ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH, TENAGA KERJA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2007-2014

(1)

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH AT REGENCY/CITY IN

RIAU YEAR 2007-2014

Disusun Oleh :

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH

AT REGENCY/CITY IN RIAU YEAR 2007-2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH:

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

TAHUN 2007-2014

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH

AT REGENCY/CITY IN RIAU YEAR 2007-2014

Diajukan oleh

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si. Tanggal 05 Agustus 2016 NIK : 19751129199904 143 066


(4)

iii

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH

AT REGENCY/CITY IN RIAU YEAR 2007-2014

Diajukan oleh

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal, 20 Agustus 2016

Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si Ketua Tim Penguji

Agus Tri Basuki, SE., M.Si. Ayif Fathurahman, SE.,M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. NIK. 19660604199202 143 016


(5)

iv Nomor Mahasiswa : 20120430148

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul ”Analisis Pengaruh Belanja Daerah, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014” tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 05 Agustus 2016


(6)

v

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Al-Mujadallah :11)

“Allah tidak akan merubah suatu kaum, jika mereka tidak merubah diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d : 11)


(7)

vi

 Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan perhatiannya serta yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan yang terbaik.

 Kakak dan adik tercinta yang selalu memberi dukungan.

 Terimakasih untuk simbah kakung dan simbah putri yang selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti.

 Terimakasih untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang memberikan banyak pengalaman, pelajaran, dan pengetahuan.

 Terimakasih untuk seluruh dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan banyak pengetahuan dan bimbingan selama ini.

 Terimakasih untuk teman-temanku EKPI C khususnya dan teman-teman IE secara keseluruhan

 Keluarga UKM RPC yang memberikan pengalaman menjadi organisator.  Keluarga Komunitas Generasi Bakti Negeri yang selalu berjuang untuk

masyarakat.

 Terimakasih untuk Kontrakan Ceria (Adit, Rangga dan Adin) yang mau dijadikan kontrakannya untuk bernaung dan istirahat.

 Beserta seluruh sahabat yang tidak biasa disebutkan satu persatu yang pernah berjuang bersama di setiap kesempatan.


(8)

vii

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014. Model analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan model Fixed Effect.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Daerah, Tenaga Kerja, Indeks Pembangunan Manusia.


(9)

viii

This study uses a quantitative approach. The research data were secondary data from 12 regencies/city in Riau Province in 2007-2014. The analysis model was panel data analysis with the Fixed Effect model.

The results showed that the variables of regional expenditure, labour and human development index have a positive effect and significant impact on economic growth.

Keywords : Economic Growth, Regional Expenditure, Labour, Human Development Index.


(10)

ix

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Belanja Daerah, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014”. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan tuntunan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, yang sangat sabar memberikan arahan dan masukan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Ekonomi, yang telah memberikan dorongan serta semangat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Bidik misi, yang telah memberikan kesempatan untuk bisa melanjutkan

sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi.

Yogyakarta, 05 Agustus 2016 Penulis


(11)

x

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ……… ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang .. ... 1

B. Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 15

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 16

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik ... 19

2. Belanja Daerah ... 21

a. Teori Adolf Wanger ……… ... 21

3. Tenaga Kerja ……….. ... 21

a. Teori Pertumbuhan Solow-Swan ... 21

b. Teori Pertumbuhan David Ricardo ………...… 23

4. Indeks Pembangunan Manusia ……….. ... 26


(12)

xi

C. Penelitian Terdahulu ... 32

D. Kerangka Berfikir ... 36

E. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Objek Penelitian ... 37

B. Jenis Data ... 37

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

D. Alat Analisis ... 38

E. Model Penelitian ... 40

1. Uji Asumsi Klasik ... 41

a. Uji Heteroskedastisitas ... 41

b. Uji Multikolinearitas ... 41

2. Estimasi Model Regresi Panel ... 42

a. Metode Common Effect ... 42

b. Metode Fixed Effect ... 43

c. Metode Random Effect ... 43

d. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ... 44

1) Uji Chow ... 44

2) Uji Hausman ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46

A. Kondisi Geografis Provinsi Riau ... 46

B. Profil Kabupaten/Kota Provinsi Riau ... 49

1. Kota Pekanbaru ... 49

2. Kabupaten Bengkalis ... 49

3. Kabupaten Indragiri Hulu ... 50

4. Kabupaten Indragiri Hilir ... 51


(13)

xii

10.Kabupaten Rokan Hilir ... 57

11.Kabupaten Siak ... 58

12.Kabupaten Kepulauan Meranti ... 59

C. Kondisi Perekonomian ... 58

D. Kondisi Belanja Daerah ... 60

E. Kondisi Ketenagakerjaan ... 62

F. Kondisi Indeks Pembangunan Manusia ... 63

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Uji Kualitas Data ... 65

1. Uji Heteroskedastisitas ... 65

2. Uji Multikolinearitas ... 65

B. Analisis Pemilihan Model Terbaik ... 66

1. Uji Chow ... 67

2. Uji Hausman ... 67

C. Analisis Model Terbaik ... 68

D. Hasil Estimasi Model Data Panel ... 69

E. Uji Statistik ... 74

1. Koefisien Determinasi ... 74

2. Uji Simultan (F-statistik)... 75

F. Pembahasan (Interpensi Ekonomi) ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiii

Tabel 1.2 Persentase Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun

2013-2014 ………... 7

Tabel 1.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2013-2015 ... 8

Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014 ... 10

Tabel 2.1 Tabel Kelompok Tingkat Pembangunan Manusia ... 27

Tabel 4.1 PDRB Provinsi Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota 2007-2014 (Milyar Rupiah) ... 59

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Menurut Jenis Pengeluaran 2007-2014 (Juta rupiah) ……….. 61

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 4.4 Persentase Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota Perovinsi Riau Tahun 2007-2014 ...………..……….. 64

Tabel 5.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ……… 65

Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ……….…….. 66

Tabel 5.3 Hasil Test Fixed Effect-Likelihood Ratio ………. 67

Tabel 5.4 Hasil Uji Hausman Test ………….….. 68

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect ... 69

Tabel 5.6 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Cross-section SUR (GLS) ..………. 71


(15)

xiv

Mempengaruhinya ……… 36 Gambar 4.1 Peta Kabupaten/Kota Provinsi Riau………. 46


(16)

(17)

(18)

(19)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014. Model analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan model Fixed Effect.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Daerah, Tenaga Kerja, Indeks Pembangunan Manusia.


