12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota yang didiami oleh berbagai kelompok baik suku, agama, dan ras. Sehingga kota ini
dikenal sebagai kota yang tatanan masyarakatnya heterogen ataupun masyarakat majemuk. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat majemuk menurut
Furnivall Nasikun: 2000 adalah sebagi berikut: “Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain
di dalam suatu kesatuan politik” Nasikun, 2000.
Elemen tersebut berupa kelompok-kelompok yang berbeda dengan
menghargai pluralisme sebagai keragaman budaya untuk tetap dilestarikan yang ditandai oleh adanya suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara hidup
atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsa, sehingga mencerminkan adanya perbedaan etnis lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup
dalam satu wadah masyarakat Indonesia. Kemajemukan dalam masyarakat ini dapat dipahami sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antar kelompok-
kelompok yang berbeda baik secara suku, agama, ras dan bahasa. Kemajemukan ini terjadi karena perkembangan migrasi penduduk yang cukup pesat masuk ke
kota Medan. Sebagai ibukota Provinsi Kota Medan menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi utama yang berfungsi sebagai tempat perdagangan, pusat administrasi pemerintah, pusat pendidikan, pusat kebudayaan, pusat industri, pusat akomodasi
Universitas Sumatera Utara
13
pariwisata dan memiliki pembangunan yang cukup pesat. Pesatnya pertumbuhan industri mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah
penduduk. Hal ini disebabkan adanya urbanisasi yaitu berpindahnya penduduk dari desa ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan ataupun untuk mencari
penghidupan yang lebih baik dari daerah asalnya. Persentase perbandingan penduduk Kota Medan berdasarkan etnis pada
tahun 2000 Sirait, 2012 terdiri atas:
Etnis Persentase
Jawa 33,03
Batak 20,93
Tionghoa 10,65
Mandailing 9,36
Minangkabau 8,6
Melayu 6,59
Karo 4,10
Aceh 2,78
Lain-lain 3,95
Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiKota Medan tahun 2012 Komposisi masyarakat yang heterogen ini akan terbagi-bagi atas beberapa
lokasi sehingga membentuk sebuah zona ataupun wilayah pemukiman penduduk cenderung berkelompok menurut etnisnya masing-masing. Karena sebagian besar
para perantau yang datang menggunakan jalur keluarga ataupun kenalan sekampung sehingga lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan
berkembangnya etnis tersebut. Etnis Minangkabau misalnya banyak bermukim di daerah Sukaramai dan Kota Maksum, Etnis Tionghoa di daerah Kessawan, Etnis
Universitas Sumatera Utara
14
Karo banyak bermukim di daerah Padang Bulan, Etnis Batak banyak memilih bermukim di daerah Pasar Merah, Etnis Melayu di Istana Maimun, Tamil di
Kampung Keling dan Etnis Mandailing banyak bermukim di Kecamatan Medan Maimun, Medan Denai, Medan Barat dan Medan Tembung. Dari berbagai etnis
yang terdapat di Kota Medan peneliti menjadikan Etnis Mandailing sebagai subjek penelitian. Karena keberadaan Etnis ini ada pada urutan ke empat dari
semua etnis yang ada di Kota Medan, hal ini menunjukkan bahwa etnis ini bukanlah etnis yang mayoritas. Akan tetapi etnis ini sudah dikenal identitasnya
dan etnis ini juga telah menonjol terutama di bagian Pemerintahan Kota Medan. Dengan demikian terlihat etnis ini telah mampu menguasai beberapa zona sebagai
wilayah permukiman yang tersebar di Kota Medan. Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.
Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan dari yang terdapat di Kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri dari 7 kelurahan yaitu
Kelurahan Indara Kasih, Kelurahan Sidorejo Hilir, Sidorejo, Bantan Timur, Bandar Selamat, Bantan, dan Tembung. Dari beberapa kelurahan di Kecamatan
Medan Tembung, peneliti memilih Kelurahan Bandar Selamat menjadi fokus dalam penelitian ini karena kelurahan ini mayoritas penduduknya adalah
masyarakat Mandailing 89,39 dari semua jumlah penduduk yang tinggal di kelurahan tersebut dan tindakan mereka masih didasarkan pada aturan adat
maupun kebiasaan dari kampung halaman mereka. Etnis Mandailing adalah orang yang berasal dari wilayah Mandailing secara turun temurun di manapun ia
bertempat tinggal.
Universitas Sumatera Utara
15
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kelurahan Bandar Selamat karena karakteristik masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di daerah ini
masih memegang aturan, nilai-nilai dan kebiasaan, pola perilaku Mandailing yang sama dengan asal daerah mereka. Hal ini disebabkan masyarakat Mandailing
adalah masyarakat yang mendominasi daerah tersebut. Selain itu, wilayah ini merupakan daerah alternatif dan strategis untuk tempat tinggal karena kelurahan
Bandar Selamat sebagai pusat transportasi yang berasal dari daerah Mandailing ataupun sekitarnya, kondisi ini ditandai dengan dibukanya sarana transportasi
yang praktis karena berlokasi dekat dengan jalan tol. Sehingga masyarakat ataupun individu yang datang ke Kota Medan dengan tujuan untuk menetap,
mereka lebih memilih lokasi yang dekat dengan pusat transportasi ke kampung halaman mereka.
Masyarakat Mandailing mempunyai sifat diantaranya suka merantau, religius, kritis, mudah menyesuaikan diri, dan mempunyai rasa malu yang besar.
