PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET

(1)

Yehezkiel Simanjuntak

PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

Oleh

Yehezkiel Simanjuntak

ABSTRAK

Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Untuk meningkatkan produksi tanaman karet diperlukan perbaikan teknik budidaya. Kehadiran gulma sebagai kompetitor merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam perbaikan teknik budidaya. Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet dapat mengakibatkan adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Faktor tumbuh yang dibutuhkan oleh gulma dan tanaman karet adalah unsur hara, cahaya matahari, karbondioksida, air, dan ruang tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan populasi gulma pada pertumbuhan tanaman karet muda. Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Hajimena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, mulai bulan Oktober 2011 hingga Februari 2012. Perlakuan disusun secara faktorial (5x4) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah 5 jenis gulma yaitu Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum

conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus. Faktor kedua adalah populasi gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 gulma/m2. Perlakuan diterapkan pada satuan

percobaan menurut rancangan petak berjalur (strip plot design). Homogenitas antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas dengan uji Tukey. Selanjutnya data dianalisis ragam dan dilanjutkan degnan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap tinggi tanaman karet pada 12 MST, jumlah daun pada 8 dan 12 MST, dan diameter batang pada 8 dan 12 MST. Gulma Asystasia gangetica dan Setaria plicata mengakibatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang terendah. (2) Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap bobot kering tanaman karet pada 12 MST.


(2)

Yehezkiel Simanjuntak Gulma Asystasia gangetica, Borreria alata, dan Paspalum conjugatum dapat menekan bobot kering tanaman karet pada populasi 60 gulma/m2. (3) Populasi gulma dari 20-60 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 12 MST, jumlah daun pada 8, dan 12 MST, diameter batang pada 8 dan 12 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST. (4) Terdapat interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam mempengaruhi persentase penutupan gulma 4, 8, dan 12 MST, bobot kering gulma pada 12 MST, jumlah daun tanaman karet pada 4 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST.

Kata kunci : Tanaman karet, kompetisi, Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Cyperus rotundus.


(3)

Yehezkiel Simanjuntak

EFFECT OF WEED AND POPULATION GROWTH OF EARLY PLANT RUBBER (Hevea brasiliensis)

By

Yehezkiel Simanjuntak

ABSTRACT

Rubber is an export commodity that is able to contribute in the efforts to increase foreign exchange of Indonesian. To increase the production of rubber cultivation technique should be improve. The presence of weeds as a competitor is one of the problems encountered in the improvement of cultivation techniques. Weeds that grow along with the rubber plant can lead to a struggle against the required growth factors. Growth factors required by the rubber plants and weeds are nutrients, sunlight, carbon dioxide, water, and space to grow. This study aims to determine the effect of weed species and populations on the growth of young rubber trees. The research was carried out in the field of research Hajimena District Natar, South Lampung regency, from October 2011 to February 2012. The treatments are arranged in a factorial (5x4) with three replications. The first factor is the 5 types of weeds that Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, and Cyperus rotundus. The second factor is the weed population is 0, 20, 40, and 60 weeds/m2. The treatments applied to experimental units according to plots of stripe plot design. Homogenity of variance was tested with Bartlett’s test and additivity was tested with by Tukey’s test. Then, the data were analyzed with ANOVA and comparison of means among the treatmen were determined with Least Significant Difference Test (LSD) at level P=0,05.

The results showed that (1) There is the influence of different types of weeds to the rubber plant height at 12 WAP, number of leaves at 8 and 12 WAP, and stem diameter at 8 and 12 WAP. Weeds Asystasia gangetica and Setaria plicata treatments the lowest of plant height, leaf number and stem diameter. (2) There is the influence of different types of weeds on a dry weight of the rubber plant at 12 WAP.


(4)

Yehezkiel Simanjuntak Asystasia gangetica, Borreria alata, and Paspalum conjugatum supressed the rubber plant dry weight in a population of 60 weeds/m2.

(3) Population 20-60 weeds/m2 suppressed plant height at 12 WAP, number of leaves at 8, and 12 WAP, stem diameter at 8 and 12 WAP, and the dry weight of the rubber plant at 12 WAP. (4) There are interactions between species and weed populations in influencing the percentage of weeds 4, 8, and 12 WAP, weed dry weight at 12 WAP, the number of leaves at 4 WAP rubber, and rubber plant dry weight at 12 WAP.

Key words: Rubber plant, competition, Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Cyperus rotundus.


(5)

PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

(Skripsi)

YEHEZKIEL SIMANJUNTAK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(6)

PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA

TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET

(

Hevea brasiliensis

)

Oleh

YEHEZKIEL SIMANJUNTAK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gulma Paspalum conjugatum ... 19

2. Gulma Setaria plicata ... 20

3. Gulma Borreria alata ... 21

4. Gulma Asystasia gangetica ... 22

5. Gulma Cyperus rotundus ... 23

6. Petak Percobaan Letak Penanaman Bibit Karet dan Gulma ... 26

7. Tata Letak Perlakuan ... 28

8. Letak Pengambilan Sampel Gulma ... 31

9. Kompetisi gulma Setaria plicata (a), Borreria alata (b), Cyperus rotundus (c), Asystasia gangetica (d) dan Paspalum conjugatum (e) dengan tanaman karet dan tanaman karet yang tidak berkompetisi (f) pada 4 MST. ... 33

10. Kompetisi gulma Setaria plicata (a), Paspalum conjugatum (b), Asystasia gangetica (c), Borreria alata (d) dan Cyperus rotundus (e) dengan tanaman karet dan tanaman karet yang tidak berkompetisi (f) pada 8 MST. ... 35

11. Kompetisi gulma Setaria plicata (a), Asystasia gangetica (b), Paspalum conjugatum (c), Borreria alata (d) dan Cyperus rotundus (e) dengan tanaman karet dan tanaman karet yang tidak berkompetisi (f) pada 12 MST. ... 37