(20)

This study uses a quantitative approach. The research data were secondary data from 12 regencies/city in Riau Province in 2007-2014. The analysis model was panel data analysis with the Fixed Effect model.

The results showed that the variables of regional expenditure, labour and human development index have a positive effect and significant impact on economic growth.

Keywords : Economic Growth, Regional Expenditure, Labour, Human Development Index.


(21)

1 A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, makmur dan adil. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2004). Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994).

Pembangunan ekonomi sendiri disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Pembangunan ekonomi ini mempunyai tiga sifat penting, yang pertama adalah suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus-menerus. Kedua, suatu usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita. Ketiga, adalah kenaikan income perkapita itu harus terus-menerus dan pembangunan itu dilakukan sepanjang masa (Hasibuan, 1997).


(22)

Indonesia sebagai negara berkembang terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap. Pembangunan ekonomi suatu negara dapat dikatakan meningkat dengan hanya melihat pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya meningkat maka dapat dikatakan pembangunan ekonomi meningkat (Arsyad, 2004).

Berhasilnya suatu pembangunan ekonomi oleh suatu negara atau wilayah dapat dilihat dari perkembangan indikator-indikator perekonomian salah satunya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang termasuk dalam salah satu indikator pembangunan suatu negara. Secara tradisional, pembangunan memiliki arti peningkatan PDRB secara terus menerus. Pembangunan suatu negara yang baik juga harus diikuti pembangunan ekonomi yang baik juga. Hal ini bisa dilihat dari periode ke periode lainnya bahwa kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.


(23)

TABEL 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2007-2013 (Milyar Rupiah)

Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total

Aceh 35 983,09 34 097,99 32 219,09 33 103,08 34 704,82 36 487,88 38 012,97 244,610 Sumatera

Utara 99 792,27 106 172,36 111 559,22 118 718,90 126 587,62 134 461,51 142 537,12 839,827 Sumatera

Barat 32 912,97 35 176,63 36 683,24 38 862,14 41 293,35 43 925,82 46 640,24 275,493 Riau 86 213,26 91 085,38 93 786,24 97 735,60 102 665,96 106 298,73 109 073,14 686,858 Jambi 14 275,16 15 297,77 16 274,91 17 471,69 18 963,52 20 373,53 21 979,28 124,633 Sumatera

Selatan 55 262,11 58 065,46 60 452,94 63 859,14 68 008,50 72 095,88 76 409,76 454,151 Bengkulu 7 037,40 7 441,87 7 859,92 8 339,75 8 878,82 9 464,83 10 052,31 59,070 Lampung 32 694,89 34 443,15 36 256,30 38 389,90 40 858,94 43 526,87 46 123,35 272,290

Kep. Bangka Belitung

9 464,54 9 899,93 10 270,11 10 884,95 11 592,89 12 257,11 12 905,01 77,271 Kepulauan

Riau 34 713,81 37 014,74 38 318,83 41 075,86 43 809,83 46 796,68 49 667,22 291,392

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Data pada Tabel 1.1 menggambarkan PDRB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada Pulau Sumatera tahun 2007-2013 berfluktuatif. Pulau Sumatera memiliki kontribusi terhadap perkembangan ekonomi secara nasional. Salah satu kontribusi terbesar yaitu dimiliki oleh Provinsi Sumatera Utara sebesar 839,827 Milyar Rupiah dan disusul oleh Provinsi Riau sebesar 686,858 Milyar Rupiah. Sedangkan kontribusi terendah yaitu dengan Provinsi Bengkulu yang sebesar 59,070 Milyar Rupiah. Tingginya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau dikarenakan sumber daya alam yang menjadi kontribusi utama seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dan lain sebagainya.


(24)

Jika diamati, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Provinsi Riau meningkat terus menerus dan stabil. Terlihat bahwa sektor-sektor yang ada di Provinsi Riau seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki kontribusi yang sangat besar. Hal ini memberikan pandangan bahwa perubahan pada sektor-sektor tersebut akan memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila suatu sektor melemah pastinya akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau. Dengan hal ini, maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) saling berkaitan antar variabel seperti belanja daerah, tenaga kerja dan investasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, kebijakan pembangunan ekonomi dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dengan mengelola potensi dan sumber daya yang ada bagi masing-masing daerah sehingga mampu untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di daerah tersebut.

Salah satu variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah belanja daerah. Teori Keynesian menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional ditentukan oleh besarnya pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan net ekspor. Jadi menurut Keynes untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur pada peningkatan pendapatan nasional maka diperlukan peningkatan permintaan konsumsi, permintaan pengeluaran pemerintah, permintaan investasi, serta permintaan ekspor dan impor. Implementasi kedua konsep dan teori tersebut (Klasik dan


(25)

Keynesian) dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi baik pada skala nasional maupun pada skala perekonomian makro daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota).

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pasal 26 dan 27 dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi belanja menurut urusan wajib, urusan pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja. Sedangkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihan atau klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja. a. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib Menurut Permendagri Nomor

13 Tahun 2006 Pasal 32 ayat (2), klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan rakyat, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi dan usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, pemerintahan umum, kepegawaian, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, arsip, dan komunikasi dan informatika.


(26)

b. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan meliputi: pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.

c. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pemerintahan, Organisasi, Fungsi, Program dan Kegiatan, serta Jenis Belanja.

Belanja daerah tersebut mencakup:

1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga.

2. Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang, meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.

Pengeluaran pemerintah khususnya belanja daerah di Provinsi Riau terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 pengeluaran pemerintah mencapai Rp 4.006 Milyar Rupiah, pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 4.468 Milyar Rupiah dan hingga tahun 2013 pengeluaran pemerintah terus meningkat hingga sebesar Rp 8.432 Milyar Rupiah. Dari data di atas, pengeluaran pemerintah Provinsi Riau begitu besar dan sangat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau.


(27)

Disamping belanja daerah, salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan memungkinkan suatu daerah untuk menambah produksi.

