PERBEDAAN PERSEPSI GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TERORISME

(1)

PERBEDAAN PERSEPSI

GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TERORISME

The Contradiction George W Bush’sPerception between Barack Obama’s Perception in Facing Terorism

SKRIPSI

Disusun Oleh : WIDYA ASTUTI

20130510517

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i PERBEDAAN PERSEPSI

GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TERORISME

The Contradiction George W Bush’s Perception between Barack Obama’s Perception in Facing Terorism

SKRIPSI

Disusun Oleh : WIDYA ASTUTI

20130510517

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii PERBEDAAN PERSEPSI

GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TERORISME

The Contradiction George W Bush’s Perception between Barack Obama’s Perception in Facing Terorism

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

WIDYA ASTUTI 20130510517

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PERBEDAAN PERSEPSI

GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN TERORISME

The Contradiction George W Bush’s Perception between Barack Obama’s Perception in Facing Terorism

WIDYA ASTUTI 20130510517

Telah di pertahankan, dinyatakan lulus dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada :

Hari / tanggal : Selasa, 20 Desember 2016 Pukul : 08.00 WIB

Tempat : HI B

TIM PENGUJI

Ratih Herningtyas, S.IP.,M.A. Ketua Penguji

Ali Muhammad, S.IP., M.A.,Ph.D Penguji Samping I

Sugeng Riyanto, S.IP., M.Si. Penguji Samping II


(5)

iv

Surat Pernyataan Keaslian

Letter of Authenticity Statement

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I hereby declare that my undergraduate thesis is original and has never been asked to obtain an undergraduate academic degree, both at the Universitas Muhammadiyah Yogyakarta and in other universities.

In my undergraduate thesis is no publication or opinions that have been written or published another person, except in writing clearly listed as a reference in the script with name mentioned and listed in the bibliography.

I make this statement with truly and if in the future there is untruth in this statement, then I am willing to accept the academic sanction according to the rules at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 27 Desember 2016


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk Ibuku tercinta,

Wijah.


(7)

vi

Ucapan Terima Kasih

Halaman ini didedikasikan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah beperan dalam perjalanan studi penulis, penyelesaian skripsi, memerluas wawasan, menambah ilmu atau bahkan membantu penulis dalam berproses menuju yang lebih baik. Semoga dukungan, bimbingan, dan segala sumbangsih yang bapak/ibu/saudara/saudari berikan akan mengantarkan penulis menuju kesuksesan yang diberkahi Allah, semoga dibalas oleh Allah yang Maha Kuasa.

- Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayangMu telah memberiku nikmat, membekaliku dengan ilmu, memperkenalkanku dengan cinta, serta kekuatan dalam menghadapi ujianMu saat penyelesaian skripsi. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.

- Kepada Ibunda Wijah, Terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik serta menguatkanku untuk terus selalu berjuang dalam kesuksesan. (Alm) Ayahanda Hadi Wijaya, terimakasih atas limpahan kasih sayang selama hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti. Ayahanda Washadi yang memberikan suri tauladan yang baik dan kasih sayang untuk keluarga, terimakasih telah menjadi bagian dari keluarga. Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tak terhingga, kupersembahkan skripsi ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan seluruh hidupnya yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. “Allohummaghfirli waliwaalidayya war hamhumaa kaa Rabbayanii shagiiraa”.

- Kepada Saudari perempuanku satu-satunya yang senantiasa mendoakan kesuksesanku, bagian dari hidupku, Heni Astuti. Semoga kesuksesan dan berkah dari Allah selalu menyertaimu, kakak perempuanku.


(8)

vii - Kepada Keluarga Besarku di Brebes, kakek-nenek, pakde-budhe, bulik-bulik, Keluarga Mbak Nur & Subkan, serta sepupu Syarif dan keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Alhamdulillah, Widya bisa lulus sarjana.

- Kepada Keluargaku yang lain, Ibu Yenita Nilma, Ayah Edi Masriatno serta adik perempuanku Rara Syefniza Edi. Terimakasih telah menerimaku menjadi bagian dari keluarga.

- Kepada Yth. Susilo Bambang Yudhoyono mantan Presiden RI yang telah menggagas Program Beasiswa Bidikmisi dengan memberikan kesempatan kepada putra-putri bangsa dari kalangan tidak mampu untuk menggapai cita-cita. Tanpa program bantuan ini, penulis tidak mungkin dapat mencicipi pahit manisnya bangku kuliahan. Terimakasih penulis haturkan untukmu Bapak Presiden. Semoga penulis dapat menebus apa yang telah negara berikan kepadaku.

- Kepada Dosen Pembimbing Skripsi yang luar biasa, Ratih Herningtyas, S.IP., M.A. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan didukung dan menyempatkan waktu sibuk beliau untuk memberikan ilmu yang bermanfaat.

- Kepada seluruh dosen HI yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah mendidik serta membina karakter penulis. Semoga ilmu bermanfaat yang Bapak/Ibu berikan dapat menjadi bukti dihadapan Tuhan dan menjadi amalan pembuka pintu surga.

- Kepada seluruh karyawan dan staff jajaran Hubungan Internasional dan Universitas yang telah memberikan pelayanan yang terbaik untuk dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan mahasiswa HI dan mahasiswa UMY.

- Kepada Mbak Anin yang telah menjadi Ibu bagi seluruh anak-anak Bidikmisi UMY. Dan seluruh teman-teman Bidik Misi UMY. Teruslah berjuang.

- Kepada para Pejuang, Sulbi Putri Widynar, Ike Trines Sari, Wuri Wulandari, Heriyanto, Devi Kurniawati serta Nanda Tri Andari Harahap yang telah menjadi Rumah dan Keluarga. Berjuanglah terus untuk mewujudkan mimpi-mimpi kalian. Tepatilah janji kalian bahwa kita akan bertemu di negara yang telah kita janjikan. - Kepada rekan-rekan UKM Aikido. Penulis bangga menjadi bagian dari keluarga besar Aikido UMY yang hangat.


(9)

viii - Kepada rekan-rekan pengurus UKM Basket 2015/2016 serta seluruh anggota Tim Basket UMY.

- Kepada rekan-rekan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FISIPOL UMY 2015 / 2016. Relsan Mandela, Putri Adhira, Nisa Pujiana, Nugrahanto selaku BPH DPM FISIPOL, serta anggota Komisi A, Komisi B, dan Komisi C. Semoga kesuksesan menyertai kalian, terimakasih atas pengalaman, cerita dan kebersamaannya.

- Kepada rekan-rekan KOMABES UMY, mas Anis Iskandar selaku penasehat KOMABES yang selalu memberikan masukan dan dukungan baik moril dan metri selama ini. Mas Fatih, Reza, Melly, Mba Shinta, Mas Sidik, Dadang dan seluruh anggota keluarga KOMABES. Semoga mahasiswi-mahasiswa Brebes dapat memberikan kontribusi kepada daerah dan memajukan Brebes menjadi yang lebih baik.

- Kepada teman-teman HI Kelas I. Almira, Feni, Dea, Tasya, Mega, Dara, Iqbal, Novri, Noval, Bagus, Raihan, Duo Ilham, Nanta, Wawan, Fedry, Haidar, Riyo, Difari, Yusuf. Terimakasih atas bantuan, kerjasama, kebersamaan dan warna-warni yang kalian berikan selama ini membuat studi saya di Jogja menjadi begitu istimewa dan berharga.

- Kepada Oppa’s Hary Girls, Diyanah dan Elin. Terimakasih atas pengalaman, cerita dan kebersamaan dalam satu atap.

- Kepada teman-teman Kos Pondok Indah, Wulinda keluarga senasib sepenanggungan, partner sejak SMK sampai kuliah, Mba Dian, Fatih. Warna warni kosan tidak pernah terlupakan.

- Kepada teman-teman HI UMY angkatan 2013 senasib, seperjuangan dan sepenanggungan. Semoga Allah mempertemukan kita kembali pada kesuksekan yang memberikan manfaat bagi banyak orang.

- Terakhir, untuk seseorang yang akan menjadi penyempurna separuh deen ku, yang akan mendoakan dan membantuku berdoa dengan penuh sabar dan kasih sayang, yang menjadikanku sebagai muslimah yang lebih baik, yang telah menemaniku dalam bertumbuh dan menggapai impian-impian. You are the answer to my tahajud dua. Thank you mybest, Denni Nilson Edi.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Allah dan kepada suri tauladan yang terbaik, Rasulullah SAW. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Syukur Alhamdulillah itulah kata yang selalu terucap oleh penulis, atas terselesaikannya skrikpsi strata satu (S-1), yang berjudul “Perbedaan Persepsi George W Bush dan Barack Obama Dalam Menghadapi Ancaman

Terrorisme”. Hendaknya skripsi ini dapat memberikan sumbangan dan referensi

bagi dunia akademik. Sehingga ilmu yang bermanfaat akan sangat membantu penulis nantinya di hari umat manusia dinyatakan pertanggungjawabannya.

Melalui kata pengantar ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan didukung oleh berbagai pihak, yaitu Ratih Herningtyas, S.IP., M.A selaku dosen pembimbing skripsi serta Ali Muhammad, S.IP., M.A.,Ph.D dan Sugeng Riyanto, S.IP., M.Si. selaku penguji skripsi dan seluruh Dosen HI UMY yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, memberikan dukungan dan do’a, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Akhir kata, penulis sadar masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Maka penulis sangat mengharapkan masukan, saran ataupun kritik yang dapat memperkaya tulisan ini dari semua pihak, yang dapat dikirim ke email penulis widya_vien@yahoo.com. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi perubahan bagi peradaban umat manusia, mencapai yang lebih baik. Terimakasih

Yogyakarta, 27 Desember 2016


(11)

x

DAFTAR SKEMA DAN TABEL

Skema 1.1 Hubungan antara Sistem Keyakinan dengan Pembuatan Keputusan

Poltik Luar Negeri ... 8

Tabel 1.2 Perbandingan Sistem Keyakinan Bush dan Obama ... 10

Tabel 3.1 Daftar Kelompok Terorisme Internasional ... 37

Tabel 3. 2 Pengeluaran Militer Pemerintah AS ... 48

Tabel 3.3 Jumlah Tentara Amerika Serikat di Afghanistan dan Iraq Tahun 2002 – 2012 ... 52

Tabel 3.4 Anggaran Dana Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DOD) Tahun 2001 – 20017 ... 57

Tabel 3.5 Jumlah Tentara Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak Tahun 2008 – 2015 ... 63


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR SKEMA DAN TABEL ...x

DAFTAR ISI ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Kerangka Pemikiran ... 6

1. Konsep Politik Luar Negeri ... 7

2. Teori Persepsi ... 7

D. Hipotesa... 12

E. Jangkauan Penelitian ... 12

F. Teknik Pengumpulan Data ... 12

G. Tujuan Penelitian ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT A. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Sebelum Serangan 9/11 ... 15

