Efektivitas Kredit Usaha Rakyat dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

(1)

SKRIPSI

EFEKTIVITAS KREDIT USAHA RAKYAT DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL

(Studi Kasus BRI Unit Sei Sikambing Medan)

OLEH

ARTIS SIMATUPANG 090523028

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN

Nama : Artis Simatupang

NIM : 090523028

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Perbankan

Judul : Efektivitas Kredit Usaha Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

Tanggal: _______________ Pembimbing

NIP. 19730408 1999802 1 001

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

Tanggal: _______________ Pembaca

NIP. 19750920 200501 1 002 Paidi Hidayat, SE, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Artis Simatupang

NIM : 090523028

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Perbankan

Judul : Efektivitas Kredit Usaha Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

Tanggal: _____________ Ketua Departemen

NIP. 19730408 1999802 1 001 Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

Tanggal: _____________ Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D


(4)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan BRI dalam pengembangan usaha mikro dan kecil. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, wawancara, studi pustaka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bantuan KUR yang diberikan BRI Unit Sei Sikambing Medan dapat dikatakan efektif terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil, ini terlihat dari beberapa indikator seperti peningkatan omset produksi UMK sebesar 88% dan peningkatan pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil sebesar 73.33%.

Kata Kunci:Usaha Mikro dan Kecil (UMK), Kredit, Peranan BRI


(5)

ABSTRACT

The object of this research is to analyze role of the BRI in developing the micro and small enterprises. The Method used in this research is descriptive and quantitative method by using primary and secondary data. The way of getting data used is questionnaire, interview, and literature study.

Based on the result it is indicated that the loans from BRI Sei Sikambing branch is effective to development the micro and small enterprises. It can be seen from some indicator’s such as increase production of turnover UMK by 88% and increase micro and small enterpreneur’s income by 73.33%.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka penulis menyusun skripsi yang berjudul: “Efektivitas Kredit Usaha Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Kepada kedua orang tua tercinta, Drs. VM. Simatupang dan S. Simanungkalit serta abang dan kakak penulis teristimewah penulis persembahkan sebagai rasa hormat dan penghargaan atas doa, perhatian, didikan, nasehat, dukungan dan cinta kasih.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(7)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan banyak masukan maupun bimbingan mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

6. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, sebagai dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan koreksi dan saran pada skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Seluruh Staff dan Pegawai Bank BRI Unit Sei Sikambing Medan yang telah membantu dalam memberikan data yang berhubungan dengan skripsi ini. 9. Kepada seluruh teman – teman Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera

Utara yang telah membantu selama penulisan skripsi.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, kiranya peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan kekurangan dari penelitian yang saya lakukan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2012

Penulis,

(Artis Simatupang)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank ... 6

2.1.2 Jenis – jenis Bank ... 7

2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit ... 11

2.2.2 Jenis – jenis Kredit ... 12

2.2.3 Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 15

2.2.4 Tujuan dan Manfaat Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 18

2.2.5 Pengertian dan Pengukuran Efektifitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 19

2.3 Usaha Mikro Dan Kecil 2.3.1 Pengertian Usaha Mikro Dan Kecil ... 21

2.3.2 Ciri – Ciri Usaha Mikro Dan Kecil ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 23

2.5 Kerangka Konseptual ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2 Responden Penelitian ... 26

3.3 Penentuan Sampel Penelian ... 26

3.4 Jenis Dan Sumber Data... 27

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas ... 28

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 29

3.7 Metode Dan Analisis Data ... 30

3.8 Definisi Operasional ... 32


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI)... 34

4.1.2 Slogan, Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia (BRI) ... 36

4.1.3 Struktur Organisasi Bank BRI Unit Sei Sikambing ... 37

4.1.4 Kriteria Debitur KUR Mikro ... 42

4.1.5 Syarat dan Ketentuan Kredit ... 43

4.1.6 Prosedur Kredit ... 46

4.2 Upaya – Upaya Dalam Meningkatkan dan Mengembangkan UMK ... 50

4.3 Kendala yang dihadapi dalam penyaluran kredit ... 52

4.4 Tahap – Tahap Pengajuan Permohonan Kredit ... 53

4.5 Gambaran Umum Sumatera Utara 4.5.1 Kondisi Geografis ... 61

4.5.2 Kondisi Iklim dan Topografis ... 62

4.5.3 Kondisi Demografis ... 62

4.5.4 Potensi Wilayah ... 63

4.6 Pembahasan 4.6.1 Uji Validitas atau Uji Reliabilitas ... 63

4.6.2 Kondisi Usaha Nasabah Bank BRI Unit Sei Sikambing Medan ... 66

4.6.3 Peranan Bank BRI Unit Sei Sikambing Medan Bagi Nasabahnya ... 71

4.6.4 Peranan BRI unit Sei Sikambing Medan bagi Rumah Tangga Nasabahnya ... 74

4.6.5 Peningkatan Omset Nasabah Setelah Meminjam ... 75

4.6.6 Permasalahan dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

4.1 Hasil Pengujian Validitas ... 64

4.2 Hasil Pengujian Reliabilitas... 66

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 67

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 67

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan…... 68

4.6 Persentase Usaha Mikro dan Kecil pada BRI Unit Sei Sikambing... 69

4.7 Persentase Pengusaha Berdasarkan Badan Hukum... 70

4.8 Jenis Pembukuan Anggota Nasabah ... 71

4.9 Perkembangan Usaha Nasabah Setelah Mendapatkan pinjaman BRI Unit Sei Sikambing Medan... 73

4.10 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Nasabah Setelah Melakukan Pinjaman dari Bank BRI Unit Sei Sikambing Medan... 74


(11)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual………... 24 4.1 Struktur Organisasi bank BRI Unit Sei Sikambing Medan… 37


(12)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan BRI dalam pengembangan usaha mikro dan kecil. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, wawancara, studi pustaka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bantuan KUR yang diberikan BRI Unit Sei Sikambing Medan dapat dikatakan efektif terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil, ini terlihat dari beberapa indikator seperti peningkatan omset produksi UMK sebesar 88% dan peningkatan pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil sebesar 73.33%.

Kata Kunci:Usaha Mikro dan Kecil (UMK), Kredit, Peranan BRI


(13)

ABSTRACT

The object of this research is to analyze role of the BRI in developing the micro and small enterprises. The Method used in this research is descriptive and quantitative method by using primary and secondary data. The way of getting data used is questionnaire, interview, and literature study.

Based on the result it is indicated that the loans from BRI Sei Sikambing branch is effective to development the micro and small enterprises. It can be seen from some indicator’s such as increase production of turnover UMK by 88% and increase micro and small enterpreneur’s income by 73.33%.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia saat ini menjadi negara yang masih tergolong miskin dan kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan maupun ekonomi. Permasalahan ekonomi menjadi permasalahan utama yang sebenarnya sangat mengganggu sekali karena perekonomian menjadi dasar bagi negara untuk dapat berkembang. Semua itu menyebabkan negara ini menjadi terpuruk. Untuk itulah diperlukan bantuan dari Pemerintah yang seharusnya memperhatikan nasib masyarakatnya yang kekurangan seperti ini. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat agar dapat hidup lebih baik adalah dengan membangun usaha sendiri yang terdiri dari beberapa golongan, salah satunya adalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan penolong perekonomian negara karena Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dapat menyerap tenaga kerja dan mampu menyumbangkan devisa bagi negara. Jika 49 juta UMKM dan koperasi dapat menyerap dua tenaga kerja saja, maka dapat dibayangkan akan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang terserap sehingga akan mengurangi pengangguran.

Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan. Sedemikian pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam setiap pembuatan kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin


(15)

dapat mempengaruhinya baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Perekonomian di Indonesia saat ini memakai sistem ekonomi kerakyatan yaitu dimana sistem ekonomi berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana masyarakat memegang aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

Dengan demikian, sudah seharusnya pemerintah memperhatikan keberlangsungan kegiatan para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk membantu para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) itu adalah dengan memberikan kucuran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini disediakan hanya oleh bank-bank tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha perdagangan.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) dikeluarkan berdasarkan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Sektor Mikro, Kecil dan Menengah khususnya bidang Reformasi Sektor Keuangan. Melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini Pemerintah mengharapkan adanya akselerasi atau percepatan pengembangan kegiatan perekonomian dalam rangka penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Dikucurkannya dana KUR tersebut merupakan sepenuhnya dibiayai oleh dana perbankan dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp. 500.000.000,- dengan bekerjasama dengan Pemerintah. Kredit Usaha Rakyat


(16)

(KUR) ini merupakan program pemberian pinjaman berupa uang tunai kepada peminjam dengan tujuan untuk menjadi modal bagi si peminjam untuk membuka usaha baru. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya permohonan peminjaman kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus mengetahui hak dan kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak yaitu debitur dan kreditur dengan adanya perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR), mengingat segala sesuatu dapat saja timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang cukup tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Saat ini telah banyak berdiri usaha mikro dan kecil. Berjalannya setiap usaha-usaha tersebut tidaklah terlepas dari diperlukannya biaya dan lebih tepatnya bantuan biaya. Hal ini masih merupakan tanggungjawab dari Pemerintah sehingga Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi program yang paling layak dan memberikan bantuan bagi para pelaku usaha tersebut. Penerimaan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersebut didapat dari Bank sebagai pengucur dana sesuai dengan proses dan tahapannya dan salah satu bank nasional yang melayani pemberian KUR adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini memiliki harapan untuk dapat membantu para pelaku UMK dalam mengembangkan usaha yang mereka miliki dan membantu perekonomian negara juga. Seperti yang kita ketahui bahwa efektivitas berarti suatu keadaan atau kegiatan mencapai taraf sesuai


(17)

dengan yang diinginkan, ataupun berhasil. Berarti diharapkan bahwa penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat ini dapat berhasil membantu rakyat Indonesia yang melakukan UMK dan efektif dalam mengembangkan usaha mikro dan kecil. Dari semua penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang “Efektifitas Kredit Usaha Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah efektivitas penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dalam pengembangan usaha mikro dan kecil?

2. Masalah apa sajakah yang dihadapi oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dalam pemberian dana Kredit Usaha Rakyat (KUR)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam pengembangan usaha mikro dan kecil.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat keberhasilan dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Medan.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan sehubungan dengan meningkatkan pemberian dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengembangan usaha mikro dan kecil.

2. Untuk memberikan informasi yang efektif bagi bank tentang manfaat KUR bagi pengembangan UMK.

3. Bagi nasabah dapat menjadi pertimbangan bila kelak ingin melakukan kredit terhadap bank.

4. Menambah wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

5. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Pengalokasian dana kepada masyarakat dilakukan oleh bank dengan cara melakukakn berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan yang didasarkan pada kepercayaan masyarakat dalam menjaga likuiditasnya yang cukup dan berusaha mencapai rehabilitasi yang wajar serta mampu menjaga rahasia keuangan nasabah.

Menurut Undang – Undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Kasmir, 2008 : 25)

Bank secara sederhana dapat juga diartikan sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2004:11). Selanjutnya jika ditinjau dari asal mula terjadinya Bank maka pengertian bank adalah meja atau tempat untuk menukarkan uang.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan


(20)

dengan masalah bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:

a. Menghimpun dana b. Menyalurkan dana dan

c. Memberikan jasa Bank lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa – jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.

2.1.2 Jenis – Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang – Undang Perbankan. Di dalam Undang – Undang tersebut terdapat beberapa perbedaan. Namun, kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:

a. Dilihat dari Segi Fungsinya

Dalam Undang – Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:

1. Bank Umum

2. Bank Pembangunan 3. Bank Tabungan 4. Bank Pasar


(21)

5. Bank Desa 6. Lumbung Desa 7. Bank Pegawai

8. Dan Bank jenis lainnya.

Namun setelah keluarnya UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI. Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari:

1. Bank Umum

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR). b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut: 1. Bank milik pemerintah

Pada bank ini, akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.

Contoh bank milik pemerintah antara lain: 1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI) 2) Bank Rakyat Indonesia (BRI) 3) Bank Tabungan Negara (BTN). 2. Bank milik Swasta nasional

Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional. Contoh bank milik swasta nasional antara lain:


(22)

2) Bank Central Asia

3) Bank Bumi Putra 4) Bank Danamon 5) Bank Duta 6) Bank Lippo

7) Bank Nusa Internasional 8) Bank Niaga

9) Bank Universal

10)Bank Internasional Indonesia. 3. Bank milik koperasi

Kepemilikan saham – saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

Contohnya adalah: Bank Umum Koperasi Indonesia. 4. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan bank yang kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing antara lain:

1) ABN AMRO Bank 2) Deutsche Bank

3) American Express Bank 4) Bank of America

5) Bank of Tokyo 6) Bangkok Bank


(23)

7) City Bank

8) European Asian Bank

9) Hongkong Bank

10)Standard Chartered Bank 11)Chase Manhattan Bank. 5. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank ini dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contohnya antara lain:

1) Sumitomo Niaga Bank 2) Bank Merincorp

3) Bank Sakura Swadarma 4) Bank Finconesia

5) Mitsubishi Buana Bank 6) Inter Pacifik Bank 7) Paribas BBD Indonesia 8) Ing Bank

9) Sanwa Indonesia Bank 10)Bank PDFCI.

c. Dilihat dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua jenis. Pembagian jenis ini disebut juga


(24)

pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut:

1) Bank devisa 2) Bank non devisa

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga.

Jenis bank jika dilihat dari caranya dalam menentukan harga, terbagi dalam 2 kelompok yaitu:

1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional 2. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah.

2.2 Kredit

2.2.1 Pengertian Kredit

Dalam kehidupan sehari – hari, kata kredit merupakan perkataan yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di perkotaan tetapi sampai di pedesaan pun kredit sudah sangat populer.

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.


(25)

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing – masing pihak termasuk jangka waktu, bunga yang ditetapkan bersama serta masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat.

2.2.2 Jenis – Jenis Kredit

Secara umum jenis – jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut (Kasmir, 2008 : 103).

a. Dilihat dari segi kegunaan 1. Kredit investasi

Kredit ini biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha. Contohnya, untuk membangun pabrik atau membeli mesin – mesin.

2. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contohnya, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai dan lainnya.

b. Dilihat dari segi tujuan kredit 1. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.


(26)

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Contohnya: kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, dan kredit konsumtif lainnya.

3. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Contohnya: kredit ekspor impor.

c. Dilihat dari segi jangka waktu 1. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya, untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija. 2. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Contohnya, kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

3. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya untuk investasi jangka panjang. Contohnya, perkebunan karet, kelapa sawit atau kredit perumahan.

d. Dilihat dari segi jaminan 1. Kredit dengan jaminan


(27)

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan yang dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.

2. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

e. Dilihat dari segi sektor usaha 1. Kredit pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

2. Kredit peternakan

Dalam hal ini, untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan untuk jangka panjang misalnya kambing atau sapi.

3. Kredit industri

Merupakan kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar. 4. Kredit pertambangan

Jenis usaha tambang yang dibiayai kredit ini biasanya dalam jangka panjang. Contoh: tambang emas, minyak atau timah.

5. Kredit pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

6. Kredit profesi


(28)

7. Kredit perumahan

Merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

8. Dan sektor – sektor lainnya.

2.2.3 Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit berasal dari kata credere yang berarti kepercayaan maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperolah kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Pengertian “kredit” menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Transaksi kredit dapat terjadi atau timbul karena ada suatu pihak yang meminjam uang atau barang kepada pihak yang lainnya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur. Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi kredit adalah kegiatan jual beli dimana pembayarannya akan ditangguhkan dalam jangka waktu tertentu baik sebagian ataupun seluruhnya. Aktivitas kredit diatas secara teknis akan mendatangkan piutang bagi kreditur dan mendatangkan utang bagi debitur.

