kepentingan bank.

5. Loyal

Setiap pegawai loyal terhadap bank kepemimpinan yang dipercaya oleh pemegang saham dan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan setiap pegawai merasakan bahwa bank adalah milik mereka dan harus dipelihara dan dikembangkan dengan baik.


(12)

3.5 Struktur Organisasi Bank Nagari

Setiap organisasi baik organisasi yang dikelola oleh swasta maupun organisasi publik mempunyai struktur organisasi, adapun fungsi dari struktur organisasi tersebut untuk memberikan kejelasan tugas dan wewenang dari setiap karyawan dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab demi tercapainya tujuan dari perusahaan.

Dalam rangka menunjang pengembangan bisnis bank pada masa yang akan datang dan sejalan dengan perubahan bentuk badan hukum bank menjadi perseroan terbatas, maka bank telah melakukan perubahan struktur organisasi dan menetapkannya dengan Surat Keputusan Direksi No. SK/107/DIR/09-2010 tanggal 1 September 2010. Berdasarkan struktur organisasi tersebut, Direksi dalam menjalankan operasional perbankan dibantu oleh 11 unit kerja setingkat divisi yaitu Divisi Pengawasan, Divisi Usaha Syariah, Divisi Dana dan Treasury, Divisi Kredit dan Mikro Banking, Divisi Penyelamatan Kredit, Divisi Sumber Daya Manusia, Divisi Teknologi Informasi dan Akuntansi, Divisi Umum, Divisi Sekretariat Perusahaan, Divisi Perencanaan Strategis, dan Divisi Manajemen Risiko.


(13)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bank Nagari


(14)

3.6 Struktur Organisasi Kredit Komersial

Pada Bank Nagari, terdapat dua jenis kredit yaitu Kredit Komersil dan Kredit Personal. Kredit Personal merupakan jenis kredit konsumsi yaitu jenis kredit yang bukan diperuntukkan untuk tujuan usaha melainkan untuk tujuan konsumsi seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Cicilan Uang (KCU), sedangkan Kredit Komersil merupakan kredit yang disalurkan untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit Komersil ini, kemudian digolongkan lagi menjadi beberapa jenis kredit seperti Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Struktur Organisasi Kredit Komersil

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Kredit Komersial


(15)

Di dalam kegiatan perkreditan, struktur yang terkait dalam kegiatan perkreditan adalah :

1. Pemimpin Cabang

Pemimpin Cabang adalah pejabat struktural yang ditetapkan Direksi untuk memimpin Kantor Cabang dalam melaksanakan bisnis dan operasional Bank serta tugas-tugas lainnya yang bersifat mewakili Direksi di wilayah kerja kantor Cabang. Kegiatan bisnis Kantor Cabang mencakup kegiatan penghimpunan dana, pemberian kredit dan pelayanan jasa perbankan lainnya. Di dalam bidang kegiatan perkreditan, pemimpin cabang berwenang :

a. Menyetujui pemberian kredit dan perpanjangan kredit.

b. Menyetujui penilaian dan penetapan nilai agunan kredit berdasarkan usul pejabat penilai agunan.

c. Menyetujui pencairan kredit yang telah ditandatangani dengan nasabah.

d. Menyetujui penggantian atau penarikan sebagian agunan kredit sesuai batasan yang ditetapkan Direksi.

e. Meyetujui pemberian keringanan bunga dan atau denda tunggakan sesuai batas kewenangan yang ditetapkan Direksi.

f. Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada Nasabah kredit yang lalai atau tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. g. Menandatangani surat-surat, perjanjian-perjanjian,


(16)

lain yang berkaitan dengan pemberian, perpanjangan, pengawasan, dan penyelesaian kredit Kantor Cabang.

2. Pemimpin Bagian Administrasi kredit

a. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada calon nasabah sehubungan dengan kelengkapan dokumen, persyaratan-persyaratan dan informasi-informasi lain dalam proses realisasi kredit calon nasabah.

b. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada nasabah sehubungan dengan pemberitahuan kewajiban pokok dan bunga pinjaman, jatuh tempo kredit atau angsuran pokok kredit, jatuh tempo premi asuransi, jatuh tempo perizinan jatuh tempo Kartu Identitas Diri Nasabah da sejenisnya.

c. Menandatangani nota debet, nota kredit dan nota debit kredit yang menjadi beban dan atau dibukukan ke dalam rekening Nasabah kredit. d. Menandatangani rincian laporan-laporan perkreditan yang

disampaikan kepada internal Kantor Cabang dan Kantor Pusat serta pihak lain yang berkepentingan.

e. Menandatangani dokumen-dokumen yang berkaitan dengan rekomendasi/appraisal kredit, dan taksasi agunan kredit.

3. Pemimpin Seksi Legalisasi dan Realisasi

Pemimpin Seksi Legalisasi dan Realisasi adalah pejabat struktural yang ditetapkan Direksi bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang melalui Wakil Pemimpin Cabang dalam bidang pelaksanaan operasional Realisasi


(17)

dan Legalisasi pada Kantor Cabang. Wewenang Pemimpin Seksi Legalisasi dan Realisasi dalam bidang perkreditan adalah :

a. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada calon debitur sehubungan dengan kelengkapan dokumen, persyaratan-persyaratan dan informasi-informasi lain dalam proses realisasi kredit calon nasabah.

b. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada nasabah sehubungan dengan pemberitahuan kewajiban pokok dan bunga pinjaman, jatuh tempo kredit atau angsuran pokok kredit, jatuh tempo premi asuransi, jatuh tempo perizinan jatuh tempo Kartu Identitas Diri Nasabah da sejenisnya.

c. Menandatangani nota debet, nota kredit dan nota debit kredit yang menjadi beban dan atau dibukukan ke dalam rekening Nasabah kredit. d. Menandatangani rincian laporan-laporan perkreditan yang

disampaikan kepada internal Kantor Cabang dan Kantor Pusat serta pihak lain yang berkepentingan.

e. Menandatangani dokumen-dokumen yang berkaitan dengan rekomendasi/appraisal kredit, dan taksasi agunan kredit.

4. Pemimpin Seksi Penagihan dan Supervisi Kredit

Pemimpin Seksi Penagihan dan Supervisi Kredit adalah pejabat structural yang ditetapkan Direksi bertanggung jawab kepada pemimpin Cabang melalui Wakil Pemimpin Cabang dalam bidang pelaksanaan operasional


(18)

Penagihan dan Supervisi Kredit. Wewenang Pemimpin Seksi Penagihan dan Supervisi Kredit dalam bidang perkreditan adalah :

a. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada calon debitur sehubungan dengan kelengkapan dokumen, persyaratan-persyaratan dan informasi-informasi lain dalam proses penagihan dan supervisi kredit calon nasabah.

b. Menandatangani surat-surat yang ditujukan kepada nasabah sehubungan dengan pemberitahuan kewajiban pokok dan bunga pinjaman, jatuh tempo kredit atau angsuran pokok kredit, jatuh tempo premi asuransi, jatuh tempo perizinan jatuh tempo Kartu Identitas Diri Nasabah da sejenisnya.

c. Menandatangani nota debet, nota kredit dan nota debit kredit yang menjadi beban dan atau dibukukan ke dalam rekening Nasabah kredit. d. Menandatangani rincian laporan-laporan perkreditan yang

disampaikan kepada internal Kantor Cabang dan Kantor Pusat serta pihak lain yang berkepentingan.

e. Menandatangani dokumen-dokumen yang berkaitan dengan rekomendasi/appraisal kredit, dan taksasi agunan kredit.