Tabel 1.2

Persentase Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2013-2014

Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 Jumlah

Bengkalis 63.59 64.78 65.25 169.14 Indragiri Hilir 61.86 67.27 72.68 201.81 Indragiri Hulu 59.56 60.18 60.80 180.54 Kota Dumai 60.36 57.98 55.60 173.94 Kota Pekanbaru 58.35 57.88 57.41 173.64 Pelalawan 65.39 63.30 61.21 189.90 Rokan Hilir 58.63 57.46 56.40 172.49 Rokan Hulu 56.80 56.60 56.40 169.80

Siak 60.83 58.57 56.31 175.71

Kampar 57.27 59.32 61.37 177.96 Kuantan Singingi 63.59 64.42 65.25 193.26 Kepulauan Meranti 64.90 65.61 56.29 186.80

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah persentase tenaga kerja tertinggi pada tahun 2012-2014 dimiliki oleh Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 201.81 persen dan diikuti oleh Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 193.26 persen, dikarenakan Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai penduduk yang mayoritas adalah pekerja kebun kelapa sawit dan pekerja kebun karet. Sedangkan jumlah persentase tenaga kerja yang paling sedikit yaitu di Kabupaten Bengkalis sebesar 169.14 persen, dikarenakan


(28)

banyaknya pengangguran terserap di sektor informal yang tidak berkualitas. seperti ikut orang lain atau keluarganya yang menjadikan mereka tidak termasuk golongan tenaga kerja.

Tabel 1.3

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2013-2015

Lapangan Usaha

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Februari 2013 Agustus 2013 Februari 2014 Agustus 2014 Februari 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian 46,31 44,63 42,41 44,28 46,09 Pertambangan

dan Penggalian

1,62 1,75 1,73 1,87 1,32 Industri

Pengolahan 4,79 6,42 5,51 6,51 4,90 Listrik Air dan

Gas 0,23 0,27 0,31 0,45 0,12

Bangunan dan

Konstruksi 4,71 5,46 5,54 5,04 4,84 Perdagangan

Rumah Makan dan Hotel

20,78 19,91 20,50 21,05 16,04 Angkutan dan

Komunikasi 3,55 3,67 3,79 3,71 3,85 Keuangan dan

Asuransi 2,93 2,55 2,29 2,25 2,98 Jasa-Jasa 15,07 15,35 17,91 14,83 19,85 Jumlah /Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Riau Dalam Angka, 2015

Dari data Tabel 1.3 pada tahun 2013-2015 menjelaskan bahwa disektor pertanian adalah sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, dengan hampir setengah dari seluruh sektor lapangan usaha disumbang oleh sektor pertanian. Sektor pertanian adalah pemasok sumber daya alam yang


(29)

diprioritaskan seperti pertanian kelapa sawit, karet, minyak dan gas, dll. Diikuti dengan sektor jasa, perdagangan, rumah makan dan hotel walaupun semua sektor lapangan usaha bersifat fluktuaktif. Semakin banyak angkatan kerja semakin meningkat tenaga produktif, sehingga akan meningkatkan produksi. Dengan demikian semakin bertambah jumlah penduduk akan meningkatkan produksi barang dan jasa yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi pasar.

Salah satu variabel yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu indeks pembangunan manusia. Indeks pembangunan manusia merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembagian manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu kesehatan yang diukur dari rata-rata usia harapan hidup, pengetahua dan pendidikan yang diukur dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf dan standar hidup layak (kesejahteraan) secara keseluruhan Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

Indeks Pembangunan Manusia berperan penting dalam pembangunan perekonomian modern sebab pembangunan manusia yang baik akan menjadikan faktor-faktor produksi mampu di maksimalkan. Mutu penduduk yang baik akan mampu untuk berinovasi mengembangkan faktor-faktor produksi yang ada. Selain dari pada itu pembangunan manusia yang tinggi mengakibatkan jumlah penduduk akan tinggi pula sehingga akan menaikkan tingkat konsumsi. Hal ini akan mempermudah untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006).


(30)

Tabel 1.4

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kuantan

Singingi 72.47 72.95 73.38 73.70 74.15 74.50 74.77 75.23 Indragiri Hulu 72.96 73.43 73.89 74.18 74.54 74.90 75.21 76.14 Indragiri Hilir 73.87 74.41 74.95 75.24 75.71 76.15 76.41 76.75 Pelalawan 71.43 72.07 72.69 73.18 73.59 73.92 74.27 74.53 Siak 75.15 75.64 76.05 76.46 76.92 77.27 77.44 77.65 Kampar 72.98 73.64 74.14 74.43 75.18 75.54 75.83 76.18 Rokan Hulu 71.43 71.84 72.29 72.66 73.10 73.62 73.87 74.16 Bengkalis 73.36 74.12 74.64 75.11 75.53 75.86 76.12 76.48 Rokan Hilir 71.06 71.51 71.98 72.43 72.83 73.17 73.45 73.74 Kepulauan

Meranti - - 70.15 70.62 71.08 71.47 71.80 72.24 Pekanbaru 76.98 77.54 77.86 78.27 78.72 79.16 79.47 79.75 Dumai 76.31 76.91 77.33 77.75 78.25 78.73 78.99 79.43

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Provinsi Riau seperti juga Provinsi lainnya melaksanakan pembangunan secara bertahap sebagaimana yang telah diatur dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun daerah. Pelaksanaan pembangunan bertahap tersebut pada dasarnya dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan nasional yang merata dan berkelanjutan.

Faktanya pada tahun 2010 sampai tahun 2014, Provinsi Riau berhasil meningkatkan status pembangunan manusia dari “sedang” pada tahun 2010 menjadi “tinggi” pada tahun 2014. Indeks pembangunan manusia untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Riau sangat bervariasi, dimana Kota Pekanbaru adalah yang paling tertinggi dengan jumlah persentase sebesar 79.75 persen dan diikuti oleh Kota Dumai sebesar 79.43 persen.


(31)

Sedangkan jumlah indeks pembangunan terendah yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Provinsi Riau tidak lepas dari kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Sementara itu, PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusia di masing-masing daerah. Banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel yang sama seperti penelitian Santi Nurmainah (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah,Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah)” Oleh sebab itu, penulis penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Belanja Daerah, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014”.