Pada umumnya, kredit merupakan program kerja dari sebuah bank yang kegiatannya adalah meminjamkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan baik itu nasabah mereka ataupun tidak dengan menggunakan berbagai jaminan


(29)

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjam-meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Program pemberian kredit yang banyak dilakukan oleh bank-bank memiliki tujuan yang hampir sama yaitu untuk memberi kesempatan kepada orang-orang atau masyarakat untuk membuka atau merintis pekerjaan sendiri yang berguna untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Pemberian kredit ini terbagi atas pemberian kredit oleh bank itu sendiri dan ada yang bekerjasama dengan Pemerintah.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk dari hasil kerjasama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha sendiri. Karena merupakan bagian dari program kerja pemerintah maka pengucuran KUR ini umumnya dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dimana bank ini merupakan bank milik negara.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini adalah kredit yang ditujukan bagi peminjam yang ingin merintis usaha sendiri tetapi masih dengan skala mikro, kecil dan menengah. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sendiri memiliki komitmen untuk untuk membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk komitmen itu adalah dengan dibukanya kredit untuk modal usaha bagi


(30)

Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan koperasi yang disebut dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini merupakan alternatif bagi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi untuk mendapatkan modal usaha. Kendala yang seringkali dihadapi oleh pengusaha Mikro, Kecil dan Koperasi adalah masalah permodalan di dalam mengembangkan usahanya.

KUR sendiri pertama kali diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007. Tujuan diluncurkannya KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dan untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Perseorangan, kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum Rp 500.000.000,-.

Sumber dananya adalah bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga maksimum 16 persen per tahun. Persentase kredit yang dijamin adalah 70 persen dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa pinjam kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi. Secara nasional penyaluran KUR banyak diarahkan ke sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 55 % dari total penyaluran KUR diikuti dengan penyaluran ke sektor pertanian sebesar 27 % dan sektor-sektor lain sebesar 9%.

Ada tiga Skim yang dapat dilayani oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini yaitu:


(31)

1. KUR Ritel

Untuk KUR Ritel, Modal usaha dengan plafond Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta dapat di layani Kantor cabang BRI dan Kantor Cabang Pembantu.

2. KUR MIKRO

Untuk KUR Mikro, Modal Usaha dengan plafond dibawah Rp. 5 juta, dapat dilayani oleh BRI Unit.

3. KUR Linkage

KUR Linkage, ditujukan untuk BKD, KSP/USP, BMT, LKM lainnya dapat dilayani di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Plafond kredit Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta. Pinjaman LKM ke end user maksimal Rp. 5 juta.

2.2.4 Tujuan dan Manfaat Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini memiliki tujuan yaitu:

a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil menengah dan koperasi.

b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) dan koperasi kepada lembaga keuangan.

c. Dalam rangka penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.

Manfaat dari disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini sendiri adalah untuk memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya. Bagi para masyarakat yang memiliki usaha tetapi terkendala di


(32)

bidang modal untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya dapat mengajukan prmohonan kredit dan mendapatkan pinjaman. Dengan begitu, usaha yang dimiliki oleh mereka akan dapat lebih maju dan berkembang baik itu dari segi produksi, pemasaran serta untung yang diperoleh kemudian.

2.2.5 Pengertian dan Pengukuran Efektivitas Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Menurut Chaster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207).

Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah: a. Keberhasilan program

b. Keberhasilan sasaran c. Kepuasan terhadap program d. Tingkat input dan output.

Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Efektivitas (effectiveness) yang didefinisikan secara abstrak sebagai tingkat pencapaian tujuan, diukur dengan rumus hasil dibagi dengan tujuan. Tujuan yang bermula pada visi yang bersifat abstrak itu dapat dideduksi sampai menjadi kongkrit, yaitu sasaran atau strategi. Maka seseorang dikatakan efektif apabila menimbulkan atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki.


(33)

Dari semua penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki, artinya pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut.

Dengan demikian, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana penyaluran dana KUR pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mencapai titik berhasil sesuai dengan teori-teori yang ada tersebut. Untuk mengetahui apakah penyaluran dana KUR tersebut efektif atau tidak maka dibutuhkan indikator atau alat ukur. Pengukuran efektivitas pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) dapat dilakukan dengan melihat nilai kredit yang disalurkan, jumlah UMK yang menerima kredit bank, penambahan pendapatan UMK dan jumlah tenaga kerja yang diserap UMK. Jadi, alat ukur yang digunakan disini untuk mengetahui apakah penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) itu berhasil ataupun tidak adalah dengan melihat apakah tujuan dari dibentuknya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sudah tercapai dan apakah memberi manfaat bagi masyarakat khususnya para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Salah satu tujuan dari dibentuknya program KUR oleh BRI adalah untuk meningkatkan


(34)

perekonomian rakyat yang dapat dilihat dari penambahan pendapatan yang diperoleh. Sehingga akan dibandingkan antara pendapatan sebelum menerima KUR dan pendapatan setelah menerima KUR apakah meningkat atau tidak. Oleh karena itu, alat ukur yang dipakai untuk mengukur efektivitas KUR dalam penelitian ini adalah penambahan pendapatan Usaha Mikro Kecil (UMK). Dengan kata lain, efektivitas KUR dalam penelitian ini dapat diukur dengan penggunaan KUR dalam meningkatkan pendapatan Usaha Mikro Kecil (UMK)

2.3 Usaha Mikro dan Kecil

2.3.1 Pengertian Usaha Mikro dan Kecil

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank maksimal Rp 50.000.000,00.

Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1 milyar pertahun serta dapat menerima kredit dari Bank di atas Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta.

2.3.2 Ciri – Ciri Usaha Mikro dan Kecil

Menurut UU No. 20 Thn 2008 tentang UMKM pasal 6 menyatakan bahwa ciri – ciri usaha mikro dan kecil adalah sebagai berikut:


(35)

Ciri – ciri usaha mikro sebagai berikut:

• Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

• Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

• Tidak melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; • Sumber daya manusianya (pengusahanya) tidak memiliki jiwa

wirausaha yang memadai;

• Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

• Umumnya tidak akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

• Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Contoh usaha mikro adalah sebagai berikut:

• Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;

• Industri makanan dan minuman, industri pengolahan kayu dan rotan, industri besi;

• Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.; • Peternakan ayam, itik dan perikanan;

• Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).


(36)

b. Usaha Kecil

Ciri – ciri usaha kecil sebagai berikut:

• Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak gampang berubah;

• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

• Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

• Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

• Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; • Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan

baik seperti business planning.

Adapun contoh usaha kecil adalah sebagai berikut:

• Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;

• Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya; • Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu

dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;


(37)

• Peternakan ayam, itik dan perikanan; • Koperasi berskala kecil.

2.4 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Julianita Situmorang mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan USU angkatan 2008 dengan judul skripsi: “Peranan Bank BRI Unit Terminal Sidikalang Dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Dairi” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan kredit terhadap UMK di BRI unit denga kenaikan omset produksi UMK sebesar 88% dan kenaikan pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil sebesar 80%.

Dalam penelitian terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah:

a. Sama–sama meneliti tentang kredit yang disalurkan bank BRI dalam pengembangan UMK.

b. Menggunakan variabel penelitian yang sama yaitu dengan melihat omset produksi dan pendapatan RT pengusaha mikro dan kecil.

Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah:

a. Lokasi penelitian, dimana peneliti terdahulu di bank BRI unit Terminal Sidikalang sedangkan penulis di bank BRI Sei Sikambing Medan.

b. Responden penelitian terdahulu hanya pengusaha mikro dan kecil sedangkan penulis pengusaha mikro dan kecil serta pegawai bagian perkreditan.