5. Pemimpin Seksi Pelaporan

Pemimpin Seksi pelaporan adalah pejabat struktural yang ditetapkan Direksi dan bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang melalui Wakil Pemimpin Cabang dalam bidang pelaksanaan operasional pelaporan pada Kantor


(19)

Cabang. Wewenang Pemimpin Seksi Pelaporan dalam bidang perkreditan adalah :

a. Menandatangani rincian laporan-laporan perkreditan yang disampaikan kepada internal Kantor Cabang dan Kantor Pusat serta pihak lain yang berkepentingan.

b. Akses ke dalam program aplikasi OLIBS untuk melaksanakan fungsi-fungsi core banking yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Pemimpin Seksi Pelaporan sesuai batasan yang ditetapkan yang berwenang.

c. Akses ke tempat penyimpanan file nasabah dan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan pemberian kredit dalam rangka pelaksanaan tugas Pemimpin Seksi Pelaporan.

6. Analis Kredit

Analis Kredit adalah petugas pelaksana yang bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang/Wakil Pemimpin Cabang Bidang Kredit melalui Pemimpin Grup Kredit Komersil dan dalam melaksanakan tugas-tugas pokok, tugas-tugas tambahan, kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya di kantor Cabang. Dalam kegiatan perkreditan analis kredit memiliki tugas pokok yaitu :

a. Mempersiapkan rekomendasi atas permohonan kredit yang diajukan kepada Kantor Cabang.

b. Mempersiapkan rekomendasi/appraisal atas perpanjangan atau restrukturisasi Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi yang diajukan


(20)

Nasabah kepada Kantor Cabang.

c. Mempersiapkan rekomendasi yang berkaitan dengan penarikan / penukaran sebagian agunan Kredit, pemberian keringanan bunga, penghapusbukuan kredit macet, hapus tagih kredit dan lain sejenisnya di Kantor Cabang.

d. Melakukan taksasi atas agunan kredit bersama-sama dengan petugas atau pejabat yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

7. Loan Officer

Loan officer adalah petugas pelaksana yang bertanggung jawab kepada Pemimpin Cabang/Wakil pemimpin Cabang Bidang Kredit melalui Pemimpin Grup Kredit Komersil dalam melaksanakan tugas-tugas pokok, tugas-tugas tambahan, kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya di bidang pemberian kredit Modal Kerja, Kredit Investasi dan Bank Garansi. Tugas pokok loan officer dalam pelaksanaan perkreditan adalah :

a. Memasarkan produk-produk kredit dan bank Garansi kepada masyarakat dalam wilayah kerja Kantor Cabang.

b. Mempersiapkan rekomendasi atas permohonan kredit yang diajukan nasabah kepada Kantor Cabang.

c. Mempersiapkan rekomendasi/appraisal atas perpanjangan atau restrukturisasi Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi yang diajukan Nasabah kepada Kantor Cabang.

d. Mempersiapkan rekomendasi yang berkaitan dengan penarikan/penukaran sebagian agunan Kredit, pemberian keringanan


(21)

bunga, penghapusbukuan kredit macet, hapus tagih kredit dan lain sejenisnya di Kantor Cabang.

e. Melakukan taksasi agunan kredit bersama-sama dengan petugas atau pejabat yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

f. Mensupervisi perkembangan usaha nasabah dan kelancaran pemenuhan kewajiban nasabah kepada Bank.

g. Melakukan kunjungan penagihan dan penyelesaian kredit kepada nasabah yang tidak memenuhi kewajiban kreditnya kepada Kantor Cabang.

8. Petugas Administrasi Kredit

a. Mempersiapkan surat-surat pemberitahuan keputusan kredit seperti Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit atau Surat Penolakan Kredit untuk disampaikan kepada pemohon kredit.

b. Mempersiapkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan realisasi kredit mencakup perjanjian kredit berikut perjanjian turutannya serta warkat-warkat realisasi kredit berupa kuitansi/nota-nota.

c. Melaksanakan proses realisasi kredit berupa penandatanganan perjanjian kredit berikut perjanjian turutannya oleh nasabah dan pejabat berwenang, penandatanganan kuitansi realisasi kredit oleh nasabah, penandatanganan nota-nota pembebanan biaya sehubungan dengan realisasi kredit oleh pejabat bank, serta pengikatan agunan kredit sesuai ketentuan yang berlaku.


(22)

berikut dokumen perikatan turutanya serta warkat-warkat yang berkaitan dengan realisasi kredit.

e. Melakukan entry data dan transaksi ke dalam OLIBS sehubungan dengan adanya realisasi atau perpanjangan kredit.

f. Melayani Nasabah Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi dan Bank Garansi yang memerlukan pinjaman dokumen perikatan/agunan dan sejenisnya serta melayani pihak berkepentingan seperti auditor/pemeriksa dan lainnya yang memerlukan peminjaman dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pemberian Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi dan Bank Garansi. g. Memonitor jatuh tempo angsuran pokok kredit, jatuh tempo masa

berlaku Kartu Identitas Nasabah, dokumen perizinan nasabah, asuransi barang agunan dan sejenisnya serta mengkomunikasikannya kepada petugas dan pejabat terkait untuk menindaklanjutinya.

h. Melakukan pengkinian data nasabah dalam program aplikasi OLIBS setiap terjadi perubahan data nasabah.

i. Mengadministrasikan, menyimpan dan mengamankan seluruh file nasabah serta dokumen-dokumen, warkat-warkat dan laporan-laporan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pemberian kredit.


(23)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian pada Bank Nagari Cabang Bukittinggi berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada 92 responden dari total populasi sebanyak 1.197 pelaku UMK yang menerima KUR dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi. Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data-data identitas responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis usaha, pendapatan, dan data variabel penelitian yang berupa jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan berdasarkan daftar pertanyaan pada kuesioner yang diuraikan dalam tabel distribusi frekuensi. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut :

4.1 Identitas Responden 1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan responden berjumlah 92 orang, yaitu 37 responden atau 40,22 persen berjenis kelamin laki-laki dan 55 responden atau 59,78 persen berjenis kelamin perempuan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang menerima dana KUR lebih banyak

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. 2.

Laki-laki Perempuan

37 55

40,22 59,78


(24)

berjenis kelamin perempuan. 2. Umur

Umur responden yang bergelut di bidang usaha mikro dan kecil dapat menunjang kegiatan usaha di dalam menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas. Semakin tinggi tingkat umur pelaku usaha, maka semakin matang pemikirannya untuk meningkatkan kualitas produk.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas, rentang umur antara 41-50 tahun merupakan rentang umur responden yang paling banyak menerima dana kredit usaha rakyat yaitu sebanyak 43 responden atau 46,74 persen.

