turun ke lapangan agar memahami bidang dan wilayah kerjanya. Agung Sedayu memaparkan pengetahuan teori jurnalistik di Majalah Tempo.
“Sebenarnya kita menganut prinsip penulisan berita yang pada umumnya 5 W + 1 H. Kalau lebih ke teknis penulisan akan berbeda antara berita online,
berita koran, dan berita majalah. Kalau berita online dan koran itu hampir- hampir mirip di sana hal penting di taruh di atas, beritanya udah straight
news seperti itu, koran pun juga demikian, yang penting-penting apanya, siapanya, di mananya, kapannya, ditaruh di atas, baru yang agak panjang di
bawahnya. Kalau koran dan online ada aturan baku yang tidak jauh beda dengan media yang lain. Kalau untuk majalah lebih spesifik lagi, kalau
majalah itu kita kan tulisannya indepth news dan gaya penulisan kita kan feature, yang itu pakai gaya bertutur itu. Makanya kadang tidak seluruh
wartawan memiliki skill itu. Hal itu pula mungkin yang menjadi pertimbangan minimal yang di majalah itu orang-orang yang sudah selevel
staf redaksi, atau sudah magang satu M 1, sudah di atasnya reporter.”
Hal yang sama juga dipertegas Arif Zulkifli, Redaktur Eksekutif Majalah Tempo. Di Tempo, terdapat kriteria penulisan baku untuk Majalah Tempo.
Menurut Arif, ada 13 kriteria berita seperti yang dikatakan Goenawan Muhamad. Semua kriteria tersebut berlaku untuk semua outline. “Cuma tekanan kita
Majalah Tempo kan kalau majalah pada kedalaman, koran pada kecepatan atau kehangatan. Itu aja bedanya,” katanya. Lebih lanjut tentang alur pembuatan
beritanya, Arif mengatakan, ”alur pembuatan berita ya biasa lah, tidak istimewa kok, perencanaan disetujui tadi seperti kamu lihat dalam rapat, ditulis, diedit,
kemudian dimuat.”
3.1.1.2.3. Keterampilan Riset dan Reportase
Penguasaan keterampilan riset dan reportase adalah mutlak bagi seorang wartawan. Mustahil mampu menjalankan tugas sebagai wartawan jika tidak
menguasai teknis jurnalistik, seperti teknik menulis, atau teknik wawancara. Selain itu, wartawan juga harus menguasai perangkat keras yang dibutuhkan
untuk membantu ketika bekerja. Sama halnya dengan kemampuan riset untuk mempersiapkan dan memperkaya laporan jurnalistik dan merumuskan topik
laporan. Dengan demikian, wartawan mengetahui dan mampu menggunakan sumber-sumber referensi dan data yang tersedia yang penting bagi publik.
Agung Sedayu, yang menjadi informan penelitian ini menceritakan pengalamannya selama menjadi wartawan di Majalah Tempo lebih komprehensif.
“Kalau di liputan konflik, misalkan aja konflik antarkelompok, konflik antarpreman itu sering. Karena terutama ketika aku masih jadi reporter aku
kan sudah cukup lama di liputan kriminal. Ya memang di satu sisi memang kita dituntut untuk memperoleh data dan bahan sedalam mungkin. Misalkan
ada tawuran ya kita harus mendatangi tawuran itu ya, di sana kita bisa mengukur juga kan seberapa dekatkah kita semestinya harus mendekati itu,
kembali kepada kita pada sebenarnya. Satu sisi profesi kita menuntut untuk sedalam mungkin, di sisi yang lain semestinya harus tahu batas-batas untuk
terlibat didalamnya.” Salah satu persoalan penting bagi wartawan adalah independensi wartawan,
terutama soal kompetensi yang dimiliki demi memelihara kepercayaan publik terhadap media massa. Informan dalam penelitian ini menganggap kesadaran
profesi dan etika, pengetahuan teori jurnalistik, dan keterampilan riset dan reportase harus dikuasai yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjadi
prioritas utama dalam profesinya. Hal ini tercermin dari wawancara terhadap informan yang bersangkutan. Dalam hal profesi dan etika, sangat mempengaruhi
media cukup besar terhadap publik. Begitu pula dengan pengetahun teori jurnalistik, keterampilan riset dan reportase sangat dibutuhkan dalam menjalankan
tugasnya sebagai wartawan yang memandu mereka sebelum bekerja turun ke lapangan agar memahami bidang dan wilayah kerjanya.
3.1.2. Kesejahteraan dalam Perburuhan
Dalam kesehariannya, lewat tulisannya para wartawan kerap berteriak begitu lantang mempersoalkan ketidakadilan kemiskinan di masyarakat, kebobrokan di
tubuh pemerintahan, dan sebagainya. Tapi, saat berhadapan dengan berbagai ketidakadilan di tempat kerja, banyak wartawan yang takut bersuara. Fakta
terselubung ini memang menyedihkan, meskipun memiliki nilai berita, ia tidak pernah muncul sebagai sebuah berita di media massa. Padahal, UU Nomor 13
tahun 2003 menyatakan, setiap buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Salah satu hak ekonomi dari
wartawan adalah mendapatkan upah atau honorarium yang layak, selain “manfaat