Tinjauan tentang Estetika dan Estetika Rasisme

B. Tinjauan tentang Estetika dan Estetika Rasisme

Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni art dan keindahan beauty. Istilah estetika berasal dari kata Yunani aisthesis, yang berarti pencerapan, persepsi, pengalaman perasaan, pemandangan Dick Hartoko, 1986:15. Bisa juga berarti pencapaian inderawi, pemahaman intelektual, atau bisa juga berarti pengalaman spiritual Jan Hendrik Rapar, 1996:67. Secara historis, estetika merupakan bagian filsafat, yakni filsafat seni keindahan, diturunkan dari pengertian persepsi indra atau sense perception I Nyoman Kutha Ratna, 2007:2. Alexander Gottlieb Baumgarten, seorang filsuf Jerman lewat karyanya Meditationes Philosophicae de Nonullis ad Peoma Pertientibus 1735, adalah orang pertama yang mulai membedakan antara pengetahuan inderawi dengan pengetahuan intelektual, mempersempit pengertian persepsi indra dengan persepsi artistik, sekaligus membedakan antara pengalaman artistik dengan pengalaman indra yang lain. Persepsi artistik inilah yang disebut sebagai keindahan artistik, baik alamiah maupun semata-mata artistik Jan Hendrik Rapar, 1996:67. Kemudian semenjak Emanuel Kant, pengetahuan tentang keindahan atau pengalaman estetik ini, tidak lagi ditempatkan di bawah payung filsafat ilmu Logika dan filsafat moral Etika, namun dengan menggunakan istilah Estetika Dick Hartoko, 1986:15. Adapun yang dimaksud dengan ‘estetika rasisme’ dalam konteks ini, adalah sebentuk eskpresi karya seni yang representasi penanda dan petanda keindahan atau estetikanya bersinggungan dengan persoalan atau ranah sentimen ‘ras’. Sentimen ras ini secara mendasar mengimplisitkan pesan atau makna adanya polarisasi hierarkhi antararas, yang secara khusus menunjuk pada terminologi ‘superioritas ras kulit putih Barat’ di satu sisi, dan ‘inferioritas ras kulit non putih kulit berwarna’ di sisi yang lainnya. Perlu kiranya disampaikan bahwa konsep tentang ‘estetika rasisme’ ini, relatif jarang ditemukan dalam teori-teori filsafat seni secara kanonik-klasik selama ini. Oleh karena memang keberadaan teori estetika yang secara khusus berkaitan dengan persoalan rasisme ini, dapat dikatakan kehadirannya relatif baru atau belum terlalu lama dalam disiplin seni, terutama seiring dengan berkembangnya teori postkolonial Monique Roelofs, 2009:489. Sebagaimana diketahui, bahwa persoalan rasisme adalah merupakan salah satu terminologi yang menjadi kajian penting dalam teori postkolonial Apollo Amoko, 2006:127.

C. Iklan dan Komponen Estetisnya