(38)

c. Penentuan sampel, dimana peneliti terdahulu menggunakan metode Strata/Stratified Random Sampling sedangkan penulis dengan mengambil 15% dari jumlah populasi.

d. Metode analisis yang digunakan peneliti terdahulu adalah uji t-statistik sedangkan penulis menggunakan uji beda t-paired

e. Pengolahan data penulis terdahulu dengan SPSS 16.0 sedangkan penulis dengan SPSS 18.0

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2006:47). Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran yang telah ditentukan.

Dengan demikian, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu apakah penyaluran dana KUR pada PT. Bank Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencapai titik berhasil dan apakah memberi manfaat bagi masyarakat khususnya para pelaku usaha mikro dan kecil. Tujuan dibentuknya program KUR oleh BRI adalah untuk meningkatkan perekonomian rakyat yang dapat dilihat dari penambahan pendapatan yang diperolah.

Untuk melihat perkembangan usaha nasabah setelah mendapatkan pinjaman maka hal yang paling penting untuk menilai usaha tersebut mengalami


(39)

peningkatan atau kemunduran dengan melihat omset produksi dari pengusaha mikro dan kecil tersebut. Sedangkan untuk melihat perkembangan kehidupan rumah tangga nasabah setelah melakukan pinjaman yang menjadi tolak ukurkemajuannya dapat dilihat dari segi pendapatan rumah tangganya.

Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Sumber: Sugiyono (2006), data diolah.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Efektivitas KUR (X) 1. Pendapatan 2. Omset Produksi

Pengembangan UMK (Y)


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan menuju hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, metode penelitiannya adalah sebagai berikut:

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Sei Sikambing Medan.

3.2 Responden Penelitian

Responden penelitian adalah:

1. Bagian perkreditan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Sei Sikambing Medan.

2. Pengusaha mikro dan kecil yang menerima Kredit Usaha Rakyat di BRI Unit Sei Sikambing Medan.

3.3 Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengusaha golongan ekonomi Usaha Mikro Kecil (UMK) yang menerima KUR di Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit Sei Sikambing Medan dengan jumlah 210 debitur. Jadi, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 210 orang.


(41)

Arikunto Suharsimi (1996:120) yang menyatakan untuk sekedar gambar awal maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian koperasi. Selanjutnya populasinya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau lebih. Peneliti mengambil sekitar 15% dari jumlah populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian jumlah sampel sebanyak 30 orang lebih sebagai sampel penelitian yang mewakili keseluruhan jumlah populasi. Tetapi dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 30 orang sebagai sampel penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dalam bentuk wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden dengan daftar – daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam kuesioner. 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, buku –

buku yang terkait dengan penelitian ini, jurnal ekonomi, website dan artikel.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:

1. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa yang


(42)

didistribusikan pada nasabah yang menerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kuesioner ini adalah jawaban tertulis dari informan.

2. Wawancara, pengumpulan data dengan survei dan menanyakan secara langsung kepada responden untuk memperjelas hasil jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden.

3. Studi Pustaka

Pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan dan mempelajari informasi yang diperoleh dari buku – buku yang terkait, jurnal, website, dan artikel.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Suharsimi Arikunto,1998: 160). Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel data yang diteliti. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran yang dimaksud.

Cara untuk menguji validitas yaitu dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor totalnya. Korelasi antar skor item dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Bila ternyata terdapat skor item yang tidak signifikan maka item tersebut tidak valid. Proses pengolahan data


(43)

dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan dibantu komputer program SPSS, yaitu (Arikunto Suharsimi, 1998:160):

rxy = n(Σxy)( ΣxΣy)

√ [(nΣx²- x)²( nΣy²- y)² )] Keterangan :

rxy = Kofisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = Skor item

y = Skor total

xy = Hasil kali skor item dan skor total n = Jumlah sampel

Masing-masing pernyataan dianggap valid apabila korelasi tiap skor butir pernyataan terhadap total skor butir pernyataan menunjukkan hasil yang signifikan pada level 0,05 - 0,01. Hasil dari pehitungan akan dibandingkan dengan angka kriteria table korelasi nilai r pada taraf signifikansi 5%. Jika hasil perhitungan korelasi product moment diatas angka kriteria nilai r pada taraf signifikansi 5% maka pernyataan dalam tes tersebut mempunyai validitas atau dalam bahasa statistik terdapat konsistensi internal dalam arti pernyataan- pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama. Validitas item juga dapat ditentukan dengan bantuan program computer SPSS 16,0 yaitu dengan memperhatikan nilai correlations. Kriteria yang diambil adalah apabila correlations suatu item lebih kecil dari nilai r tabel maka item tersebut tidak valid, tetapi jika lebih besar dari r tabel maka item tersebut valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas


(44)

cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Uji Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Uji reliabilitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dengan rumus: (Supranto, 2001;160)

Rxx = k x [1- Σxij] i#j k-1 keterangan :

Rxx = koefisien reliabilitas

k = banyaknya item pertanyaan xii dan xij

Σxii+ Σxij = elemen matriks korelasi

Menurut Nunnally (1969) seperti dikutip oleh Imam Ghozali (2001: 140) suatu konstruk/variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai croanbach alpha > 0,398. Perhitungan reliabel hanya dapat dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Alasan digunakannya teknik ini karena skornya berupa skala bertingkat (rating scale). Untuk menghitung varian tiap butir dan varian total, penulis menggunakan fasilitas komputer program SPSS. Keputusan reliabitas ditentukan dengan memperhatikan nilai alpha. Jika nilai alpha lebih kecil daripada r tabel maka item tersebut tidak reliabel sedangkan jika nilai alpha lebih besar daripada r tabel maka item tersebut reliabel.


(45)

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Yaitu dengan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, baik yang diperoleh melalui kuesioner maupun wawancara kemudian dilakukan penyajian data dengan tabel, grafik ataupun diagram. Dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian ini.

Analisis deskriptif juga merupakan metode analisis dengan pendeskripsian variabel – variabel yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti sebagai pendukung hasil dari analisis kuantitatif.

2. Analisis Kuantitatif

Yaitu metode analisis data dan hal – hal yang berhubungan dengan angka dan menggunakan rumus – rumus dan teknik – teknik penghitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.

Metode analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan yang berarti dalam jumlah pendapatan pengusaha mikro dan kecil sebelum memperoleh kredit dan sesudah memperoleh kredit, digunakan uji beda t-Paired yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya paerbedaan rata – rata dua sampel bebas. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran maupun perlakuan yang berbeda. Uji ini dirumuskan sebagai berikut: t-hitung = d


(46)

(Nugroho B,A, 2005 : 29). Keterangan:

t = Nilai t hitung

đ = rata – rata selisih pengukuran 1 dan 2 Sd = Standar deviasi selisih pengukuran 1 dan 2

N = Jumlah sampel

hipotesis:

Ho : βi = 0 Ha : βi≠ 0

Kriteria:

Jika sebagai acuan adalah Ho, maka:

1. Ho diterima jika t-hitung < t-tabel, artinya tidak ada perbedaan secara signifikan antara omset atau pendapatan yang sebelum dan sesudah menerima kredit.

2. Ho ditolak jika t-hitung > t-tabel, artinya ada perbedaan secara signifikan antara omset atau pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit.

Jika Ha dijadikan acuan sebagai penerimaan atau penolakan hipotesis, maka: 1. Ha diterima jika t-hitung > t-tabel, artinya ada perbedaan secara signifikan

antara omset atau pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit.

2. Ha ditolak jika t-hitung < t-tabel, artinya tidak ada perbedaan secara signifikan antara omset atau pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit.

3.8 Definisi Operasional


(47)

Efektivitas adalah derajat kepuasan ataupun ukuran keberhasilan akan suatu kegiatan yang ditinjau dari segi pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat serta hasil. Dalam penelitian ini yang akan ditinjau adalah efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

2. Kredit Usaha Rakyat

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk dari hasil kerjasama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha sendiri.

3. Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah suatu tahap dimana kegiatan penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan bank-bank mencapai titik atau tingkat efektif. Dikatakan penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini efektif ketika sudah mencapai tujuan awal dari dibentuk dan disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini dengan tepat waktu, serta memberikan manfaat yang positif bagi penerimanya dengan hasil yang memuaskan.

4. Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.


(48)

5. Usaha Kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1 milyar pertahun serta dapat menerima kredit dari Bank di atas Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Bank Rakyat Indonesia

Berdirinya Bank Rakyat Indonesia dimulai pada zaman Belanda yaitu pada tanggal 16 Desember 1895 yang ditandai dengan berdirinya "DE POERWOKERTO SCHENP EN SPAAR BANK DER INLANDSCHE HOOPDEN" atau yang lebih sering dikenal dengan Bank Priyayi oleh seorang Patih Purwokerto bernama R. Bei Wiraatmaja. Apabila dikaitkan dengan situasi perbankan dimasa itu, Bank Priyayi atau Volks Bank maupun bank-bank komersial lainnya hidup dengan mendapat persaingan DE JAVASCHE BANK yang memiliki monopoli sanggup memberikan kredit dengan suku bunga rendah.

Seperti diketahui bahwa DE JAVASCHE BANK yang didirikan pada zaman Hindia Belanda tahun 1875 adalah sebagai bank swasta, akan tetapi mempunyai fungsi utama dalam mengatur keuangan pemerintah seolah-olah bank tersebut berkedudukan sebagai bank sentral. Namun sama sekali tidak berperan sebagai Banker's Bank dan tidak pula berkemamptian untuk mengavvasi sejumlah uang yang beredar di masyarakat, oleh karena itu untuk mengendalikan dan mengembangkan usaha perbankan, pada tahun 1912 pemerintah Hindia Belanda mengumumkan Central Kas di bawah naungan Departemen Pemerintah Hindia Belanda dan begitu juga saat itu direkturnya ditunjuk Mr. TH. Fruin.


(50)

Berdirinya Central Kas yang menjadikan induk bagi volks Bank tidak segera rnendapat perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Masih ditemukan berbagai kelemahan, lalu untuk mengatasinya diambil tindakan lebih lanjut untuk mengadakan suatu komisi untuk meneliti kelemahan-kelemahan yang ada guna dapat diperbaiki pemerintah.

Komisi ini diketuai oleh Prof. DR. Bocke dan hasilnya mulai tahun 1926 terdapat keseragaman status bagi seluruh bank meskipun organisasinya masingmasing terpisah. Keadaan ini berubah kemudian akibat terjadinya krisis ekonomi dunia (1926-1932) sehingga beberapa bank mengalami kemacetan. Maka dibentuklah ELGEMENCE VOLKSCREDIT BANK pad atanggal 19 Desember 1934 yang berkantor di Jakarta dengan direkturnya yang pertama adalah Mr. TH. Fruin.

Pada tahun 1942 saat masuknya Jepang, ELGEMENCE VOLKSCREDIT BANK yang dalam kegiatannya bukan sernata-mata sebagai bank komersil akan tetapi lebih mengutamakan kepentingan sosial ekonomi. Dalam tahun yang sama ELGEMENCE VOLKSCREDIT BANK menjadi Syomin Ginko (Bank Rakyat).

Perkembangan Bank Rakyat Indonesia yang tidak terlepas dari aktivitas Syomin Ginko berjalan ditengah sistem pemerintahan yang berkuasa. Tanggal 22 Maret 1946, masa kemerdekaan Bank Rakyat, dahulu AVB/Syomin Ginko ditetapkan sebagai Bank Pemerintahan yang pertama didirikan setelah kemerdekaan. Tanggal 26 Oktober 1960 Bank Rakyat Indonesia dan NHM ditambah BTM disatukan dan dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan


(51)

(BKTN). Pada tahun 1965 BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Tani dan Nelayan.

Bulan Agustus 1965 semua Bank Pemerintah dibangun menjadi satu dan nama Bank Rakyat Indonesia diamana pihak negara Indonesia Unit II merupakan wadah ex Nama yang bekerja di bidang exim. Pada tanggal 18 Desember 1970 Bank Rakyat Indonesia menampung hak dan kewajiban serta kepercayaan serta perlengkapan Bank Negara Indonesia Unit II dibidang rural, diundangkan dengan Undang-undang No. 21 tahun 1968.

Tahun 1982 Direksi menegaskan sebuah tim untuk mengkaji tentang berdirinya sebuah Bank Rakyat Indonesia yang hasilnya dituangkan dalam SK Direksi Bank rakyat Indonesia No. Kep: 67/DER/21/1982 pada tanggal 2 Desember 1982, secara resmi ditetapkan bahwa Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 16 Desember 1895 yaitu Bank Rakyat Indonesia bernama "DE POERWOKERTO SCHENP EN SPAAR BANK DER INLANDSCHE HOOPDEN".

Adanya Peraturan Pemerintah yaitu No. 21 Tanggal 29 April 1992 tentang penyesuaian bentuk hukum. Pada tanggal 1 Juli 1992 BRI berubah status Perseroan dengan nama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Menjadi PT. Persero dengan akta pendirian PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) No. 133 tanggal 31 Juli 1992.

4.1.2 Slogan, Visi dan Misi Bank Republik Indonesia (Bank BRI)

Dalam menghadapi iklim persaingan perbankan yang semakin tajam maka direksi Bank BRI telah menetapkan Slogan, Visi dan Misi Bank BRI sebagai bank


(52)

umum komersial dan juga sebagai agent of development Pemerintah, yakni sebagai berikut:

BRI ini mempunyai slogan atau motto “Melayani dengan Setulus Hati”

Visi Bank Rakyat Indonesia adalah menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

Misi Bank Rakyat Indonesia adalah :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang tertarik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang perkembangan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang professional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4.1.3 Struktur Organisasi Bank BRI Unit Sei Sikambing

Struktur organisasi Bank BRI Unit Sei Sikambing adalah berbentuk garis, dimana setiap bawahan hanya bertanggung jawab langsung kepada seorang atasan saja. Tiap-tiap bagian terpisah antara satu dengan yang lainnya berdasarkan fungsi dan tugasnya.

KAUNIT


(53)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Bank BRI Unit

Keterangan PT Bank BRI (Persero) Tbk Unit: a. Kepala Unit

Tugas-tugas :

1. Memimpin kantor unit di wilayah kedudukannya dan bertindak untuk dan atas nama direksi baik di dalam maupun di luar pengadilan dalam hubungannya dengan pihak lain atau pihak ketiga di wilayah kerjanya yang berkaitan dengan usaha bank.

2. Mengelola keuangan dan harta kekayaan bank dan seluruh kegiatan kantor unit berdasarkan prinsip-prinsip ketatalaksanaan yang sehat dan tertib administrasi sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan direksi.

3. Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan dan peralatan kerja untuk menunjang operasional kantor unit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Pemeliharaan hubungan kedinasan dalam rangka kerjasama antar instansi pemerintah maupun swasta ataupun lembaga perbankan/nonperbankan di wilayah kantor unit untuk memperlancar kegiatan usaha bank.

5. Mengoptimalisasi pendayagunaan tenaga kerja dan peralatan guna meningkatkan motivasi kerja, keahlian dalam bidangnya, dan hubungan yang baik dengan sesama karyawan sehingga tercapai kerja yang maksimal.

6. Bertanggungjawab atas kebenaran penyusunan laporan keuangan secara berkala dan laporan lainnya yang berhubungan dengan kantor unit.

7. Mengusahakan pengambilan kredit yang telah diterbitkan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.


(54)

8. Mengadakan koordinator dan pengawasan terhadap tugas- tugas yang diberikan kepada bawahan dengan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas tersebut.

b. Mantri Unit Tugas-tugas :

1. Mengadakan pemeriksaan ke tempat objek usaha kawasan setempat, menganalisa dan mengusulkan putusan pinjaman kredit kepada Kepala Unit. 2. Melakukan pembinaan terhadap nasabah pinjaman maupun simpanan.

3. Memperkenalkan dan memasarkan jasa-jasa Bank kepada masyarakat serta mengajak masyarakat untuk berhubungan dengan Bank BRI Unit.

