ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA PADA MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI SE-KOTA BINJAI.

(1)

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA PADA MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI SE-KOTA BINJAI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

SAILANA MIRA RANGKUTY

NIM. 8146173021

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Sailana Mira Rangkuty. Analisis Pengetahuan dan Sikap Siswa pada Materi Bioteknologi di SMA Negeri Se-Kota Binjai. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi; (2) Besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi berdasarkan indikator pembelajaran; (3) Besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi berdasarkan level kognisi; (4) Besar tingkat ketuntasan belajar siswa pada materi Bioteknologi; (5) Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap siswa pada materi Bioteknologi. Penelitian ini bersifat deskriptif kwalitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri Se-Kota Binjai yang diwakili 5 SMA Negeri. Meliputi SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 4, SMA Negeri 6, SMA Negeri 7. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes diagnostik terhadap penguasaan materi Bioteknologi, angket sikap siswa dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif menggunakan persentase dan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat pengetahuan siswa secara keseluruhan mencapai 68,15 (68,15±15,24) termasuk kriteria baik. (2) Tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi berdasarkan indikator diperoleh sebagai berikut ind 1.1 (80,55%±6,25%), ind 1.2 (55,07±8,02%), ind 1.3 (82,33%±10,48%), ind 1.4 (69,54%±13,45%), ind 1.5 (61,38%±6,16%), ind 2.1 (56,28%±9,67%), ind 2.2 (64,15%±17,23%), ind 2.3 (68,97%±16,32%). (3) Tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi berdasarkan level kognisi sebagai berikut C1 (80,76%±9%), C2 (61,28% ± 11%), C3 (63,76%±19%), C4 (64,29%±19%). (4) Tingkat ketuntasan belajar siswa pada materi Bioteknologi (36,32%). (5) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap belajar siswa (r=0,208 , Sig=0,000). Berdasarkan Rhitung yang diperoleh maka diketahui hubungan antara sikap dan nilai siswa tergolong dalam hubungan yang berkorelasi positif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa termasuk dalam kategori baik namun masih diperlukan upaya peningkatkan pengetahuan dan sikap siswa untuk hasil yang lebih baik. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap siswa tergolong dalam hubungan yang berkorelasi lemah.

Kata Kunci: Tingkat pengetahuan siswa, Sikap siswa, Tes diagnostik, Ketuntasan belajar, Bioteknologi, Sekolah menengah atas.


(6)

ii

ABSTRACT

Sailana Mira Rangkuty. Analisys of student’ knowledge and attitude towards biotechnology subject matter of Senior High School in Binjai. Thesis. Postgraduate Program State University of Medan. 2016.

This research aimed to determined: (1) the level of student’ knowledge on biotechnology subject matter; (2) the level of student’ knowledge on biotechnology subject matter based on learning indicators; (3) the level of student’ knowledge on biotechnology subject matter based on cognitive level; (4) the level

student’ completeness on biotechnology subject matter; (5) the relationships between student’ knowledge and attitude on biotechnology subject matter. This research was descriptive qualitative research. The population of this research were grade XII student from 5 senior high school in Binjai including SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 4, SMA Negeri 6, SMA Negeri 7. Samples were chosen by using purposive sampling technique. Data were collecting using instrument of diagnostic test mastery on matter biotechnology, student’ attitude questionnaire, and interview. The data were analyzed using descriptive percentage and Spearman corelation. Result from this research showed: (1) the level of

student’ knowledge on biotechnology subject matter was 68,15 (SD±15,24) and categorized as good. (2) the level of student’ knowledge on biotechnology subject matter based on learning indicators as ind 1.1 (80,55%±6,25%), ind 1.2 (55,07±8,02%), ind 1.3 (82,33%±10,48%), ind 1.4 (69,54%±13,45%), ind 1.5 (61,38%±6,16%), ind 2.1 (56,28%±9,67%), ind 2.2 (64,15%±17,23%), ind 2.3 (68,97%±16,32%). (3) the level of student knowledge on biotechnology subject matter based on cognitive level were C1(80,76% ± 9%), C2 (61,28% ± 11%), C3 (63,76% ± 19%), C4(64,29% ± 19%). (4) the level of student’ completeness on biotechnology subject matter was (36,32%). (5) there was significant relationship between the level of knowledge and student’ attitude (r=0,208, Sig=0,000). This result showed the corelation is positive between knowledge level with student attitude. Based on the result of this research it can concluded the level of knowledge of students is categorized as good but still important to improve the level of knowledge and student’ attitude for more goodness result. The relationship between knowledge level with student’ attitude is weak.

Keyword: The level of knowledge, Students attitude, Diagnostic test, Student completeness, Biotechnology, Senior high school.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA PADA MATERI

BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI SE-KOTA BINJAI”. Penulisan karya

ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi umat diseluruh zaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya secara khusus kepada:

1. Teristimewa untuk Ayahanda tercinta Abu Sarman Rangkuty dan Ibunda tercinta Dra. Roslaini. B untuk semua cinta, kesabaran, kepercayaan, doa, nasehat dan semangat yang diberikan selama proses penyelesaian tesis ini serta kepada adik tercinta Fitri Yani Rangkuty tercinta yang telah memberi bantuan baik materil maupun moril.

2. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si. (Ketua Program Studi Pendidikan Biologi) dan Bapak Syahmi Edi, M.Si sebagai dosen pembimbing tesis yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, motivasi dan waktu kepada penulis dari awal penyusunan sampai tesis ini terselesaikan.