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL… ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Landasan Teori ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran ... 7

1.6. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet ... 10

2.2 Gulma Secara Umum ... 11

2.3. Kompetisi Gulma dengan Tanaman Karet ... 13

2.4. Deskripsi Gulma Dominan ... 18

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2. Alat dan Bahan ... 24

3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 24

3.3.1. Penentuan Petak Perlakuan ... 25

3.3.2. Penanaman Bibit Karet ... 25


(9)

iv

3.3.4. Pemeliharaan ... 26

3.4. Metode Penelitian dan Analisis Data ... 27

3.5. Pengamatan ... 29

3.5.1. Tinggi Tanaman ... 29

3.5.2. Jumlah Daun ... 29

3.5.3. Diameter Batang Tanaman ... 30

3.5.4. Persentase Penutupan Gulma ... 30

3.5.5. Bobot Kering Tanaman Karet dan Gulma ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Gulma ... 32

4.1.1. Persentase Penutupan Gulma... 32

4.1.2. Bobot Kering Gulma ... 39

4.2. Pertumbuhan Tanaman ... 40

4.2.1. Tinggi Tanaman Karet ... 40

4.2.2. Jumlah Daun Tanaman Karet ... 42

4.2.3. Diameter Batang Tanaman Karet ... 45

4.2.4. Bobot Kering Tanaman Karet ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 49

4.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(10)

MOTO

Masa depan adalah milik mereka

yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi mereka

(Eleanor Rosevelt)

Andai aku dapat memohon agar hidupku sempurna,

kemungkinan ini sangat menggiurkan,

tapi aku merasa hampa,

karena hidup tak lagi mengajariku apa pun

(Allyson Jones)

Peluang sering datang terselubung

dalam bentuk kemalangan atau kekalahan sementara.

(Napoleon Hill)

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,

mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.


(11)

Kesuksesan berawal dari mimpi

yang diwujudkan melalui usaha dan doa


(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc. ____________

Sekretaris : Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Hery Susanto, M.P. _____________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(13)

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Ayah, Ibu, Abang, dan Adik-adikku yg kusayangi atas segala

pengorbanan, cinta, dan kasih sayang yang telah diberikan serta kepada

Almamater tercinta sebagai langkah awal bagi kehidupan yang mandiri.


(14)

Judul Skripsi : PENGARUH JENIS DAN POPULASI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KARET

Nama Mahasiswa : Yehezkiel Simanjuntak No. Pokok Mahasiswa : 081401327

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc. Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S.

NIP. 196201011986032001 NIP. 196204221986031001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP. 196411181989021002


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi

Sumatera Utara pada tanggal 29 April 1990, sebagai anak kedua dari 5 bersaudara pasangan Bapak Drs. Rekson Simanjuntak, M.M. dan Ibu Tiarman Purba, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Bhayangkari Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1996; Sekolah Dasar Negeri 4 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2002; Sekolah Lanjut Tingkatan Pertama Negeri 3 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005; Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa regular pada Program Studi Agroteknologi (Konsentrasi Agronomi), Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SN-MPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Oiukumene Mahasiswa Kristen Pertanian

(POMPERTA). Penulis juga tercatat sebagai anggota Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMATA AET) pada tahun 2008/2009.


(16)

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Totomulyo, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu, Pesawaran.


(17)

SANWACANA

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus atas segala anugerah dan berkat kasih-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M. Sc. selaku ketua tim penguji dan pembimbing pertama yang telah memberikan saran, pengarahan, semangat, motivasi, kesabaran, dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi. 2. Bapak Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S. selaku sekretaris tim penguji dan

pembimbing kedua yang telah memberikan saran, pengarahan, bimbingan, dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ir. Hery Susanto, M.P. selaku penguji bukan pembimbing yang telah memberikan saran, bantuan, dan arahan untuk perbaikan skripsi. 4. Bapak Ir. Muhammad Nurdin. M. Si. selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa di Program Studi Agroteknologi.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku ketua Program Studi Agroteknologi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian.


(18)

ii 6. Kedua orang tuaku, Ayah (Drs. Rekson Simanjuntak, M.M.) dan Ibu

(Tiarman Purba, S.Pd.) untuk kasih sayangnya yang selalu mendukung serta memberikan doa untuk keberhasilan penulis, serta abang (Gratcia Natanael Simanjuntak, S.T.) dan adik-adikku (Restianna Eliawati Simanjuntak, Bergius Gideon Simanjuntak, dan Fredrick Sotarduga Simanjuntak) yang memberikan semangat untuk menjalani perkuliahan. 7. Sahabat baik yang pernah kukenal Gregorius Edo Prakoso yang telah

menemani penulis selama perjuangan di perkuliahan.

8. Seseorang yang kukasihi Tina Zebua yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk tidak berhenti dalam berusaha. 9. Teman-teman baik Kost Mas Ayu (Mario Nainggolan alias Q-Bao,

Andreas Harianja alias Jang Ambon, Kamil Nasution alias Frengkel, Fery Zebua, Arif Geofisika, Dimas, dan Aris dari Palembang alias Kacik). 10.Saudara-saudaraku tercinta Kelompok Kecil “Children of God” (Sudung

Sidabutar, Rio Juliver, Herlambang) dan “Soldier of God” (Daniel Simatupang, Mones Batubara, Jan Cristian, Nando).

11.Teman-teman sepenelitian (Patrice Siagian dan Verpi Marlina) dan teman Agroteknologi Diana Saragih, Resmia Fajarwati, Nyang Vania, serta rekan-rekan seperjuangan Agroteknologi 2008 yang tidak dapat kusebut satu-persatu. Takkan terlupa saat-saat bersama dengan kalian.