1. Era Pemerintahan George H. W. Bush ( 1989 – 1993 ) ... 16

2. Era Pemerintahan Bill Clinton ( 1993 – 2001 ) ... .17

B. Serangan 11 September 2001 ... 18

1. Kronologi Serangan 9/11 ... 19


(13)

xii BAB III WAR ON TERRORISM

A. Terorisme Sebagai Ancaman Keamanan ... 25

1. Sejarah Munculnya Isu Terorisme ... 25

2. Konvensi Internasional yang Mengatur Tentang Terorisme ... 29

3. Definisi Terorisme ... 34

4. Gerakan Terorisme Internasional ... 36

B. Kebijakan AS Dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme ... 44

1. War on Terrorism Era Presiden George W Bush ... 45

2. War on Terrorism Era Presiden Barack Obama ... 54

BAB IV PERBEDAAN PERSEPSI BUSH DAN OBAMA DALAM MEMERANGI ANCAMAN TERORISME A. Perbedaan Perspektif Bush dan Obama Terhadap Terorisme ... 67

1. Terorisme Dalam Perspektif Bush ... 67

2. Terorisme Dalam Perspektif Obama ... 71

B. Latar Belakang Perbedaan Persepsi Bush dan Obama ... 75

1. Perbedaan Latar Belakang Sosial Politik Bush dan Obama ... 77

2. Platform Partai Politik Bush dan Obama ... 86

BAB V PENUTUP ... 95


(14)

(15)

ABSTRAK

Terrorism issue shoves balance of power issue, ideological war issue since the

9/11 terrorism attack to the US. Since 2001 until present day, the US has enact “global war against terrorism” policy. Under the leadership of President Bush, The US intensely

fighting against terrorism movement through the mobilization of military power (hard

power). Changes into Obama’s leadership, the US use different approach in fighting

against terrorism, smart power is used to fight international terrorism. This article explains the reasons why between Bush and Obama who has different social and political background and different party platform choose different policies to face terrorism threat, and related to perception differences that appear regarding terrorism which affect to both policy in fighting terrorism.

Kata Kunci : war on terrorism, Bush’s perception toward terrorism,Obama’s perception toward terrorism


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berakhirnya Perang Dingin menjadikan AS sebagai kekuatan tunggal yang paling berpengaruh didunia mengubah arah kebijakan luar negerinya dari geo-politik menjadi global politik. Global politik Amerika Serikat berdampak pada sistem dunia internasional dan mengubah tatanan internasional secara langsung. Kekuatan AS dewasa ini telah menjangkau ke setiap sudut dunia, ke semua benua, ke semua negara. Kekuatan itu termanifestasi-kan dalam kekuatan-kekuatan ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, senjata, maupun intelegen.1

Dalam tata dunia yang baru ini, ada tiga pilar haluan politik luar negeri AS, antara lain mewujudkan demokrasi, memajukan kesejahteraan, dan memperkuat keamanan.2 Sejak awal pendiriannya, AS telah menetapkan tujuan dasarnya yaitu :”to maintain security, political freedom, and independence of United States, with its values, institutions, and territory intact; to protect the lives and personal savety of Americans, both at home and abroad; and to provide for the well-being and prosperity of the nations and its people”. Untuk mencapai tujuan dasar tersebut, setiap periode pemerintahan menetapkan prioritas dan

1

Sugeng Riyanto, Imperium Amerika : Krisis Legitimasi dan Implikasi : Jurnal Hubungan Internasional UMY Volume II No.1 Mei 2005.

2 Ibid


(17)

2

menyusun strategi nasional.3 Dengan kapasitasnya sebagai negara adikuasa, politik luar negeri AS sudah melampaui sekedar diplomasi dengan dunia luar, tetapi bahkan mampu mengkontruksi watak negara.4

Berakhirnya Perang Dingin muncul isu baru yang membutuhkan dukungan seluruh dunia yaitu terorisme. Dimana semua negara-negara didunia saling bekerjasama untuk memerangi terorisme baik dalam lingkup nasional, regional, maupun internasional. Terorisme menjadi isu yang paling dominan dalam hubungan internasional yang dianggap mengancam keamanan dunia setelah aksi pengeboman terhadap markas militer AS Pentagon dan gedung World Trade Center yang dilakukan oleh kelompok radikal Al-Qaeda pada 11 September 2001. Peristiwa penyerangan tersebut membuat negara-negara di berbagai belahan dunia ikut terguncang dan menyatakan kewaspadaan terhadap terorisme. Aksi yang dilakukan oleh Al-Qaeda ditetapkan sebagai aksi teror yang mengancam tidak hanya keamanan global akan tetapi juga mengancam demokrasi. Penyerangan oleh kelompok jaringan terorisme Al-Qaeda mendapat respon balik oleh Amerika Serikat dengan dikeluarkannya Kebijakan “Global War on Terrorism” yang disampaikan dalam pidato Presiden Bush sehari setelah peristiwa penyerangan.

Kebijakan Global War on Terorisme kemudian menjadi agenda utama dalam global politik AS. Sedangkan definisi terorisme menurut AS yaitu, 1.istilah "terorisme internasional" berarti terorisme yang melibatkan warga negara atau wilayah lebih dari satu negara: 2.istilah "terorisme" berarti direncanakan,

3

Rizki Roza, Dual-Use Technology Jepang dan Kepentingan Keamanan Nasional AS, Jurnal Hubungan Internasional UMY Volume III No.2 Februari 2008.

4

Adde Marup W, disampaikan dalam mata kuliah Politik Luar Negeri Indonesia pada 18 September 2014.


(18)

3

kekerasan bermotif politik dilakukan terhadap sasaran non-kombatan oleh kelompok-kelompok subnasional atau agen klandestin; dan 3. istilah "kelompok teroris" berarti kelompok berlatih, atau yang memiliki subkelompok signifikan yang praktek, terorisme internasional.5 Melalui National Counter Terorism disebutkan beberapa kelompok/gerakan yang di anggap sebagai gerakan terorisme internasional diantaraya yaitu Al-Qaeda, ISIL, Abdallah Azzam Brigades, Abu Nidal Organization, Abu Sayyaf Group, Al-Aqsa Martyrs Brigade, Ansar al-Dine, Army of Islam, Asbat al-Ansar, Aum Shinrikyo, Abu Sayaf, Basque Fatherland and Liberty, Boko Haram, Communist Party of Philippines/New People’s Army, Continuity Irish Republican Army, Gama’a al-Islamiyya, Hamas, Haqqani Network, Harakat ul-Jihad-i-Islami, Harakat ul-Mujahideen, Hizballah, Indian Mujahedeen, Islamic Jihad Union, Laskar e-Taiba, Taliban, Al-Nusra Front, Greek Domestic Terorism, Turkish Domestic Terorism, Hizballah dan masih banyak lagi.

Dari beberapa kelompok yang dikategorikan sebagai gerakan teroris, Al-Qaeda dan ISIS merupakan gerakan teroris yang paling berpengaruh terhadap politik luar negeri AS. Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden Bush secara penuh memerangi Al-Qaeda dengan dalam kurun waktu 2001-2008 melalui kebijakan The National Security Strategy of United States. Kemenangan awal AS ditandai dengan gulingnya pemerintahan Taliban di Afghanistan. Kemudian sebagai hasil akhir pada pemerintahan Obama yaitu pada tahun 2011, AS berhasil menangkap Osama bin Laden dan mengeksekusi hukuman mati terhadap Osama

5


(19)

4

bin Laden. Sedangkan ISIS atau yang sebelumnya bernama ISIL dideklarasikan oleh Abu Bakar Al-Baghdadi pada tahun 2013. ISIS pada awalnya berafiliasi dibawah naungan kelompok teroris Al-Qaeda, akan tetapi pada tahun 2014, ISIS melepaskan diri dari Qaeda sepenuhnya. Selanjutnya pada 29 Juni 2014, Al-Baghdadi mendeklarasikan berdirinya Negara Islam. Perkembangan ISIS sebagai bentuk gerakan terorisme yang lebih kuat dan radikal menjadikannya sebagai perhatian dunia internasional tidak hanya mengancam masyarakat Irak dan Suriah akan tetapi ISIS merupakan bentuk ancaman global yaitu terorisme. Kebijakan Obama melawan ISIS yaitu dengan membentuk koalisi internasional Operation Inherent Resolve6 untuk mengalahkan ISIS, tercatat 60 negara sebagai anggota koalisi oleh Departemen Luar Negeri AS. AS membangun koalisi dengan berbagai negara baik dengan sekutu-sekutunya di Timur Tengah maupun diluar Timur Tengah.

Isu terorisme sudah menjadi agenda nasional keamanan AS dalam dua periode kepemimpinan yaitu periode Bush dan Obama. Dalam menghadapi isu terorisme tersebut, terdapat perbedaan sikap antara Bush dan Obama. Perbedaan sikap yang paling menonjol dari kebijakan masing-masing presiden terhadap terorisme yaitu dari formasi diplomasi yang dikeluarkan Bush dan Obama. Dalam memerangi gerakan terorisme Bush menggunakan hard power yang cenderung bersifat unilateralisme dimana dalam urusan luar negeri tidak perlu melibatkan negara lain atau nasihat negara lain secara individualistik serta koalisi terbatas yang hanya melibatkan Inggris serta sekutu terdekat. Aplikasi bentuk-bentuk hard

6

Koalisi internasional untuk menurunkan dan menghancurkan ISIS yang dibentuk pada 15 Oktober 2014 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat.