3. Pendidikan Terakhir

Pendidikan merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta menentukan wawasan seseorang di dalam melakukan kegiatan baik yang bersifat sosial maupun ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka orang tersebut cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik di dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya. Begitu juga untuk UMK, pendidikan berpengaruh

No. Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4.

21 – 30 31 - 40 41 - 50 51 – 60

7 24 43 18

7,61 26,09 46,74 19,56


(25)

pada kemampuan dan keterampilan SDM untuk mengembangkan usahanya. Di bawah ini dapat dilihat tingkat pendidikan responden sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas, bahwa tingkat pendidikan responden penerima dana KUR sebagian besar adalah tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 43 responden atau 46,74 persen dari total responden. Tingkat pendidikan SD sebanyak 15 responden atau 16,30 persen, tingkat pendidikan SMP sebanyak 27 responden atau 29,35 persen dan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 5 responden atau 5,44 persen, yang paling sedikit jumlahnya adalah tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 2 responden atau 2,17 persen. Dari data diatas dapat disimpulkan, bahwa kebanyakan pengusaha UMK di kota Bukittinggi berpendidikan terakhir SMA. Hal ini menunjukan bahwa responden masih memiliki kemampuan akademis yang minim dalam mengelola usahanya, khususnya dalam memanajemen usahanya.

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3. 4. 5.

SD SMP SMA Diploma Sarjana

15 27 43 5 2

16,30 29,35 46,74 5,44 2,17


(26)

4. Jenis Usaha

Dari responden yang berjumlah 92 orang dapat dilihat bahwa mayoritas responden bergerak dibidang perdagangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden terbanyak bergerak dibidang perdagangan yaitu sebanyak 40 responden atau 43,48 persen. Kemudian disusul oleh responden yang bergerak dibidang industri makanan/minuman yaitu sebanyak 18 responden atau 19,57 persen, industri alat-alat rumah tangga sebanyak 15 responden atau 16,30 persen dan industri pakaian jadi sebanyak 12 responden atau 13,04 persen, serta jasa/service sebanyak 7 responden atau 7,61 persen.

5. Tingkat Pendapatan

Untuk mengetahui tingkat pendapatan UMK yang menerima dana KUR di Kota Bukittinggi dapat dilihat dari tabel berikut :

No. Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5.

Industri alat-alat rumah tangga Industri makanan/minuman Industri pakaian jadi

Perdagangan Jasa / Service

15 18 12 40 7 16,30 19,57 13,04 43,48 7,61


(27)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

No. Tingkat Pendapatan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. < Rp.4.500.000

Rp.3.500.000 – Rp.4.499.999 Rp.2.500.000 – Rp.3.499.999 Rp.1.500.000 – Rp.2.499.999 < Rp.1.500.000 33 10 14 20 15 35,88 10,87 15,22 21,73 16,30

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pendapatan diatas Rp.4.500.000, yaitu 33 responden atau 35,88 persen

4.2 Variabel Penelitian

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terkait Kesulitan dalam Proses Pengajuan Kredit Usaha Rakyat

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha mikro dan kecil yaitu sebanyak 64 responden atau sebesar 69,57 persen menyatakan tidak kesulitan dalam proses pengajuan kredit usaha rakyat, dikarenakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengajukan kredit sama sekali tidak sulit.

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat kesulitan Kesulitan Cukup kesulitan Tidak kesulitan Sangat tidak kesulitan

- - 13 64 15 - - 14,13 69,57 16,30


(28)

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pemahaman Mereka Terhadap Mekanisme Pengajuan Kredit Usaha Rakyat

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha mikro dan kecil yang mengikuti program KUR yaitu sebanyak 60 responden atau 65,22 persen menyatakan memahami mekanisme pengajuan KUR yang dilaksanakan oleh Bank Nagari Cabang Bukittinggi. Sedangkan 15 responden atau 16,30 persen sangat paham, 12 responden atau 13,04 persen cukup paham dan sisanya sebanyak 5 responden atau 5,44 persen menyatakan tidak paham dengan mekanisme pengajuan KUR.

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terkait dengan Pengetahuan Mereka Terhadap Tujuan Program Kredit Usaha Rakyat Kepada Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat tahu Tahu Cukup tahu Kurang tahu Tidak tahu 7 23 62 - - 7,61 25 67,39 - -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat paham Paham Cukup paham Tidak paham Sangat tidak paham

15 60 12 5 - 16,30 65,22 13,04 5,44 -


(29)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 92 responden, maka responden yang sangat mengetahui tujuan diberikannya program bantuan kredit usaha rakyat adalah sebanyak 7 responden atau sebesar 7,61 persen, sedangkan responden yang mengetahui tujuan diberikannya program bantuan kredit usaha rakyat adalah sebanyak 23 responden atau sebesar 25 persen dan sisanya sebanyak 62 responden atau sebesar 67,39 persen menyatakan cukup mengetahui tujuannya. Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terkait Seberapa Lama

Mengikuti Kredit Usaha Rakyat yang Diadakan oleh Bank Nagari Cabang Bukittinggi

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat lama Lama Cukup lama Tidak lama Sangat tidak lama

32 37 10 5 8 34,78 40,22 10,87 5,43 8,70

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha mikro kecil yang mengikuti kredit usaha rakyat yaitu sebanyak 37 responden atau 40,22 persen menyatakan sudah lama mengikuti program kredit usaha rakyat, dikarenakan program tersebut dapat membantu usaha mikro dan kecil dalam melakukan kegiatan usaha, terutama menambah modal pelaku usaha mikro kecil dalam menjalankan usahanya.


(30)

Tabel 4.10Distribusi Jawaban Responden Terkait Biaya Administrasif dan Biaya Lainnya yang Mendukung dalam Program Kredit Usaha Rakyat Tersebut Rendah

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat rendah Rendah Cukup rendah Tidak rendah Sangat tidak rendah

6 58 23 5 - 6,52 63,04 25 5,44 -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha mikro dan kecil yang mengikuti program kredit usaha rakyat yakni sebanyak 58 responden atau sebesar 63,04 persen menyatakan biaya administratif dan biaya lainnya yang mendukung dalam kredit usaha rakyat tersebut tergolong rendah. Sedangkan 23 responden atau 25 persen menyatakan cukup rendah biaya administrasi dan biaya lainnya, 5 responden atau 5,44 persen menyatakan tidak rendah dan sisanya sebanyak 6 responden atau 6,52 menyatakan biaya administrasi dan biaya lainnya sangat rendah. Biaya provisi dan administrasi untuk KUR dengan plafond sampai dengan Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), tidak dipungut. Sedangkan untuk KUR dengan plafond diatas Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) adalah sebesar 1,00% (satu permill) dari plafond kredit dan dibayar saat realisasi kredit.


