Simplisia Metode Ekstraksi Sinar Matahari dan Efeknya Terhadap Kulit

8 sehingga lebih mudah mendonorkan elektron dan atom hidrogen pada radikal bebas dibandingkan dengan zat yang dilindunginya avobenson dan oktil metoksisinamat sehingga menjadikan xanton sebagai antioksidan dan reduktor yang kuat Santos, dkk., 2012. Antioksidan banyak digunakan sebagai bahan kosmetik yang mencegah photoaging dan mempunyai efek fotoproteksi, dan mencegah atau mengurangi radikal bebas. Selain itu, xanton mempunyai kemampuan photoprotector karena memiliki gugus kromofor gugus aromatis terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV sehingga elektron tereksitasi dari posisi ground state ke excited state kemudian elektron kembali ke posisi ground state dengan melepaskan energi dalam bentuk panas yang lebih rendah Hogade, dkk., 2010; Schalka dan Vitor., 2011; Kale, dkk., 2011.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya Depkes RI, 1979.

2.3 Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian simplisia nabati atau hewani dengan cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung sehingga didapatkan hasil berupa ekstrak kering, kental atau cair. Terdapat beberapa macam 9 metode ekstraksi, diantaranya adalah maserasi, perkolasi dan lain-lain Depkes RI, 1979. 1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarutpenyari yang cocok dengan adanya pengadukan pada temperatur ruangan kamar dan terlindung dari cahaya matahari dan dilakukan selama 5 hari Depkes RI, 1979. 2. Perkolasi Perkolasi adalah penyarian yang dilakukan dengan merendam simplisia dengan cairan penyari dalam bejana tertutup selama 3 jam lalu simplisia tersebut dipindahkan ke perkolator dan dituangi dengan penyari serta diamkan selama 24 jam. Kemudian buka tutup perkolator dan atur tetesan perkolat dengan kecepatan 1 mlmenit, penyari ditambahkan terus menerus hingga perkolat menjadi bening atau tidak berwarna dan perkolat terakhir yang diuapkan tidak meninggalkan sisa Depkes RI, 1979.

2.4 Kulit

Kulit merupakan suatu lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan tersebut melalui pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV matahari, sebagai perasa dan peraba, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar Tranggono dan Latifah, 10 2007. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m 2 dengan berat kira-kira 15 berat badan Wasitaatmadja, 1997.\ Menurut Polo 1998, kulit terdiri dari beberapa lapisan diantaranya: - Epidermis - Dermis atau korium Lapisan epidermis dan dermis disebut kutis atau integumen - Hipodermis atau Subkutis Gambar 2.2 Struktur Anatomi Kulit Manusia Polo, 1998. 2.4.1 Epidermis Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar. Epidermis memiliki ketebalan berbeda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut Tranggono dan Latifah, 2007. 11 Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu: 1. Stratum corneum lapisan tanduk Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin protein yang tidak larut dalam air. Secara alami, sel-sel yang mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung yang lembab, tipis, dan bersifat asam disebut mantel asam kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Umumnya, pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5. Mantel asam kulit memiliki fungsi yang cukup penting bagi perlindungan kulit sehingga disebut “the first line barrier of the skin” perlindungan kulit yang pertama. Mantel asam kulit memiliki tiga fungsi pokok, yaitu: 1 Sebagai penyangga buffer untuk menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit. 2 Dengan sifat asamnya, dapat membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya bagi kulit. 3 Dengan sifat lembabnya, dapat mencegah kekeringan kulit Tranggono dan Latifah, 2007. 2. Stratum lucidum Lapisan ini terletak tepat di bawah stratum corneum. Lapisan ini mengandung eleidin, dan tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki Tranggono dan Latifah, 2007. 3. Stratum granulosum Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk poligonal, berbutir kasar. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Lapisan ini juga tampak jelas pada telapak tangan dan kaki Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997. 12 4. Stratum spinosum lapisan malphigi Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri, dan berbentuk oval. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan kulit semakin berbentuk gepeng. Setiap sel berisi filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Di antara sel sel stratum spinosum terdapat sel Langerhans yang mempunyai peran penting dalam sistem imun tubuh Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997. 5. Stratum germinativum lapisan basal atau membran basalis Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalamnya terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan melalui dendrit diberikan kepada sel-sel keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel keratinosit disebut unit melanin epidermal Tranggono dan Latifah, 2007.