(20)

5

diplomacy yang diterapkan Bush berupa sanksi, ancaman, tindakan militer baik invansi maupun intervensi, paksaan maupun bantuan/ penghargaan beberapa bentuk kebijakan politik luar negeri Bush yakni counter terorism termasuk didalamnya Bush Doctrine, strategi pre-empetive strike yang didesain sebagai strategi serangan pendahulu untuk menghadapi potensi ancaman bagi keamanan nasional suatu negara.7 Sementara Obama cenderung melakukan upaya multilateral mengandalkan smart power yakni melengkapi dua dimensi hard power suatu negara yakni militer (carrots) dan tekanan ekonomi (sticks) dimana soft power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.8 Kebijakan smart diplomacy yang diterapkan Obama yakni melakukan pendekatan dengan negara-negara muslim dengan memprioritaskan keberadaan pasukan multinasional sebagai bagian dari peace building, yaitu pendekatan perdamaian melalui pembangunan wilayah pasca konflik baik di Irak maupun Afghanistan, dialog dan penyelesaian damai melalui forum internasional, Obama juga menerapkan kebijakan agenda setting di Irak dan comprehensive partnership yaitu melakukan kerjasama dengan negara lain salah satunya Indonesia.9

Sedangkan dari segi anggaran, berdasarkan Departemen Pertahanan AS, anggaran untuk Departemen Pertahan pada tahun 2001-2008 pada pemeritahan Bush sebanyak $3,786 trilliun dan pada tahun 2008-2016 pemerintahan Obama

7

Aprylia Nur Amrina Taris, Skripsi Perbandingan Kebijakan Luar Negeri AS Era Goerge Walker Bush dan Obama dalam Isu Terorisme, HI UMY 2014, h.64-74

8

Joseph S. Nye, Soft power: The Means to Succes in The World Politics. New York: Public Affairs. h.5

9


(21)

6

sebanyak $4.988 trilliun.10 Antara tahun 2001 dan 2017 adalah $1,778 trilliun dihabiskan pada atau dianggarkan untuk War on Terror. Dana darurat ditambahkan ke anggaran dasar untuk Departemen Pertahanan. Dengan rincian pada pemerintahan Bush anggaran yang dikeluarkan sebanyak $768,3 milyar sedangkan selama periode pemerintahan Obama sebanyak $935,9 milyar.11 Dari penjelasan diatas nampak bahwa, sikap Presiden Bush dan Obama dalam menyusun kebijakan terkait ancaman terorisme sangat berbeda, fakta ini menarik untuk dikaji dan akan menjadi kajian dalam skripsi ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang penulis rumuskan adalah : Mengapa kebijakan Bush dan Obama terhadap gerakan terorisme berbeda?

C. Kerangka Pemikiran

Dalam menjelaskan rumusan masalah ini penulis menggunakan beberapa kerangka dasar teori dan konsep sebagai alat pisau analisis untuk membedah objek pembahasan yang dapat mendukung penelitian ini. Dalam skripsi ini, teori dan konsep yang penulis gunakan adalah antara lain :

10“DOD Topline FY 2001-2017”

dalam http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0217_budget diakses pada 29 oktober 2016.

11

Kimberly Amandeo, “War on Terror Facts, Costs and Timeline”, 2016, dalam

https://www.thebalance.com/war-on-terror-facts-costs-timeline-3306300 diakses pada 29 Oktober 2016


(22)

7

1. Konsep Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan suatu perangkat formula, nilai, sikap, arah serta sasaran mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional didalam percaturan dunia internasional. Keputusan dan tindakan politik luar negeri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal baik dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.12

Salah satu sumber utama yang menjadi input dalam perumusan kebijakan luar negeri yaitu sumber idiosinkratik, merupakan sumber internal yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat, serta kepribadian elit poltik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri termasuk persepsi seorang elit politik.13 Pada permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini, salah satu yang mempengaruhi pembuatan kebijakan yang dibuat oleh Presiden selaku aktor dalam pembuatan keputusan adalah persepsi yang dimiliki yang digunakan sebagai sumber utama yang mejadi input dalam perumusan kebijakan luar negeri.

2. Teori Persepsi

Teori persepsi ialah teori yang menjelaskan lahirnya sebuah keputusan yang berdasarkan pada persepsi individu selaku pembuat keputusan, adapun persepsi tersebut terbentuk dari sistem keyakinan. Teori ini menekankan pentingnya peranan individu sebagai variabel yang menjelaskan fenomena internasional. Menurut Mochtar Mas’oed, persepsi atau citra yang dimiliki individu bersifat dinamik, dimana persepsi memainkan peran dalam menentukan

12

Anak Agung Banyu Pewita, Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), h.47-55

13


(23)

8

perilaku suatu negara, tanggapan atau suatu keputusan didasarkan pada persepsinya tentang situasi itu. Para pembuat keputusan, dipengaruhi oleh berbagai proses psikologik yang mempengaruhi persepsi dan proses psikologik lain yang membentuk kepribadiannya. 14

Hubungan antara sistem keyakinan dengan pembuatan keputusan politik luar negeri dapat dilihat pada skema 1.1 berikut.

Skema 1.1 Hubungan antara Sistem Keyakinan dengan Pembuatan Keputusan Poltik Luar Negeri

INPUT OUTPUT

(Tak Langsung)

Informasi

(Langsung)

Sumber : Mochtar Mas’oed. 1998. Studi Hubungan Internasional : Teorisasi dan Tingkat Analisis. Yogyakarta: PAU-SS-UGM, halaman 21

Terdapat tiga komponen dalam persepsi, yaitu nilai, keyakinan dan pengetahuan. Nilai, merupakan preferensi terhadap pernyataan realitas tertentu dibandingkan realitas lainnya. Keyakinan, adalah sikap bahwa suatu deskripsi

14

Mochtar Mas’oed, Studi Ilmu Hubungan Internasional : Tingkat Analisa dan Teorisasi. (Yogyakarta: PAU-SS-UGM,1998), h.19

Sitem Keyakinan

Citra tetang apa yang telah, sedang dan akan terjadi (FAKTA)

Citra tentang apa yang seharusnya terjadi(NILAI)

Persepsi tentang realitas


(24)

9

realitas adalah benar terbukti. Dan pengetahuan, adalah bersumber dari data atau informasi yang diterima dari lingkungan.15 Persepsi dan citra yang terbentuk oleh para pengambil keputusan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti : ideologi, kepribadian, tingkat dan lingkungan pendidikan, status sosial, kegiatan dan pengalaman masa lampau, kerugian dan keuntungan potensial serta keadaan emosional seseorang.16 Citra ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Citra yang terbuka menerima semua informasi yang baru, walaupun mungkin bertentangan dengan citra yang dia pegang selama ini kalau perlu merubah citra yang dianut itu agar cocok dengan kenyataan. Citra yang tertutup menolak perubahan dan mengabaikan informasi yang masuk.17 Persepsi dan citra aktor pembuat keputusan mempengaruhi kebijakan yang dibuat. Hal ini didasarkan bagaimana aktor tersebut mendefinisikan situasi menurut apa yang dia pahami berdasarkan pada citra dan sistem nilai yang dimiliki aktor tersebut.

15

Walter S. Jones, Logika HI : Persepsi Nasional I, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992) h,276.

16

Jack C. Plato dan Robert E. Riggs, Kamus Analisa Politik, (Jakarta: Raja Grarindo Persada, 1994), hal. 148-149


(25)

10

Tabel 1.2 Perbandingan Sistem Keyakinan Bush dan Obama

Aspek George W Bush Barack Obama

Informasi -hasil penyelidikan FBI tentang pelaku teror 9/11

-pemikiran Samuel P. Huntington tentang Islam sebagai ancaman baru hegemoni Barat

-informasi terkait Islam sebagai agama yang toleran dan damai yang berasal dari pengalaman hidup -interaksi dengan orang-orang sekitar memiliki perepsi yang sama

Fakta -serangan teroris 9/11 merupakan

ancaman yang nyata

-pelaku teror 9/11 merupakan

Arab,Muslim

-terorisme menjadi ancaman yang nyata

-meningkatnya kemunculan

terorisme internasional yang lebih radikal dan jaringan yang lebih luas Nilai terbentuk dari latar belakang sosial

politik dan platform partai: Republik

terbentuk dari latar belakang sosial

politik dan platform partai:

Demokrat Keputusan/

Kebijakan

Penggunaan hard power dalam

memerangi ancaman terorisme

Penggunaan smart power dalam

memerangi ancaman terorisme

Melalui kerangka teori tersebut, maka dapat kita lihat dalam perspektif Bush fakta serangan 9/11 merupakan sebuah ancaman, ancaman terhadap peradaban umat manusia, ancaman yang tidak hanya mengancam keamanan nasional AS tetapi juga dunia. Hasil penyelidikan yang dilakukan FBI pada 27 September 2001, terdapat 19 pelaku dimana 15 orang berkewarganegaraan Arab Saudi, dua Uni Emirat Arab, seorang dari Mesir dan seorang dari Libanon.18 Informasi tersebut kemudian mengarahkan Bush bahwa teroris identik dengan

18


(26)

11

Islam karna pelaku berasal dari negara mayoritas muslim. Selian itu pemikiran Samuel P. Huntigton yang menyebutkan Islam akan menjadi ancaman baru terhadap hegemoni AS. Nilai yang dimiliki Bush merepresentasikan partai Republik yang memiliki ideologi konservatif dengan karakteristik outward looking, dignity concern dan dalam politik luar negeri mendukung superioritas militer. Hal tersebut yang kemudian membentuk Bush dalam mengasusmsikan terorisme yaitu identik dengan islam, persepsi ini kemudian yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat Bush terkait terorisme.

War on Terorism pada periode Obama merupakan warisan dari periode Bush. Obama melihat fakta terorisme yang terjadi selama ini merupakan ancaman nasional dan internasional akan tetapi terorisme tidaklah identik dengan Islam. Latar belakang sosial Obama lahir dari keluarga multikultural yang terbiasa dengan adanya perbedaan. Obama pernah tinggal di negara mayoritas muslim dimana dia tidak merasakan ancaman yang ditujukan oleh orang-orang muslim disekitarnya ketika hidup dinegara tersebut. Nilai yang dimiliki Obama terbentuk dari platform partai Demokrat yang cenderung inward looking, economic and democracy concern dan berideologikan liberal. Citra Obama yang terbuka mengubah citra teroris yang semula identik dengan islam yakni bahwa terorisme adalah gerakan tanpa label agama. yang dimiliki Obama menentukan kebijakan Obama terkait war on terorism berbeda dengan Bush.


(27)

12

D. Hipotesa

Sikap kedua Presiden yang berbeda terhadap ancaman terorisme karena adanya perbedaan persepsi. Persepsi Bush memandang terorisme identik dengan Islam sedangkan Obama mempresepsikan terorisme adalah gerakan tanpa label agama. Perbedaan persepsi muncul didasarkan pada fakta dalam melihat terorisme, sistem nilai yang terbentuk dari pengalaman dan platform partai, serta input informasi dari orang-orang sekitar tidaklah sama antara Bush dan Obama. Sistem keyakinan dan citra keduanya yang kemudian mengarahkan mereka dalam menentukan seperangkat formula, arah, sikap terhadap terorisme berbeda.

E. Jangkauan Penelitian

Dalam memudahkan penilitian, penulis membatasi waktu penelitian ini yaitu dengan menggunakan jangkauan penilitian periode Presiden George Bush pada tahun 2001 - 2009 dan pada masa periode Presiden Barack Obama tahun 2009 – 2016.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada skripsi ini adalah studi literature/ studi pustaka. Data skripsi ini disusun melalui metode kualitatif dengan menghimpun berbagai sumber literature. Data yang di dapat berasal dari sumber kepustakaan seperti buku-buku terkait dan jurnal ilmiah serta berita media massa seperti koran, majalah, media online, artikel.