(31)

Tabel 4.11Distribusi Jawaban Responden Terkait Bunga Kredit Usaha Rakyat yang Terjangkau oleh Pelaku Usaha Mikro dan Kecil No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat terjangkau Terjangkau Cukup terjangkau Tidak terjangkau Sangat tidak terjangkau

9 48 33 2 - 9,78 52,17 35,88 2,17 -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha mikro dan kecil yang mengikuti program kredit usaha rakyat yakni sebanyak 48 responden atau sebesar 52,17 persen menyatakan bunga pinjaman kredit usaha rakyat terjangkau oleh pelaku usaha mikro dan kecil.

Tabel 4.12Distribusi Jawaban Responden Terkait Ketepatan Jangka Waktu Kredit Usaha Rakyat yang Diberikan oleh Bank Nagari

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat tepat Tepat Cukup tepat Kurang tepat Tidak tepat 14 59 18 1 - 15,22 64,13 19,57 1,08 -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jangka waktu yang diberikan untuk pengembalian kredit sudah tepat. Hal ini ditandai dengan sebanyak 59


(32)

responden atau 64,13 persen yang menyatakan hal tersebut. Jangka waktu KUR yang digunakan untuk investasi adalah maksimal lima tahun atau 60 (enam puluh) bulan, dan untuk modal kerja maksimal tiga tahun atau 36 (tiga puluh enam) bulan.

Tabel 4.13Distribusi Jawaban Responden Terkait Sosialisasi Program Kredit Usaha Rakyat Sering Dilaksanakan oleh Petugas Bank Nagari

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Selalu Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah - - - 82 10 - - - 89,13 10,87

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 92 responden, yaitu sebanyak 82 responden atau sebesar 89,13 persen yang mendapatkan sosialisasi dari petugas Bank Nagari mengenai Kredit Usaha Rakyat, sedangkan yang tidak mendapatkan penjelasan dari petugas mengenai Kredit Usaha Rakyat adalah sebanyak 10 responden atau sebesar 10,87 persen. Responden penerima bantuan Kredit Usaha Rakyat yang tidak menerima sosialisasi dari petugas Bank, mereka mendapatkan informasi dari teman atau orang sekitar mereka.

Dengan adanya sosialisasi dari petugas Bank, maka pemilik UMK mengetahui tujuan dari diberikannya program bantuan Kredit Usaha Rakyat untuk


(33)

pemilik UMK yang memerlukan bantuan kredit ini. Program bantuan Kredit Usaha Rakyat ini, bertujuan untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM dan Koperasi, meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangan UMKM dan koperasi kepada lembaga keuangan dan dalam rangka penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk itu pemilik UMK yang ingin mendapatkan Kredit Usaha Rakyat diharapkan dapat mengetahui jelas tujuan diberikan program bantuan Kredit Usaha Rakyat ini.

Tabel 4.14Distribusi Jawaban Responden Terkait Pelayanan dari Petugas Bank Nagari dalam Pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik 9 53 28 2 - 9,78 57,61 30,44 2,17 -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum pelayanan dari petugas Bank Nagari kepada pelaku usaha mikro dan kecil dalam pelaksanaan program bantuan kredit usaha rakyat sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mendominasi sebanyak 53 responden atau 57,61 persen, sedangkan yang menjawab cukup baik sebanyak 28 responden atau 30,44 persen,


(34)

sebanyak 9 responden atau 9,78 persen menjawab sangat baik, dan sisanya dua responden menjawab kurang baik.

Tabel 4.15Distribusi Jawaban Responden Terkait Pengawasan yang Dilakukam oleh Petugas Bank Nagari Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat Kepada Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Selalu Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah - - - 92 - - - - 100,00 -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa semua responden yaitu 92 responden atau 100,00 persen menyatakan petugas Bank Nagari pernah melakukan pengawasan sebelum kredit tersebut dicairkan atau diberikan.

Tabel 4.16Distribusi Jawaban Responden Terkait Peningkatan Jumlah Produksi Usaha Setelah Mendapat Bantuan Kredi Usaha Rakyat dari Bank Nagari

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat meningkat Meningkat Cukup meningkat Kurang meningkat Tidak meningkat 22 48 22 - - 23,91 52,18 23,91 - -

Jumlah 92 100,00


(35)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum sudah terjadi peningkatan jumlah produksi setelah pelaku usaha mikro dan kecil mendapatkan bantuan kredit usaha rakyat dari Bank Nagari. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mendominasi yaitu sebanyak 48 responden atau 52,18 persen, sedangkan yang menjawab cukup meningkat sebanyak 22 responden atau 23,91 persen dan sisanya sebanyak 22 responden atau 23,91 menyatakan jumlah produksi usaha mereka sangat meningkat setelah mendapatkan bantuan KUR. Tabel 4.17Distribusi Jawaban Responden Terkait Peningkatan Omset Usaha

Setelah Menerima Bantuan Kredit Usaha Rakyat dari Bank Nagari

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat meningkat Meningkat Cukup meningkat Kurang meningkat Tidak meningkat 13 35 44 - - 14,13 38,04 47,83 - -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 92 responden yang menerima batuan KUR, sebanyak 44 responden atau 47,83 persen menyatakan omset usaha mereka cukup meningkat setelah menerima bantuan KUR. Sebanyak 35 responden atau 38,04 persen menyatakan bahwa omset usaha mereka meningkat, dan sisanya sebanyak 13 responden atau 14,13 persen menyatakan omset usaha mereka sangat meningkat dari sebelum menerima bantuan KUR.


(36)

Tabel 4.18Distribusi Jawaban Responden Terkait Pernyataan Bantuan Kredit Usaha Rakyat dari Bank Nagari Membantu Usaha Mikro dan Kecil dalam Menjalankan Usaha

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat membantu Membantu Cukup membantu Kurang membantu Tidak membantu 13 71 8 - - 13,13 77,17 8,70 - -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum bantuan kredit usaha rakyat dari petugas Bank Nagari sudah membantu pelaku usaha mikro dan kecil dalam menjalankan usaha mereka. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mendominasi sebanyak 71 responden atau 77,17 persen, sedangkan yang menjawab cukup membantu sebanyak 8 responden atau 8,70 persen, dan sisanya sebanyak 13 responden atau 13,13 persen menyatakan kredit usaha rakyat sangat membantu mereka dalam menjalankan usaha seperti produksi, distribusi, dan pemasaran.

Tabel 4.19Distribusi Jawaban Responden Terkait Pengaruh Bantuan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangkan Usaha Mikro dan Kecil No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat berpengaruh Berpengaruh Cukup berpengaruh Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh 10 51 31 - - 10,87 55,43 33,70 - -

Jumlah 92 100,00


(37)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 92 responden yang menerima batuan KUR, sebanyak 51 responden atau 55,43 persen menyatakan bantuan KUR yang diberikan oleh Bank Nagari berpengaruh terhadap pengembangan usaha yang mereka miliki. Sedangkan sebanyak 31 responden atau 33,70 persen menjawab cukup berpengaruh, dan sisanya sebanyak 10 responden atau 10,87 persen menyatakan KUR sangat berpengaruh dalam pengembangkan usaha mikro dan kecil.