B. Batasan Masalah

Karena ruang lingkup pertumbuhan ekonomi daerah sangat luas maka penulis membatasi pembahasan masalah dengan melihat seberapa besar pengaruh belanja daerah, tenaga kerja dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Faktor-faktor yang mempengaruhi belanja daerah dibatasi pada anggaran belanja langsung dan belanja tidak


(32)

langsung, tenaga kerja yang meliputi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha utama dan indeks pembangunan manusia. Sedangkan pertumbuhan ekonomi menggunakan data Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan harga konstan seri 2000.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh nilai belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014?

2. Bagaimana pengaruh nilai tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2007-2014?

3. Bagaimana pengaruh nilai indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2007-2014?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas dapat kita simpulkan beberapa tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan


(33)

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengimplikasikan dan mensosialisasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi tentang besarnya belanja daerah, tenaga kerja dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Daerah

Dapat memberikan bahan kajian bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menjadikan bahan informasi dalam melakukan kebijakan dalam pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.


(34)

b. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui pengaruh antara belanja daerah, tenaga kerja dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Riau.


(35)

15 A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun (Prasetyo, 2009). Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun–tahun sebelumnya. Dengan demikian pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.

Suatu perekonomian dikatakan tumbuh jika terjadi kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga bisa didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2004).

Konsep PDB digunakan pada tingkat nasional, sedangkan untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota digunakan konsep konsep PDRB. PDB atau PDRB dapat diukur dengan 3 macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,


(36)

pendekatan dan pengeluaran (Tambunan, 2003). Pendekatan produksi dan pendapatan adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat (Aggregate Supply) sedangkan pendketan pengeluaran adalah pendekatan dari sisi permintaan agregat (Aggregate Demand).

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik (Adam Smith)

Adam Smith merupakan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan kebijaksanaan laissez-faire, dan merupakan ahli ekonomi yang banyak berfokus pada permasalahan pembangunan. Dalam bukunya An Inquiry into the Natural and Causes of the Wealth of Nation (1776) ia menemukan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang yang sistematis. Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibagi menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

a. Pertumbuhan Output

Sistem produksi nasional suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: (1) Sumber daya alam (faktor produksi tanah)

(2) Sumber daya manusia (jumlah penduduk) (3) Stok kapital yang tersedia.

Sumberdaya alam merupakan faktor pembatas (batas atas) dari pertumbuhan ekonomi. Selama sumberdaya alam belum sepenuhnya dimanfaatkan maka yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumberdaya manusia (tenaga kerja) dan stok kapital. Namun, jika sumberdaya alam telah dimanfaatkan sepenuhnya (dieksploitir) atau dengan kata lain batas atas daya dukung sumberdaya alam telah dicapai maka


(37)

pertumbuhan ekonomi akan berhenti. Sumber daya manusia atau jumlah penduduk dianggap mempunyai peranan yang pasif di dalam pertumbuhan output. Artinya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja di suatu masyarakat, berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi. Dengan demikian, faktor tenaga kerja bukan kendala di dalam proses produksi nasional. Faktor kapital merupakan faktor yang aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu akumulasi kapital sangat berperanan dalam proses pertumbuhan ekonomi.

b. Pertumbuhan Penduduk

Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Adam Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi (Sukirno, 2010).

1) Pandangan David Ricardo

Pandangan Ricardo mengenai proses pertumbuhan ekonomi berfokus pada laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga mengungkapkan adanya keterbatasan faktor produksi tanah yang bersifat tetap sehingga akan menghambat proses pertumbuhan ekonomi (the law of demishing return). Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam Sukirno (2010) yaitu :


(38)

a) Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.

b) Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing-masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah. c) Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada

akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.


(39)

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik (Yoseph Schumpeter)

Ahli ekonomi Neo-Klasik yang terkenal, yaitu Yoseph Schumpeter, dalam bukunya The Theory of Economics Development menekankan tentang peranan pengusaha dalam pembangunan. Menurutnya pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus (discountinuos). Pembangunan ekonomi disebabkan oleh karena adanya perubahan-perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Sebagai kunci dari teori Schumpeter adalah bawa untuk perkembangan ekonomi, faktor yang terpenting adalah entrepreneur, yaitu orang yang memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional.

Yoseph Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif golongan pengusaha yang inovatif, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasikan barang-barang yang diperlukan masyarakat secara keseluruhan. Merekalah yang menciptakan inovasi dan pembaharuan dalam perekonomian. Pembaharuan yang diciptakan para pengusaha itu dalam bentuk (Suryana, 2000) :

1) Memperkenalkan barang baru.

2) Menggunakan cara-cara baru dalam memproduksi barang. 3) Memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru.

4) Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru.


(40)

Menurut teori Schumpeter, semakin tinggi tingkat kemajuan perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat dan pada akhirnya akan terjadi keadaan yang tidak berkembang (stationary state). Namun, berbeda dengan pandangan Klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah dan kualitas penduduk, sumber daya modal dan teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat, sumber daya alam, luas pasar atau pangsa pasar.

Adanya perkembangan teknologi, menurut pandangan Neo-Klasik merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional, yang dimaksud dengan perkembangan teknologi dalam teori ini adalah penemuan-penemuan baru yang relatif lebih bersifat penghematan buruh sehingga dengan adanya kemajuan teknis akan menciptakan permintaan yang kuat akan barang-barang kapital. Proses perkembangan ekonomi menurut teori ini adalah sebagai hasil dari hubungan harmonis antara faktor internal dan faktor eksternal ekonomi. Faktor internal ekonomi timbul karena adanya kenaikan skala produksi sebagai akibat adanya efisiensi (hasil dari adanya mesin-mesin baru, spesialisasi, pasar yang lebih luas, dan manajemen yang lebih baik), sedangkan eksternal ekonomi timbul sebagai akibat adanya perkembangan industri yang saling ketergantungan dan komplementer dari berbagai sektor produksi dalam perekonomian.