Semoga Tuhan Yesus Kristus membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak, serta Almamater tercinta.

Bandar Lampung, Juli 2012

Yehezkiel Simanjuntak


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004.

Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Purba, 2004).

Gulma di perkebunan karet dapat menurunkan produksi maupun menyebabkan gangguan terhadap kegiatan pengelolaannya yang pada akhirnya menurunkan keuntungan usaha perkebunan tersebut. Penting tidaknya suatu jenis gulma di suatu areal perkebunan karet ditentukan atas tingkat kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gulma tersebut terhadap pertumbuhan, produksi maupun gangguan yang ditimbulkan terhadap pengelolaan perkebunan karet.

Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet dapat mengakibatkan adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Misalnya, gulma yang terdiri dari jenis Paspalum conjugatum, Axonopus compresus dan Digitaria adscendens dibiarkan tumbuh tanpa pengendalian mengakibatkan 85% bibit karet tidak memenuhi syarat untuk diokulasi karena pertumbuhan lilit batang yang


(20)

2 terhambat. Paspalum conjugatum juga telah dilaporkan dapat menekan

pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lilit batang berturut-turut sebesar 80%, 89% dan 53% di pembibitan karet (Nasution, 1986).

Menurut Djafaruddin (2007), gulma merupakan jasad pengganggu berupa tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae/ Spermatophyta). Adanya gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat dihindari, terutama jika lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan dengan baik dan benar. Gulma merupakan tumbuhan, oleh karena itu gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya dengan tanaman, seperti kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air , CO2, serta gas lainnya, ruang dan sebagainya. Persyaratan tumbuh yang sama tersebut dapat

mengakibatkan adanya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya dengan terjadi perebutan bahan yang digunakan antara gulma dengan tanaman, apalagi jika bahan tersebut terbatas (Moenandir, 1993).

Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi yang terjadi di alam meliputi kompetisi intrapesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis (misalnya antar tanaman karet) dan kompetisi interspesifik yaitu interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan berbeda jenis (misalnya tanaman karet dengan gulma) (Putri, 2011).


(21)

3 Kompetisi gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.

Penelitian ini menggunakan beberapa spesies gulma dominan yang tumbuh di kebun karet yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Borreria alata, Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus.

Pada penelitian ini akan dilihat tingkat kompetisi antara beberapa spesies gulma yang biasa muncul di pertanaman tanaman karet pada tingkat kerapatan yang berbeda terhadap pertumbuhan awal tanaman tanaman karet.

1.2 Perumusan Masalah

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh masing-masing spesies gulma terhadap pertumbuhan awal tanaman karet?

2. Bagaimana pengaruh populasi gulma terhadap pertumbuhan awal tanaman karet?

3. Bagaimana interaksi jenis gulma dan populasi gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman karet?


(22)

4 1.3 Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut;

1. Mempelajari pengaruh masing-masing gulma terhadap pertumbuhan awal tanaman karet.

2. Mempelajari pengaruh kepadatan populasi gulma terhadap pertumbuhan awal tanaman karet.

3. Mempelajari interaksi jenis dan kepadatan populasi gulma terhadap pertumbuhan awal tanaman karet.

1.4 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berkut:

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.

Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet yang cukup tinggi.


(23)

5 Menurut perkiraan International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban. Hasil studi REP meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam.

Upaya peningkatan produksi dari tanaman karet salah satunya dengan

memperbaiki pengelolaan tanaman dan lingkungan yaitu dengan memperbaiki teknik budidaya tanaman. Perbaikan budidaya tanaman bertujuan untuk

mengendalikan gulma. Persyaratan tumbuh yang sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Menurut Djafarrudin (2007), gulma adalah tumbuhan tingkat tinggi yang tidak diinginkan untuk tumbuh atau hidup pada suatu tempat, sesuatu waktu atau periode, serta pada suatu keaadaan tertentu pula, yang bersifat atau berdampak merugikan pada umat manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara fisik gulma bersaing dengan tanaman yang kita budidaya untuk

memperoleh ruang dan cahaya, secara kimiawi untuk air, nutrisi, dan gas-gas penting, serta dalam peristiwa allelopati (Moenandir,1990).

Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat menggangu pertumbuhan


(24)

6 tanaman, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan patogen, dan (5)

meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup, 1995).

Menurut Sembodo (2007), semakin lama jangka waktu (durasi) kehadiran gulma bersama tanaman akan semakin besar penurunan hasil akibat proses kompetisi yang terjadi. Kehadiran gulma juga menentukan derajat kompetisi yang terjadi.

Cahaya , air, dan nutrisi adalah unsur-unsur yang selalu diperebutkan bagi dua jenis tumbuhan yang berbeda dan kedudukannya berdekatan. Peristiwa perebutan tersebut dikenal dengan istilah persaingan. Hal ini terjadi apabila unsur yang diperlukan tersebut dalam jumlah yang terbatas. Persaingan itu terjadi apabila tumbuhan itu tumbuh berdekatan sehingga akan terjadi interaksi (Moenandir, 1993).

Konsep kompetisi merupakan suatu bentuk interaksi antara gulma dan tanaman pokok yang saling memperebutkan sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya. Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh ini disebut kompetisi langsung. Jenis kompetisi yang lain yaitu kompetisi tak langsung yang terjadi melalui proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia ( alelokimia ) yang dikeluarkan oleh tumbuhan yang berada di dekatnya. Proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senya alelokimia ini disebut alelopati (Moenandir, 1990).

Keberadaan gulma yang bersaing dengan tanaman pokok dalam memanfaatkan unsur hara, udara, cahaya, dan ruang, sehingga dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas tanaman karet.