(28)

13

G. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan mengapa kebijakan yang dikeluarkan Presiden George Walker Bush dan Presiden Obama terkait isu terorisme berbeda. Bagaimana latar belakang perbedaan partai politik mempengaruhi persepsi keduanya dalam melihat keadaan dan mempengaruhi kebijakan yang dibuat.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dipaparkan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, jangkauan penilitian, teknik pengumpulan data, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

Bab dua membahas tentang politik luar negeri Amerika Serikat sebelum serangan 9/11, serangan 11 September 2001 yang menyebabkan keluarnya kebijakan Global War on Terorisme yang menjadi agenda nasional AS.

BAB III : WAR ON TERORISME

Bab tiga membahas tentang ancaman terorisme dari sejarah munculnya isu terorisme, definisi terorisme, gerakan terorisme internasional serta kebijakan AS di era Bush dan Obama dalam menanggulangi ancaman terorisme.


(29)

14

BAB IV : PERBEDAAN PERSEPSI BUSH DAN OBAMA DALAM MEMERANGI ANCAMAN TERORISME

Bab empat membahas perbedaan persepsi, serta latar belakang munculnya perbedaan persepsi yaitu latar belakang sosial politik Bush dan Obama, serta Partai Republik dan Demokrat sebagai organisasi yang paling berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi masing-masing presiden.

BAB V : PENUTUP

Bab lima berisi kesimpulan yang menguraikan faktor yang menjadikan kebijakan Presiden Bush dan Obama berbeda terkait isu terorisme.


(30)

1

BAB II

POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat tak lepas dari kepentingan nasionalnya yaitu untuk melindungi warga negara, teritorial, mata pencaharian, dan melindungi negara sekutu. Politik luar negeri Amerika Serikat selalu sejalan dengan kepentingan nasional yang ingin dicapainya. Politik luar negeri Amerika mengalami dinamika perubahan yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi domestik maupun internasional. Politik luar negeri AS dinamis menyesuaikan kepentingan nasional dan konteks internasional yang sedang dihadapi. Setiap periode kepemimpinan menetapkan prioritas tertentu terkait politik luar negeri AS yang menunjukan adanya perubahan yang menarik.

Pada bab ini akan dibahas mengenai politik luar negeri Amerika Serikat sebelum munculnya isu terorisme, penulis juga akan memaparkan serangan 11 September 2001 terhadap AS serta persepsi pemerintah dan masyarakat AS yang muncul setelah serangan 9/11 mengenai isu terorisme.

A. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Sebelum Serangan 9/11

Tampilnya AS sebagai negara adidaya satu-satunya paska berakhirnya perang dingin (unipolar, khususnya dibidang militer/ keamanan internasional) membuat negara tesebut kini leluasa untuk menjalankan berbagai strateginya


(31)

2

dalam lingkup internasional.1 Kebijakan AS pasca Perang Dingin didasarkan pada konsep kepentingan nasional, balance of power, dan keuntungan militer serta ekonomi, era pasca Perang Dingin adalah saat bagi Amerika menunjukan kekuatan hegemonik unipolarnya. AS berupaya mendemonstrasikan negara yang dipandang tidak menjalankan nilai-nilai demokrasi atau negara yang dipimpin pemerintahan otoriter.2 Meskipun Uni Soviet sudah hilang, AS masih memandang faktor militer menjadi salah satu penentu bagi pencapaian AS sebagai kekuatan hegemoni. AS adalah negara yang mengedepankan kekuatan militer sebagai sumber hegemoninya

1. Era Pemerintahan George H. W. Bush ( 1989 – 1993 )

Pada pemerintahan George H W Bush salah satu sumber ancaman bagi AS adalah Irak, Irak dianggap sebagai negara yang tidak kooperatif dan provokatif yang dikuasi pemimpin diktator Saddam Hussein. Invansi yang dilakukan Irak ke Kuwait dibawah pimpinan Saddam Hussein oleh AS mengancam kepentingan nasional AS yaitu minyak Kuwait. Periode Bush Senior merancang Tatanan Dunia Baru (a new world order) dengan kekuatan militer sebagai instrumen utamanya.

Intervensi Amerika di Timur Tengah pada masa Perang Iran – Irak pada tahun 1980 – 1988, AS mendukung Irak dengan mengirimkan bantuan dalam hal politik, ekonomi dan militer. Invansi Irak ke Kuwait memulai terjadinya Perang Teluk. Irak merasa invansinya ke Kuwait mendapat dukungan dari AS. Akan

1

Mardenis, Pembrantasan Terorisme: Politik Internasional dan Politik Hukum Nasional Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011), h.5

2


(32)

3

tetapi, invansi tersebut dianggap sebagai ancaman keamanan akan kepentingan minyak AS. AS kemudian memutuskan hubungan diplomatik, menjatuhkan sangsi dan melalukan invansi terhadap Irak dengan mempersiapkan penyerangan militer terhadap Irak secara besar-besaran melalui Operasi Badai Gurun (Operation Desert Storm) pada Januari 1991.3

2. Era Pemerintahan Bill Clinton ( 1993 – 2001 )

Sebagai Presiden dari partai Demokrat, Clinton lebih banyak terfokus pada permasalahan ekonomi daripada militer dan power politics. Kebijakan luar negeri yang ditempuh Clinton lebih mengarah pada upaya-upaya penciptaan perdamaian melalui jalur diplomasi.4 Pada masa pemerintahan Bill Clinton, Amerika Serikat banyak melakukan Diplomasi Track One terkait dengan permasalahan nuklir di Semenanjung Korea. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan mengirimkan perwakilan-perwakilan resmi mereka untuk bernegosiasi dengan Korea Utara perihal permasalahan nuklir.5

Clinton juga mengabaikan perang dengan tidak disentuhnya masalah Irak. Di era pemerintahannya yang kedua Presiden Clinton punya agenda yang lebih agresif yaitu merelease politik luar negerinya dengan membangun kepercayaan Amerika yang lebih bersifat Compromise. Hal ini dibuktikan melunaknya AS di forum-forum multilateral. AS berhasil meyakinkan dunia

3

Sidik Jatmika, Pengantar Studi Kawasan Timur Tengah, (Yogyakarta: Maharsa Publishing House, 2014), h.139-141

4

A. Safril Mubah, Menguak Ulah Neokons, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007), h.62 5

R. Aditia Harisasongko, Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir di Semenanjung Korea (1994-2007) dalam

journal.unair.ac.id/filerPDF/4%20R%20Aditia%20Harisasongko,%20oke.doc diaskes pada 21 November 2016.


(33)

4

dengan terbentuknya APEC (Asia Pacific Economic Cooperation), NAFTA (North America Free Trade Agreement) dll. Yang artinya problem ekonomi AS mulai cair dengan model soften diplomacy ala Clinton . Paket liberalisasi pasar Clinton semakin meyakinkan AS sembuh dari keterpurukan ekonomi.6

Era Presiden Clinton menunjukan penggunaan soft diplomacy sebagai fokus utama politik luar negeri AS. Irak dan Korea Utara yang merupakan ancaman kekuatan hegemoni AS dihadapi dengan penggunaan kekuatan multilateral dan jalur perundingan damai. Penggunaan doktrin enlargment, yaitu perluasan pengaruh AS melalui kekuatan ekonomi menjadi ciri pemerintahan Bill Clinton.

B. Serangan 11 September 2001

Amerika Serikat sejak Perang Dunia II berhasil menciptakan tatanan global terpadu, melalui keterlibatan beragam aktor negara dan non negara, demokrasi, penegakan hukum, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta nilai-nilai multilateraisme. Kekuatan militer, ekonomi dan budaya yang dimilikinya digunakan untuk kepentingan dan egoisme AS.7 Fenomena globalisasi dan majunya teknologi memunculkan aktor baru yang berasal dari non-state. Negara bukan lagi menjadi aktor yang dominan dalam pecaturan dunia. Munculnya aktor-aktor baru memunculkan fenomena-fenomena baru dalam

6

Bambang Nuroso, Upaya Presiden AS Tangani Krisis Ekonomi, dalam http://www.pelita.or.id/baca.php?id=66767 diakses pada 21 November 2016. 7

Lia Nihlah Najwah, Dinamika Struktur Agen dan Perubahan Internasional : Hegemoni AS vs World Polity Pasca 9 11, Jurnal Transformasi Global Universitas Brawijaya Volume 02 No.01 Tahun 2015, h.46-47


(34)

5

hubungan internasional. Salah satunya yaitu fenomena serangan terorisme pada 11 September 2001.

1. Kronologi Serangan 9/11

Pergantian kepemimpinan Presiden Clinton ke Goerge W Bush disambut dengan adanya momen penyerangan oleh para teroris pada 11 September 2001 dengan membajak empat pesawat Amerika yaitu, American Airlanes Flight 11, United Airlanes Flight 175, United Airlanes Flight 93 dan American Airlines Flight 77 dan menabrak Gedung World Trade Center dan kompleks markas militer AS Pentagon di Airlington, Virginia pada 11 September 2001 peristiwa itu dikenal sebagai Tragedi 9/11 atau Tragedy Black September.

Tragedi 9/11 merupakan serangkaian serangan bunuh diri yang telah direncanakan dengan apik terhadap target-target vital Pemerintah AS) seperti Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York dan Gedung Pentagon di Washington DC. Tragedi itu terjadi pada Selasa 11 September 2001 pukul 08.45 waktu setempat. Sekelompok pembajak dari militan Al Qaeda telah menyusup ke dalam empat penerbangan sipil AS dan membajak pesawat-pesawat tersebut. Berdasarkan laporan tim investigasi AS, lebih dari 3.000 jiwa tewas dalam tragedi mengerikan tersebut.8

American 11 ditabrakkan ke Menara Utara World Trade Centre dengan kecepatan 440mil/jam (700km/jam). Semua 92 penumpang dan sembilan awak di dalam pesawat Boeing 767 tewas dan juga sejumlah para pekerja. Orang yang berada di atas lantai 92 dari gedung berlantai 110 itu terperangkap. Ledakan dari

8“11 September 2001, Tragedi 9/11 Gemparkan AS” dalam

http://news.okezone.com/read/2015/09/10/18/1211952/11-september-2001-tragedi-9-11-gemparkan-as diakses pada 22 November 2016.


(35)

6

bahan bakar pesawat menghasilkan bola api besar yang menyebar jauh ke bawah bangunan sampai ke tingkat lobby di West Street. United 175 menghantam Menara Selatan WTC dengan kecepatan 540mil/jam (870km/jam). Pesawat 767 memotong gedung di bagian lantai 77 hingga 85. American Airlines 77 ditabrakkan ke Pentagon dengan kecepatan 530mil/jam (850km/jam) dan menewaskan seluruh 64 penumpang beserta awaknya, juga 125 warga sipil dan aparat militer yang sedang bekerja di dalam gedung itu. Komplek bersegi lima yang terletak di pinggiran Washington merupakan pusat jaringan militer Amerika Serikat dan merupakan salah satu gedung terbesar di dunia.9

Dalam beberapa jam setelah serangan, hasil investigasi “PENTBOM” yang dilakukan FBI pada 27 September 2001 didapat 19 nama-nama pelaku pembajakan. Badan intelijensi Jerman juga mendapatkan hasil yang sama. Pada 27 September 2001, FBI mempublikasikan foto-foto dari 19 pelaku dimana lima belas dari penyerang berasal dari Arab Saudi, dua dari Uni Emirat Arab, satu dari Mesir, dan satu dari Lebanon.10 Persis sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2004, di dalam sebuah pernyataan video terekam, Osama bin Laden mengakui keterlibatan Al-Qaeda pada penyerangan Amerika Serikat.