(41)

2. Belanja Daerah

a. Teori Adolf Wanger (Hukum Wagner)

Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian akan menyebabkan hubungan antara industri dengan industri dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks. Sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif semakin besar. Berkaitan dengan hukum Wagner, ada beberapa penyebab semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah ada 5 hal yaitu perkembangan ekonomi, tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

3. Tenaga Kerja

a. Teori Pertumbuhan Solow-Swan

Model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Dalam model


(42)

ini, pertumbuhan ekonomi jangka panjang ditentukan secara eksogen, atau dengan kata lain ditentukan di luar model. Model ini memprediksi bahwa pada akhirnya akan terjadi konvergensi dalam perekonomian menuju kondisi pertumbuhan steady-state yang bergantung hanya pada perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam hal ini, kondisi steady-state menunjukkan equilibrium perekonomian jangka panjang (Mankiw, 2006).

Asumsi utama yang digunakan dalam model Solow adalah bahwa modal mengalami diminishing returns. Jika persediaan tenaga kerja dianggap tetap, dampak akumulasi modal terhadap penambahan output akan selalu lebih sedikit dari penambahan sebelumnya, mencerminkan produk marjinal modal (marginal product of capital) yang kian menurun. Jika diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja, maka diminishing return pada modal mengindikasikan bahwa pada satu titik, penambahan jumlah modal (melalui tabungan dan investasi) hanya cukup untuk menutupi jumlah modal yang susut karena depresiasi. Pada titik ini perekonomian akan berhenti tumbuh, karena diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja (Mankiw, 2006).

Menurut Arsyad (2004), dalam teori Solow-Swan, capital output ratio (COR) memiliki sifat yang dinamis, artinya dalam menghasilkan tingkat output tertentu dibutuhkan kombinasi yang seimbang antara kapital dan tenaga kerja. Jika penggunaan kapital tinggi maka penggunaan tenaga kerja akan rendah, sebaliknya jika penggunaan kapital rendah maka penggunaan tenaga kerja akan tinggi. Pokok pemikiran lainya adalah dalam fungsi produksinya adanya teknologi yang


(43)

teragumentasi pada faktor-faktor produksi seperti kapital dan labor, sebagaimana terlihat pada model di bawah ini:

Y = F (K, AL) …………...………...… (1) Y = F (AK, L) ………...………...… (2) Pada persamaan (1) terlihat bahwa teknologi melekat pada variabel labor, yang nantinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang di suatu negara yang lebih labor intensive. Persamaan (1) ini di sebut sebagai purely labor augmenting, sedangkan pada persamaan (2) terlihat bahwa teknologi melekat pada kapital, yang nantinya berdampak pada pola produksi yang cenderung lebih capital intensive. Persamaaan (2) ini disebut sebagai purely capital augmenting. b. Teori Pertumbuhan David Ricardo

Proses pertumbuhan ekonomi masih memacu antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga mengungkapkan adanya keterbatasan faktor produksi tanah yang bersifat tetap sehingga akan menghambat proses pertumbuhan ekonomi (the law of demishing return). Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam Sukirno (2010) yaitu :

1) Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.


(44)

2) Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing-masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah.

3) Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

Keterbatasan faktor produksi tanah akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber daya alamnya. Apabila sumber daya alam ini telah diekspolitasi secara penuh maka perekonomian berhenti tumbuh, masyarakat akan mencapai stationernya.


(45)

Product/Upah W Y P3 P4

S P

W3 P1

W2 W1

X O N1 N2 N3 N4 N5 Tenaga Kerja

Sumber : Suryana, 2000

Gambar 2.1

Gerakan Ke arah Stasioner

Pada Gambar 2.1, tenaga kerja diukur sepanjang garis horizontal (X), dan jumlah produk dikurangi sewa sumbu vertikal (Y), kurva OP adalah fungsi produksi yang menunjukkan total produk dikurangi sewa sebagai fungsi dari penduduk. Karena penduduk meningkat, maka kurva OP mendatar sesuai dengan Law of deminshing return. Garis lurus yang melalui titik pusat OW mengukur upah nyata konstan. Jarak vertikal antara garis horizontal OX dan garis singkat keseluruhan upah OW mengukur jumlah rekening upah pada tingkat penduduk. Jadi W1 N1, W2 N2, dan W3 N3 adalah jumlah rekening upah pada tingkat penduduk ON1, ON2, ON3. Pada waktu rekening upah adalah W1 N1, keuntungan adalah P1 W1 (yaitu jumlah keseluruhan produk dikurangi sewa dibagi jumlah rekening upah atau P1 N1 – WI N1). Pada waktu keuntungan P1


(46)

W1 investasi terangsang. Permintaan terhadap buruh meningkat menjadi ON2, dan tingkat upah naik menjadi W2 N2. Ini akan meningkatkan investasi dan kemajuan teknik lebih lanjut dan kenaikan permintaan akan buruh menjadi ON3. Tetapi keuntungan akan menurun menjadi P3 W3. Proses penumpukan modal, kemajuan teknik, peningkatan penduduk, dan tingkat upah ini akan berlangsung sampai keuntungan lenyap sama sekali pada titik S, dan timbul stasioner (Suryana, 2000).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 2010). Persamaanya adalah sebagai berikut:

Y = f (K, L, R, T) Keterangan:

Y : Tingkat pertumbuhan ekonomi

K : Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan L : Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan R : Jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan T : Tingkat teknologi yang digunakan

4. Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM)

Upaya terkini untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial ekonomi secara komprehensif dalam negara berkembang maupun negara maju telah dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) dalam Human Development Report (HDR). Laporan ini adalah pembentukan dan penajaman ulang Indeks


(47)

Pembangunan Manusia (HDI atau Human Development Indeks). HDI mencoba untuk memeringkat semua Negara dari skala 0 (tingkat pembangunan manusia paling rendah) hingga 1 (tingkat pembangunan manusia yang tertinggi) berdasarkan tiga tujuan atau produk akhir.

Produk akhir pembangunan tersebut yaitu pertama, masa hidup (longevity) yang diukur dengan usia harapan hidup, kedua pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata tahun bersekolah (sepertiga). Ketiga adalah standar kehidupan (standart of living) yang diukur dengan pendapatan riil per kapita disesuaikan dengan paritas daya beli. Dengan menggunakan ketiga ukuran pembangunana tersebut, HDI memeringkat semua negara menjadi tiga kelompok yang terlihat dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Tabel Kelompok Tingkat Pembangunan Manusia Peringkat Skala

Rendah 0.0 sampai 0.499 Menengah 0.50 sampai 0.799

Tinggi 0.80 sampai 1.0

Sumber : Todaro, 2003

Salah satu keuntungan terbesar dari HDI adalah indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah negara dapat berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah dan bahwa kenaikan pendapatan yang besar dapat berperan relatif kecil dalam pembangunan manusia. HDI mengingatkan bahwa pembangunan yang dimaksud adalah pembangaunan dalam arti yang luas, bukan hanya dalam bentuk pendapatan yang lebih tinggi.