(25)

7 1.5 Kerangka pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Teknik budidaya yang tepat dimulai dari penggunaan klon yang tepat dan pemeliharaan. Pemeliharaan ini mencangkup kebutuhan nutrisi tanaman, kebutuhan air dan mineral serta pengendalian gulma.

Pengendalian gulma sangat penting untuk dilakukan karena gulma dapat secara langsung menurunkan produksi tanaman akibat kompetisi yang disebabkannya. Kompetisi tersebut diantaranya kompetetisi dalam memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tanaman yang jumlahnya terbatas. Bahan-bahan tersebut adalah cahaya matahari, nutrisi, air, karbondioksida, ruang, dan sebagainya. Kompetisi tersebut terjadi karena baik tanaman budidaya maupun gulma adalah tumbuhan yang keduanya memiliki syarat-syarat untuk dapat hidup dan tumbuh. Syarat-syarat tumbuh tersebut sama untuk tanaman budidaya dan gulma.

Cahaya matahari dibutuhkan oleh tanaman dalam proses fotosintesis. Apabila tanaman kekurangan cahaya matahari tentunya tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimum. Kompetisi cahaya matahari terjadi apabila tumbuhan yang satu menaungi tumbuhan yang lain (misalnya tanaman budidaya dengan gulma), akibatnya daun yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan mendapat cahaya matahari yang lebih banyak dibandingkan daun yang ada dibawahnya.

Tanaman dan gulma juga memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Nutrisi yang terdapat di dalam tanah yang jumlahnya terbatas akan menimbulkan


(26)

8 Apabila lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman diberikan pupuk

tambahan dan tidak adanya pengendalian gulma yang dilakukan maka akan menimbulkan kerugian materi akibat pupuk tambahan tersebut tidak hanya dikonsumsi oleh tanaman tapi juga oleh gulma, sehingga dikhawatirkan tanaman budidaya akan kalah berkompetisi dengan gulma.

Kompetisi ini juga terjadi untuk air, karbondioksida dan ruang yang dibutuhkan oleh tanaman dan gulma. Apabila gulma yang lebih dominan tentunya akan menyebabkan kerugian, karena tanaman budidaya akan kekurangan atau

kehilangan syarat-syarat untuk hidupnya, akibatnya tanaman akan tidak optimal pertumbuhan dan produksinya bahkan tanaman tersebut dapat mati.

Kompetisi ini juga berhubungan dengan spesies gulma. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis gulma maka diambil beberapa spesies gulma untuk mewakili setiap jenis gulma yang ada, yaitu Boreria alata dan Asystasia

gangetica untuk mewakili gulma jenis daun lebar, Paspalum conjugatum dan Setaria plicata untuk mewakili gulma golongan rumput, dan Cyperus rotundus yang mewakili jenis tekian.


(27)

9 1.6 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1) Setiap jenis gulma memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan awal tanaman karet.

2) Semakin tinggi kepadatan populasi gulma maka pertumbuhan tanaman awal tanaman karet semakin tertekan.

3) Terjadi interaksi antara jenis gulma dan populasi gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman karet.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Karet

Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah sungai Amazon. Beberapa diantara spesies tersebut mempunyai morfologi yang berbeda. Dari sejumlah spesies Hevea sp., hanya Hevea brasiliensis yang mempunyai nilai ekonomi tanaman komersial, karena spesies ini banyak menghasilkan lateks dan kualitas lateksnya cukup baik.

Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis (Anonim c, 2011).


(29)

11 Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks).

Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Anonim c, 2011). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul.

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.

2.2 Gulma Secara Umum

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan dan mengurangi hasil panen.


(30)

12 Tidak hanya itu, gulma juga dapat menimbulkan kerugian lainnya, yaitu mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian,

menghasilkan allelokimia, sebagai vektor hama dan penyakit, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).

Gulma dapat dikelompokkan berdasarkan siklus hidup, cara berkembangbiak, habitat, tempat tumbuh, sistematika, asal, dan morfologi. Berdasarkan morfologinya gulma dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu golongan rumput (grasses), golongan teki (sedges), dan golongan berdaun lebar (broad leaves) (Sembodo, 2010).

Gulma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asystasia gangetica, Borreria alata, Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Cyperus rotundus.

Paspalum conjugatum merupakan gulma rumput yang perbanyakannya dengan stolon.

Setaria plicata merupakan gulma rumputan tahunan yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, dengan sistem perakaran padat dan sifatnya tahan naungan. Setaria pilcata dapat diperbanyak dengan biji. Sebagian besar jenis gulma rumput mempunyai jalur fotosintesis C4.

Borreria alata merupakan gulma berdaun lebar semusim yang perbanyakannya dengan biji, gulma ini tumbuh pada tanah Podsolik Merah Kuning.


(31)

13 Asystasia gangetica merupakan gulma daun lebar yang penyebarannya melalui biji. Mayoritas jenis gulma daun lebar mempunyai jalur fotosintesis C3 (Anonim b, 2011).

Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan tuber ( umbi ). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan

(Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).

2.3 Kompetsi Gulma dengan Tanaman Karet

Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak terbatas hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya di dalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Menurut Nasution (1986) gulma umum yang terdiri dari Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, dan Digitaria adscendes, yang dibiarkan tumbuh di pembibitan dapat mengakibatkan 85% bibit karet tidak memenuhi syarat untuk diinokulasi karena pertumbuhan batangnya tertekan.

Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh (1) Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup. (2) Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran


(32)

14 benih oleh biji-biji gulma. (3) Allelopati yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya. (4) Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri

Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan. (5) Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi. (6) Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi. (7) Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi (Anonim b, 2011).