2. Persepsi Masyarakat dan Pemerintah AS Terhadap Serangan 9/11

Dampak pertama dari runtuhnya menara kembar WTC adalah ketakutan. Dengan kata lain, untuk pertama kalinya rakyat Amerika merasa takut terhadap

9“Kronologis 11 September 2001” dalam

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110908_kronologiseptember.shtml diakses pada 22 November 2016.

10


(36)

7

teroris dan dampak dari aksinya. Kematian mendadak 3000 orang yang sempat membuat lumpuh kehidupan di kota terbesar AS, menjadi pukulan telak kepercayaan warga kepada pemerintah terkait sistem keamanan nasional. Sebelum peristiwa 11 September, perang dan pembantaian massal hanya muncul di televisi dan hanya sedikit yang memberitakan kejadian seperti ini. Namun pasca 11 September, ketakutan akan masa depan dan lumpuhnya negara mulai muncul di hati jutaan warga AS. Ketakutan akibat instabilitas keamanan dan pasca 11 September membuat Amerika cenderung ke arah konservatif.11 Hal ini kemudian berlanjut pada ketakutan masyarakat AS terhadap umat muslim. Fakta bahwa pelaku teror 9/11 adalah orang Islam memunculkan paradigma masyarakat AS bahwa Islam adalah agama yang radikal. Fenomena kebencian dan ketakutan terhadap umat Islam di AS kemudian meluas dengan istilah Islamophobia.

Dalam BBC, Presiden Bush mengatakan “Ini adalah aksi pembunuhan massal yang ditujukan untuk menakut-nakuti bangsa kita sehingga menjadi kacau dan mundur, namun mereka telah gagal. Terorisme atas bangsa kita tidak akan bertahan”.12 Sementara seluruh warga dunia terhenyak menyaksikan sebuah pesawat menghantam Menara Utara WTC dan selang beberapa menit kemudian satu pesawat lain menghantam Menara Selatan. Sepertinya bukan hanya Amerika Serikat saja yang diserang, tapi seluruh kemanusiaan.13 Mereka adalah serangan

11“11 September: Peristiwa yang Mengubah Amerika” dalam

http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/692251_SeptemberPeristiwa_yang_Mengubah_Amerika diakses pada 22 November 2016.

12

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110908_kronologiseptember.shtml diakses pada 20 November 2016.

13“Sepuluh tahun setelah serangan 11 September“ dalam

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110906_pengattarseptember.shtml diakses pada 22 November 2016.


(37)

8

teroris paling mematikan dalam sejarah, mengambil nyawa 3.000 orang Amerika dan warga negara internasional dan akhirnya menyebabkan perubahan jauh dalam pendekatan anti-teror dan operasi di AS dan di seluruh dunia.14 Berangkat dari hal ini, Bush kemudian mendeklarasikan perang global melawan terorisme (global war against terrorism) sebagai jawaban atas serangan 9/11.

Beberapa tahun sebelum serangan 9/11, dalam sebuah serangan teror di kota Oklahama, 180 orang tewas, namun peristiwa ini tidak mengubah sikap pemerintah Amerika. Wajah Amerika yang ditampilkan kepada dunia pasca peristiwa 11 September dengan AS sebelum insiden ini berbeda jauh. Amerika di dekade sebelumnya berulang kali mendapat serangan teror di berbagai dunia, namun reaksi pemerintah Amerika pasca peristiwa 11 September menunjukkan sikap mereka sangat berbeda dengan reaksi yang ditunjukkan sebelumnya di peristiwa seperti pemboman club malam Amerika di Beirut.15

Tragedi World Trade Center 11 September 2001 membawa sebuah periode baru dalam studi keamanan internasional. Tragedi ini telah membangun sebuah kesadaran baru bahwa ancaman bagi AS dan keamanan dunia tidak semata-mata bersumber dari ancaman militer negara-negara musuh (rival great power) saja, namun juga ancaman transnasional.16 Amerika Serikat yang memiliki intelegen yang terkenal dan sangat profesional ternyata gagal dalam menangkis / mengantisipasi serangan yang meruntuhkan simbol-simbol kekuatan dan

14

https://www.fbi.gov/history/famous-cases/911-investigation diakses pada 22 November 2016.

15“11 September: Peristiwa yang Mengubah Amerika” dalam

http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/69225-11_September-_Peristiwa_yang_Mengubah_Amerika diakses pada 22 November 2016. 16

Ratih Herningtyas, Weak State Sebagai Sebuah Ancaman Keamanan : Studi Kasus Kolombia. Jurnal Hubungan Internasional UMY Vol.2 No.2 Oktober 2013, h.146


(38)

9

keperkasaan Amerika. Pasca serangan 11 September tersebut Amerika menentang keras terorisme dan mengatakan terorisme adalah musuh bersama yang harus diperangi.17

Runtuhnya WTC dianggap sebagai defining moment bagi perang melawan terorisme dalam skala global. Di era global sekarang ini, ancaman terhadap kehidupan manusia tampaknya semakin luas dan beragam. Ancaman tersebut tidak lagi berasal dari perang-perang besar (Perang Dunia Pertama dan Kedua) atau ancaman Perang Nuklir yang menjadi “hantu” selama Perang Dingin. Sebaliknya ancaman tersebut bisa berasal dari kekuatan-kekuatan radikal yang berkembang dalam masyarakat. Tentara dan persenjataan yang canggih bukan lagi memegang monopoli kekerasan terhadap kemanusiaan, tetapi justru dari perangkat-perangkat sipil yang tidak dibayangkan sebelumnya.18 Dalam Terorisme and Global Security, Ann E. Roberston mengemukakan bahwa terorisme yang terjadi sekarang ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja menjadi ancaman serius bagi keamanan global.19

Terorisme bukan masalah keamanan nasional utama bagi pemerintah AS di bawah baik Clinton maupun administrasi pra Bush Senior.20 Dari perspektif Amerika, keberhasilan Al-Qaeda dalam melancarkan aksi terorisme dengan meluluhlantakan simbol kekuatan AS dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas yang menyangkut keamanan nasional AS dan perdamaian dunia. Perubahan pandangan Amerika terkait dengan ancaman keamanan nasional

17

Aprilia Restuning Tunggal, Ilmu Hubungan Internasional : Politik, Ekonomi, Keamanan dan Isu Global Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h.63

18

Budi Winarno, Isu-Isu Global Kontemporer, (Yogyakarta: CAPS, 2011), h. 166-167 19

Ibid, h.169 20


(39)

10

(nasional security) AS kemudian bergeser dari kekuatan negara super power dan ideologi menjadi terorisme. Sekarang tantangan keamanan dari kelompok/ organisai non-state yang kekuatan lintas batas wilayah satu negara ke negara lain yang tidak teridentifikasi dari negara tertentu. Serangan 11 September 2001 seolah-olah menjadi fakta munculnya ancaman baru terhadap Amerika Serikat. Terdapat perubahan pandangan AS bahwa isu terorisme tidak lagi menjadi isu domestik di suatu negara akan tetapi telah menjadi isu global yang harus direspon dengan kebijakan yang tepat. Terorisme merupakan musuh utama bagi AS, sehingga pemerintah AS harus memiliki strategi kebijakan politik luar negeri yang khusus yaitu perang melawan terorisme atau Global War on Terror. Amerika Serikat mulai mengkampanyekan dan menyatakan perang melawan terorisme. Global War on Teror kemudian menjadi agenda utama disetiap periode pemerintahan AS.

Politk luar negeri Amerika Serikat selalu dinamis menyesuaikan dengan konteks internasional yang dihadapi. Politik Luar Negeri AS era George H W Bush menunjukan penggunaan instrumen kekuatan militer sebagai fokus utama, ancaman AS yaitu negara-negara yang tidak kooperatif dengan AS. Namun, di era Bill Clinton politik luar negeri AS bergeser ke pendekatan yang lebih mengedepankan kekuatan ekonomi dan diplomasi. Munculnya ancaman baru dalam bentuk kekuatan organisasi yaitu serangan terorisme dihadapi oleh AS pada tragedi 9/11dihadapi AS dengan menggunakan kekuatan militer digunakan sebagai instrumen utama kebijakan politik luar negeri AS dalam perang melawan terorisme.


(40)

25

BAB III

WAR ON TERRORISM

Perubahan persepsi AS terkait dengan keamanan nasional yang pada awalnya sumber ancaman berasal dari kekuatan negra super power dan ideologi bergeser menjadi war on terrorism. Fenomena terorisme kemudian menjadi perhatian semua aktor politik internasional tidak hanya aktor negara tetapi juga aktor non-negara. Dalam bab tiga penulis akan membahas tentang isu terorisme sebagai ancaman keamanan dari mulai sejarah munculnya isu terorisme, definisi terorisme, gerakan terorisme internasional serta bagaimana kebijakan yang diambil oleh AS yaitu oleh Presiden Bush dan Presiden Obama dalam menanggulangi ancaman terorisme.

A. Terorisme Sebagai Ancaman Keamanan

Terorisme merupakan kejahatan yang mengganggu keamanan dan kentrentaman suatu negara. Aksi terorisme berdampak dalam berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, budaya dan lainnya.1 Terorisme menjadi ancaman serius bagi keamanan tidak hanya AS akan tetapi semua negara memiliki pandangan yang sama terkait terorisme.

1. Sejarah Munculnya Isu Terorisme

Terorisme bukanlah sebuah fenomena yang baru. Terorisme telah ada sejak lama dan memiliki sejarah yang panjang dan beragam dengan sebuah

1

Muhammad Taufiq, Terorisme Demokrasi 2 : Densus & Terorisme Negara, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2016), h.1


(41)

26

ideologi yang dipercaya telah ada lebih dari ribuan tahun yang lalu.2 Aksi terorisme pada 11 september 2001 bukanlah aksi terorisme pertama, sebelumnya juga sudah pernah ada aksi terorisme jauh sebelum 9/11.