(48)

Indeks yang disusun UNDP memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman mengenai komponen-komponen penyusun pembangunan, berbagai negara yang berhasil dalam pembangunan (dicerminkan oleh peningkatan HDI sepanjang waktu) dan perbandingan kelompok dan kawasan di dalam suatu negara. Dengan mengkombinasikan data sosial dan ekonomi, HDI membuat banyak negara menerapkan ukuran yang lebih luas dalam kinerja pembangunannya, dan untuk memfokuskan kebijakan ekonomi dan sosialnya secara lebih langsung ke dalam berbagai bidang yang membutuhkan perbaikan (Todaro, 2003:73). Nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut:

IPMj = 1/3 Σ Indeks X(i,j) j

Dimana:

Indeks X(i,j) = Indeks Komponen IPM ke-i untuk wilayah ke-j i = 1, 2, 3

j = 1, 2 ... k wilayah

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Belanja Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional (Sukirno, 2000). Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.


(49)

Pengeluaran Pemerintah khususnya belanja daerah adalah untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda pemerintahan sehari-hari meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang) dan jumlah pengeluaran lain. Anggaran belanja rutin memegang peran yang penting untuk menunjang kelancaran sistem pemerintahan dan upaya peningkatan efisiensi serta produktivitas, yang pada akan tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut diupayakan melalui penajaman alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan koordinasi pelaksaanan pembelian barang dan jasa kebutuhan departemen/lembaga negara non departemen, dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap (Dumairy, 2001).

Menurut teori Rostow dan Musgrave, rasio-rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional-relatif besar. Hal itu dikarenakan pada tahap awal pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan dengan itu posisi investasi pihak swasta juga meningkat. Tetapi besarnya peranan pemerintah adalah karena pada tahap ini banyak kegagalan pasar yang ditimbulkan perkembangan ekonomi itu sendiri, yaitu kasus eksternalitas negatif, misalnya pencemaran lingkungan.


(50)

Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap pendapatan nasional semakin besar, tetapi rasio investasi pemerintah terhadap pendapatan nasional akan semakin mengecil. Sementara itu Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi peralihan aktivitas pemerintah, dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

Pengeluaran-pengeluaran pemerintah untuk jaminan sosial, pembayaran bunga dan bantuan pemerintah lainnya akan menambah pendapatan dan daya beli. Secara keseluruhan pengeluaran pemerintah ini akan memperluas pasaran hasil-hasil perusahaan dari industri yang pada gilirannya akan memperbesar pendapatan. Dengan bertambahnya pendapatan yang diperoleh pemerintah, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Suparmoko, 1996). Peningkatan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan semakin meningkatkan pendapatan daerah, karena peningkatan aggregat demand akan mendorong kenaikan investasi dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan produksi.

2. Hubungan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Todaro (2000) menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan


(51)

penduduk tergantung pada kemampuan system perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Lewis (1954) dalam Todaro (2004) angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Keadaan demikian, penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. 3. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

Indeks Pembangunan Manusia meningkat tentunya pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. IPM adalah indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan manusia, yakni angka harapan hidup, melek huruf, rata-rata lama sekolah, pengeluaran per kapita. Sehingga IPM merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu Negara ataupun Daerah. Solow menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja.


(52)

Tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dan konsekuensinya adalah peningkatan produktivitas dan kreativitas masyarakat. Dengan meningkatnya produktivitas dan kreativitas tersebut, penduduk dapat menyerap dan mengelola sumberdaya yang penting bagi pertumbuhan ekonomi (Brata, 2004).

Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia atau dalam ilmu ekonomi lazim disebut mutu modal manusia (Ranis, 2004). Peningkatan kualitas modal manusia dapat tercapai apabila memperhatikan 2 faktor penentu yang seringkali disebutkan dalam beberapa literatur, yaitu pendidikan dan kesehatan.

C. Penelitian Terdahulu

Dari latar belakang dan landasan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan tabel penelitian terdahulu :


(53)

TABEL 2.2

Peneliti Judul Model

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan 1.Deddy Rustiono, SE (2008) Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab permasalaha n/ hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Investasi,

angkatan kerja dan pengeluaran pemerintah daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah menunjukkan hubungan yang positif signifikan.

 Teknik analisis menggunakan analisis regresi dan data panel.  Variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusa menunjukan hasil positif dan signifikan.

2.Ajid Hajiji (2010) Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Riau Tahun 2002-2008 Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunak an model fixed effect, weighting cross section weights dan white heterosceda sticity.

Selama periode 2002-2008, pertumbuhan ekonomi berhasil menurunkan

kemiskinan di Provinsi Riau

Pertumbuhan ekonomi meningkatkan ketimpangan pendapatan, tetapi menjadi penghambat atau mengurangi efektifitas pertumbuhan ekonomi dalam mengentaskan kemiskinan.

 Teknik analisis menggunakan analisis regresi dan data panel. Variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusa menunjukan hasil positif dan signifikan.


(54)

Peneliti Judul Model

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan 3.Alfian Wahyu Fauzan (2015) Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus: Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013) Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)  Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara langsung sangat kecil, namun hubungannya negatif dan signifikan.  FDI, investasi

pemerintah dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Teknik analisis menggunakan analisis regresi dan data panel. Variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusa menunjukan hasil positif dan signifikan. 4.Chairul Nizar, Abubakar Hamzah, Sofyan Syahnur (2013) Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Pertumbuhan ekonomi (PDB) dan Pengaruh estimasi pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan memiliki hubungan negatif dan signifikan. FDI, investasi

pemerintah dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Teknik analisis menggunakan analisis regresi dan data panel. Variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusa menunjukan hasil positif dan signifikan.


(55)

Penulis Judul Model

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan 5. Denty Octavianing rum (2015) Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi 5 Kabupaten/K ota Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dengan data panel yaitu Common Effect, Fixed Effect, dan

Random Effect.