Persaingan akan terjadi bila timbul interaksi antar lebih dari satu tumbuhan. Interaksi adalah peristiwa saling tindak antar tumbuhan tersebut. Menurut Soerjani (1976) tipe interaksi sebagai berikut: (1) Neutralisme, ke dua tumbuhan saling tidak terpengaruh oleh interaksi. (2) Kompetisi, ke dua tumbuhan terpengaruh secara negatif oleh interaksi dalam bentuk penurunan kegiatan pertumbuhannya (termasuk peristiwa allelopati). (3) Amensalisme, satu tumbuhan tidak dipengaruhi oleh interaksi sementara kegiatan pertumbuhan lainnya dipengaruhi secara negatif. (4) Dominasi, satu tumbuhan mendominansi tumbuhan lainnya (termasuk parasitisme dan predasi). (5) Komensalisme, suatu interaksi yang positif. Satu tumbuhan tidak dipengaruhi, sedangkan tumbuhan lain memperoleh keuntungan dari interaksi. (6) Proto-kooperasi, interaksi kooperatif antara dua tumbuhan.


(33)

15 Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling

memperebutkan sumber daya alam yang persediaannya terbatas pada lahan dan dalam waktu sama yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih.

Persaingan memperebutkan hara

Setiap lahan berkapasitas tertentu di dalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.

Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia (Moenandir, 1993).

Persaingan memperebutkan air

Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar


(34)

16 diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330-1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan (Moenandir, 1993).

Persaingan memperebutkan cahaya

Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari yang redup (dimusim penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya (Moenandir, 1993).

Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini:

Kerapatan gulma

Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya


(35)

17 semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negative (Anonim b, 2011).

Macam gulma

Masing-masing gulma mempunyai morfologi yang berbeda, yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok dan menurunkan produksi tanaman (Anonim b, 2011).

Saat kemunculan gulma

Gulma yang muncul pada periode kritis tanaman akan berakibat lebih buruk jika dibanding saat tanaman telah dewasa (Anonim b, 2011).

Lama keberadaan gulma

Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin besar persaingan yang terjadi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok (Anonim b, 2011).

Habitus gulma

Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih

menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok (Anonim b, 2011). Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)

Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim b, 2011).


(36)

18 Allelopati

Beberapa spesies gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopati mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim b, 2011).

Karena itu diperlukan teknik yang tepat untuk mengendalikan gulma tersebut, namun untuk melakukan pengendalian yang baik dan benar diperlukan pengetahuan seberapa besarkah pengaruh gulma terhadap tanaman karet. Oleh karena itu dilakukan

pengujian tingkat kompetisi berbagai golongan gulma (gulma daun lebar, gulma teki, dan gulma rumput) dengan tanaman karet.

2.4 Deskripsi Gulma Dominan

2.4.1 Gulma Rumputan

Semua jenis gulma yang termasuk dalam family Gramineae adalah kelompok rumputan. Kelompok gulma ini ditandai dengan cirri utama, berbentuk pita, dan terletak berselang seling pada ruas batang. Batang berbentuk silindris, beruas dan berongga. Akar gulma golongan ini tergolong dalam akar serabut (Sembodo, 2010).

2.4.1.1 Paspalum conjugatum

Paspalum conjugatum (Gambar 1) dapat tumbuh hingga ketinggian 1700 m di atas permukaan air laut. Gulma ini juga dapat tumbuh di daerah yang ternaungi dan


(37)

19 lembab atau basah. Hal ini mengakibatkan gulma ini banyak terdapat di bawah tanaman perkebunan dan di tepi sungai.

Paspalum conjugatum tergolong ke dalam famili Poaceae, memiliki stolon yang panjang, batang tegak, 4-80 cm, bercabang, memiliki batang yang kuat. Daunnya terselubung, biasanya 30-50 mm. Bunga memiliki dua atau kadang-kadang tiga tandan dengan panjang 7-16 cm. Pembungaan dimulai 4-5 minggu setelah kecambah muncul dan terus berbunga sepanjang tahun (Putri, 2011).

Gambar 1. Gulma Paspalum conjugatum

2.4.1.2 Setaria plicata

Setaria plicata (Gambar 2) tergolong dalam famili poaceae yang memiliki sistem perakaran padat, dengan akar yang tipis. Batang tegak, menyisip dari tunas terbawah, kadang-kadang bercabang. Pelepah daun silindris, terbuka di atas, ligula pendek, berjumbai. Perbungaan malai seperti bulir, buliran berbentuk menjorong, bunga


(38)

20 bawah steril, bunga atas hermaprodit. Biji bulat dan pipih, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam (Putri, 2011).

Gambar 2. Gulma Setaria plicata

2.4.2 Gulma Berdaun Lebar

Anggota gulma golongan berdaun lebar paling banyak dijumpai di lapangan dan paling beragam jenisnya. Ciri-ciri yang dimiliki gulma tersebut juga sangat beragam tergantung familinya. Sebagai gambaran umum, bentuk daun gulma golongan ini adalah lonjong, bulat, menjari, atau berbentuk hati. Akar yang dimiliki umumnya berupa akar tunggang. Beberapa gulma yang termasuk dalam jenis paku-pakuan atau pakis, memiliki perakaran serabut. Batang umumnya bercabang, berkayu atau sukulen. Bunga gulma golongan ini ada yang majemuk atau komposit dan ada yang tunggal (Sembodo, 2010).


(39)

21 2.4.2.1 Borreria alata

Boreria alata (Gambar 3) termasuk ke dalam famili Rubiaceae dan merupakan tumbuhan

semusim (annual). Gulma ini berakar tunggang, batang segiempat dan berambut, dan

memiliki daun yang letaknya saling berhadapan, tepinya rata, permukaan licin, sering berwarna hijau kekuningan. Bunga berwarna ungu, jarang berwarna putih.

Cara berkembangbiak dengan biji, dan tumbuh pada tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1700 m dpl (Putri, 2011).