Kata "terorisme" berasal dari Revolusi Perancis dan "Pemerintahan Teror," ketika teror digunakan sebagai instrumen kebijakan negara. Teror digunakan untuk menghilangkan unsur-unsur kontra dalam populasi Perancis dari anarki dan kekalahan militer, dan menekan penimbunan dan pencatutan. Robespierre (1794), pemimpin radikal mengatakan bahwa “Terror is nothing but

justice, prompt, severe and inflexible.”3 Pada saat itu, Maximilien Robespierre, untuk menanggulangi ancaman kubu monarkis telah memerintahkan eksekusi masssal 17.000 tahanan guna memberikan efek jera kepada lawan-lawan politiknya. Pemerintahan gaya Robespierre ini yang kemudian dikenal dengan “rejim terror”.4

Dalam Education Scotland, disebutkan beberapa gerakan terorisme yang muncul sejak abad ke-15 hingga sekarang, yaitu5

a. 1605 - Guy Fawkes.

Guy Fawkes adalah anggota paling terkenal dari kelompok yang berencana untuk meledakkan Gedung Parlemen. Guy Fawkes adalah seorang Katolik pada saat Katolik telah dilarang di Inggris dan ia dan rekan-konspirator

2

Costantinus Fatolon, Masalah Terorisme Global, (Yogyakarta:PT Kanisius, 2016), h.59 3“Digital History”

, dalam http://www.digitalhistory.uh.edu/topic_display.cfm?tcid=94 diakses pada 10 November 2016.

4

Nanto Sriyanto dan Atikah Nur Alami, Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.7

5“History of Terorism” dalam

http://www.educationscotland.gov.uk/Images/TerrorismThroughTheAgesFactsheet2_tcm4-716339.pdf diakses pada 10 November 2016.


(42)

27

nya ingin menurunkan monarki Protestan. Guy Fawkes dan antek-anteknya yang tertangkap tangan pada 5 November 1605. Setelah menjadi sasaran penyiksaan yang mengerikan mereka dieksekusi atas perintah Raja James.

b. 1770-an - The Boston Tea Party.

Selama abad ke-18 Pemerintah Inggris dan India Company East dikendalikan impor dan ekspor teh di semua koloni Inggris, termasuk Amerika. The Tea Party adalah gerakan perlawanan yang berperang melawan Tea Act, yang telah disahkan oleh Parlemen Inggris pada tahun 1773.

c. Pertengahan abad 19 - The Ku Klux Klan.

Ku Klux Klan (KKK atau The Klan) adalah kelompok rahasia yang berbasis di AS dengan sejarah menggunakan kekerasan dan terorisme untuk menyoroti ideologi mereka supremasi kulit putih. Anggota KKK mengadopsi topeng, jubah dan topi kerucut untuk menyembunyikan identitas mereka dan untuk menambah drama serangan mereka. Pada tahun 1865, KKK menyerang dan membunuh orang kulit hitam pada waktu malam hari. Ini termasuk serangkaian pemboman menargetkan rumah orang kulit hitam di tahun 1950-an dan pembunuhan orang-orang yang mendukung gerakan hak-hak sipil di Amerika.

d. 1914 - Pembunuhan Archduke Franz Ferdinand.

Pada 28 Juni 1914 Franz Ferdinand dari Austria ditembak mati oleh Gavrilo Princip, seorang pembunuh 19 tahun terkait dengan gerakan Black Hand. The Black Hand dibentuk oleh anggota tentara Serbia yang tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah 'Serbia Raya', menyatukan semua wilayah Serbia dianeksasi oleh Kekaisaran Austro-Hungaria, menggunakan kekerasan jika perlu.


(43)

28

Pembunuhan itu menyebabkan meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut dan memicu rantai peristiwa yang akhirnya memicu Perang Dunia I.

e. 1960 - The Troubles, Irlandia Utara.

Istilah 'The Troubles' mengacu pada periode konflik antara elemen masyarakat nasionalis dan serikat Irlandia Utara. Kesulitan diterima secara luas telah dimulai pada akhir tahun 1960 dan berakhir dengan Perjanjian Belfast 'Jumat Agung' pada tahun 1998. Titik utama dari konflik adalah status konstitusional Irlandia Utara dengan nasionalis (Katolik) percaya harus menjadi bagian dari Irlandia sedangkan anggota serikat (Protestan) percaya harus menjadi bagian dari Inggris. Konflik terjadi dengan adanya penembakan dari 14 demonstran yang tidak bersenjata oleh tentara Inggris pada 'Bloody Sunday' pada 30 Januari 1972.

f. 1972 - Serangan Olimpiade Munich.

Selama tahun 1972 Olimpiade di Jerman, anggota kelompok Palestina 'Black September' menyandra atlet Istrael dan membunuh 11 atlet untuk menuntut pembebasan 234 warga Palestina yang dipenjara di Israel.

g. 2001- Black September

Pada 11 September 2001 teroris dari Al-Qaeda membajak empat pesawat penumpang berniat untuk kecelakaan ini menjadi target utama di Amerika Serikat. Para pembajak sengaja menabrakkan dua pesawat ke menara World Trade Centre di New York dan satu pesawat ke gedung Pentagon di Arlington, Virginia menewaskan hampir 3000 jiwa masyarakat AS. Pemimpin Al Qaeda, Osama Bin Laden, mengaku bertanggung jawab atas serangan di tahun 2004.


(44)

29

Penyerangan pada 11 September bukanlah pengalaman pertama Amerika dengan kekerasan teroris. Pada tanggal 24 November 1917, sebuah bom diduga telah ditanam oleh anarkis menewaskan sembilan polisi di Milwaukee, Wisconsin. Pada tanggal 2 Juni 1919, anarkis diduga berangkat serangkaian bom di delapan kota, termasuk Washington, DC, di mana sebuah bom menghancurkan sebagian rumah Jaksa Agung A. Mitchell Palmer. Pada tanggal 16 September 1920, sebuah kereta sarat bahan peledak meledak di Wall Street, di seberang markas J.P. Morgan & Company, menewaskan 40 orang dan melukai 300 orangPemboman tahun 1886 di Haymarket Square Chicago selama reli tenaga kerja, pada tahun 1910 di Times Building Los Angeles selama perselisihan perburuhan, dan pada tahun 1963 di Birmingham, Gereja Baptis 16th Street Alabama adalah hanya beberapa sebelumnya contoh kekerasan tanpa pandang bulu.6

2. Konvensi Internasional yang Mengatur Tentang Terorisme

Kajian isu terorisme telah dibahas sejak abad 20 melalui beberapa konvensi inernasional. Hal ini dibuktikan dengan konvensi-konvensi internasional yang sejak tahun 1963 membahas tentang isu terorisme.

Konvensi Internasional yang mengatur tentang Terorisme adalah :

a. Konvensi yang mengatur kejahatan penerbangan terutama yang terdapat unsur-unsur kejahatan tindakan kejahatan penerbangan adalah merupakan tindakan terorisme. Antara lain yaitu :

6“Terrorism in HistoricalPerspective” dalam


(45)

30

i. Convention on Offences and Certain Other Acts Comitted on Board Aircraft (Tokyo Convention 1963) Konvensi ini membahas mengenai pelanggaran-pelanggaran dan tindakan-tindakan tertentu lainnya yang dilakukan dalam pesawat udara.

ii. The Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft (Deen Hag Convention 1970) Konvensi ini membahas mengenai tindakan-tindakan melawan hukum yang mengancam keamanan penerbangan sipil.

iii. Convention for the Suppression OF Unlawful Act Agaimst the Safety of Civil Aviation (Montreal Convention 1971). Konvensi ini membahas mengenai pemberantasan penguasaan pesawat udara secara melawan hukum.

iv. Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft, 1970. (Konvensi Penindasan terhadap Pengambilan Alih yang Tidak Sah atas Pesawat Terbang).

v. Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation, 1971. (Konvensi Penindasan Tindakan yang Melawan Hukum terhadap Keselamatan Penerbangan Sipil). vi. Convention for the Suppression of Unlawful Acts at Airports

Serving International Civil Aviation, supplementary to the Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation, 1988. (Konvensi Penindasan Tindakan yang Melawan Hukum dengan Kekerasan di Bandara yang Melayani


(46)

31

Penerbangan Sipil Internasional, tambahan atas Konvensi Penindasan terhadap Tindakan yang Melawan Hukum terhadap Keselamatan Penerbangan Sipil).

vii. Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports Serving International Civil Aviation 1988. (Protocol untuk Penindasan terhadap Tindakan Melawan Hukum Di Bandara yang melayani Penerbangan Sipil Intenasional).

b. Konvensi yang mengatur tentang penyanderaan dan tindak pidana terhadap orang-orang yang dilindungi secara hukum merupakan aksi terorimsme. Antara lain yaitu :

i. Convention on the Prevention and Punishment of Crimes against Internationally Protected Persons, including Diplomatic Agents, 1973. (Konvensi Pencegahan dan Hukuman terhadap Tindak Pidana terhadap Orang-Orang yang Dilindungi Secara Internasional, termasuk Agen-Agen Diplomat).

ii. International Convention against the Taking of Hostages, 1979 (Konvensi International memerangi Pengambilan Sandera).

c. Konvensi yang mengatur kejahaan mairitm, wilayah kontinental merupakan bagian dari tindakan terorisme. Antara lain :

i. Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Maritime Navigation, 1988. (Konvensi Penindasan terhadap Tindakan Melawan Hukum terhadap Keselamatan Navigasi Maritim).


(47)

32

ii. Protocol for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of /Fixed Platforms located on the Continental Shelf, 1988. (Protokol Penindasan terhadap Tindakan Melawan Hukum terhadap Keselamatan Kebijakan yang telah Ditetapkan yang terletak di Wilayah Kontinental).

d. International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings, 1997. (Konvensi Internasional Pembrantasan Pemboman oleh Teroris)

Konvensi ini mengatur ketentuan tindak pidana dan penanganannya, kewajiban negara untuk mengambil tindakan hukum dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana serta mengatur kerja sama internasional dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana terorisme.

e. International Convention for The Suppression of The Financing Terrorist, 1999. (Konvensi Internasional Penindasan Dalam Pendanaan Terroris)

Konvensi ini pada awalnya hanya diratifikasi oleh beberapa negara saja. Namun setelah peristiwa 9/11, semua negara anggota PBB dihimbau untuk meratifikasi konvensi tersebut. Konvensi Internasional mengenai Pemberantasan terhadap Pendanaan pendanaan terorisme terjadi apabila seseorang dengan cara apapun, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, secara tidak sah dan dengan sengaja, menyediakan atau mengumpulkan dana dengan tujuan agar dana tersebut digunakan atau dengan sadar mengetahui bahwa dana tersebut akan digunakan baik


(48)

33

seluruhnya atau sebagian daripadanya, untuk menjalankan suatu tindakan teroris.

f. Organization of African Unity (OAU) Convention on the Precention and Combating of Terrorism (1999)

Konvensi negara-negara di kawasan Afrika mendukung adanya pencegahan dan pembrantasan terorisme.

g. UNSR Resolution 1368 (2001) Threats to International Peace and Security Caused by Terrorist Act, adopted by Secuity Council at its 4370th meeting (2001)

Upaya untuk memerangi terorisme terutama terorisme abad kedua puluh satu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengadopsi berbagai Resolusi penting setelah 9/11, yang menguraikan kebutuhan untuk memerangi momok terorisme dengan demikian, menegaskan kembali hak negara untuk membela diri melawan terorisme.

h. EU Council Framework Decision on Combating Terrorism (2002).