4. Mengadakan kunjungan kepada calon nasabah pinjaman dan simpanan potensial.

5. Melaksanakan pengendalian tunggakan dengan cara melakukan pemeriksaan setempat mengusulkan langkah-langkah penyelesaian pinjaman.

c. Deskman Tugas-tugas :

1. Menatakerjakan register-register sisa pinjaman.

2. Menatakerjakan register SKPP dan nominatif nasabah. 3. Mengerjakan register pemberantasan tunggakan. 4. Mengerjakan register surat berharga.

5. Memberikan pelayanan administrasi kepada nasabah/calon nasabah pinjaman, simpanan dan jasa Bank lainnya dengan sebaik-baiknya.


(55)

7. Mengerjakan semua laporan Bank BRI Unit.

8. Mengatur kearsipan dari bukti-bukti pembukuan dalam amplop berdasarkan urutan buku besar serta tanggal pembukuannya.

9. Mengatur arsip transaksi teller dalam ordner sesuai tanggal pembukuannya. 10. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Unit dengan

azas Pengawasan Intern.

11. Menjamin terjaganya kerahasiaan Password.

12. Dalam mengelola komputer Bank BRI Unit, Deskman melakukan : a. Verifikasi awal/pemeriksaan awal.

b. Mencetak realisasi barn Kupedes. c. Mencetak total transaksi teller. d. Melakukan Fastback data.

e. Mengarsipkan Backsheet pembukuan komputer.

13. Menangani komplain ataupun masukan dari nasabah, serta memberikan solusi bagi permasalahan perbankan dan keluhan dari para nasabah. Petugas ini harus memiliki hati yang kuat untuk menahan amarah, dan bersedia mendahulukan senyum dibandingkan perasaan dan emosinya.

d. Teller

Tugas-tugasnya :

1. Melayani setoran dan pembayaran deposito.

2. Melayani penabungan dan penarikan tabungan tunai. 3. Menerima transaksi giro.


(56)

5. Melayani kebutuhan nasabah lainnya

6. Bersama-sama Kaunit menyelenggarakan pengurusan kas Bank BRI Unit.

7. Menerirna uang setoran untuk rekening nasabah dan mencatatnya pada transaksi teller/memvalidasi voucher pada unit komputer.

8. Memfiat (persetujuan bayar) simpanan dan jasa Bank lainnya dalam batas wewenang yang diberikan Pemimpin Cabang.

9. Menyetorkan kelebihan transaksi kas selama jam ketja ke kas induk dengan menggunakan tanda setoran,

10. Menyetorkan kelebihan kas akhir hari ke kas induk dengan membuat tanda setoran.

11. Membayar uang kepada yang berhak setelah ada fiat bayar dari yang berwenang dan dicatat pada transaksi pada teller pada unit komputer.

12. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Unit sepanjang tidak bertentangan dengan azas pengawasan intern.

13. Dalam program komputer Bank BRI Unit, Teller melaksanakan : a. Pengelolaan kas fisik.

b. Menjaga kerahasiaan Password.

c. Melakukan validasi transaksi tunai pada saat pelayanan. d. Melakukan validasi non tunai (overbooking pembukuan). e. Melakukan validasi koreksi.

f. Menatakerjakan register kesalahan validasi bersama dengan Kepala Unit.


(57)

g. Menatakerjakan backsheet validasi dengan earn membubuhkan nomor urut dan paraf pada halaman backsheet validasi yang harus ditulis secara manual. Hal ini berlaku untuk print out komputer yang tidak memberikan nomor halaman backsheet validasi teller secara otomatis.

4.1.4 Kriteria Debitur KUR Mikro

Debitur yang dilayani dengan KUR Mikro adalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan koperasi yang tidak sedang menerima kredit/pembiayaan dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima kredit program dari pemerintah, pada saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan kecuali untuk jenis kredit yang bersifat konsumtif seperti Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan bermotor, Kartu Kredit dan lain – lain.

Menyikapi hal tersebut, BRI unit diharapkan dapat lebih cermat menggali informasi calon debitur KUR Mikro khususnya mengenai free Cash Flows yang tersisa apabila calon debitur tersebut sudah mempunyai kewajiban angsuran kredit konsumtif. Dengan kata lain dalam menganalisa kelayakan kredit calon debitur KUR Mikro, harus memperhitungkan kewajiban calon debitur atas Kredit Konsumtif yang dimiliki.

Disamping itu perlu dipastikan agar calon debitur KUR Mikro benar-benar tidak sedang menikmati fasilitas kredit komersial atau kredit program dari BRI. Hal ini mengingat bahwa pihak penjamin akan menolak klaim KUR Mikro BRI apabila dikemudian hari diketahui bahwa pada saat realisasi KUR Mikro ternyata debitur sedang menikmati fasilitas kredit komersial atau kredit program dari BRI.


(58)

Oleh karena itu, BRI Unit diwajibkan untuk melakukan pengecekan melalui sistem informasi internal BRI, misalnya melalui CIF.

4.1.5 Syarat dan Ketentuan Kredit 1. Persyaratan Umum Calon Debitur

a. Tidak sedang menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima kredit program dari pemerintah.

b. Dapat sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya).

c. Dalam hal calon Debitur masih memiliki debet yang tercatat pada SID BI tetapi yang bersangkutan telah melunasi pinjaman tersebut, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening Koran dari bank pemberi kredit/pembiayaan sebelumnya. 2. Legalitas Calon Debitur : Identitas berupa KTP dan Kartu Keluarga 3. Perijinan Calon Debitur

Ijin usaha seperti TDP,SIUP, dan SITU dapat digantikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Lurah / Kepala Desa

4. Jenis Kredit dan jangka Waktu

Kredit usaha Rakyat (KUR) Mikro ini dapat diberikan untuk keperluan modal kerja atau investasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

c. Kredit Modal Kerja, jangka waktu maksimal 3 (tiga) tahun. d. Kredit Investasi, jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun.


(59)

5. Besar Kredit

Besar kredit yang dapat diberikan sampai dengan maksimal Rp 5.000.000,00 (total eksposur).

6. Suplesi dan perpanjangan jangka waktu

Kepada debitur KUR Mikro yang usahanya meningkat dan memerlukan tambahan kredit maka dapat diberikan suplesi dan atau perpanjangan jangka waktu kepada debitur yang sama, baik untuk jumlah pinjaman yang sama maupun tambahan pinjaman sepanjang memenuhi ketentuan berikut, yaitu:

a. Debitur dimaksud belum dapat dikategorikan bankable b. Total eksposur pinjaman maksimal Rp 5.000.000,00

c. Perpanjangan jangka waktu maksimal yang dapat diberikan adalah 6 tahun untuk Kredit Modal Kerja dan 10 tahun untuk Kredit Investasi terhitung sejak tanggal perjanjian kredit awal.

7. Suku Bunga

a. Suku bunga yang dikenakan atas fasilitas ini dibedakan sesuai dengan jangka waktu kredit, yaitu:

NO Jangka Waktu Flate/Bulan Flate/Tahun EFEKTIF

1 12 1,025 12,30 21,9770

2 24 1,020 12,24 21,9767

3 36 1,040 12,48 21,9755

4 48 1,065 12,78 21,9581


(60)

b. Perubahan suku bunga akan disampaikan dengan surat tersendiri. 8. Bentuk Kredit

a. Bentuk kredit adalah persekot non annuitet (flate rate)

b. Khusus untuk usaha musiman (misal: pertanian, perkebunan, dll) dengan jangka waktu kredit maksimal 1 tahun, bentuk kredit dapat dilakukan tanpa angsuran atau sekaligus lunas (pokok + bunga). Cara pemberian dan formulir untuk usaha musiman yang digunakan agar mengacu pada Surat Edaran Direksi NOSE: S.27 – DIR/ADK/12/2009 tanggal 08 Desember 2009 tentang Kupedes Untuk Usaha Pertanian. 9. Denda / Penalty

Tunggakan pokok dan atau bunga yang terjadi atas fasilitas KUR Mikro tidak dikenakan denda/penalty.