Borreria alata merupakan gulma berdaun lebar semusim yang perbanyakannya dengan biji, gulma ini tumbuh pada tanah Podsolik Merah Kuning.

Gambar 3. Gulma Borreria alata

2.4.2.2 Asystasia gangetica

Asystacia gangetica (Gambar 4) atau Chinese Violet merupakan tumbuhan perennial yang tumbuh menjalar sampai ketinggian 50 cm. Daun berbentuk oval dan


(40)

kadang-22 kadang hampir berbentuk segitiga dengan panjang 2,5- 16,5 cm dan lebar 0,5 – 5,5 cm. Batang dan daunnya berbulu halus, bunga berwarna putih atau ungu, dan bentuknya menyerupai lonceng dengan panjang 2- 2,5 cm. Buahnya seperti kapsul, berisi empat buah biji dan panjang sekitar 3 cm. Dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis (Palasta, 2007).

Asystasia gangetica merupakan gulma yang menarik karena pertumbuhannya yang cepat dalam menutup tanah dan dapat tumbuh hingga satu meter. Asystasia

gangetica menghasilkan bunga berwarna krem dengan corak warna ungu di bawah kelopak mahkota dan biji yang dihasilkan berwarna coklat.

Gambar 4. Gulma Asystasia gangetica

2.4.3 Gulma Golongan Tekian

Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Cyperaceae adalah gulma golongan tekian. Gulma yang termasuk dalam golongan ini memiliki ciri utama letak daun


(41)

23 berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak beruas dan berbentuk silindris, segi empat, atau segitiga. Untuk jenis tertentu, seperti Cyperus rotundus, batangnya membentuk umbi (Sembodo, 2010).

Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm).

Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Ia termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4 (Anonim a, 2011).

Gulma teki merupakan gulma perennial yang mempumyai akar dan umbi. Batang teki berbentuk tumpul atau segitiga dan daun pada pangkal batang terdiri dari 4-10 helai, bunganya memiliki benang sari yang berjumlah tiga helai, kepala sari kuning cerah, dan tangkai putiknya bercabang tiga dan berwarna coklat. Gulma teki tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1- 1.000 meter dpl dengan curah hujan antara 1.500-4.000 mm.

2.4.3.1 Cyperus rotundus

Teki ladang atau Cyperus rotundus (Gambar 5) adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan


(42)

24 mirip. Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan tuber ( umbi ). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan.


(43)

III. BAHAN DAN METODE

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai bulan November 2011 sampai Februari 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah plastik, alat pengukur panjang, jangka sorong, tali rafia, patok, tugal, timbangan digital, oven, cangkul, selang dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman karet Klon GT1 berumur 3 bulan, air, pupuk NPK 15:15:15, gulma Asystasia gangetica dengan jumlah daun 3-4 helai, Borreria alata dengan jumlah daun 8-10 helai, gulma Cyperus rotundus yang belum memiliki malai, gulma Paspalum conjugatum dan Setaria plicata berasal dari tunas stolon yang masih sehat.


(44)

25 3.3 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan kegiatan bertahap yaitu : Penentuan petak

perlakuan, penanaman bibit karet, penanaman gulma, pemeliharaan, dan pengamatan.

3.3.1 Penentuan petak perlakuan

Lahan penelitian yang di gunakan 180 m2 disiapkan dengan pencangkulan sehingga tanah menjadi gembur beberapa saat sebelum penanaman. Dibuat petak penelitian sebanyak 60 buah yang masing-masing berukuran 1 m x 3 m. Tiap petak diberi patok perlakuan untuk memudahkan pengamatan.

3.3.2 Penanaman Bibit Karet

Bibit karet ditanam satu bibit perlubang tanam dengan jarak antar tanaman 1 m. Setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyiraman pada areal pertanaman. Kegiatan penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 1 minggu setelah tanam (MST). Letak penanaman bibit karet disajikan dalam Gambar 6.

3.3.3 Penanaman Gulma

Penanaman gulma dilakukan pada petak yang telah disiapkan. Ada lima spesies gulma yang digunakan yaitu Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Borreria alata,


(45)

26 Asystasia gangetica, dan Cyperus rotundus. Gulma ditanam tiga hari setelah

penanaman bibit tanaman karet. Gulma ditanam dengan jarak yang berbeda tergantung dari jumlah gulma dalam 1 plot. Semakin banyak jumlah gulma yang ditanam, maka semakin rapat jarak tanam antar gulma dalam 1 bedengan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar populasi gulma merata dalam 1 plot. Letak penanaman gulma disajikan dalam Gambar 6.

3 m

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X XX X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 1 m X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

1 m 1 m

Gambar 6. Petak Percobaan Letak Penanaman Bibit Karet dan Gulma (Keterangan : = Bibit tanaman karet; X = Gulma)

3.3.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, dan penyiangan gulma lain. Penyiraman dilakukan dengan cara mengalirkan air yang berasal dari bak

penampungan air dekat lahan menggunakan selang. Penyiraman harus rutin agar dapat memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.


(46)

27 Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 10 gram pertanaman dilakukan pada awal penanaman bibit tanaman karet. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur saat penanaman bibit tanaman karet.

Penyiangan gulma dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma lain yang berada di petak percobaan, kegiatan ini dilakukan seminggu sekali dengan

menggunakan kored. Penyiangan gulma rutin dilakukan sehingga tidak ada gulma lain yang dapat mempengaruhi tanaman karet.

3.4 Metode Penelitian dan Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, maka penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah lima spesies gulma yaitu Asystasia gangetica, Borreria alata, Cyperus rotundus, Paspalum conjugatum, dan Setaria plicata. Faktor kedua adalah empat taraf populasi gulma yaitu 0, 20, 40, dan 60 gulma/m2. Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan menurut rancangan percobaan Petak Berjalur ( stripe plot ). Tata letak perlakuan disajikan pada gambar 7.