Tabel 4.20Distribusi Jawaban Responden Terkait Pemberian Pelatihan dan Pengarahan dalam Mengembangkan Usaha oleh Bank Nagari No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Selalu Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah - - - 79 13 - - - 85,87 14,13

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum Bank Nagari pernah memberikan pelatihan dan pengarahan kepada usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usaha mereka. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mendominasi sebanyak 79 responden atau 85,87 persen, dan sebanyak 13 responden atau 14,13 persen menyatakan tidak pernah menerima pelatihan.


(38)

Tabel 4.21Distribusi Jawaban Responden Terkait Bantuan Kredit Usaha Rakyat dapat Meringankan Usaha Mikro dan Kecil dalam Memenuhi Kebutuhan Usaha

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat meringankan Meringankan Cukup meringankan Kurang meringankan Tidak meringankan 9 57 26 - - 9,78 61,96 28,26 - -

Jumlah 92 100,00

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum bantuan kredit dapat meringankan UMK dalam memenuhi kebutuhan usaha seperti bahan baku, modal, dan alat produksi. Hal ini dapat dilihat bahwa dari 92 responden yang menerima batuan KUR, sebanyak 57 responden atau 61,96 persen menyatakan hal tersebut.

Tabel 4.22Distribusi Jawaban Responden Terkait Pernyataan Tentang Dukungan Bank Nagari dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Melalui Pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Sangat mendukung Mendukung Cukup mendukung Kurang mendukung Tidak mendukung 1 68 23 - - 1,09 73,91 25 - -

Jumlah 92 100,00


(39)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha mikro dan kecil yang menerima dana KUR yakni sebanyak 68 responden atau sebesar 73,91 persen menyatakan petugas Bank Nagari mendukung mereka dalam pelaksanaan KUR melalui kemudahan dalam pengajuan kredit, proses yang cepat, dan membuka peluang bagi pelaku usaha yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable (keterbatasan agunan dan perizinan).


(40)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Nagari

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada UMKMK di bidang usaha yang produktif dan layak namun belum bankable dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin. Penyaluran KUR diharapkan dapat membantu pengembangan usaha produktif. Ada beberapa persyaratan bagi UMKM untuk dapat menerima KUR, yaitu:

1. tidak sedang menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah, yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia pada saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan;

2. dapat sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya); 3. dalam hal UMKMK masih memiliki baki debet yang tercatat pada Sistem

Informasi Debitur Bank Indonesia, tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening dari Bank Pelaksana/pembiayaan sebelumnya;

4. untuk UMKMK yang akan meminjam KUR Mikro, baik yang disalurkan secara langsung maupun tidak langsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia.


(41)

Pihak bank dalam melaksanakan pemberian kredit harus merumuskan dan melakukan kebijaksanaan kredit yang sehat. Kebijaksanaan ini dilakukan untuk menciptakan kebijaksanaan kredit yang sesungguhnya dan juga untuk meminimalisir resiko yang terdapat dalam setiap pemberian kredit. Menurut Kasmir (2002:115), Kebijaksanaan yang diperlukan adalah mengenai jenis dan jumlah kredit yang hendak diberikan oleh bank, kepada siapa diberikannya dan dalam keadaan bagaimana kredit itu diberikan. Salah satu kebijaksanaan yang dilakukan pihak Bank Nagari Cabang Bukittinggi adalah fasilitas kredit usaha rakyat yang disediakan adalah kredit usaha rakyat mikro dan ritel.

Ketika debitur (pelaku UMK) akan mengajukan permohonan kredit maka ada beberapa tahap yang harus dilalui dari awal permohonan sampai pencairan dana KUR itu sendiri. Adapun tahap-tahap dalam mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) antara lain adalah :

1. Tahap Permohonan

Calon debitur mengajukan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara tertulis kepada pihak bank. Calon debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) datang ke kantor , kemudian dengan dibantu oleh Customer Service, calon debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah disediakan pihak bank, kemudian ditandatangani oleh pemohon. Calon debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) diperkenalkan sebagai kredit yang mudah didapat, maka syarat-syarat yang


(42)

ditetapkan pun sangat sederhana. Syarat-syarat yang perlu disertakan adalah bukti identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), pas photo berwarna ukuran 3x4, fotokopi Kartu Keluarga (KK), dan Surat Keterangan Usaha masing-masing sebanyak 1 lembar dan diserahkan di dalam map.

2. Tahap Analisis Kredit/ Tahap Pemeriksaan

Berdasarkan arahan Bank Indonesia sebagaimana termuat dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dianalisis secara tertulis dengan pinsip sebagai berikut :

a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit,

b. Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total permohonan kredit. Ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit tidak boleh berdasarkan semata-mata atas pertimbangan permohonan untuk satu transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus didasarkan atas dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah diberikan dan atau akan diberikan secara bersama-sama oleh bank,

c. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif yang sekurang-kurangnya meliputi ;

1. Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet,


(43)

2. Penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank,

3. Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit.

d. Analisa kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang prinsip 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon serta menyediakan aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi bank atas resiko yang mungkin timbul,

e. Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak sebagai bank induk.

Bagaimanapun arahan diatas, tetap terbuka peluang bagi bank-bank untuk mengatur kebijakan kreditnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bank itu sendiri. Bank Nagari Cabang Bukittinggi dalam melakukan analisis kredit pun mempunyai kebijakan sendiri yang tentunya tetap berpedoman pada arahan Bank Indonesia. Laporan keuangan calon debitur merupakan salah satu data pokok mutlak dalam hal analisis.

Pada tahap pemeriksaan, setelah syarat-syarat dilengkapi, pihak Bank Nagari Cabang Bukittinggi dalam hal ini account officer akan melakukan

checking atau pencocokan serta peninjauan langsung ke lapangan tentang layak atau tidaknya calon debitur kredit usaha rakyat diberikan pinjaman dengan


(44)

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersebut antara lain :

a. Mencocokan fotokopi bukti diri identitas lain sesuai dengan aslinya.

b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha calon debitur kredit usaha rakyat. Misalnya: tentang modal, tentang pinjaman pada pihak lain, dan lain-lain . Tujuannya adalah untuk menganalisis apakah calon debitur mampu mengembalikan pinjaman atau tidak.

c. Menanyakan tentang keuntungan dari usaha calon debitur kredit usaha rakyat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membayar pinjaman. 3. Tahap Keputusan Kredit/Pembiayaan

Tahap ini, calon debitur akan memperoleh keputusan kredit yang berisi persetujuan akan adanya pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai permohonan yang diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan kredit berupa mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Pihak Bank Nagari Cabang Bukittinggi akan memberitahukan kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian putusan dilakukan 3-5 hari setelah pendaftaran permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Pada Bank Nagari Cabang Bukittinggi, sebelum pemberian putusan kredit, Kepala Bank Nagari Cabang Bukittinggi wajib meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang berkaitan atau yang mendukung pemberian keputusan kredit masih berlaku lengkap, sah, dan berkekuatan hukum. Setiap pejabat yang


(45)

terlibat dalam kebijakan persetujuan kredit harus mampu memastikan hal-hal berikut (Firdaus, 2003 :51) :

a. Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan prinsip perkreditan yang sehat dan ketentuan perbankan lainnya,

b. Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada analisis kredit yang jujur, objektif, cermat, dan seksama (menggunakann 5C’s principles) serta independent,

c. Adanya keyakinan bahwa kredit akan mampu dilunasi oleh debitur. Kebijakan dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi, yang dapat diberikan kredit usaha rakyat ini adalah debitur yang memiliki Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).