3. Ibu Dr. Martina Restuati, M. Si., Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si., serta Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Ibu Profesor Sri Milfayetti M.Psi dan Bapak Zulkifli Simatupang M.Pd selaku validator instrumen.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta karyawan staf tata usaha Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Begitu pula


(8)

iv

dengan seluruh guru yang telah memberikan ilmu yang tak terhingga dari tingkat SD, SMP, SMA hingga bangku perkuliahan.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri Kota Binjai dan Guru-guru Biologi kelas XII IPA yaitu Ibu Juwita Ginting, Ibu Sri Eminingsih, Ibu Pakenta Bukit, Bapak Fauzi, Ibu Meteh Muli, Ibu Hafsah Laili dan Ibu Farida Sari yang membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

7. Rekan mahasiswa program studi Pendidikan Biologi Pascasarjana UNIMED angkatan XXIV sekaligus teman seperjuangan Verronicha Crysty, Dian Arisandi, Putri Leo, Zaura, Rahma serta seluruh teman-teman yang membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Rekan-rekan kerja yang telah memberikan bantuan dan kelapangan waktu selama masa perkuliahan meliputi Pimpinan, Staf serta Pengajar Ganesha Operation Binjai terkhusus bang Agam, kak Valen, Easter Christina.

9. Teman yang membantu disaat saya membutuhkan segala bantuan Sari Y, Debby P, Devita S, Putri Dina, Fadillah S, Bagus K, Benni dan Zailani.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, 25 Juli 2016 Penulis


(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis ... 11

2.1.1 Pengetahuan siswa ... 11

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Siswa ... 11

2.1.1.2 Tingkatan Pengetahuan Siswa ... 12

2.1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 13

2.1.2 Sikap Siswa ... 14

2.1.2.1 Pengertian Sikap Siswa ... 14

2.1.2.2 Ciri-ciri Sikap ... 16

2.1.2.3 Proses Pembentukan Sikap ... 17

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap ... 19

2.1.2.5 Pengukuran Sikap Siswa ... 19

2.1.3 Belajar ... 21


(10)

vi

2.1.3.2 Diagnosis Kesulitan Belajar ... 22

2.1.4 Tes Diagnostik ... 24

2.1.4.1 Pengertian Tes Diagnostik ... 24

2.1.4.2 Perbedaan Tes Diagnostik dan Tes Prestasi ... 27

2.1.4.3 Karakteristik Tes Diagnostik... 28

2.1.4.4 Posisi Tes Diagnostik ... 28

2.1.4.5 Langkah Pengembangan Tes Diagnostik ... 29

2.1.4.6 Waktu Pelaksanaan Tes Diagnostik ... 32

2.1.4.7 Analisis dan Tindak Lanjut Tes Diagnostik ... 33

2.1.5 Materi Bioteknologi ... 36

2.2 Kerangka Berfikir... 67

2.3 Hipotesis Penelitian ... 68

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 69

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 69

3.3 Jenis Penelitian ... 70

3.4 Prosedur Penelitian... 70

3.5 Definisi Operasional... 72

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data ... 72

3.7 Tekhnik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 79

4.1.1 Tingkat Pengetahuan Siswa Pada Materi Bioteknologi Se-Kota Binjai 79 4.1.2 Tingkat Pengetahuan Siswa Pada Materi Bioteknologi Berdasarkan Asal Sekolah ... 80

4.1.3 Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Indikator Pembelajaran ... 83

4.1.4 Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Level Kognisi ... 84 4.1.5 Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Indikator


(11)

vii

Pembelajaran di tiap Sekolah... 85

4.1.6 Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Level Kognisi di tiap Sekolah ... 90

4.1.7 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Se-Kota Binjai ... 93

4.1.8 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa di Tiap SMA Negeri Kota Binjai .. 95

4.1.9 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Belajar Siswa ... 98

4.2 Pembahasan ... 100

4.2.1 Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Pada Materi Bioteknologi Se-Kota Binjai ... 100

4.2.2 Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Pada Materi Bioteknologi Berdasarkan Asal Sekolah ... 104

4.2.3 Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Indikator Pembelajaran ... 109

4.2.4 Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Level Kognisi... 111

4.2.5 Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Indikator Pembelajaran di tiap Sekolah ... 114

4.2.6 Analisis Tingkat Pengetahuan Siswa Se-Kota Binjai Berdasarkan Level Kognisi di tiap Sekolah... 118

4.2.7 Analisis Tingkat Ketuntasan Siswa Se-Kota Binjai ... 120

4.2.8 Analisis Tingkat Ketuntasanan Siswa di Tiap SMA Negeri Kota Binjai 121 4.2.9 Analisi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Belajar Siswa . 122

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 126

5.2 Implikasi ... 128

5.3 Keterbatasan Peneliti ... 129

5.4 Saran ... 129


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Ketuntasan Siswa SMA Negeri T.P. 2014-2015... 3

Tabel 2.1. Cakupan Penilaian Sikap ... 21

Tabel 2.2. Perbedaan Tes Diagnostik dan Tes Prestasi Belajar ... 27

Tabel 2.3. Tekhnik yang Mendorong Perkembangan Bioteknologi ... 39

Tabel 2.4. Produksi Protein Berbagai Organisme ... 44

Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 69

Tabel 3.2. Sampel Penelitian ... 70

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Diagnostik ... 73

Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Penilaian Sikap Siswa ... 75

Tabel 3.5. Kategori Tingkat Pengetahuan Siswa ... 77

Tabel 3.6. Kategori Tingkat Ketuntasan Siswa ... 77

Tabel 3.7. Koefisien Korelasi de Vaus ... 78

Tabel 4.1. Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri Se-Kota Binjai ... 79

Tabel 4.2. Tingkat Pengetahuan Se-Kota Binjai Berdasarkan Indikator ... 83

Tabel 4.3. Tingkat Pengetahuan Se-Kota Binjai Berdasarkan Level Kognisi 84 Tabel 4.4. Tingkat Pengetahuan SMA N 1 Binjai Berdasarkan Indikator ... 85

