Ekonomi Ngawi Dalam Angka 2007 1

xxvii

VII. Ekonomi

Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB Kabupaten Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi. Pembangunan ekonomi Kabupaten Ngawi sejak tahun 2000 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan PDRB dari tahun 2000 hingga 2005 tidak hanya diakibatkan oleh kenaikan harga saja tetapi juga dikarenakan adanya peningkatan produksi, sebab penghitungan PDRB atas dasar harga konstan telah menghilangkan pengaruh harga. Dengan kata lain secara umum produktivitas berbagai sektor usaha terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 telah dilakukan perubahan tahun dasar dari 1993 ke 2000. Pergeseran tahun dasar diperlukan bila dipandang telah terjadi perubahan ekonomi yang sangat nyata. Alasan lain perubahan tahun dasar tersebut antara lain: - tahun dasar 1993 dianggap sudah terlalu tua, sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi yang terjadi. - Tahun 2000 merupakan awal berlangsungnya proses pemulihan ekonomi secara nasional. - Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2000 dianggap relatif stabil. Struktur perekonomian suatu daerah dapat ditunjukkan melalui peranan atau kontribusi sektor ekonomi yang terbentuk. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peranan xxviii masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuannya menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari sektor- sektor yang dominan. Sampai dengan tahun 2005 perekonomian Kabupaten Ngawi masih didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor ini terhadap total PDRB sampai dengan 2005 sekitar 37 persen. Tidaklah aneh bila sektor ini menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten Ngawi, menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas 2004 sektor ini menyerap 64 dari total penduduk yang bekerja. Namun demikian sumbangan sektor ini dari tahun ke tahun terus menunjukkan penurunan walaupun sebenarnya secara produksi mengalami pertumbuhan. Sektor lainnya yang memberi sumbangan cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Ngawi adalah sektor perdagangan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sumbangan sektor ini selalu di atas 25 dari total PDRB. Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Angka pertumbuhan menunjukkan kenaikan produksi barangjasa terhadap tahun sebelumnya, dengan tidak dipengaruhi variabel harga. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka apabila sektor tersebut mempunyai pertumbuhan tinggi secara langsung akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi secara total. Secara perlahan pertum- buhan ekonomi Kabupaten Ngawi merangkat naik dari tahun 2001 hingga tahun 2003. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian xxix yang masih rendah, sehingga walaupun sektor lainnya mempunyai pertumbuhan yang tinggi belum mampu mengatrol pertumbuhan secara keseluruhan. Pertumbuhan yang tinggi di sektor pertanian baru terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 4,24 persen, sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap pertum- buhan ekonomi Kabupaten Ngawi yang terdongkrak hingga level 4,29 persen. Namun kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM yang berakibat pada kenaikan harga BBM dan disusul kenaikan hampir semua barang dan jasa turut membawa dampak negatif terhadap perekonomian Kabupaten Ngawi. Beberapa sektor seperti pertanian, industri dan perdagangan nampaknya terimbas atas kenaikan harga barang dan jasa tersebut, hal ini ditandai dengan menurunnya angka pertumbuhan ketiga sektor dibandingkan tahun sebelumnya. Pertanian yang pada tahun 2004 sudah mencapai level 4 persen, pada tahun 2005 pertumbuhannya turun ke level 2 persen. Turunnya laju pertumbuhan kedua sektor dominan yaitu pertanian dan perdagangan tersebut berimbas pada turunnya laju pertumbuhan secara total pada tahun 2005 hingga menjadi 3,80 persen. Secara umum semua sektor ekonomi pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan yang poisitip, artinya semua sektor mengalami peningkatan produksi. Laju pertumbuhan sektor penggalian yang tahun 2004 sempat negatif, pada tahun 2005 laju pertumbuhannya mencapai 3,37 persen. Tingkat perkembangan harga atau yang lebih dikenal dengan istilah inflasideflasi menunjukkan persentase perubahan harga barangjasa terhadap tahun sebelumnya dengan mengabaikan perubahan produksinya. Angka inflasi salah satunya berguna untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi di pasar atau dalam kegiatan ekonomi. Dengan demikian pemerintah pusat maupun daerah dapat mengambil kebijakan- kebijakan dalam pengendalian tingkat inflasi bila angka tersebut xxx melampaui dari level yang ditargetkan. Angka tingkat perkem- bangan harga dari PDRB dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Indeks harga implisit diperoleh dengan membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan yang menunjukkan tingkat perkembangan harga terhadap tahun dasar. Untuk melihat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya dapat diperoleh dengan cara membuat indeks berantai dari indeks implisit tersebut. Dalam kurun 4 tahun terakhir 2001-2004 tingkat inflasi selalu menunjukkan tren yang menurun. Dari 11,31 persen pada tahun 2001 tingkat perkembangan harga berangsur- angsur turun sampai pada level 7,37 persen pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan sinyal positif bahwa harga barang dan jasa tidak mengalami lonjakan harga yang berarti, sehingga tidak akan mengurangi tingkat daya beli masyarakat. Namun pada tahun 2005 tingkat inflasi kembali meningkat hingga pada level 8,42 persen. Salah satu penyebabnya adalah adanya kenaikan beberapa barang dan jasa akibat dari kenaikan harga BBM. Imbas tertinggi terhadap kebijakan tersebut adalah sektor listrik, gas dan air yang melonjak hingga 20,39 persen. Sektor angkutan dan komunikasi juga terlihat mengalami inflasi yang tinggi yaitu 11,5 persen lihat Tabel 4. Wajar saja bila kedua sektor tersebut mengalami inflasi yang tinggi karena salah satu bahan baku utama kedua sektor tersebut adalah bahan bakar minyak, sehingga bila harga BBM dinaikkan, mau tidak mau usaha disektor tersebut juga menaikkan harga produksinya. Sektor jasa juga mengalami inflasi cukup tinggi yaitu 10,91 persen. Pendapatan per kapita merupakan indikator yang sangat dikenal terutama oleh beberapa kalangan dan sering dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pendapatan perkapita xxxi menunjukkan besarnya pendapatan yang diterima oleh penduduk dalam kurun waktu 1 tahun. Salah satu ukuran yang digunakan untuk pendekatan pendapatan perkapita adalah PDRB per kapita. Menurut perhitungan atas dasar harga berlaku, pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Ngawi Tahun 2000 sebesar Rp. 2.374.196,49 dan terus naik dengan persentase berfluktuasi pada kisaran 12 persen hingga tahun 2005 mencapai Rp 4.209.611,28. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan selalu naik dari tahun ke tahun namun kisarannya tidak lebih dari 4 persen. Bila dibandingkan tahun 2000, pendapatan per kapita tahun 2005 tersebut naik 75 persen lebih. Namun kenaikan yang besar tersebut semu karena angka tersebut masih mengandung faktor kenaikan harga yang terjadi dalam kurun waktu tersebut. Hal ini nampak dari PDRB per kapita atas harga konstan, dimana pada tahun 2005 baru mencapai Rp 2.714.182,10 atau hanya meningkat sekitar 14 persen selama kurun waktu tersebut. xxxii

I. Geographic