4. Tahap Perjanjian Kredit/Akad Pembiayaan

Penandatanganan perjanjian kredit berikut seluruh perjanjian turutannya, dilaksanakan setelah debitur menandatangani Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK) bermaterai cukup dan telah diserahkan kembali kepada bank. Dalam hal tertentu menurut pertimbangan Bank seperti nominal kredit yang relatif besar atau permasalahan hukum yang relatif kompleks, maka Perjanjian Kredit dilakukan secara Notarial Akta. Dokumen perjanjian kredit minimal dibuat dua rangkap; dengan rangkap pertama untuk bank dan rangkap kedua untuk debitur yang diserahkan dengan memakai tanda terima.

5. Tahap Realisasi Kredit

Realisasi kredit kredit/pembiayaan dilakukan setelah debitur menandatangani Surat SPPK atau SPPP diatas materai, menandatangani


(46)

perjanjian kredit berikut turutannya, melengkapi dokumen yang dipersyaratkan bank dan membayar biaya-biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Realisasi kredit/pembiayaan dilakukan dengan cara pemindahbukuan ke rekening debitur dengan menggunakan warkat atau bukti yang berlaku di Bank. Bagi kredit/pembiayaan yang memerlukan penarikan secara bertahap, maka penarikan kredit/pembiayaan diajukan oleh debitur secara tertulis sesuai kebutuhan dan disetujui oleh Bank.

6. Tahap Pembukuan

Pencatatan transaksi atas pelaksanaan pemberian kredit dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Sandi Pembukuan Intern Bank. Segala transaksi harus dibukukan yaitu transaksi realisasi kredit, penerimaan provisi, supervisi fee, penerimaan biaya administrasi kredit, pembebanan biaya lainnya, penerimaan bunga, penerimaan denda, dan penerimaan angsuran pokok.

Bank Nagari Cabang Bukittinggi mulai menjadi bank pelaksana menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sejak tahun 2010. Hingga sekarang, jumlah dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah dikucurkan oleh Bank Nagari adalah sebesar Rp. 93.900.000.000,-.

5.2 Hambatan dalam Pengembangan UMK di Kota Bukittinggi

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden sebanyak 92 orang pelaku Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi diketahui ada beberapa masalah yang dihadapi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil yaitu :


(47)

1. Permodalan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Masalah permodalan antara lain : suku bunga kredit yang tinggi, kurangnya informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank, sistem dari lembaga keuangan yang rumit, dan membutuhkan waktu relatif lama. Dalam hal ini, pelaku Usaha Mikro Dan Kecil adakalanya merasa kredit yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan usaha kecil. Kemudian pada pengembangan usaha sering mengalami kurangnya modal, karena pada umumnya usaha mikro dan kecil merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UMK adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMK memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

2. Pemasaran

Kurangnya daya saing para pengusaha kecil jika berhadapan dengan usaha besar, adanya persaingan tidak sehat diantara jenis usaha, dan kurangnya informasi mengenai pasar juga menyebabkan Usaha Mikro dan Kecil kurang mengetahui kondisi pasar, sehingga kesempatan untuk memperluas saluran pemasaran sangat kecil sekali.


(48)

3. Kualitas SDM

Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi ialah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Rendahnya kualitas SDM Usaha Mikro dan Kecil disebabkan oleh tingkat pendidikan para pengusaha yang rata-rata tamatan SMA. Hal ini menyebabkan UMK memiliki kendala dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,

quality control, organisasi bisnis akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

5.3 Klasifikasi Data

Tujuan dari penelitian ini telah dijelaskan pada bab I, dan untuk lebih mengetahui apakah tujuan dari penelitian ini dapat tercapai atau tidak, maka perlu dilakukan beberapa langkah. Untuk lebih mengetahui bagaimanakah pengaruh Kredit Usaha Rakyat terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi, terlebih dahulu harus dilihat apakah ada pengaruh antara variabel X (kredit usaha rakyat) terhadap variabel Y ( pengembangan usaha mikro dan kecil).

Pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan penghitungan koefisien determinan, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kredit usaha rakyat terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil. Kedua rumus yang akan digunakan tersebut telah dipaparkan pada BAB II. Namun, sebelum lebih


(49)

lanjut kedalam analisis data, nilai jawaban yang diberikan oleh responden akan diklasifikasikan terlebih dahulu ke dalam alternatif jawaban yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan klasifikasi data yang dilakukan maka keseluruhan data yang diperoleh dari masing-masing variabel dapat didistribusikan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Responden untuk Kredit Usaha Rakyat No. Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi - -

2. 3,41 – 4,20 Tinggi 11 11,96

3. 2,61 – 3,40 Sedang 75 81,52

4. 1,81 – 2,60 Rendah 6 6,52

5. 1,00 – 1,80 Sangat Rendah -

Jumlah 92 100%

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 75 responden atau 81,52 persen menyatakan bahwa program Kredit Usaha Rakyat yang diikuti oleh pelaku Usaha Mikro dan Kecil berada pada kategori sedang. Maka berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X di atas maka dapat disimpulkan bahwa kredit usaha rakyat mempengaruhi pelaku usaha mikro dan kecil di Kota Bukittinggi. Unsur - unsur yang terdapat dalam kredit usaha rakyat yang menjadi indikator penelitian dapat mempengaruhi usaha mikro dan kecil, yaitu : Proses pengajuan KUR, tujuan KUR, biaya administrasi dan lainnya, bunga pinjaman, jangka waktu kredit, sosialisasi, pengawasan, dan pelayanan dari petugas Bank merupakan hal-hal yang penting dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai yaitu pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Kota Bukittinggi.


(50)

Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Responden untuk Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi 7 7,61

2. 3,41 – 4,20 Tinggi 62 67,39

3. 2,61 – 3,40 Sedang 23 25

4. 1,81 – 2,60 Rendah - -

5. 1,00 – 1,80 Sangat Rendah - -

Jumlah 92 100%

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 62 responden atau sebesar 67,39 persen menyatakn perkembangan usaha mikro dan kecil di Kota Bukittinggi berada pada kategori tinggi.

