11
BAB II MITOS , PERILAKU SOSIAL, DAN IMAJINASI
2.1 MITOS
2.1.1 Mitos Menurut Mircea Eliade
Mircea Eliade mengemukakan bahwa mitos hasil dari manusia arkhias dalam melukiskan lintasan supranatural ke dalam dunia mitos, yang dalam hal ini telah
menguak sebuah tabir misteri dengan mewahyukan peristiwa-peristiwa promodial yang sampai sekarang ini masih diceritakan kembali. Mitos membicarakan tentang manusia
tradisonal dalam melihat sejarahnya baik itu tentang asal usul maupun tentang alam sebagai tempat kediaman manusia. Mitos juga mengungkapkan masalah-masalah religi
atau masyarakat menyangkut kepercayaan terhadap dewa-dewa sebagai suatu kekuatan supranatural yang dipercaya dan alam yang membentuk manusia tradisional. Mitos
menjadi penting karena membuat manusia berpikir tentang asal-usul mereka pada zaman awal. Bagi masyarakat tradisional mitos berarti suatu cerita yang benar dan
cerita ini milik mereka yang paling berharga, karena merupakan sesuatu yang suci, bermakna menjadi contoh model bagi tindakan manusia, memberikan makna dan nilai
pada kehidupan ini. Dalam masyarakat kuno, mitos dan ritus menghadirkan kembali hal-hal yang sangat mereka percayai dalam sejarah suci dalam waktu yang profan.
Mitos membuka bagi mereka suatu sejarah suci serta diwujudkan secara nyata melalui tindakan simbolis dan tingkah laku ritual. Manusia religius ingin masuk ke dalam
sejarah suci atau lebih tepat ingin menghidupkan lagi waktu awal ketika hal-hal adikodrati, dewa-dewa, leluhur yang didewakan menciptakan alam semesta dan
menetapkan aturan-aturan manusia.
1
1
Mircea Eliade, „Myth”, sebuah artikel dalam Encylopedia Britanica, xv, 1969, hlm, 1134-5
12
Mircea Eliade mengkla im mitos sebagai “
kebenaran yang mu
tlak” dan “
sejarah yang benar
” yang disediakan sebagai suatu bentuk perilaku manusia. Dalam bukunya
myths, Dreams and mysteries,
ia mengatakan bahwa mitos adalah pikiran atau gagasan untuk mengekspresikan kebenaran absolut, sebab mitos menceritakan suatu sejarah suci
atau kudus, yakni suatu penyataan
transhuman
yang mengambil tempat pada permulaan zaman awal pada saat suci atau kudus dari permulaan dunia.
2
Menurut Eliade mitos bukan hanya sekedar sebuah imajinasi atau pertanda- pertanda, melainkan imajinasi-imajinasi yang dimuat kedalam bentuk cerita yang
mengisahkan dewa-dewa, leluhur, para kasatria dunia atau dunia supranatural lainnya. Simbol dan mitos mewujudkan diri dalam imajinasi-imajinasi, yang biasa muncul dari
ide-ide kontradiksi. Kemudian mengikat seluruh aspek pribadi, emosi, keinginan dan aspek-aspek bawah sadar lain manusia. Sebagaimana dalam suatu pribadi, hasrat-hasrat
kontradiktif dapat berkumpul dan juga seperti impian dan fantasi-fantasi yang tidak logis yang bisa terjadi, maka dalam pengalaman religius hal-hal yang berlawanan itu
yang sakral dan profan juga bisa bertemu. Dalam suatu pengambaran intuisi, imajinasi religius melihat yang biasa-biasa saja dan profan sebagai hal yang lebih dari sekedar itu
dan dapat berubah menjadi yang sakral. Yang natural menjadi yang supranatural. Eliade mendapati bahan utama simbol dan mitos-mitos tersebut adalah alam fisik. Dalam
pemikirah arkhias, dunia fisik merupakan bahan paling jelas yang jadi imajinasi, bukti, pertanda dan analogi-antalogi. Apa yang ada di dunia ini adalah bagian dari suatu
Framework
besar yaitu dewa-dewalah yang menciptakan dunia dan belahan dunia manapun, yang sakral dan yang selalu menunggu saat untuk muncul. Dalam segala
keindahan dan keganasan alam. Dengan kompleksitas yang ada di dalamnya, misteri,
2
Mircea Eliade, „Myth”, sebuah artikel dalam Encylopedia Britanica, xv, 1969, hlm, 1134-7
13
keanekaragaman alam, dunia natural selalu membuka diri untuk menerima aspek supranatural yang disebut Eliade sebagai modalitas yang sakral. Maka tidak
mengherankan jika kebudayaan-kebudayaan kuno sangat kaya dengan figur dan simbol-simbol imajinatif. Dunia mereka sangat hidup dengan adanya cerita dan
legenda-legenda, misalnya kisah-kisah tragis, kepahlawanan, roh jahat dan kehidupan para dewa. Bila simbol-simbol ini dikemas ke dalam bentuk naratif, maka semua itu
bisa dianggap sebagai sebuah mitos. Mitos-mitos menceritakan tentang yang sakral, bagaimana kehidupan Ilahiah yang bersifat supranatural itu bisa menjadi sangat dekat
dengan kehidupan alamiah manusia.
3
Dalam masyarakat kuno, mitos dan ritus menghadirkan kembali hal-hal yang sangat mereka percayai dalam sejarah suci dalam waktu yang profan. Mitos membuka
bagi mereka suatu sejarah suci serta diwujudkan secara nyata melalui tindakan simbolis dan tingkah laku ritual. Manusia religius ingin masuk ke dalam sejarah suci atau lebih
tepat ingin menghidupkan lagi waktu awal ketika hal-hal adikodrati, dewa-dewa, leluhur yang didewakan menciptakan alam semesta dan menetapkan aturan-aturan
manusia.