Homogenitas diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk mengidentifikasi pengaruh spesies dan populasi gulma dari yang tidak berpengaruh sampai yang terburuk. Model rancangan


(47)

28

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

Gambar 7. Tata Letak Perlakuan

Keterangan:

p0: Populasi 0 gulma/m2 g1 : Asystasia gangetica p1: Populasi 20 gulma/m2 g2 : Borreria alata

p2: Populasi 40 gulma/m2 g3 : Paspalum conjugatum p3: Populasi 60 gulma/m2 g4 : Setaria plicata

g5 : Cyperus rotundus Populasi

Gulma

p0 p1 p2 p3

g1 p0g1 p1g1 p2g1 p3g1

g2 p0g2 p1g2 p2g2 p3g2

g3 p0g3 pig3 p2g3 p3g3

g4 p0g4 p1g4 p2g4 p3g4

g5 p0g5 p1g5 p2g5 p3g5

Populasi Gulma

p2 p1 p3 p0

g4 p2g4 p1g4 p3g4 p0g4

g2 p2g2 p1g2 p3g2 p0g2

g3 p2g3 p1g3 p3g3 p0g3

g1 p2g1 p1g1 p3g1 p0g1

g5 p2g5 p1g5 p3g5 p0g5

Populasi Gulma

p1 p3 p0 p2

g3 p1g3 p3g3 p0g3 p2g3

g5 p1g5 p3g5 p0g5 p2g5

g1 p1g1 p3g1 p0g1 p2g1

g4 p1g4 p3g4 p0g4 p2g4


(48)

29 Tabel 1. Analisis ragam percobaan dua-faktor yang terdiri dari empat faktor

kerapatan populasi dan lima faktor jenis gulma. Sumber

Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Ulangan 3-1=2

Faktor Populasi (A) 4-1=3 Galat Populasi (a) (3-1)(4-1)=6 Faktor Jenis Gulma (B) 5-1=4 Galat Jenis Guma (b) (3-1)(5-1)=8

A x B (4-1)(5-1)=12

Galat (c) (3-1)(4-1) (5-1) =24

JK umum – (jumlah semua JK lainnya)

Umum (3)(4)(5)-1=59

∑ X2

F.K. Sumber : Gomez dan Gomez (1995)

3.5. Pengamatan

3.5.1. Tinggi tanaman

Tinggi Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun teratas yang dilakukan pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam ( MST). Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter dengan menggunakan alat pengukur panjang. Seluruh tanaman diamati yaitu sebanyak 3 tanaman per plot.


(49)

30 3.5.2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Seluruh tanaman diamati yaitu sebanyak 3 tanaman per plot.

3.5.3. Diameter batang tanaman

Diameter batang tanaman dihitung untuk mengetahui perkembangan diameter tanaman. Diameter batang dihitung pada 4,8, dan 12 minggu setelah tanam. Pengukuran dilakukan 10 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan alat pengukur jangka sorong dalam satuan mm. Seluruh tanaman diamati yaitu sebanyak 3 tanaman per plot.

3.5.4. Persentase penutupan gulma

Pengamatan dilakukan secara visual pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan dilakukan dengan cara menduga persentase petak percobaan yang


(50)

31 3.5.5. Bobot kering tanaman karet dan gulma.

Bobot kering tanaman diukur dengan cara mengambil satu tanaman karet yang di tengah sebagai sampel dari setiap petak perlakuan. Kemudian dikeringkan selama 2x24 jam dengan menggunakan oven pada suhu 80OC. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.

Bobot kering gulma diukur dengan mengambil dua 2 plot sampel gulma dengan ukuran 0,5 x 0,5 m dari setiap petak perlauan untuk dikeringkan. Sampel gulma dikeringkan selama 2 x 24 jam hingga bobotnya konstan dengan menggunakan oven pada suhu 80OC. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram.

3 m

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 1 m X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 8. Letak Pengambilan Sampel Gulma


(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap tinggi tanaman karet pada 12 MST, jumlah daun pada 8 dan 12 MST, dan diameter batang pada 8 dan 12 MST. Gulma Asystasia gangetica dan Setaria plicata mengakibatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang terendah.

2. Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap bobot kering tanaman karet pada 12 MST. Gulma Asystasia gangetica, Borreria alata, dan Paspalum conjugatum dapat menekan bobot kering tanaman karet pada populasi 60 gulma/m2.

3. Populasi gulma dari 20-60 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 12 MST, jumlah daun pada 8, dan 12 MST, diameter batang pada 8 dan 12 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST.

4. Terdapat interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam mempengaruhi persentase penutupan gulma 4, 8, dan 12 MST, bobot kering gulma pada 12 MST, jumlah daun tanaman karet pada 4 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST.


(52)

50 5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan gulma lainnya seperti Imperata cylindrica dan Mikania micrantha.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2011. Teki Ladang. www.wikipedia.org. Diakses pada 14 Juni 2011. Anonim b. 2011. Gulma Tanaman. www.wordpress.com. Diakses pada 14 Juni

2011.

Anonim c. 2011 . Para (pohon). www.ide.wikipedia.org. Diakses pada 23 Januari 2012.

Djafaruddin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara. 130 hlm.

Gomez, K., dan Arturo Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI-Press. Jakarta. 698 hlm.

Gieana. 2010. Penguasaan sarana tumbuh gulma.http://id.shvoong.com. Diakses tanggal 1 Desember 2010. Pukul 13:30 WIB.

Moenandir, J. 1990. Fisiologi Herbisida. Buku Gulma II. Badan Penerbit CV Rajawali Press. Jakarta. 95 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 101 hlm.

Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hlm.

Palasta, R. 2007. Efikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.