Tabel 4.5. Tingkat Pengetahuan SMA N 2 Binjai Berdasarkan Indikator .. 86

Tabel 4.6. Tingkat Pengetahuan SMA N 4 Binjai Berdasarkan Indikator ... 87

Tabel 4.7. Tingkat Pengetahuan SMA N 6 Binjai Berdasarkan Indikator ... 88

Tabel 4.8. Tingkat Pengetahuan SMA N 7 Binjai Berdasarkan Indikator ... 89

Tabel 4.9. Tingkat Pengetahuan SMA N 1 Binjai Berdasarkan Level Kognisi 90 Tabel 4.10. Tingkat Pengetahuan SMA N 2 Binjai Berdasarkan Level Kognisi 90 Tabel 4.11. Tingkat Pengetahuan SMA N 4 Binjai Berdasarkan Level Kognisi 91 Tabel 4.12. Tingkat Pengetahuan SMA N 6 Binjai Berdasarkan Level Kognisi 92 Tabel 4.13. Tingkat Pengetahuan SMA N 7 Binjai Berdasarkan Level Kognisi 93 Tabel 4.14. Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri Se-Kota Binjai ... 93

Tabel 4.15. Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 1 Binjai ... 95

Tabel 4.16. Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 2 Binjai ... 95


(13)

ix

Tabel 4.18. Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 6 Binjai ... 97 Tabel 4.19. Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 7 Binjai ... 98


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Analogi Dokter dan Guru ... 25

Gambar 2.2. Posisi Tes Diagnosstik ... 29

Gambar 2.3. Waktu Pelaksanaan Tes Diagnostik ... 32

Gambar 2.4. Jamur Oncom Neurospora ... 44

Gambar 2.5. Contoh Produk Penisilin ... 46

Gambar 2.6. Alexandre Flemming Penemu Penisilin ... 46

Gambar 2.7. Interaksi Bakteri dan Antibiotik ... 47

Gambar 2.8. Vaksinasi Melalui Oral ... 48

Gambar 2.9. Pengaruh Spora dan Toksin terhadap hama ulat... 50

Gambar 2.10. Bagan Pencucian Bijih Tembaga dengan Bakteri ... 53

Gambar 2.11. Mekanisme Kultur Jaringan Tanaman ... 55

Gambar 2.12. Pembentukan DNA Rekombinan ... 57

Gambar 2.13. Tekhnik Sintesis Antibodi Monoklonal ... 61

Gambar 2.14. Tahapan Klona Embrio pada Hewan Ternak ... 63

Gambar 4.1 Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Negeri se-Kota Binjai ... 79

Gambar 4.2 Tingkat Pengetahuan se-Kota Binjai Berdasarkan Indikator . 83 Gambar 4.3 Tingkat Pengetahuan se-Kota Binjai Berdasarkan Level Kognisi ... 84

Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator SMA N 1 Binjai 85 Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator SMA N 2 Binjai 86 Gambar 4.6 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator SMA N 4 Binjai 87 Gambar 4.7 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator SMA N 6 Binjai 88 Gambar 4.8 Tingkat pengetahuan Berdasarkan Indikator SMA N 7 Binjai 89 Gambar 4.9 Tingkat Pengetahuan Level Kognisi SMA Negeri 1 Binjai ... 90

Gambar 4.10 Tingkat Pengetahuan Level Kognisi SMA Negeri 2 Binjai ... 91

Gambar 4.11 Tingkat Pengetahuan Level Kognisi SMA Negeri 4 Binjai ... 91

Gambar 4.12 Tingkat Pengetahuan Level Kognisi SMA Negeri 6 Binjai ... 92

Gambar 4.13 Tingkat Pengetahuan Level Kognisi SMA Negeri 7 Binjai ... 93


(15)

xi

Gambar 4.15 Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 1 Binjai ... 95

Gambar 4.16 Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 2 Binjai ... 96

Gambar 4.17 Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 4 Binjai ... 96

Gambar 4.18 Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 6 Binjai ... 97

Gambar 4.19 Tingkat Ketuntasan Siswa SMA Negeri 7 Binjai ... 98

Gambar 4.20 Uji Normalitas Data ... 99

Gambar 4.21 Uji Normalitas Data Tansformasi ... 99


(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Tes Diagnostik ... 134

Lampiran 2. Instrumen Angket Sikap Belajar... 139

Lampiran 3. Hasil Tes Diagmostik ... 142

Lampiran 4. Hasil Angket Sikap Belajar ... 156

Lampiran 5. Uji Normalitas Data ... 170

Lampiran 6. Uji Normalitas Data Transformasi ... 174

Lampiran 7. Uji Hipotesis Penelitian ... 177

Lampiran 8. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator Pembelajaran ... 180

Lampiran 9. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Level Kognisi... 185

Lampiran 10. Data Ketuntasan Belajar Siswa... 187

Lampiran 11. Transkrip Wawancara Peneliti dan Guru Biologi ... 188

Lampiran 12. Validitas Tes Diagnostik ... 193

Lampiran 13. Dokumentasi ... 195


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009). Melakukan perbaikan pada bidang pendidikan akan berujung pada perbaikan pada semua sektor kehidupan. Perbaikan dibidang pendidikan dianggap menjadi hal yang sangat penting untuk terus-menerus diupayakan.

Menurut Buchori dalam Khabibah (2006) pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Penentuan perbaikan pendidikan dapat dimulai dengan melakukan penilaian terhadap pendidikan yang telah berjalan saat ini.

Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah (Slameto, 2010). Hasil belajar dapat dijadikan penilaian terhadap berhasil tidaknya suatu pendidikan. Pengamatan terhadap hasil pembelajaran yang berlangsung dapat memberikan masukan pada guru untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pengajaran. Mengingat proses pembelajaran yang memiliki keterbatasan baik dari segi waktu dan media pendukung sehingga diharapkan pembelajaran dapat dilaksanakan secara tepat sasaran.