4
Penciptaan dalam mitos melingkupi semua tatanan kehidupan di dunia termasuk alam hunian manusia. Eksistensi manusia dalam interaksi dengan alam juga
digambarkan sebagai hubungan timbal balik, yang saling mempengaruhi. Mitos juga merupakan jembatan penghubung antara masyarakat tradisonal dengan masyarakat
modern. Karena dalam kehidupan setiap masyarakat modern juga ingin mengetahui sejarah asal usul mereka. Dalam masyarakat kuno, mitos dan ritus menghadirkan
kembali hal-hal yang sangat mereka percayai dalam sejarah suci dalam waktu yang profan. Mitos membuka bagi mereka suatu sejarah suci serta diwujudkan secara nyata
3
Daniel Pals, Seven Theories of Religion, Jogjakarta: 2011,.....,244
4
Mircea Eliade, Myth and Reality London;George Allen and Unwin Ltd, 1964.
14
melalui tindakan simbolis dan tingkah laku ritual. Manusia religius ingin masuk ke dalam sejarah suci atau lebih tepat ingin menghidupkan lagi waktu awal ketika hal-hal
adikodrati, dewa-dewa, leluhur yang didewakan menciptakan alam semesta dan menetapkan aturan-aturan manusia.
5
Mitos menceritakan sebuah sejarah yang sakral yaitu primordial bentuk atau tingkatan paling awal, berlangsung pada awal waktu. Untuk berhubungan dengan
sejarah sakral ini setara dengan mengungkapkan misteri sebab orang-orang yang berperan dalam mitos bukanlah manusia biasa tetapi mereka adalah dewa atau
pahlawan dan karena itu perilaku mereka adalah sesuatu yang penuh misteri. Manusia padagenerasi berikutnya tidak bisa mengetahui tindakan mereka jika tidak
diwahyukan. Oleh karena itu mitos adalah sejarah atas apa yang terjadi pada waktu awalselanjutnya menurut Eliade, mitos menguak tabir suatu misteri, mewahyukan
peristiwa primordial yang harus selalu diceritakan dan diulang kembali pada waktu sekarang. Mitos merupakan model paradigmatis tentang apa yang terjadi, dan
memberikan contoh-contoh model untuk dijadikan referensi tindakan sikap manusia sekarang. Mitos juga bercerita tentang apa yang dilakukan oleh para dewa tentang apa
yang menjadi kegiatan kreatif. Mitos dapat membentuk suatu pengetahuan yang mengandung kekuatan religius magis. Bila seseorang mengetahui asal usul objek
misalnya seekor binatang atau tumbuhan tertentu, berarti ia memperoleh kekuatan magis terhadap objek-objek tersebut sehingga dapat menguasai, memperbanyak dan
memproduksinya menurut yang ia kehendaki. Pengetahuan ini bukanlah pengetahuan eksternal dan abstrak tetapi pengetahuan yang dialami secara ritual dengan
5 5
Mircea Eliade, „Myth”, sebuah artikel dalam Encylopedia Britanica, xv, 1969, hlm, 1134
15
menceritakan mitos secara serimonial ataupun dengan melakukan ritus sebagai pembenaran.
6
Mitos dipahami sebagai kekuatan penyelamatan tertentu dan memiliki hubungan dengan kosmologi karena menceritakan bagaimana segala sesuatu terjadi, di samping
menerangkan mengapa hal yang dilakukan saat ini merupakan hal yang tepat untuk dilakukan. Masyarakat primitif tidak mereka-reka mitos melainkan menghayatinya.
Karena itu mitos berkaitan erat dengan kegiatan penciptaan oleh makluk-makluk ilahi dan menyingkapkan kesucian mereka. Mitos sungguh dikenal sebagai sejarah yang suci
karena selalu mengacu kepada sebuah kenyataan. Mitos memiliki fungsi eksistensial bagi manusia dan berhubungan dengan realitas sosial serta alam semesta. Artinya mitos
dianggap sebagai kearifan lokal masyarakat tertentu dalam mempertahankan sesuatu yang bermanfaat sehingga dapat diwariskan kepada masyarakat lainnya.
7
Oleh masyarakat Mollo, sesuatu yang sakral dan suci kemudian dapat dipertahankan dengan penciptaan mitos-mitos yang berhubungan dengan yang
disakralkan sehingga mengandung nilai-nilai dalam masyarakat dan kemudian diwariskan secara turun temurun. Kesakralan Gunung Mutis adalah hasil ciptaan
masyarakat Mollo yang didukung dengan mitos-mitos yang terkait dengannya. Nilai- nilai pengsakralan itu kemudian diwariskan kepada masyarakat sebagai identitas
masyarakat Mollo. Mitos Mutis Gunung suci dianggap sebagai kearifan masyarakat dalammempertahankan hal-hal yang berhubungan dengan identitas mereka.
6
Mircea Eliade, Myth and Reality London:George Allen and Unwin Ltd, 1964. 14-16 dalam Agusthina, C. Kakiay, “Rapie Hainuwele kajian sosio historis terhadap mitos penyebaran penduduk pulau
Seram di Maluku Tengah” Tesis, Universitas Kristen Satya Wacana, 2004, 14
7
Olif Kause, Naitapan Batu Keramat Studi Tentang Pengkeramatan Batu Naetapan dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa Tunua, Kabupaten Timor Tengah Selatan Tesis, salatiga; Program Pa sca-Sarjana
Magister sosiologi Agama, 2013. Hal 45
16
2.1.2 Sakral Menurut Mircea Eliade