Plantamor. 2008. Informasi Spesies. http://www.plantamor. Diakses tanggal 1 Desember 2010. Pukul 13:30 WIB.

Prasetyo, G. 2011. Kompetisi Gulma Dengan Tanaman Budidaya Dalam Sistem Pertanaman Multiple Cropping: Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Purwokerto Volume 7 No.1 p 29-35


(54)

52 Purba, E. 2004.Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida. www.usu.ac.id. Diakses

tanggal 22 April 2011. Pukul 19:42 WIB

Putri, E. 2011. Kompetisi Beberapa Jenis dan Populasi Gulma terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 86 hlm.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Soerjani, M. 1976. Herbisida sebagai Alat Pengelola Tumbuhan Pengganggu. Aspek pestisida di Indonesia, edisi khusus LP3 Bogor 3:33-51.

Sukman, Y. Dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali Press. Jakarta. 157 hlm.

Sumantry. 2011. Sejarah Singkat Karet. http://www.sumantry.com. Diakses tanggal 11 September 2011. Pukul 16:38 WIB

Tjitrosoedirjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia: Jakarta. 55 hlm.


(1)

30 3.5.2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Seluruh tanaman diamati yaitu sebanyak 3 tanaman per plot.

3.5.3. Diameter batang tanaman

Diameter batang tanaman dihitung untuk mengetahui perkembangan diameter tanaman. Diameter batang dihitung pada 4,8, dan 12 minggu setelah tanam. Pengukuran dilakukan 10 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan alat pengukur jangka sorong dalam satuan mm. Seluruh tanaman diamati yaitu sebanyak 3 tanaman per plot.

3.5.4. Persentase penutupan gulma

Pengamatan dilakukan secara visual pada 4, 8, dan 12 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan dilakukan dengan cara menduga persentase petak percobaan yang


(2)

31 3.5.5. Bobot kering tanaman karet dan gulma.

Bobot kering tanaman diukur dengan cara mengambil satu tanaman karet yang di tengah sebagai sampel dari setiap petak perlakuan. Kemudian dikeringkan selama 2x24 jam dengan menggunakan oven pada suhu 80OC. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.

Bobot kering gulma diukur dengan mengambil dua 2 plot sampel gulma dengan ukuran 0,5 x 0,5 m dari setiap petak perlauan untuk dikeringkan. Sampel gulma dikeringkan selama 2 x 24 jam hingga bobotnya konstan dengan menggunakan oven pada suhu 80OC. Setelah kering, brangkasan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan dengan satuan gram.

3 m

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 1 m X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 8. Letak Pengambilan Sampel Gulma


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap tinggi tanaman karet pada 12 MST, jumlah daun pada 8 dan 12 MST, dan diameter batang pada 8 dan 12 MST. Gulma Asystasia gangetica dan Setaria plicata mengakibatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang terendah.

2. Terdapat pengaruh perbedaan jenis gulma terhadap bobot kering tanaman karet pada 12 MST. Gulma Asystasia gangetica, Borreria alata, dan

Paspalum conjugatum dapat menekan bobot kering tanaman karet pada populasi 60 gulma/m2.

3. Populasi gulma dari 20-60 gulma/m2 menekan tinggi tanaman pada 12 MST, jumlah daun pada 8, dan 12 MST, diameter batang pada 8 dan 12 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST.

4. Terdapat interaksi antara jenis dan populasi gulma dalam mempengaruhi persentase penutupan gulma 4, 8, dan 12 MST, bobot kering gulma pada 12 MST, jumlah daun tanaman karet pada 4 MST, dan bobot kering tanaman karet pada 12 MST.


(4)

50 5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan gulma lainnya seperti Imperata cylindrica dan Mikania micrantha.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2011. Teki Ladang. www.wikipedia.org. Diakses pada 14 Juni 2011. Anonim b. 2011. Gulma Tanaman. www.wordpress.com. Diakses pada 14 Juni

2011.

Anonim c. 2011 . Para (pohon). www.ide.wikipedia.org. Diakses pada 23 Januari 2012.

Djafaruddin. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara. 130 hlm.

Gomez, K., dan Arturo Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI-Press. Jakarta. 698 hlm.

Gieana. 2010. Penguasaan sarana tumbuh gulma.http://id.shvoong.com. Diakses tanggal 1 Desember 2010. Pukul 13:30 WIB.

Moenandir, J. 1990. Fisiologi Herbisida. Buku Gulma II. Badan Penerbit CV Rajawali Press. Jakarta. 95 hlm.

Moenandir, J. 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 101 hlm.

Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hlm.

Palasta, R. 2007. Efikasi Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat terhadap Beberapa Spesies Rumput, Teki, dan Daun Lebar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hlm.

Plantamor. 2008. Informasi Spesies. http://www.plantamor. Diakses tanggal 1 Desember 2010. Pukul 13:30 WIB.

Prasetyo, G. 2011. Kompetisi Gulma Dengan Tanaman Budidaya Dalam Sistem Pertanaman Multiple Cropping: Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Purwokerto Volume 7 No.1 p 29-35


(6)

52 Purba, E. 2004.Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida. www.usu.ac.id. Diakses

tanggal 22 April 2011. Pukul 19:42 WIB

Putri, E. 2011. Kompetisi Beberapa Jenis dan Populasi Gulma terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 86 hlm.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm.

Soerjani, M. 1976. Herbisida sebagai Alat Pengelola Tumbuhan Pengganggu. Aspek pestisida di Indonesia, edisi khusus LP3 Bogor 3:33-51.

Sukman, Y. Dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali Press. Jakarta. 157 hlm.

Sumantry. 2011. Sejarah Singkat Karet. http://www.sumantry.com. Diakses tanggal 11 September 2011. Pukul 16:38 WIB

Tjitrosoedirjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia: Jakarta. 55 hlm.