(18)

2

Menurut Hidayati dkk (2013), penilaian mengharuskan guru untuk mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya untuk tujuan pembuatan keputusan pengajaran, sehingga diharapkan keputusan yang diambil dapat tepat sasaran. Menurut Slameto (2010), penilaian memiliki berbagai makna bagi seorang guru. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang akan datang tidak diperlukan adanya perubahan. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Saat sebagian besar siswa memperoleh nilai jelek salah satunya dapat disebabkan pendekatan atau metode pembelajaran yang kurang tepat.

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat (Arikunto, 2006). Suatu pembelajaran diharapkan dapat berjalan secara baik, namun pada kenyataannya tidak selalu begitu. Seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan belajar yang dialami siswa.

Idris (2009) menyatakan bahwa dalam kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis. Hambatan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan pencapaian prestasi belajar berada dibawah semestinya. Tingkat ketuntasan belajar siswa yang rendah dapat menjadi salah satu ciri kesulitan belajar yang dialaminya pada pembelajaran tersebut.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap nilai materi Bioteknologi siswa tahun pembelajaran 2014-2015 dari setiap sekolah. Memperhatikan data tersebut


(19)

3

diketahui siswa SMA Negeri se-Kota Binjai hanya memperoleh ketercapaian ketuntasan 52,60%. Dengan rincian ketuntasan setiap sekolahnya sebagai berikut

Tabel 1.1 Ketuntasan Siswa Kota Binjai Tahun Pembelajaran 2014-2015. No Sekolah KKM Ketuntasan

1 SMA Negeri 1 Binjai 83 38,46% 2 SMA Negeri 2 Binjai 79 69,15% 3 SMA Negeri 4 Binjai 70 45,65%, 4 SMA Negeri 6 Binjai 80 48,72% 5 SMA Negeri 7 Binjai 75 60%.

Rata-rata 52,60%.

Ketercapaian ketuntasan tersebut cukup rendah mengingat materi Bioteknologi merupakan salah satu materi yang cukup penting. Hal ini diketahui dari hadirnya soal materi Bioteknologi pada Ujian Nasional dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Diketahui bahwa pada soal Ujian Nasional tahun 2015 materi Bioteknologi masuk pada soal no 1, 38, 39 dan 40. Pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri materi Bioteknologi menjadi topik soal SAINTEKS ke 47 pada kode soal 525, 526, 527, 528, 529, 530, 531 dan 532.

Menurut Sophian (2013) banyak konsep dalam Biologi tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa biologis yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, beberapa konsep terlalu abstrak dan banyak terdapat kata-kata asing/ latin. Materi Bioteknologi memiliki beberapa konsep-konsep bersifat abstrak seperti Teknik rekayasa genetika. Materi yang secara isinya tidak berwujud dalam bentuk konkret atau nyata, hanya dapat dibayangkan dalam pikiran. Siswa sering kesulitan untuk memahami materi yang bersifat abstrak. Siswa cenderung menghafal fakta bukan memahami konsep. Banyaknya mikroorganisme yang terlibat dalam proses Bioteknologi serta nama mikroorganisme yang menggunakan bahasa latin cukup menyulitkan siswa dalam pembelajaran.


(20)

4

Piaget dalam Pudjiastuti (2001) mengungkapkan berdasarkan cara anak memperoleh pengetahuan dalam teori kognitif, anak yang berusia lebih dari 12 tahun meliputi siswa di tingkat SMA termasuk dalam periode formal operasional. Siswa dengan usia tersebut seharusnya telah dapat berpikir secara abstrak tanpa melihat situasi yang konkret. Siswa seharusnya sudah dapat membayangkan bagaimana bentuk DNA rekombinan (DNA yang disusun ulang kombinasinya) tanpa harus melihat secara langsung.

Menurut Amirulloh, dkk (2011) dari 225 siswa SMA sebagai sampel penelitiannya diketahui sebanyak 13,33% siswa yang masih berada pada tahap operasional konkret. Perkembangan tingkat operasi konkret merupakan permulaan berpikir rasional. Kategori penalaran operasional konkret adalah tahapan dimana siswa dapat menalar sesuatu yang pernah dilihatnya dalam bentuk konkret atau nyata di hadapannya. Siswa masih memiliki keterbatasan untuk berpikir secara abstrak. Siswa dapat mengalami kesulitan belajar pada bagian Bioteknologi modern.

Menurut hasil wawancara dengan guru biologi kelas XII IPA SMA Negeri se-Kota Binjai diketahui bahwa materi Bioteknologi dianggap sebagai salah satu materi yang sulit untuk diterima siswa. Materi Bioteknologi dianggap sulit karena materi bersifat abstrak, hal ini terlihat jelas pada Bioteknologi modern. Siswa sebelumnya tidak pernah melihat secara langsung proses yang terjadi pada Bioteknologi modern seperti Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetika. Materi Bioteknologi memiliki beberapa sub bab materi yang dianggap lebih sulit diterima siswa dibanding dengan sub materi lainnya.


(21)

5

Sub bab materi Bioteknologi yang dianggap paling sulit untuk diterima siswa diantaranya Rekayasa Genetika, Aplikasi Bioteknologi dalam Kehidupan dan Kultur Jaringan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sub bab tersulit disetiap sekolahnya sebagai berikut. Menurut Ibu Juwita Ginting guru di SMA Negeri 1 Binjai materi Bioteknologi cukup sulit diajarkan karena siswa belum pernah melihat prosesnya secara langsung. Sub bab tersulitnya adalah Rekayasa Genetika, Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Bioteknologi dan Kultur Jaringan. Menurut guru SMA Negeri 2 Binjai Ibu Sri dan Ibu Pakenta sub bab yang tersulit adalah Aplikasi Bioteknologi dalam Kehidupan dan Rekayasa Genetika. Menurut Bapak Fauzi yang juga guru SMA Negeri 2 Binjai yang termasuk sub bab tersulit adalah Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Bioteknologi, Aplikasi Bioteknologi dalam Kehidupan dan Rekayasa Genetika. Menurut guru SMA Negeri 4 Binjai Ibu Meteh Muli sub bab tersulit adalah Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetika.