Terorisme 9/11 sebagai salah satu pelanggaran paling serius dari kebebasan fundamental, hak asasi manusia dan prinsip-prinsip dan mengikuti rencana aksi disahkan oleh rapat Dewan Eropa yang luar biasa, Framework Decision 2002/475/JHA diadopsi untuk lebih efektif mengatasi terorisme dengan mensyaratkan negara-negara Uni Eropa untuk menyelaraskan undang-undang mereka dan memperkenalkan hukuman minimum mengenai pelanggaran teroris. Keputusan menentukan pelanggaran teroris, serta pelanggaran terkait dengan kelompok teroris


(49)

34

atau pelanggaran terkait dengan kegiatan teroris, dan menetapkan aturan-aturan untuk transposisi di negara-negara Uni Eropa.

3. Definisi Terorisme

Secara etimologi, perkataan “terror” berasal dari bahassa Latin “terre” yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dalam perkataan “to fright”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “menakutkan” atau “mengerikan”. Teror sebagai kata benda berarti : extreme afaer, ketakutan yang amat sangat one who excites extreme afaer, atau seorang yang gelisah dalam ketakutan yang amat sangat. The ability to cause such afaer, kemampuan menimbulkan ketakutan. Sedangkan terorisme sebagai kata kerja adalah the use of violence, intimidation to gain and end, especially, a system of goverment rulling by terror, penggunaan kekerasan, ancaman dan sejenisnya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan akhir/tujuan, teristimewa sebagai suatu sistem pemerintahan yang ditegakkan dengan teror. To intimidate or coerce by terror or by threas of terror, mengancam atau memaksa dengan teror.7

Menurut Terorism Act 2000 (Inggris), terorisme berarti penggunaan ancaman untuk menimbulkan ketakutan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Penggunaan kekerasan terhadap seseorang (atau kelompok) dan menimbulkan kerugian baik berupa harta maupun nyawa. Didesain khusus untuk menciptakan gangguan serius pada sistem elektronik

7

Mardenis, Pembrantasan Terorisme: Politik Internasional dan Politik Hukum Nasional Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011), h.85-86


(50)

35

b. Target atau tujuan terorisme dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah atau organisasi internasional, publik atau bagian tertentu dari publik.

c. Terorisme dibuat dengan alasan politis, agama, rasial, atau ideologi.8

AS sebagai negara yang pertama kali mendeklarasikan war on terrorism, sangat jelas telah secara tidak konsisten menggunakan istilah terorisme. Merujuk pada pengertian terorisme dalam UU Anti Terorisme AS, terorisme berkaitan dengan penggunaan kekuatan (force) dalam mencapai tujuan politik internasional. Terdapat dua kelompok yang termasuk kategori teroris, yaitu :

a. Bangsa atau kelompok yang menggunakan kekuatan

b. Bangsa-bangsa yang membuat keputusan berdasarkan ideologi dan berdasarkan ideologi itu mereka menggunakan kekuatan.9

Pada bulan November 2004, Panel PBB mendefinisikan terorisme yaitu

“Any action intented to cause death or serius bodily harm to civilians, non

combatans, when the purpose of such act by is nature or context, is to intimidate a population or compel a government or interntaional organization to do or abstain

from doing any act”. Segala aksi yang dilakukan untuk menyebabkan kematian atau kerusakan tubuh yang serius bagi para penduduk sipil, non kombatan dimana tujuan dari aksi tersebut berdasarkan konteksnya adalah untuk mengintimidasi

8

Opcit Muhammad Taufiq, h.8 9


(51)

36

suatu populasi atau memaksa pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu.10

Terorisme lahir dalam konteks historis, sosial dan politik yang khusus. Karena itu tidak ada sebuah definisi tunggal yang mampu memberikan definisi yang pasti mengenai terorisme. Namun, dapat dikatakan bahwa semua definisi terorisme mencangkup dan berfokus paling tidak pada faktor utama yakni metode (kekerasan), target (warga sipil) dan tujuan (membangkitkan ketakutan dan memaksakan perubahan politik dan sosial).11

4. Gerakan Terorisme Internasional

Terorisme internasional sebagai aktor bukan negara telah menjadi suatu fenomena baru dalam hubungan internasional. Terorisme internasional menjalankan aksinya lebih dari satu negara. Aktivitas terorisme digolongkan dalam kategori internasional bila terjadi serangan internasional secara langsung oleh suatu fraksi atau golongan terhadap warga negara.12

Terdapat beberapa kelompok terorisme yang tersebar di berbagai wilayah negara. Globalisasi menjadikan batas negara semakin kabur, serta majunya teknologi yang kian pesa menyebabkan jaringan persebaran terorisme semakin meluas. Berikut merupakan beberapa gerakan terorisme menurut yang dirangkum melalui berbagai sumber. Gerakan terorisme sekarang tidak hanya terjadi dalam batas domestik satu negara saja, akan tetapi gerakan terorisme saling berhubungan dan terkoneksi dibeberapa negara lain.

10

Opcit Muhammad Taufiq, h.8 11

Opcit Constantinus, h.60 12


(52)

37

Tabel 3.1 Daftar Kelompok Terorisme Internasional

AFRICA CENTRAL ASIA TERRORISM

Al- Shabaab Ansar Al-Shariq

Ansar Bayt Al-Maqdis (ABM) Lord Resistance Army (LRA) Boko Haram

Al-Qaida in the Lands of Islamic Maghreb (AQIM)

Terrorism in North and West Africa

Hezb E-Islami Gulbuddin Party of Islam

Jaish E-Mohammed (JEM) Lashkar E-Tayyiba (LT) Lashkar E-Jahangui Haqqani Network

Tehsik E-Taliban Pakistan (TTP)

EUROPE MIDDLE AEAST

Greek Domestic Terrorism Irish Republican Army (IRA)

Al-Nusra Front Al-Qaida Core (AQ)

Al-Qaida in the Arabica Peninsula (AQAP)

Hamas Hizballah

Islamic State of Iraq and Levant (ISIL) Turkish Domestic Terrorism

Harakat ul-Mujahideen (HUM) Harakat ul-Jihad-i-Islami (HUJI) Harakat ul-Jihad-i

Palestinian Islamic Jihad (PIJ) Palestine Liberation Front (PLF) Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLF)

Kahane Chai (Kach)

ASIA

Afghan Taliban

Islami/Bangladesh (HUJI-B) Aum Shinrikyo (AUM) Japanese United Army (JPR)

SOUTH EAST ASIA

Abu Sayyaf Group (ASG) Jemaaah Islamiya

Communist Party of Philippines/New People’s Army (CPP/NPA)

America

Fuerzas Armandas Revolucionarias de Colombia (FARC)


(1)

11

hubungan saya dengan Islam berasal dari kakek dari garis ayah di Kenya dan ayah tiri saya di Jakarta. tetapi saya tidak pernah mempraktikan Islam. Untuk beberapa tahun aku tinggal di Indonesia karena Ibuku mengajar disana. Indonesia adalah negara kaum muslimin. Saya sempat sekolah di Jakarta, mempelajari Islam disana, namun tidak mempraktikan Islam. Kenyataan lain memberi saya sejumlah pemikiran mengenai bagaimana seharusnya menjalin hubungan terbaik dengan Timur Tengah. Saya yakin bahwa hanya dengan pemahaman yang benar, kita bisa menjadi bangsa penyelamat.”

Barrack Hussein Obama lahir pada 4 Agustus di Honolulu, Hawai. Ayahnya Barrack Hussein Obama Senior (Sr), pria kulit hitam yang berasal dari Kenya. Ibunya, Shirley Ann Dunham, wanita kulit putih keturunan Cherokee berasal dari Wichita, Kansas, AS. Ayah dan ibunya bertemu saat keduanya sama-sama kuliah di East-West Center, University of Hawai dan menikah tahun 1969. Ayah dan ibunya merupakan sosok yang memiliki perhatian tinggi pada pendidikan. (Rahman, 2008) Setelah orang tuanya bercerai, Ibu Obama menikah mahasiswa asing lainnya di University of Hawaii, Lolo Soetoro dari Indonesia. Dari usia enam sampai sepuluh, Obama tinggal bersama ibunya dan ayah tirinya di Indonesia, di mana dia menghadiri sekolah Katolik dan sekolah Islam. (Barrack Obama: Life Before The Presidency)

Barack Obama tinggal di di Los Angeles sebagai mahasiswa, kemudian pindah ke Universitas Columbia di New York, dia menamatkan pendidikan S3 di Harvard Law School. Chicago bisa dikatakan sebagai awal karir Barack Obama, baik sebagai aktivis di tingkat komunitas, sebagai praktisis hukum, akademisi di Universitas Chicago, dan kemudian sebagai politisi. Karir politik Barack Obama bermula di badan legislatif negara bagian Illinois pada tahun 1997. Pada tahun 2000 dia mencalonkan diri sebagai anggota Kongres, namun gagal. Karirnya sebagai politisi federal dimulai tahun 2004 ketika terpilih sebagai senator dari Illinois. Obama baru dilantik sebagai senator pada awal tahun 2005, dan dua tahun kemudian sudah mengajukan diri untuk menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. (Sosok Obama) Sebelum terpilih menjadi sebagai Senator Illionis pada pemilu 2004, Obama juga aktif terlibat dalam pembelaan hak-hak


(2)

12

sipil. Ia juga berjuang keras dalam perumusan kebijakan perluasan yang memadai untuk perusahaan dengan tenaga kerja yang sudah memiliki hak menetap di AS. (Rahman, 2008)

Partai Republik dan Demokrat

Arah kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat dipengaruhi salah satunya oleh partai politik, partai politik adalah salah satu aktor yang juga memiliki kepentingan dalam mempengaruhi karakter dan perumusan politik luar negeri Amerika Serikat. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat tergantung pada partai mana yang sedang mendominasi pemerintahan. Presiden Bush diusung oleh partai Republik sedangkan Obama diusung oleh partai Demokrat, antara Partai Republik dan Partai Demokrat, keduanya memiliki program, tujuan, ideologi serta basis masa yang berbeda.

Banyak kebijakan dari Partai Republik memberikan dampak besar dalam pemerintahan AS di era Bush baik politik dalam negeri maupun kebijakan luar negeri . Partai Republik mendukung perang melawan teroris dan juga menolak persebaran nuklir di dunia. Maka program-program yang diusung oleh Bush tidak jauh berbeda dengan program partainya dan juga tak lepas dari kepentingan partai Republik.