10.Biaya Administrasi dan Provisi Kredit tidak dipungut 11.Asuransi Jiwa

Debitur KUR Mikro tidak diasuransikan jiwa. 12.Pola Angsuran:

Pola angsuran sesuai ketentuan yang berlaku, namun apabila debitur menghendaki angsuran secara harian, mingguan atau sesuai hari pasaran atau lainnya, angsuran debitur tetap dapat diterima. Jumlah angsuran tersebut tetap harus memenuhi jumlah angsuran per bulan yang telah ditetapkan.


(61)

13.Pelayanan KUR Mikro harus tetap didasarkan pada prinsip kehati – hatian dan asas – asas pemberian kredit yang sehat, yaitu berdasarkan pada kelayakan usaha dan kemampuan calon debitur.

4.1.6 Prosedur Kredit

1. Pemasaran KUR Mikro

Untuk menjamin agar pemasaran KUR Mikro dapat lebih baik dan target kinerja dapat terlampaui, maka pemasaran KUR Mikro menjadi tanggung jawab semua Pejabat Kredit Lini (PKL) di jajaran bisnis mikro Kantor Cabang, yaitu Pemimpin Cabang, MBM/AMBM, Kaunit, dan Mantri. 2. Persyaratan administratif bagi calon debitur adalah:

a. Menyerahkan foto copy KTP atau kartu identitas lainnya dan foto copy Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku serta harus dicocokkan dengan aslinya.

b. Pejabat Kredit Lini (PKL) wajib memastikan kebenaran alamat calon debitur.

c. Fotocopy KTP atau kartu identitas lainnya tersebut harus diberi paraf oleh Mantri atau Kaunit sebagai bukti bahwa alamat calon nasabah pada foto copy KTP tersebut benar dan cocok dengan aslinya.

d. Mengingat karakteristik yang beragam di berbagai wilayah, maka perlu ditegaskan kembali bahwa persyaratan di atas adalah syarat minimal, artinya dengan memenuhi syarat tersebut di atas kepada calon debitur sudah dapat dilayani KUR Mikro.


(62)

e. Terhadap dokumen kredit cukup dilakukan di bawah tangan, tidak perlu dilegalisasi.

3. Permohonan dan Prakarsa Kredit

a. Pengajuan permohonan kredit dilakukan oleh debitur/terjamin

b. Bagi usaha baru, minimal usaha telah berjalan selama 6 bulan, berdasarkan atas hasil pemeriksaan (on the spot) yang dilakukan Mantri dan dituangkan dalam Formulir KUR Mikro.

c. Pada prinsipnya pelayanan KUR Mikro ini berdasarkan asas domisili tempat tinggal. Namun demikian, apabila calon nasabah tidak berdomisili di wilayah BRI Unit, maka BRI Unit yang berada dalam wilayah domisili tempat usaha calon debitur diperbolehkan memberikan KUR Mikro dengan memperhatikan:

i. Kepastian asal domisili yang dibuktikan dengan menyerahkan fotocopy KTP atau kartu identitas lainnya tempat asal yang masih berlaku dan dicocokkan dengan aslinya.

ii. PKL di BRI Unit harus melakukan konfirmasi dengan BRI Unit di wilayah kerja tempat tinggal asal calon debitur, misalnya mengenai informasi pinjaman maupun kepastian alamat domisili tempat tinggal calon debitur.

d. Proses pendaftaran dan pengisisan formulir pada dasarnya dilakukan oleh Deskman/petugas yang ditunjuk. Namun demikian untuk mempermudah/mempercepat pelayanan, Mantri dapat membantu pendaftaran/pengisian formulir tersebut pada saat melakukan


(63)

kunjungan di lapangan. Formulir yang telah diisi tersebut selanjutnya tetap diserahkan ke Deskman/petugas yang ditunjuk untuk dimulai proses kelengkapan administrasi.

e. Pada prinsipnya pelaksanaan pelayanan KUR Mikro tetap mengacu kepada skim Kupedes umum, tetapi dengan beberapa ketentuan dan persyaratan yang lebih ringan yang disesuaikan dengan kondisi / pola usaha skala mikro dalam rangka memberikan kemudahan dan kecepatan pelayanan.

4. Analisa Kredit

a. Analisa kredit dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kemauan debitur / terjamin membayar kembali kreditnya kepada bank. b. Hasil analisa dituangkan dalam formulir KUR Mikro sebagai dasar

pertimbangan bagi Pemutus dalam memberikan putusan kredit. 5. Agunan

a. Agunan pokok

Agunan kredit hanya dapat berupa agunan pokok berupa obyek yang dibiayai.

b. Agunan tambahan

Agunan tambahan, seperti tanah/bangunan, kendaraan, tidak wajib dipenuhi. Apabila calon debitur menyerahkan agunan tambahan, maka terhadap agunan tersebut tidak dilakukan pengikatan.

c. Apabila terdapat agunan kredit, maka atas agunan kredit tersebut tidak wajib diasuransikan kerugian.


(64)

6. Type, Struktur dan Syarat Kredit

Type, struktur dan syarat kredit disesuaikan dengan jenis kredit. 7. Kewenangan Memutus Kredit

Untuk putusan KUR Mikro tetap diputus oleh pejabat pemutus yang memiliki PDWK cukup tanpa dikaitkan/dipengaruhi oleh ratio KPK dan KBK BRI Unit yang bersangkutan.

8. Formulir

a. Formulir pendaftaran, laporan kunjungan nasabah, analisis, evaluasi KUR Mikro dan putusan agar menggunakan formulir (terlampir) sebagai berikut:

i. Bagi BRI Unit yang belum diimplementasikan Loan Approval System (LAS), menggunakan formulir data debitur dan formulir pelayanan KUR Mikro.

ii. Bagi BRI Unit yang telah diimplementasikan LAS, harus menggunakan formulir data debitur dan formulir LAS-01/KUR Mikro.

b. Apabila format formulir KUR Mikro yang ada tidak cukup untuk mencantumkan seluruh data/keterangan tentang debitur, maka data/keterangan tersebut dapat dicantumkan pada halaman sebaliknya/halaman tambahan dan di paraf oleh pemrakarsa dan pemutus.


(65)

c. Pengadaan formulir KUR Mikro diserahkan ke masing – masing Kanca BRI sesuai kebutuhan dengan berdasrkan pada rata – rata realisasi KUR Mikro di wilayah Kanca tersebut.

4.2 Upaya – Upaya dalam Meningkatkan dan Mengembangkan UMK

Tahap pembinaan bukan hanya merupakan bagian dari langkah pengamanan kredit yang bersiifat preventif tetapi juga, sejalan dengan tugas pengawasan kredit. Artinya dalam melakukan pengawasan kredit, bank berupaya mengadakan pendekatan dan bimbingan dalam rangka pembinaan nasabah. Nasabah khususnya pengusaha mikro kecil yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbatas perlu dibina agar usahanya maju dan berkembang, sehingga ia dapat memenuhi kewajibannya dengan baik.

Selain pembinaan yang dilakukan oleh pihak bank, maka dalam rangka meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah, masing – masing instansi mempunyai program untuk melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro kecil tersebut yaitu antara lain:

a. Pembinaan oleh Departemen Pertanian

Bidang pertanian dapat dijabarkan ke dalam program yang ditangani melalui empat Direktorat Jenderal yaitu tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan atau melalui Badan Bimas:

- Program Bimas dilakukan dengan sasaran agar pendapatan petani dapat meningkat dan guna menjamin kelestarian swasembada beras.