Menurut Ibu Ratnawati yang juga guru SMA Negeri 4 Binjai sub bab tersulit adalah Kultur Jaringan, Rekayasa Genetika, dan Aplikasi Bioteknologi dalam Kehidupan. Ibu Hapsah Laili sebagai guru SMA Negeri 6 Binjai berpendapat sub bab tersulit diantaranya Kultur Jaringan, Aplikasi Bioteknologi dan Rekayasa Genetika. Menurut guru SMA Negeri 7 Binjai Ibu Farida Sari sub bab tersulit adalah Kultur Jaringan, Rekayasa Genetika dan Perkembangan Bioteknologi.

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum terbaru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013


(22)

6

merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Penilaian Kurikulum 2013 memang menitikberatkan pada karakter dengan proporsi 60% karakter dan 40% akademis (Aji, 2014). Penetapan sebanyak 60% proporsi karakter menunjukkan bahwa pada kurikulum ini nilai sikap dianggap penting didalam dunia pendidikan.

Sikap dianggap mampu menciptakan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Menurut Slameto (2010) sikap dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Seorang siswa diharapkan harus mempunyai sikap positif terhadap pembelajaran. Sikap ini akan mendasari sejumlah perbuatan yang mendorong ke hal yang disukainya dalam hal ini belajar. Menurut Sarwono (2003) dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Guru yang mampu memunculkan sikap positif terhadap belajar akan memunculkan motivasi siswa untuk belajar.

Perbaikan pada proses pembelajaran dianggap penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik kedepannya. Proses tersebut diawali dengan menganalisis proses pembelajaran yang telah berjalan. Hasil dari analisis pembelajaran dapat menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang berlangsung. Materi Bioteknologi merupakan materi yang dianggap sulit untuk diterima siswa sekaligus merupakan materi yang penting untuk dipahami siswa. Penulis menyadari penting untuk dilakukan penelitian mengenai tingkat


(23)

7

pengetahuan siswa yang diharapkan mampu memaksimalkan pembelajaran kedepannya.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi untuk memaksimalkan pembelajaran pada sub bab-sub bab tersulit materi Bioteknologi. Hasil penelitian diharapkan mampu membantu dalam pengambilan keputusan pembelajaran secara tepat. Mengingat sikap merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengetahuan dan Sikap Siswa pada Materi Bioteknologi di SMA Negeri Se-Kota Binjai”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat di identifikasi bahwa masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Tingkat ketuntasan siswa pada tahun pembelajaran 2014-2015 hanya mencapai 52,60%.

2. Materi Bioteknologi merupakan materi yang diujikan pada soal Ujian Nasional dan soal Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2015.

3. Menurut guru pada materi Bioteknologi terdapat beberapa sub bab tersulit untuk diterima siswa.

4. Siswa masih memiliki keterbatasan untuk berpikir secara abstrak sedangkan materi Bioteknologi merupakan materi bersifat abstrak khususnya pada Bioteknologi modern.

5. Upaya menganalisis kesulitan belajar pada materi Bioteknologi se-Kota Binjai belum pernah dilakukan.


(24)

8

6. Sikap dianggap penting dalam mempengaruhi pembelajaran yang ditunjukkan dengan proporsinya yang mencapai 60% pada kurikulum 2013.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari agar permasalahan tidak meluas maka pada penelitian ini dilakukan pembatasan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa adalah nilai yang diperoleh siswa pada tes diagnostik materi Bioteknologi.

2. Sikap siswa dibatasi sesuai dengan pembagian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap sosial terbagi menjadi sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong-royong, santun, dan percaya diri. Penilaian sikap dilakukan secara umum dan belum mencakup sikap khusus pada materi Bioteknologi.

3. Materi pembelajaran yang akan dianalisis dibatasi pada indikator Menjelaskan ruang lingkup bioteknologi, Menjelaskan prinsip-prinsip dasar bioteknologi, Membedakan bioteknologi konvensional dan modern, Memberikan contoh produk bioteknologi, Menjelaskan proses rekayasa genetika, Mengidentifikasi sumber-sumber agen bioteknologi dan produk yang dihasilkan, Menjelaskan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari produk bioteknologi, dan Menjelaskan dampak pemanfaatan hasil produk bioteknologi di berbagai bidang.


(25)

9

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai?

2. Berapa besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri se-Kota Binjai?

3. Berapa besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi se-Kota Binjai berdasarkan indikator pembelajaran?

4. Berapa besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi se-Kota Binjai berdasarkan level kognisi?

5. Berapa besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri berdasarkan indikator pembelajaran?

6. Berapa besar tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri berdasarkan level kognisi?

7. Berapa besar tingkat ketuntasan siswa se-Kota Binjai pada materi Bioteknologi?

8. Berapa besar tingkat ketuntasaan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri se-Kota Binjai?

9. Seberapa besar hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai.


(26)

10

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri se-Kota Binjai.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi se-Kota Binjai berdasarkan indikator pembelajaran.

4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi se-Kota Binjai berdasarkan level kognisi.

5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri berdasarkan indikator pembelajaran.

6. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri berdasarkan level kognisi.

7. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa se-Kota Binjai pada materi Bioteknologi.

8. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa pada materi Bioteknologi di tiap sekolah SMA Negeri se-Kota Binjai.

9. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai tingkat pengetahuan dan ketuntasan siswa serta hubungan antara sikap dan tingkat pengetahuan siswa.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan sebagai masukan pada guru dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih bermakna dan menarik. Bagi siswa penelitian ini dapat menambah pengalaman belajar siswa.


(27)

126

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Siswa SMA Negeri se-Kota Binjai memiliki tingkat pengetahuan 68,15 yang termasuk kategori baik.

2. Tingkat pengetahuan siswa tiap sekolah dari perolehan nilai tertinggi ke terendah sebagai berikut SMA N 4 Binjai sebesar 75,58 termasuk kategori baik, SMA N 2 Binjai sebesar 73,90 termasuk kategori baik, SMA Negeri 6 Binjai sebesar 67,16 termasuk kategori baik, SMA Negeri 7 Binjai sebesar 63,48 termasuk kategori baik dan SMA Negeri 1 Binjai sebesar 60,60 termasuk kategori cukup.

3. Tingkat pengetahuan siswa se-Kota Binjai per indikator dari perolehan tertinggi ke terendah sebagai berikut indikator 1.3 sebesar 82,33% termasuk kategori sangat baik, indikator 1.1 sebesar 80,55% termasuk kategori sangat baik, indikator 1.4 sebesar 69,54% termasuk kategori baik, indikator 2.3 sebesar 68,97% termasuk kategori baik, indikator 2.2 sebesar 64,15% termasuk kategori baik, indikator 1.5 sebesar 61,38% termasuk kategori baik, indikator 2.1 sebesar 56,28% termasuk kategori cukup dan indikator 1.2 sebesar 55,07 termasuk kategori cukup.

4. Tingkat pengetahuan siswa se-Kota Binjai per level kognisi dari perolehan tertinggi ke terendah sebagai berikut level kognisi C1 (pengetahuan) sebesar 80,76% termasuk kategori baik, level kognisi C4 (analisis) sebesar 64,29%


(28)

127

termasuk kategori baik, level kognisi C3 (penerapan) sebesar 63,76% termasuk kategori baik dan terendah pada level kognisi C2 (pemahaman) sebesar 61,28% termasuk kategori baik.

5. Tingkat pengetahuan siswa per indikator dengan perolehan tertinggi ditiap Sekolah adalah sebagai berikut SMA Negeri 1 Binjai pada indikator 1.3 sebesar 93,80% termasuk kategori sangat baik, SMA Negeri 2 Binjai pada indikator 1.3 sebesar 84,50% termasuk kategori sangat baik, SMA N 4 Binjai pada indikator 1.4 sebesar 91,23% termasuk kategori sangat baik, SMA N 6 Binjai pada indikator 1.1 sebesar 82,89% termasuk kategori sangat baik dan SMA N 7 Binjai indikator 1.1 sebesar 77,42% termasuk kategori baik.

6. Tingkat pengetahuan siswa per level kognisi dengan perolehan tertinggi di tiap Sekolah adalah sebagai berikut SMA Negeri 1 Binjai level kognisi C1 sebesar 79,24% termasuk kategori baik, SMA Negeri 2 Binjai level kognisi C3 sebesar 82,92% termasuk kategori sangat baik, SMA N 4 Binjai level kognisi C1 sebesar 85,71% termasuk kategori sangat baik, SMA N 6 Binjai level kognisi C1 sebesar 75,94% termasuk kategori baik dan SMA N 7 Binjai level kognisi C1 sebesar 80,18% termasuk kategori baik.

7. Tingkat ketuntasan belajar siswa SMA Negeri se-Kota Binjai dengan perolehan nilai sebesar 36,32% termasuk kategori kurang baik.

8. Tingkat ketuntasan belajar siswa SMA Negeri se-Kota Binjai di tiap Sekolah adalah sebagai berikut SMA Negeri 1 Binjai sebesar 17,44% termasuk kategori buruk, SMA Negeri 2 Binjai sebesar 58,82% termasuk kategori cukup, SMA Negeri 4 Binjai sebesar 44,74% termasuk kategori cukup, SMA


(29)

128

Negeri 6 Binjai sebesar 31,58% termasuk kategori kurang baik dan SMA Negeri 7 sebesar 29,03% termasuk kategori kurang baik.

9. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai (r=0,208). Maka diketahui korelasi antara tingkat pengetahuan siswa dengan sikap belajar siswa tergolong dalam korelasi lemah.

5.2 Implikasi

Dari hasil penelitian analisis tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai menunjukkan bahwa indikator menjelaskan prinsip-prinsip dasar bioteknologi, mengidentifikasi sumber-sumber agen bioteknologi dan produk yang dihasilkan, menjelaskan rekayasa genetika dan menjelaskan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari produk bioteknologi adalah indikator dengan tingkat pengetahuan terendah yang diperoleh siswa. Maka dari itu diharapkan guru mampu memaksimalkan pembelajaran walaupun dalam keterbatasan pembelajaran seperti dari segi waktu dan media untuk meningkatkan hasil pembelajran.

Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat korelasi yang positif antara tingkat pengetahuan dan sikap siswa. Sebagai seorang guru yang menjadi ujung tombak pendidikan maka diharapkan guru mampu memaksimalkan pembelajaran dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam keterbasan pembelajaran yang ada. Sikap yang memiliki korelasi dengan tingkat pengetahuan dapat dijadikan acuan untuk pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu membangkitkan sikap positif pada siswa. Dengan peningkatan sikap


(30)

129

positif pada siswa maka diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan siswwa pula.

5.3 Keterbatasan Peneliti

Adapun keterbatasan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes diagnostik pada penelitian ini dapat digunakan untuk melihat tingkat

pengetahuan siswa namun hanya mampu membedakan penyebabnya menjadi 2 tipe kesalahan yaitu kesalahan tipe A disebabkan tidak mengetahui bahasan dan kesalahan tipe B disebabkan kesalahan konsep. Hal ini juga disebabkan banyaknya siswa yang tidak mampu memberikan alasan memilih jawaban tersebut.