Total jumlah investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

 Teknik analisis menggunakan analisis regresi dan data panel.  Variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusa menunjukan hasil positif dan signifikan. 6. Santi Nurmainah (2013) Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah, Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembanguna n Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah) Teknik analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dengan menggunak an Structural Equation Modeling dengan AMOS 20 Program

Belanja Modal Pemerintah Daerah, Penyerapan Tenaga Kerja, Indeks Pembangunan Manusia, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan

 Teknik analisis menggunakan analisis regresi dan data panel.  Variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusa menunjukan hasil positif dan signifikan.


(56)

D. Kerangka Berfikir

Berdasaran latar belakang penelitian, tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu bahwa penulis memiliki skema hubungan antara variabel sebagai berikut :

(+)

(+)

(+)

GAMBAR 2.3

Skema Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Variabel yang Mempengaruhinya

E. Hipotesis

i. Diduga Belanja Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

ii. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

iii. Diduga Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

BELANJA DAERAH (X1)

TENAGA KERJA (X2)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (X3)

PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)


(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode tahun 2007 hingga 2014.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah polling data, yaitu yang terdiri dari runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 8 tahun dan data data silang (Cross Section) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Provinsi Riau yaitu dengan Kabupaten Kuansing, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pertumbuhan Ekonomi

Untuk melihat kontribusi terhadap kondisi perekonomian, variabel pertumbuhan ekonomi dilihat dengan menggunakan pendekatan nilai PDRB. Dalam penelitian ini, data yang digunakan sebagai ukuran pertumbuhan


(58)

ekonomi adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan seri 2000 di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2007-2014.

2. Belanja Daerah

Data belanja daerah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2007-2014.

3. Tenaga Kerja

Data tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha utama di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2007-2014.

4. Indeks Pembangunan Manusia

Data indeks pembangunan manusia yang digunakan berupa nilai persentase di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2007-2014.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan data panel dengan cara menguji secara statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan program EViews 9. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan untuk meneliti pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

Data panel (pooled data) diperoleh dengan cara menggabungkan data time series dengan cross section. Analisis regresi dengan data panel (pooled data)


(59)

memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar individu dalam variabel yang bisa saja berbeda-beda.

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data panel adalah sebagai berikut (Gujarati, 2004) :

1. Data panel mampu mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik.

2. Data panel mampu mengurangi kolinieritas variabel.

3. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. 4. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section

dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilangan variabel (ommited varible).

5. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni maupuncross section murni.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.


(60)

E. Model Penelitian

Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian dan estimasi empiris. Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang (cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan demikian, jumlah data observasi dalam data panel merupakan hasil kali data observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Yit= β0+ β1 X1it+ β2 X2it+ β3 X3it + eit Keterangan:

Yit = Variabel dependen, yaitu PDRB

β0, β1, β2, β3 = Koefisien

X1 = Variabel belanja daerah X2 = Variabel tenaga kerja

X3 = Variabel indeks pembangunan ekonomi

i = Kabupaten/Kota

t = Tahun


(61)

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda adalah adanya hubungan linier antara perubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicollinearity).

Adapun beberapa cara mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu : 1) R2 cukup tinggi (0,7-0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing

koefisien regresinya tidak signifikan.

2) Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup tetapi bukan yang syarat yang perlu untuk terjadinya multikoliniearitas. Sebab pada R2 yang rendah < 0,5, bisa juga terjadi multikolinearitas.


(62)

3) Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel independen yang lain, kemudian menghitung R2 dengan uji F: Jika F hitung > F tabel berarti Ho di tolak, ada multikolinearitas Jika F hitung < F tabel berarti Ho di terima, tidak ada multikolinearitas.

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien hasil output dari komputer. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikoliearitas.

Untuk mengatasi masalah multikolinearitas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam ini model fixed effect yang ditransformasikan kedalam model GLS, model ini sudah diantisipasi dari terjadinya multikolinearitas.

2. Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain :

a. Metode Common Effect

Estimasi Common Effect merupakan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross action. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan


(63)

pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi dalam model Common Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + Xit β + ∑it Dimana :

i = Cross section (Kabupaten Kuansing, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai) t = Periode waktu (2007-2014)

b. Metode Fixed Effect

Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel, model ini menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu dengan objek yang lainnya. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable (LSDV).

c. Metode Random Effect Model

Dalam model Random Effect, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen eror (error


(64)

component model). Dengan menggunakan Random Effect, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan jadi semakin efisien. Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun acak ditentukan dengan menggunakan uji hausman.

d. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Untuk memilih model estimasi yang dianggap paling tepat diantara ketiga jenis model, maka perlu dilakukan serangkaian uji, diantaranya adalah :

1) Uji Chow

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan mengestimasi data panel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect.

2) Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat


(65)

digunakan. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas. Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect.


(66)

46

Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi perekonomian, kondisi belanja daerah, kondisi ketenagakerjaan dan kondisi investasi.

A. Kondisi Geografis Provinsi Riau

Berikut ini merupakan peta Provinsi Riau yang terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota :

GAMBAR 4.1


(67)

Berdasarkan data dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Riau, Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.915.016 Hektar. Keberadaannya mem-bentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01°05'00’’ Lintang Selatan sampai 02°25'00’’ Lintang Utara atau antara 100°00'00’’ Bujur Timur sampai 105°05'00’’ Bujur Timur.

Di daerah daratan terdapat 15 sungai, di antaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8-12 meter, Sungai Rokan (400 km) dengan kedalaman 6-8 meter, Sungai Kampar (400 km) dengan kedalaman lebih kurang 6 meter dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6-8 meter. Ke empat sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Batas-batas daerah Riau adalah:

- Sebelah Utara:

Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara - Sebelah Selatan:

Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat - Sebelah Timur:

Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka - Sebelah Barat:


(68)

Pada Tahun 2013 penduduk Provinsi Riau mengalami peningkatan sebesar 3,79 persen dari tahun 2012 sebesar 5.929.173 jiwa menjadi 6.146.664 jiwa Tahun 2013. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.159.524 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.987.139 jiwa atau dengan kata lain rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 105,77. Kondisi ini melampaui jumlah proyeksi penduduk Provinsi Riau yang diperkirakan berjumlah 5.764.700 jiwa (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional).