5.4 Koefisien Korelasi Product Moment

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Kredit Usaha Rakyat (X) terhadap perkembangan Usaha Mikro dan Kecil (Y), maka dapat dilihat dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Sugiyono, 2005: 212). Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari responden maka jika diterapkan dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut :

��� = �

(∑ ��)− (∑ �)(∑ �)

�{�(∑ �2) (∑ �)2}{(∑ �2) (∑ �)2}

dimana: ��� = Angka indeks korelasi antara X dan Y

� = jumlah responden


(51)

� = skor variabel bebas (kredit usaha rakyat)

� = skor variabel terikat (pengembangan usaha mikro kecil)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat memberikan tiga kemungkinan mengenai hubungan antara kedua variabel, yaitu :

1. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

2. Nilai r yang negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Berdasarkan penyebaran kuesioner kepada responden dalam proses penelitian, maka diperoleh data sebagai berikut :

n = 92 ∑x = 2959 ∑y = 2293

∑xy = 74025 ∑x2

= 95937 ∑y2

= 57731

Keseluruhan hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment, maka akan diperoleh perhitungan sebagai berikut :

��� = �

(∑ ��)− (∑ �)(∑ �)

�{�(∑ �2) (∑ �)2}{(∑ �2) (∑ �)2}

= 92(74025)− (2959)(2293)


(52)

= 6810300− 6784987

�{8826204−8755681}{5311252−5257849}

= 25313

�{70523}{53403}

= 25313

√3766139769

= 25313

61368,88 = 0,41

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh rxy=0,412. Sebagaimana telah dijelaskan diatas jika koefisien korelasi bernilai positif, hal ini berarti antara kedua variabel yang diuji terdapat hubungan yang searah, artinya apabila satu variabel naik maka akan diikuti dengan naiknya variabel yang lain. Jadi, variabel kredit usaha rakyat (variabel X) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel pengembangan usaha mikro dan kecil (variabel Y). Untuk mengetahui kategori tinggi rendahnya hubungan diantara variabel yang ada, maka dapat dilihat dari tabel korelasi berikut :

Tabel 5.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber : Sugiyono (2008:184).


(53)

Berdasarkan pedoman diatas dapat dilihat bahwa nilai rxy=0,41 berada pada interval antara 0,40-0,599. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan variabel X (Kredit Usaha Rakyat) dengan variabel Y (Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi) dikategorikan “hubungan sedang”.

5.5 Uji Signifikan

Uji signifikan digunakan untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Uji signifikan ini dilakukan terhadap hipotesa nilai Ho, yang berbunyi “tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y”. Ho ditolak apabila nilai

t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (t-hitung > t-tabel), dan dapat diterima apabila nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (t-hitung < t-tabel), dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2005:214) :

�ℎ����� =�√� −2 √1− �2

dimana : t-hitung = Nilai dari Uji Signifikan

r = Indeks Koefisien Korelasi Product Moment

n = Jumlah Responden Maka diperoleh :

�ℎ����� =

0,41√92−2 �1−(0,41)2 = 0,41√90


(54)

=(0,41)(9,48) √0,83 =3,87

0,91 = 4,25

Apabila nilai t-hitung dikonsultasikan dengan nilai t-tabel pada taraf signifikan 95% atau � = 5% maka diperoleh t-hitung sebesar 4,25 dan t-tabel

1,987. Berarti t-hitung > t-tabel, yaitu 4,25 > 1,987. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan, “Ada pengaruh antara Kredit Usaha Rakyat terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi” diterima.

5.6 Koefisien Determinan

Penggunaan teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara program Kredit Usaha Rakyat (variabel X) terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (variabel Y), maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

� =���� �2× 100%

dimana : � = Koefisien Determinan

��� = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan y Maka diperoleh∶

� =�����2× 100% = (0.41)2 × 100% = 0,17 × 100% = 17 %


(55)

Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara program Kredit Usaha Rakyat terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi adalah sebesar 17%, sedangkan selebihnya sebesar 83% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar cakupan penelitian.


(56)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bank Nagari Cabang Bukittinggi maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pemberian kredit usaha rakyat (KUR) dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit/tahap pemeriksaan, tahap keputusan kredit/pembiayaan, tahap perjanjian kredit/akad pembiayaan, tahap realisasi kredit serta tahap pembukuan.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi yang paling utama adalah: permodalan, pemasaran dan kualitas SDM.

3. Dari analisa korelasi product moment diketahui bahwa terdapat pengaruh positif antara kredit usaha rakyat terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil yaitu sebesar 0,41, dan berdasarkan interpretasi tersebut maka pengaruh kredit usaha rakyat terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil berada pada posisi sedang.

4. Hasil uji signifikan diperoleh nilai t-tabel 1,987. Dengan t-hitung sebesar 4,25, maka dapat dikatakan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, sehingga dapat di-katakan bahwa Ha diterima.

5. Hasil perhitungan determinan, dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara variabel X (kredit usaha rakyat) terhadap variabel Y (pengembangan usaha mikro dan kecil) adalah sebesar 17%. Hal ini berarti pengembangan


(57)

usaha mikro dan kecil dipengaruhi oleh kredit usaha rakyat sebesar 17%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar daripada penelitian ini.

6.2 Saran

Adapun saran-saran yang ingin penulis kemukakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan mutu dan manfaat dari penelitian ini khususnya bagi pelaku Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi sebagai objek penelitian, adalah:

1. Pemerintah diharapkan dapat meninjau kembali tingkat bunga pada kredit usaha rakyat yaitu dengan menurunkan tingkat bunga dari 10,5% menjadi 5,5% untuk usaha mikro dan 13% menjadi 7% untuk usaha kecil sehingga pelaku usaha tidak merasa terbebani dengan tingkat bunga yang ditetapkan. 2. Meningkatkan sosialisasi kepada pelaku Usaha Mikro dan Kecil tentang

manfaat Program Kredit Usaha Rakyat melalui media elektronik, media cetak maupun secara langsung dengan mendatangi pelaku Usaha Mikro dan Kecil.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan kepada pelaku Usaha Mikro dan Kecil sehingga produktivitas meningkat dan output UMK yang dihasilkan mampu bersaing dipasaran.


(58)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa kuantitatif, tujuannya untuk melihat apakah ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Nagari Cabang Bukittinggi dengan alamat Jl. Yos Sudarso No.2 Bukittinggi.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, maka peneliti terlebih dahulu menentukan populasi yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegusaha Usaha Mikro dan Kecil yang menerima Kredit Usaha Rakyat di Bank Nagari Cabang Bukittinggi yang berjumlah 1.197 orang.


(59)

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1995:152), sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulannya juga berlaku bagi keseluruhan populasi. Pada penelitian ini, sampel diambil secara Simple Random Sampling. Menurut Singarimbun (1995:155), sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Menurut Arikunto (2006:104), apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil keseluruhan sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang maka sampel diambil sekitar 10-15 % atau 20-25 % dari populasi. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang ditentukan menggunakan rumus Taro Yamane (Bungin, 2011:115) sebagai berikut :

n = N

N(d)2 + 1

dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Presisi yang ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

n

=

1197


(60)

Dengan demikian, maka dari jumlah populasi 1.197 diperoleh ukuran sampel sebesar 92,3 atau 92 sampel penelitian.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara, yaitu :

1. Pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada responden.

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti.