Partai Republik cenderung beraliran konservatif. Partai Republik yang didominasi oleh kalangan konservatif selalu memiliki pandangan bahwa situasi politik yang ada telah berjalan dengan baik, karena pada praktiknya akan selalu ada perbaikan lewat sejarah dan tradisi yang panjang. Mereka cenderung menolak perubahan bahkan dapat dikatakan skeptis. Dalam memutuskan sesuatu mereka lebih mengacu pada tradisi dan sejarah dapat juga berdasarkan nilai-nilai moral yang mereka anut. Dilihat dari ras dan warna kulit, berdasarkan survei yang telah dilaksanakan di tahun 2009, keanggotaan Partai Republik didominasi oleh orang kulit putih Amerika, 89% dari anggota partai adalah orang kulit putih keturunan non-hispanik, 5% orang hispanik, 2% orang kulit hitam, dan 4% lainnya berasal dari ras lain. (Sistem Politik Amerika)

Dalam masa pemerintahan Bush, keyakinan agama terutama Kristen Evangelis yang konservatif, memegang peranan besar untuk menentukan arah kebijakan. Kevin Philips, mantan ahli strategi Partai Republik menyimpulkan bahwa pengaruh Kristen


(3)

13

konservatif dalam dua kali pemilihan Presiden pada tahun 2000 dan 2004 serta dua kali masa pemerintahan Bush menandai sebuah transformasi Partai Republik menjadi partai religius pertama dalam sejarah AS. (Widada, 2007) Menurut Hertsgaard, sejak awal 2000, kelompok Kristen sayap kanan (Christian Right) ini memang telah memilih berdiri dibelakang Bush. Presiden AS ini pun membuat politik balas budi terhadap kelompok yang memiliki basis kuat terutama di AS bagian selatan. (Husaini, 2005)

Partai Demokrat tetap memiliki ciri khusus yakni tempat penampungan dari beragam kelompok mulai dari kelompok kulit putih yang pada umumnya tinggal dikawasan suburban dan kelompok-kelompok inoritas yang umumnya tinggal diwilayah perkotaan. Perkembangan dalam 20 tahun terakhir abad ke-20 bahkan menarik kalangan minoritas baru untuk bergabung dengan Demokrat seperti kelompok pecinta lingkungan hidup, aktifis wanita, dan termasuk kalangan LGBT (lesbian, gay, bisexsual dan transgender). (Cipto, 2007) Partai Demokrat lebih terkenal dengan agenda dalam negeri yang mendukung program sosial. Sedangkan agenda luar negerinya lebih banyak menawarkan kebijakan politik untuk menghindari perang. (Kamil)

Partai Demokrat dikenal sebagai partai yang lebih liberal yang merujuk pada makna menjunjung tinggi kebebasan bagi individu sebagaimana di AS sendiri, mereka mencoba menciptakan berbagai saran dan instrument untuk melindungi kebebasan individu seperti lembaga-lembaga pembela hak asasi manusia, adanya kebebasan berbicara, kebebasan pers, otonomi daerah dan perlindungan terhadap civil rights. Keanggotaan Partai Demokrat lebih bervariasi, tidak ada dominasi yang terlalu signifikan dalam diri Partai Demokrat ketika dilihat dari ras dan warna kulit. Sepertiga dari anggota Partai Demokrat adalah bukan keturunan kulit putih yaitu sekitar 60% adalah orang kulit hitam, 23% orang kulit putih dan sisanya adalah orang keturunan Hispanik. (Sistem Politik Amerika)

Barrack Husein Obama dan Partai Demokrat menjadi pilihan komunitas Muslim Amerika. Komunitas Muslim lebih memilih Partai Demokrat. Partai ini dikenal dekat dengan kaum minoritas termasuk didalamnya kaum Muslim. Disamping itu, keberadaan Hillary Clinton sebagai Menteri Luar Negeri AS dan Joe Biden sebagai


(4)

14

wakil Presiden juga mempengaruhi setiap kebijakan Obama, yang memiliki pandangan politik serupa dalam hal perang melawan teroris.

Demokrat lebih memilih untuk menyelesaikan permasalahan kebijakan luar negeri dengan diplomasi dan perundingan-perundingan, to maintain peace, dan lebih ketat dalam menggunakan kekuatan militer yang dimiliki oleh Amerika Serikat, sedangkan Republik lebih condong pada peningkatan kekuatan militer yang telah dimiliki tersebut agar digunakan sebaik-baiknya, dan lebih memilih aksi untuk menyelesaikan permasalahan internasional melalui jalur militer daripada secara diplomatik, hal ini mencerminkan ideologi dasar yang dimiliki oleh masing-masing partai politik di Amerika Serikat dan hal itu tentu memiliki pengaruhnya tersendiri dalam penentuan kebijakan luar negeri di Amerika Serikat yang kemudian berpengaruh secara Internasional. (Memahami PLN AS)

Kesimpulan

Dalam periode tahun 2001 hingga 2016, Amerika Serikat dipimpin oleh dua presiden yang memiliki perbedaan yang relative signifikan. Politik luar negeri AS baik era Bush dan Hussein Obama memiliki kepentingan yang sama, yaitu mencapai kepentingan Amerika Serikat serta menjaga hegemoni kepemimpinan AS didunia. Namun, terlihat perbedaan sikap dalam operasionalisasi kebijakan war on terrorism oleh Presiden Bush dan Obama. Pada era Presiden Bush karakteristik war on terrorism adalah penggunaan hard power dalam bentuk mobiliasasi kekuatan militer, sedangkan Obama menggunaan smart power dalam memerangi terorisme. Bush melihat ancaman terorisme berasal dari militan Islam sedangkan Obama berpendapat bahwa terorisme adalah gerakan tanpa label agama.

Wajar jika perbedaan latar belakang sosial politik dan platform partai yang mengusung keduanya menjadikan kedua Presiden tersebut memiliki gaya kepemimimpinan dan kebijakan yang berbeda salah satunya dalam hal persepsi terkait ancaman terorisme. Latar belakang Bush sosial politik yang banyak dipengaruhi oleh ayahnya, pemikiran Samuel P. Huntington serta pengaruh dari neo-konservatife. Selain itu platform partai politik yang juga sangat berpengaruh besar dalam dinasti keluarga


(5)

15

Bush yaitu partai Republik yang dalam politik luar negeri mendukung superioritas militer menentukan bagaimana persepsi Bush terkait ancaman terorisme. Sedangkan Obama memiliki sistem nilai yang lebih terbuka didapat dari pengalaman hidup di Indoseia selama enam tahun dan berasal dari keluarga multilateral dan diusung oleh Partai Demokrat yang berideologikan liberal menjadikan Obama memiliki persepsi yang bertolak belakang dengan Bush. Fakta bahwa adanya keterkaitan persepsi yang terbentuk berasal dari latar belakang sosial politik dan platform partai politik yang mengusung Bush dan Obama, yang kemudian mempengaruhi gaya kepemimpinan dan kebijakan yang dibuat. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan dalam menjelaskan seperangkat nilai dan formula yang dibuat berbeda antara Bush dan Obama.

Daftar Pustaka

Astrid. Kepentingan Amerika Serikat Meningkatkan Hubungan Dengan Negara Islam Pada Masa Pemerintahan Barrack Obama (Studi Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Tentang Islam dan Terrorisme dalam

repository.upnyk.ac.id/1411/1/RESUME_Astri diaskes pada 30 November 2016. "Barrack Obama: Life Before The Presidency" dalam

http://millercenter.org/president/biography/obama-life-before-the-presidency diaskes pada 4 Desember 2016.

Belasco, Amy. (2009). Troop Levels in the Afghan and Iraq Wars FY2001-FY2012: Cost and Other Potential Issues dalam https://www.fas.org/sgp/crs/natsec/R40682.pdf diakses pada 29 November 2016.

"Biography of President George W. Bush" dalam

https://georgewbush-whitehouse.archives.gov/president/biography.html diaskes pada 4 Desember 2016. Cipto, B. (2007). Politik dan Pemerintahan Amerika. Yogyakarta: Lingkaran Buku.

"Defense Budget" dalam http://www.cfr.org/defense-budget/trends-us-military-spending/p28855 diakses pada 29 November 2016.

Dewi, A. K. Obama Membawa Perubahan Makna Penting Bagi Indonesia dalam

http://www.uinjkt.ac.id/id/obama-diharapkan-membawa-makna-penting-bagi-indonesia/ diakses pada 30 November 2016.

"DOD Topline FY 2001-2017" dalam http://www.defense.gov/News/Special-Reports/0217_budget diakses pada 29 Oktober 2016.

Fatolon, C. (2016). Masalah Terorisme Global. Yogyakarta: PT Kanisius.

Hasanawati, S. Skripsi Kebijakan National Security Strategy 2002 Tentang Terorisme di Irak Pada Masa Periode George W. Bush Tahun 2003 - 2009 dalam

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24205/1/SITI%20HASANA WATI.pdf diaskes pada 25 November 2016.

Huntington, S. P. (2012). Benturan Antar Peradaban Dan Masa Depan Politik Dunia. Jakarta: Penerbit Kalam.


(6)

16

Husaini, A. (2005). Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular- Liberal. Jakarta: Gema Insani.

Kamil, L. Bush dan Politik Realisme AS dalam

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4419&coid=1&caid=24&gid=4 diaskes pada 6 Desember 2016.

Mardenis. (2011). Pembrantasan Terorisme: Politik Internasional dan Politik Hukum Nasional Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

"Memahami PLN AS" dalam http://hi.undip.ac.id/memahami-politik-luar-negeri-amerika-serikat/ diakses pada 6 Desember 2016.

Mubah, A. S. (2007). Menguak Ulah Neokons. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

"Sistem Politik Amerika" dalam http://mahrita-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-82507-

Sistem%20Politik%20Amerika-BASIS%20DEMOGRAFIS%20PARTAI%20di%20AMERIKA%20:%20Demografis% 20Partai%20Republik%20dan%20Demokrat.html diaskes 4 Desember 2016.

"Sosok Obama" dalam

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2009/11/091123_obama_sosok.shtml diaskes 4 Desember 2016.

Rahman, T. (2008). Obama: Tentang Israel, Islam dan Amerika. Jakarta Selatan: Mizan Publika.

Taris, A. N. (2014). Skripsi Perbandingan Kebijakan Luar Negeri AS Era Goerge Walker Bush dan Obama dalam Isu Terorisme. Yogyakarta: HI UMY.

Taufiq, M. (2016). Terorisme Demokrasi 2 : Densus & Terorisme Negara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widada, r. (2007). Bush dan Hitler. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Winarno, B. (2011). Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.