2.4.2 Dermis

Lapisan ini lebih tebal daripada epidermis, terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Di dalam dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit. Dermis tersusun atas dua lapisan, yaitu lapisan papilari dan lapisan retikular. Lapisan yang dekat dengan epidermis adalah lapisan papilari yang terdiri atas jaringan kolagen, serat elastin, dan fibroblas. Lapisan dalam adalah lapisan retikular, mempunyai lebih sedikit jaringan fibroblas dan lebih banyak kolagen Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997.

2.4.3 Hipodermis

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti di pinggir. Lapisan sel lemak disebut 13 panikulus adiposus berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi Wasitaatmadja, 1997.

2.5 Sinar Matahari dan Efeknya Terhadap Kulit

Penyinaran matahari mempunyai 2 efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang Ditjen POM, 1985. Efek yang ditimbulkan oleh sinar matahari: 1. Efek yang bermanfaat Penyinaran matahari yang sedang, secara psikologi dan fisiologi menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, serta meningkatkan pembentukan hemoglobin. Sinar matahari dapat mengubah 7-dehidrokolesterol provitamin D3 yang terdapat pada epidermis dan diaktifkan menjadi vitamin D3. Sinar matahari juga merangsang pembentukan melanin sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung tubuh alami terhadap sengatan matahari selanjutnya Ditjen POM, 1985. 2. Efek yang merugikan Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Sinar matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih parah. Umumnya eritema tersebut terjadi 2-3 jam setelah sengatan surya, gejala tersebut akan berkembang dalam 10-24 jam. Sengatan surya akan merusak lapisan bertaju, mungkin karena proses denaturasi protein. Kerusakan sel tersebut menyebabkan terlepasnya mediator seperti histamin, sehingga terjadinya pelebaran pembuluh darah dan eritema, juga menyebabkan edema kulit dan merangsang sel 14 basal untuk berproliferasi. Lukar bakar ringan dapat sembuh dalam waktu 24-36 jam, luka bakar lebih parah dapat sembuh dalam 4-8 hari. Jika inflamasi berkurang maka terjadi pengelupasan kulit. Sengatan surya yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit dari dermatitis ringan hingga kanker kulit. Orang kulit putih lebih mudah terserang kanker kulit dibandingkan dengan orang kulit hitam Ditjen POM, 1985. Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian : 1. Ultraviolet A UVA yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 320 - 400 nm dengan efektivitas tetinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan, merusak elastin dan kolagen pada kulit sehingga menyebabkan photoaging Ditjen POM, 1985, Kale, dkk., 2011; Mishra, dkk., 2011; Wahlberg, dkk., 1999. 2. Ultraviolet B UVB yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 290 - 320 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6 nm, merupakan daerah eritemogenik. Sinar UVB merupakan penyebab sunburn, kerusakan DNA, dan dilaporkan mempunyai efek imunosupressan sehingga memberikan peluang tumbuhnya tumor Ditjen POM, 1985, Kale, dkk., 2011; Mishra, dkk., 2011; Wahlberg, dkk., 1999. 3. Ultraviolet C UVC yaitu sinar dengan panjang gelombang 200-290 nm, dapat merusak jaringan kulit dan dapat menyebabkan kanker kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer Ditjen POM, 1985; Mishra, dkk., 2011; Taufikkurohmah, 2005. 15

2.6 Tabir Surya

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson dan Oktil Metoksisinamat

2 25 87

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 15

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 2

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 4

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 38

Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson dan Oktil Metoksisinamat

0 0 16

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

1 1 47

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

0 0 14