Pertumbuhan penduduk Provinsi Riau yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat migrasi penduduk dari luar Provinsi Riau, sementara penduduk yang keluar dari Provinsi Riau relatif sedikit. Jika diimbangi dengan kemampuan serta kemampaun untuk membuka lapangan usaha baru, migrasi penduduk ke Provinsi Riau akan menjadi potensi yang positif bagi perkembangan daerah, namun pada umumnya migrasi penduduk ke Provinsi Riau datang dengan bekal keterampilan yang kurang memadai sehingga tidak jarang menimbulkan persoalan-persoalan sosial yang kurang menguntungkan bagi pelaksanaan proses pembangunan.

Besaran jumlah penduduk sebanyak 6.146.664 jiwa dan luas wilayah Provinsi Riau sebesar 8.915.016 ha atau seluas 89.150,16 Km2, maka kepadatan rata-rata penduduk Provinsi Riau untuk tahun 2013 adalah sebesar 68,95jiwa/km2.Berdasarkan tabel I-3, Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi memiliki jumlah penduduk yang terbanyak mencapai 999.940 jiwa, memiliki kepadatan tertinggi mencapai1.579,66 jiwa/km2.


(1)

13

Dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan hipotesis yang diajukan, maka hipotesis dalam penelitian diterima.

2. Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau

Berdasarkan data yang sudah diolah, tenaga kerja menunjukkan tanda positif dan signifikan ditingkat kepercayaan 1 persen untuk Kabupaten/Kota Provinsi Riau. Koefisien tenaga kerja mempunyai nilai sebesar 22856.85 yang berarti apabila ada peningkatan 1 persen dari tenaga kerja maka akanmenambahpertumbuhan ekonomi sebesar 22856.85 persen, dengan asumsi tidak ada perubahan variabel bebas. Variabel tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan positif, hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis diterima.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Chairul Nizar, Abubakar Hamzah, Sofyan Syahnur (2013) dengan judul “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia”. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan, namun sebaiknya disertai dengan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja oleh pemerintah.

Dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan hipotesis yang diajukan, maka hipotesis dalam penelitian diterima.

3. Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau

Berdasarkan hasil data yang sudah diolah dalam penelitian ini, variabel indeks pembangunan manusia menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap


(2)

14

pertumbuhan ekonomi pada kepercayaan 1 persen. Koefisien variabel indeks pembangunan manusia sebesar 397282.5, yang berarti bahwa bila terjadi kenaikan indeks pembangunan manusia 1 persen maka akan menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 397282.5 persen dengan asumsi tidak ada perubahan dalam jumlah variabel bebas. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis dalam penelitian yang menduga adanya pengaruh positif dan signifikan antara indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmainah (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah, Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah)”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.

Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Besarnya belanja daerah atau pengeluaran pemerintah akan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, karena


(3)

15

dengan semakin bertambahnya pengeluaran pemerintah akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

2. Tingkat tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Hal ini karena adanya perluasan kesempatan kerja di berbagai daerah oleh pemerintah Provinsi Riau untuk pengembangan pembangunan seperti sektor pertanian yang mendominasi dari sektor lainnya sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ditambah para tenaga kerja tersebut adalah berusia 15 tahun keatas.

3. Indeks Permbangunan Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Dengan tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dan konsekuensinya adalah peningkatan produktivitas, kreativitas masyarakat dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan saran sebagi berikut :

1. Dengan adanya belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi maka perlu untuk ditingkatkan lagi dengan menyesuaikan anggaran sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing agar dana tersebut digunakan seefisien mungkin.

2. Dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja harus dilandasi dengan kualitas tenaga kerja seperti peningkatan dalam keterampilan, pengetahuan, dan disiplin karena ini adalah dasar penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan dilandasi peningkatan


(4)

16

kualitas maka peralatan teknologi yang dibeli oleh Negara akan dimanfaatkan dengan efektif oleh para tenaga kerja.

3. Hubungan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif dan signifikan, dengan ini diharuskan bagi pemerintah untuk mengatur kebijakan baru yaitu diharapkan lebih memberikan perhatian pada pembangunan manusia (human development) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Tri Basuki. 2015. Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Denisa Media. Yogyakarta.

Ajid Hajiji. 2010. “Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Riau Tahun 2002-2008”. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Alfian Wahyu Fauzan. 2015. “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro Semarang.

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE YKPN

Brata, A. G. 2004. “Analisis Hubungan Imbal Balik Antara Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tingkat II di Indonesia. Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

______________ . 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Chairul N., dkk. 2013. “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan

Ekonomi serta hubungannya terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia”. Jurnal Ilmu Ekonomi. Volume 1. Mei 2013. Hal. 1-8.

Denty Octavianingrum. 2015. “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Didi Nuryadin, dkk. 2007. “Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik Regional di Indonesia”. Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.


(5)

17

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.

___________________ . 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.

Melayu Hasibuan. 1987. Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. Armico. Bandung.

Nurmainah, Santi. 2013. “Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah,Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah)” Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang.

Ranis, Gustav. 2004. “Human Development and Economic Growth”. Center Discussion Paper No. 887. Amerika Serikat : Yale University.

Rustiono, Deddy S.E. 2008. “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang.

Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

______________ . 2000. Makroekonomi Modern. Raja Grafindo Persada. Jakarta. ______________ . 2006. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

______________ . 2010. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Edisi kedua. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Suparmoko. 1996. Ekonomika Pembangunan. BFFE. Yogyakarta.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekata. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Tambunan, Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertaniandi Indonesia, Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh (Terjemahan Bahasa Indonesia). PT Erlangga. Jakarta.

Nachrowi, N. Djalal dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistika. 2008. Riau Dalam Angka 2008. __________________ . 2009. Riau Dalam Angka 2009. __________________ . 2010. Riau Dalam Angka 2010. __________________ . 2011. Riau Dalam Angka 2011.


(6)

18

__________________ . 2012. Riau Dalam Angka 2012. __________________ . 2013. Riau Dalam Angka 2013. __________________ . 2014. Riau Dalam Angka 2014. __________________ . 2015. Riau Dalam Angka 2015.

__________________ . 2011, Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha 2008-2010.

__________________ . 2014. Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha 2011-2013.