Adanya sifat orang Mandailing yang suka merantau, menyebabkan mereka tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai profesi. Daerah perantauan orang
Mandailing yang pertama adalah Sumatera Barat, kemudian Tanah Deli yaitu Kota Medan. Jadi Etnis Mandailing adalah salah satu etnis pendatang yang
tersebar di Kota Medan. Awalnya perantau Mandailing bekerja sebagai pegawai perkebunan dan pemerintahan kesultanan Deli, mereka tampil sebagai guru, guru
agama dan pedagang Nasution, 2005. Pekerjaan ini mempengaruhi pilihan tempat pemukiman sehingga terdapat beberapa wilayah pemukiman Etnis
Mandailing yaitu Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Barat, Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung.
Universitas Sumatera Utara
16
Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan yang termasuk tatanan masyarakatnya heterogen khususnya di Kelurahan Bandar Selamat,
karena selain Etnis Mandailing 19.353 orang 89,39 terdapat juga etnis yang lain tinggal di wilayah ini seperti Etnis Jawa 794 orang 3,66, Melayu 521
orang 2,36, Nias 254 orang 1,17, Banjar 90 orang 0,41, Aceh 77 orang 0,35, Sunda 65 orang 0,30, dan China 36 orang 0,16 sumber:
Data Kependudukan Kelurahan Bandar Selamat : 2014. Kompleksitas penduduk yang tinggal di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya interaksi-interaksi
sosial antar individu-individu dengan latar belakang yang berbeda. Sehingga memungkinkan terjadinya perubahan ataupun adanya pergeseran pada identitas
etnis individu yang merantau. Baik dari segi adat istiadat ataupun tindakan dan kebiasaan dari kampung halaman. Suatu etnis pendatang biasanya berinteraksi
dengan etnis lain asal di suatu tempat, secara alami akan menempatkan pendatang dalam posisi yang relatif lemah dilihat dari sisi status yang dimiliki etnis yaitu
sebagai pendatang dan kemungkinan identitas etnis akan mengalami perubahan karena telah tinggal pada lingkungan sosial yang mempunyai asal daerah yang
berbeda. Meski sesungguhnya etnis tersebut memiliki status yang relatif seimbang dengan etnis lain pada saat mereka bersama-sama berstatus sebagai pendatang
dalam lingkungan sosial baru. Sama halnya dengan masyarakat Mandailing yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat mereka sebagai pendatang akan terlihat
lemah dibandingkan dengan penduduk asli yang tinggal di wilayah tersebut. Akan tetapi mereka berusaha untuk mempertahankan identitas etnis mereka dengan
membentuk suatu organisasi ataupun asosiasi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
17
Keberadaan suatu masyarakat di suatu daerah biasanya diakui dan semakin dikenal karena adanya organisasi sosial masyarakat, terutama masyarakat yang
sifatnya merantau. Karena setiap orang yang pergi ke suatu daerah tertentu ataupun merantau secara sadar atau tidak sadar ia akan mencari teman sedaerah
atau seetniknya. Kenyataan demikian karena hubungan dengan teman sedaerah atau seetnik akan memunculkan rasa aman pada dirinya Subagijo, 2000.
Berdasarkan hal tersebut akan memungkinkan munculnya sebuah asosiasi atau organisasi berdasarkan kelompok etnis. Misalnya dibentuknya sebuah organisasi
di daerah perantauan seperti organisasi Aceh Sepakat dari Etnis Aceh dan Ikatan Keluarga Minang Saiyo dari etnis Minang. Begitu pula dengan masyarakat
mandailing yang ada di Kota Medan khususnya Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, keberadaan Masyarakat Mandailing ini tidak
terlepas karena adanya organisasi sosial yang dibentuk oleh masyarakat tersebut. Hasil Penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan menunjukkan bahwa munculnya Ikatan Keluarga Minang Saiyo sebagai asosiasi perantau
Minangkabau yang berbasis kedaerahan untuk mempertahankan identitas etnis di wilayah perantauan. Seperti membuka rumah makan ataupun menjadi pedagang
merupakan salah satu identitas Minangkabau yang sangat terkenal Subagijo, 2000. Selain organisasi dari Minangkabau terdapat juga organisasi Aceh Sepakat
di Kota Medan, terbentuknya organisasi ini sebagai organisasi yang bersifat etnis dikhususkan bagi masyarakat Aceh yang merantau ke Kota Medan. Organisasi ini
bertujuan untuk mengekspresikan identitas kesukuannya di tengah-tengah masyrakat yang majemuk. Dalam hal ini organisasi ini sebagai bentuk penguatan
Universitas Sumatera Utara
18
kelompok untuk mempertahankan identitas etnis baik kebudayaan dan adat istiadat dari kampung halamannya Armanda, 2007.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik ingin meneliti dan menganalisis tentang strategi penguatan kelompok sebagai ekspresi identitas etnis
melalui asosiasi etnis dalam mempertahankan identitas etnis khususnya masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung. Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian pada masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar
Selamat dan organisasi HIKMA Himpunan Keluarga Besar Mandailing dalam aspek sosial budaya dan politik. Pengurus Daerah HIKMA Himpunan Keluarga
Besar Mandailing tingkat Provinsi Sumatera Utara sekretariat Jalan Letda Soejono No. 55 Medan. HIKMA menjadi sebuah wadah dalam pelestarian nilai
sosial budaya masyarakat Mandailing.
Universitas Sumatera Utara
19
1.2 Perumusan Masalah