2. Dalam pengisian angket sikap belajar siswa peneliti merasa masih banyak siswa yang kurang jujur dalam pengisian angket sikap belajar. Padahal sebelumnya telah dilakukan pengarahan dan motivasi dari peneliti untuk pengisisan angket sesuai kondisi siswa. Diharapkan pada penelitian selanjutnya ada upaya lebih dalam memancing siswa untuk mengungkapkan kondisi siswa secara apa adanya.

5.4 Saran

Berdasarkan uraian diatas saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru diharapkan mampu memaksimalkan pembelajaran pada indikator dan level kognisi dengan tingkat pengetahuan terendah

2. Mengingat sikap belajar siswa mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa dan informasi menjadi salah satu awalan terbentuknya sikap maka guru


(31)

130

diharapkan mampu menyajikan informasi yang menarik hingga terbentuk sikap belajar yang positif. Sikap belajar yang positif akan meningkatkan tingkat pengetahuan siswa.

3. Sebaiknya diberikan perlakuan lebih untuk memancing siswa menjawab secara lebih apa adanya pada angket sikap siswa.


(32)

131

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Aji, M. 27 Agustus, 2014. Pengalaman Kurikulum 2013. Kompasiana. (online). m.kompasiana.com. diakses 3 April 2016.

Amirulloh,D., Rustaman, N., Sriyati S. 2011. Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi & Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII. Jurnal Formica Education Online, 1 (1).

Arisah, H. 2014. Analisis Kesulitan Belajar pada Materi Pokok Bioteknologi di SMA kelas XII Se-Kecamatan Labuhan Deli Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Tesis. Medan: Universitas Negeri Medan.

Aryaulina, D., Muslim,C., Manaf,S., & Winarni,E.W. 2010. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Esis.

Cavanagh,H., Hood,J., Wilkinson,J. 2005. Riverina High School Students’ Views of Biotechnology. Electronic Journal of Biotechnology, 8 (2).

DEPDIKNAS. 2003. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains SMP.

Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

DEPDIKNAS. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran

IPA SMP/ MTS. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ghozali,I. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hakim, T. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Harms, U. 2002. Biotechnology Education in Schools. Electronic Journal of Biotechnology, 5 (3).

Hidayati, T., Nugroho, S.E., & Sudarmin. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Mengidentifikasi Keterampilan Proses Sains Dengan Tema Energi Dalam Pembelajaran IPA Terpadu. Semarang : Universitas Negeri Semarang.


(33)

132

Hudgins, B. B. 1985. Educational Psychology. Illionis: F.E. Peacock Publisher, Inc.

Hughes, A. 2003. Testing for Languace Teacher. New York: Cambridge

University Press.

Hopkins, C.D., Antes, Richard L. 1979. Classroom testing. Itasca, Illnois: F.E. Peacock Publisher. Inc.

Idris, R. 2009. Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi Kognitif. Jurnal Lentera Pendidikan, 12 (2).

Khabibah. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika demgan Soal

Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Unesa.

Millah, E.S., Budipramana, L.S ., Isnawati. 2010. Pengembangan Buku Ajar Materi Bioteknologi Di Kelas XII SMA IPIEMS Surabaya Berorientasi

Sains, Teknologi, Lingkungan Dan Masyarakat (SETS). Jurnal BioEdu,

1(1).

Mubarak, W.I . 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses

Belajar Mengajar dalam Pendidikan . Jogjakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Ozel, M., Erdogan, M., Usak, M., Prokop,P. 2009. High School Students’ Knowledge and Attitudes Regarding Biotechnology Applications. Educational Sciences: Theory & Practice, 9(1).

Pudjiastuti, E. 2001. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

Purwanto, N. 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Purwianingsih, W., Rustaman, N.Y., Redjeki, S. 2007. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Inovasi Biologi dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, 15-16 Juli 2009.


(34)

133

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Santrock, J. 2010. Psikolog Pendidikan (Edisi Dua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, S.W. 2003. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang

Setiyowati, R. 2015. Analisis Standar Proses Pembelajaran Biologi Kelas XII BCS (Billingual Class System) Sains MAN 2 Kudus. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.

Silitonga, P. M. 2011. Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan: Universitas Negeri Medan.

Simbolon, L.S. 2013. Analisis Tingkat Kesulitan Belajar Siswa pada materi sistem hormon di SMA Negeri Se-Kota Kisaran. Tesis. Medan: Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sophian, H. 2013. Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis dan Pemahaman Konsep

Sistem Hormon pada Kelas XII SMA. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatis, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suwarto 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Surabaya: Prenada Media.

Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan

Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.


(1)

128

Negeri 6 Binjai sebesar 31,58% termasuk kategori kurang baik dan SMA Negeri 7 sebesar 29,03% termasuk kategori kurang baik.

9. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai (r=0,208). Maka diketahui korelasi antara tingkat pengetahuan siswa dengan sikap belajar siswa tergolong dalam korelasi lemah.

5.2 Implikasi

Dari hasil penelitian analisis tingkat pengetahuan siswa pada materi Bioteknologi di SMA Negeri se-Kota Binjai menunjukkan bahwa indikator menjelaskan prinsip-prinsip dasar bioteknologi, mengidentifikasi sumber-sumber agen bioteknologi dan produk yang dihasilkan, menjelaskan rekayasa genetika dan menjelaskan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari produk bioteknologi adalah indikator dengan tingkat pengetahuan terendah yang diperoleh siswa. Maka dari itu diharapkan guru mampu memaksimalkan pembelajaran walaupun dalam keterbatasan pembelajaran seperti dari segi waktu dan media untuk meningkatkan hasil pembelajran.

Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat korelasi yang positif antara tingkat pengetahuan dan sikap siswa. Sebagai seorang guru yang menjadi ujung tombak pendidikan maka diharapkan guru mampu memaksimalkan pembelajaran dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam keterbasan pembelajaran yang ada. Sikap yang memiliki korelasi dengan tingkat pengetahuan dapat dijadikan acuan untuk pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu membangkitkan sikap positif pada siswa. Dengan peningkatan sikap


(2)

positif pada siswa maka diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan siswwa pula.

5.3 Keterbatasan Peneliti

Adapun keterbatasan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes diagnostik pada penelitian ini dapat digunakan untuk melihat tingkat

pengetahuan siswa namun hanya mampu membedakan penyebabnya menjadi 2 tipe kesalahan yaitu kesalahan tipe A disebabkan tidak mengetahui bahasan dan kesalahan tipe B disebabkan kesalahan konsep. Hal ini juga disebabkan banyaknya siswa yang tidak mampu memberikan alasan memilih jawaban tersebut.

2. Dalam pengisian angket sikap belajar siswa peneliti merasa masih banyak siswa yang kurang jujur dalam pengisian angket sikap belajar. Padahal sebelumnya telah dilakukan pengarahan dan motivasi dari peneliti untuk pengisisan angket sesuai kondisi siswa. Diharapkan pada penelitian selanjutnya ada upaya lebih dalam memancing siswa untuk mengungkapkan kondisi siswa secara apa adanya.

5.4 Saran

Berdasarkan uraian diatas saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru diharapkan mampu memaksimalkan pembelajaran pada indikator dan level kognisi dengan tingkat pengetahuan terendah

2. Mengingat sikap belajar siswa mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa dan informasi menjadi salah satu awalan terbentuknya sikap maka guru


(3)

130

diharapkan mampu menyajikan informasi yang menarik hingga terbentuk sikap belajar yang positif. Sikap belajar yang positif akan meningkatkan tingkat pengetahuan siswa.

3. Sebaiknya diberikan perlakuan lebih untuk memancing siswa menjawab secara lebih apa adanya pada angket sikap siswa.


(4)

131

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Aji, M. 27 Agustus, 2014. Pengalaman Kurikulum 2013. Kompasiana. (online). m.kompasiana.com. diakses 3 April 2016.

Amirulloh,D., Rustaman, N., Sriyati S. 2011. Analisis Soal SNMPTN Biologi Berdasarkan Domain Kognitif Taksonomi Bloom Revisi & Profil Capaian Siswa SMA Kelas XII. Jurnal Formica Education Online, 1 (1).

Arisah, H. 2014. Analisis Kesulitan Belajar pada Materi Pokok Bioteknologi di SMA kelas XII Se-Kecamatan Labuhan Deli Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Tesis. Medan: Universitas Negeri Medan.

Aryaulina, D., Muslim,C., Manaf,S., & Winarni,E.W. 2010. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Esis.

Cavanagh,H., Hood,J., Wilkinson,J. 2005. Riverina High School Students’ Views of Biotechnology. Electronic Journal of Biotechnology, 8 (2).

DEPDIKNAS. 2003. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

DEPDIKNAS. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/ MTS. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ghozali,I. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hakim, T. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Harms, U. 2002. Biotechnology Education in Schools. Electronic Journal of Biotechnology, 5 (3).

Hidayati, T., Nugroho, S.E., & Sudarmin. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Mengidentifikasi Keterampilan Proses Sains Dengan Tema Energi Dalam Pembelajaran IPA Terpadu. Semarang : Universitas Negeri Semarang.


(5)

132

Hudgins, B. B. 1985. Educational Psychology. Illionis: F.E. Peacock Publisher, Inc.

Hughes, A. 2003. Testing for Languace Teacher. New York: Cambridge University Press.

Hopkins, C.D., Antes, Richard L. 1979. Classroom testing. Itasca, Illnois: F.E. Peacock Publisher. Inc.

Idris, R. 2009. Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi Kognitif. Jurnal Lentera Pendidikan, 12 (2).

Khabibah. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika demgan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Unesa.

Millah, E.S., Budipramana, L.S ., Isnawati. 2010. Pengembangan Buku Ajar Materi Bioteknologi Di Kelas XII SMA IPIEMS Surabaya Berorientasi Sains, Teknologi, Lingkungan Dan Masyarakat (SETS). Jurnal BioEdu, 1(1).

Mubarak, W.I . 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan . Jogjakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Ozel, M., Erdogan, M., Usak, M., Prokop,P. 2009. High School Students’ Knowledge and Attitudes Regarding Biotechnology Applications. Educational Sciences: Theory & Practice, 9(1).

Pudjiastuti, E. 2001. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

Purwanto, N. 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Purwianingsih, W., Rustaman, N.Y., Redjeki, S. 2007. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Inovasi Biologi dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, 15-16 Juli 2009.


(6)

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Santrock, J. 2010. Psikolog Pendidikan (Edisi Dua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, S.W. 2003. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang

Setiyowati, R. 2015. Analisis Standar Proses Pembelajaran Biologi Kelas XII

BCS (Billingual Class System) Sains MAN 2 Kudus. Semarang:

Universitas Islam Negeri Walisongo.

Silitonga, P. M. 2011. Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan: Universitas Negeri Medan.

Simbolon, L.S. 2013. Analisis Tingkat Kesulitan Belajar Siswa pada materi

sistem hormon di SMA Negeri Se-Kota Kisaran. Tesis. Medan:

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sophian, H. 2013. Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis dan Pemahaman Konsep

Sistem Hormon pada Kelas XII SMA. Makalah disajikan dalam Seminar

Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatis, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suwarto 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Surabaya: Prenada Media.

Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.