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetisi serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan – catatan atau dalam bentuk dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian. Data yang dimaksud bisa merupakan undang-undang,


(61)

peraturan, hasil studi/riset, pernyataan, teori yang relevan, serta bahan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Dalam penelitian ini, teknik pengukuran skor yang digunakan adalah teknik

skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2008:93). Menurut skala likert ada lima alternatif jawaban dengan memberikan skor yang berbeda setiap alternatif jawaban yaitu sebagai berikut :

1. Untuk pilihan jawaban a diberi skor 5 2. Untuk pilihan jawaban b diberi skor 4 3. Untuk pilihan jawaban c diberi skor 3 4. Untuk pilihan jawaban d diberi skor 2 5. Untuk pilihan jawaban e diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori jawaban responden dari masing-masing variabel tersebut, maka ditentukan dengan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut:

Skor tertinggi−Skor terendah banyak bilangan

Maka diperoleh : 5−1 5 = 0,8

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variabel, yaitu :


(62)

1. Skor untuk kategori Sangat Tinggi = 4,21 – 5,00 2. Skor untuk kategori Tinggi = 3,41 – 4,20 3. Skor untuk kategori Sedang = 2,61 – 3,40 4. Skor untuk kategori Rendah = 1,81 – 2,60 5. Skor untuk kategori Sangat Rendah = 1,00 – 1,80

Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka dari jumlah skor dari variabel akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembangian tersebut, maka akan dapat diketahui jawaban responden termasuk ke dalam kategori yang mana.

2.6 Teknik Analisis Data

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya hubungan antar variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Cara perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:

��

=

{(∑ �2�)(∑ �� (∑ �)−)2 (}{∑ �()(∑ �∑ �2)) (∑ �)2}

dimana: ��� = Angka indeks korelasi antara X dan Y

� = jumlah responden

∑ �� = jumlah perkalian antara skor x dan y

� = skor variabel bebas (kredit usaha rakyat)


(63)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat memberikan tiga kemungkinan mengenai hubungan antara kedua variabel, yaitu :

1. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

2. Nilai r yang negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua variabel tersebut berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interprestasi dilihat dari angka-angka sebagai berikut :

Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber : Sugiyono (2008:184).

Dengan nilai r (koefisien korelasi) yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi ini mencantumkan taraf


(64)

signifikansi tertentu, dalam hal ini signifikan 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternatif dapat diterima.

2.6.2 Uji Signifikan

Uji signifikan adalah uji yang dilakukan untuk menentukan apakah hipotesa diterima atau ditolak. Uji signifikan ini dilakukan terhadap hipotesa nilai Ho, yang berbunyi “tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y”. Ho ditolak apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel), dan dapat diterima apabila nilai t-hitung lebih kecil dari harga t-tabel (t hitung < t-tabel), dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2005:14) :

�ℎ��� �� =�√� −2 √1− �2

dimana : t-hitung = Nilai dari Uji Signifikan

r = Indeks Koefisien Korelasi Product Moment

n = Jumlah Responden

2.6.3 Koefisien Determinan

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

� =���� �2× 100%

dimana : � = Koefisien Determinan


(65)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah.

Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan


(66)

kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain: kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan, lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam pengembangan usaha.

Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi dengan pola penjaminan pada tanggal 5 November 2007 di lantai 21 gedung kantor pusat BRI dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dapat diakses oleh UMKM dan koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable atau berkembang pesat. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.

KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan untuk meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan. Dengan adanya KUR, para pelaku UMKM


(1)

BAB IIIDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1.Sejarah Bank Nagari ... 46

3.2.Visi dan Misi Bank Nagari ... 49

3.3.Aktivitas Usaha Bank Nagari ... 51

3.4.Budaya Kerja Bank Nagari ... 53

3.5.Struktur Organisasi Bank Nagari ... 55

3.6.Struktur Organisasi Kredit Komersial ... 57

BAB IVPENYAJIAN DATA 4.1.Identitas Responden ... 66

4.2.Variabel Penelitian ... 70

BAB V ANALISIS DATA 5.1.Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Nagari ... 83

5.2.Hambatan dalam Pengembangan UMK di Kota Bukittinggi ... 89

5.3.Klasifikasi Data ... 91

5.4.Koefisien Korelasi Product Moment ... 93

5.5.Uji Signifikan ... 96

5.6.Koefisien Determinan ... 97

BAB VI PENUTUP 6.1.Kesimpulan ... 99

6.2.Saran ... 100


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Peminjam KUR Bank Nagari ... 4

Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... 44

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 67

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 68

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 69

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendapatan ... 70

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terkait Kesulitan dalam Proses Pengajuan Kredit Usaha Rakyat ... 70

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pemahaman Mereka Terhadap Mekanisme Pengajuan Kredit Usaha Rakyat ... 71

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terkait dengan Pengetahuan Mereka Terhadap Tujuan Program Kredit Usaha Rakyat Kepada UMK di Kota Bukittinggi ... 71

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terkait Seberapa Lama Mengikuti Kredit Usaha Rakyat yang Diadakan oleh Bank Nagari Cabang Bukittinggi ... 72

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Terkait Biaya Administrasif dan Biaya Lainnya yang Mendukung dalam Program Kredit Usaha Rakyat Tersebut Rendah ... 73 Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Terkait Bunga Kredit Usaha Rakyat


(3)

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Terkait Ketepatan Jangka Waktu Kredit Usaha Rakyat yang Diberikan oleh Bank Nagari ... 74 Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Terkait Sosialisasi Program Kredit

Usaha Rakyat Sering Dilaksanakan oleh Petugas Bank Nagari ... 75 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pelayanan dari Petugas Bank

Nagari dalam Pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat ... 76 Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pengawasan yang Dilakukam

oleh Petugas Bank Nagari Terhadap Pelaksanaan Program Bantuan KUR Kepada Usaha Mikro dan Kecil di Kota Bukittinggi ... 77 Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden Terkait Peningkatan Jumlah Produksi

Usaha Setelah Mendapat Bantuan KUR dari Bank Nagari ... 77 Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Terkait Peningkatan Omset Usaha

Setelah Menerima Bantuan KUR dari Bank Nagari ... 78 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pernyataan Bantuan KUR

dari Bank Nagari Membantu Usaha Mikro dan Kecil dalam Menjalankan Usaha ... 79 Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pengaruh Bantuan KUR

Terhadap Pengembangkan Usaha Mikro dan Kecil ... 79 Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pemberian Pelatihan dan

Pengarahan dalam Mengembangkan Usaha oleh Bank Nagari ... 80 Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Terkait Bantuan KUR dapat


(4)

Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Terkait Pernyataan Tentang Dukungan Bank Nagari dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Melalui Pelaksanaan Program KUR ... 81 Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Responden untuk Kredit Usaha Rakyat... 92 Tabel 5.2 Distribusi jawaban responden untuk Pengembangan Usaha Mikro

dan Kecil di Kota Bukittinggi ... 93 Tabel 5.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... 95


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Bank Nagari ... 51 Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bank Nagari... 56 Gambar 3.3 Struktur Organisasi Kredit Komersial ... 57


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul Lampiran 2. Surat Persetujuan Skripsi

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi Lampiran 5. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 6. Daftar Hadir Seminar Lampiran 7. Berita Acara Seminar Lampiran 8. Surat Undangan Sidang Lampiran 9. Pedoman Wawancara Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Lampiran 11. Data Kuesioner Penelitian