- Pengembangan ternak potong, meningkatkan produksi pangan daging dan pengembangan ternak ungags


(66)

- Peningkatan produk perkebunan

- Pengembangan perkebunan daerah transmigrasi

- Memanfaatkan sumber daya perikanan, meningkatkan taraf hidup nelayan

- Pembinaan perikanan daerah

- Pengembangan aneka ikan di pusat dan proyek lainnya b. Pembinaan oleh Departemen Perindustrian

- Membimbing industry mikro kecil dalam bidang kewiraswastaan - Membimbing/membina ke arah organisasi yang lebih baik

- Membimbing/membina industri mikro kecil tertib administrasi dan hubungan untuk mengelola dan memperoleh modal, teknologi dan manajemen kea arah proses produksi dan menciptakan pemasaran yang lebih mantap

c. Pembinaan oleh Departemen Perdagangan

- Menyempurnakan prasarana pemasaran baik fisik maupun kelembagaan - Meningkatkan kemampuan berusaha bagi lembaga – lembaga dan badan

pemasaran yang ada

- Memperluas pasaran untuk bahan produksi

- Meningkatkan pembinaan usaha pedagang ekonomi lemah

- Mengusahakan terwujudnya tertib usaha dan optimasi kapasitas berusaha d. Pembinaan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


(67)

melakukan kegiatan pembinaan yang tujuannya untuk mendorong dan pengembangan kemampuan pengusaha tumbuh secara berdikari.

e. Pembinaan oleh Badan Usaha Milik Negara - Peningkatan kemampuan manajerial

- Peningkatan kemampuan dalam keterampilan tehnik produksi

- Peningkatan kemampuan modal kerja antara lain bantuan pengadaan bahan baku dan modal usaha.

- Peningkatan kemampuan pemasaran atau bantuan pemasaran - Pemberian jaminan untuk mendapatkan kredit perbankan

4.3 Kendala yang Dihadapi dalam Penyaluran Kredit

Dewasa ini kredit masih memegang peranan penting dalam kegiatan usaha bank. Hampir semua bank umum mayoritas asetnya dalam bentuk kredit, demikian pula income utamanya bersumber dari proses kegiatan perkreditan. Akan tetapi kredit itu sendiri adalah merupakan hal rumit dan selalu mengandung resiko kerugian bank

Umumnya kendala dalam penyaluran kredit disebut dengan kredit bermasalah. Kredit bermasalah itu adalah suatu kondisi kredit dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali kredit. Yang menjadi kendala dalam penyaluran kredit di BRI Unit Sei Sikambing adalah tidak adanya kesadaran debitur dalam pengembalian kredit. Hal ini dikarenakan debitur menganggap bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI merupakan bantuan dari pemerintah dan adanya persepsi yang keliru di masyarakat bahwa KUR merupakan kredit yang dijamin sepenuhnya oleh pemerintah. Sehingga proses pengembalian


(68)

kembali kredit oleh sebagian debitur masih kurang lancar. Padahal sumber dana kredit sebenarnya bersumber dari dana pihak ke tiga yaitu dari simpanan nasabah dan bukan bantuan dari pemerintah.

4.4 Tahap –Tahap Pengajuan Permohonan Kredit

Ketika debitur akan mengajukan permohonan kredit maka ada beberapa tahap yang harus dilalui dari awal permohonan sampai pencairan dana KUR itu sendiri. Adapun tahap-tahap dalam mengajukan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) antara lain adalah :

1. Tahap pengajuan permohonan kredit

Calon debitur mengajukan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara tertulis kepada pihak bank. Calon debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) datang ke bank kemudian dibantu oleh Customer Service, calon debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah disediakan pihak bank, kemudian ditandatangani oleh pemohon. Calon debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) diperkenalkan sebagai kredit yang mudah didapat, maka syarat-syarat yang ditetapkan pun sangat sederhana. Syarat-syarat yang perlu disertakan adalah bukti identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), pas photo berwarna ukuran 3x4, fotokopi Kartu Keluarga (KK), dan Surat Keterangan Usaha masing-masing sebanyak 1 lembar dan diserahkan di dalam map.


(69)

Berdasarkan arahan Bank Indonesia sebagaimana termuat dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dianalisis secara tertulis dengan pinsip sebagai berikut :

a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit

b. Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total permohonan kredit. Ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit tidak boleh berdasarkan semata-mata atas pertimbangan permohonan untuk satu transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus didasarkan atas dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah diberikan dan atau akan diberikan secara bersama-sama oleh bank

c. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif yang sekurang-kurangnya meliputi:

1) Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet

2) Penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank

3) Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit.

d. Analisa kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang prinsip 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan pada


(70)

hasil usaha yang dilakukan pemohon serta menyediakan aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi bank atas resiko yang mungkin timbul,

e. Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak sebagai bank induk. Bagaimanapun arahan diatas, tetap terbuka peluang bagi bank-bank untuk mengatur kebijakan kreditnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bank itu sendiri. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dalam melakukan analisis kredit pun mempunyai kebijakan sendiri yang tentunya tetap berpedoman pada arahan Bank Indonesia. Laporan keuangan calon debitur merupakan salah satu data pokok mutlak dalam hal analisis.

Pada tahap pemeriksaan, setelah syarat-syarat dilengkapi, pihak bank dalam hal ini Mantri (account officer) akan melakukan checking atau pencocokan serta peninjauan langsung ke lapangan tentang layak atau tidaknya calon debitur kredit usaha rakyat diberikan pinjaman dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersebut antara lain :

a. Mencocokan fotokopi bukti diri identitas lain sesuai dengan aslinya.

b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha calon debitur kredit usaha rakyat. Misalnya: tentang modal, tentang pinjaman pada pihak lain,dll. Tujuannya adalah untuk menganalisis apakah calon debitur mampu mengembalikan pinjaman atau tidak.

c. Menanyakan tentang keuntungan dari usaha calon debitur Kredit Usaha Rakyat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membayar pinjaman.


(1)

Lampiran 3

RELIABILITY

/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR

/SUMMARY=TOTAL.

Reliability

[DataSet0] C:\Users\artis\Documents\hasil44.sav

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.934 .934 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Butir 1 4.0333 1.35146 30

Butir 2 4.0333 1.35146 30

Butir 3 3.9333 1.38796 30

Butir 4 3.9000 1.42272 30


(2)

Butir 8 4.0333 1.35146 30

Butir 9 4.0333 1.35146 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Butir 1 31.7333 79.857 .826 .980 .922

Butir 2 31.7333 80.064 .816 .988 .923

Butir 3 31.8333 79.178 .831 .983 .922

Butir 4 31.8667 78.189 .851 .975 .921

Butir 5 31.8667 78.878 .820 .836 .922

Butir 6 31.8667 80.051 .768 .888 .926

Butir 7 31.7667 85.702 .544 .638 .939

Butir 8 31.7333 81.720 .740 .811 .927

Butir 9 31.7333 85.030 .593 .880 .936

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

T-TEST PAIRS=O1 WITH O2 (PAIRED)

/CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

[DataSet0]

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Omset sebelum meminjam 19.3133 30 18.38796 3.35717

Omset setelah meminjam 26.6933 30 26.93531 4.91769

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Omset sebelum meminjam & Omset setelah meminjam

30 .966 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference


(4)

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

5

5

5

5

5

5

5

5

5

1

1

1

1

1

4

4

1

4

1

1

1

1

1

2

2

1

3

2

2

2

2

4

1

1

2

2

4

4

4

4

2

1

1

4

1

3

3

3

2

2

2

5

3

1

2

2

2

2

2

2

4

2

2

5

5

5

5

4

4

2

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

4

5

5

5

4

5

4

4

4

4

5

5

5

4

5

5

5

5

5

4

4

4

5

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

3

3

3

2

2

3

3

3

3

2

2

2

3

3

2

2

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

2

2

5

5

5

5

2

2

2

5

5

2

2

4

2

5

5

5

5

5

5

4

2

4

2

2

4

4

4

4

5

5

5

4

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

Pair 1 Omset sebelum

meminjam - Omset

setelah meminjam


(5)

4

4

5

5

5

5

5

4

4

5

5

4

4

4

4

2

5

5

5

5

2

2

2

2

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5


(6)