UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN
Oleh: Syafari
Penelitian ini dilaksanakan karena rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA yang hasilnya dibawah KKM yaitu 65, dengan nilai rata-rata 60,00. Siswa belum tuntas mencapai 52% dan siswa tuntas hanya 48% dari 29 siswa kelas IV SDN 2
Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model pembelajaran kooperatif yang bertujuan: (1)
meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif, (2) menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dengan subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam empat langkah kegiatan, meliputi kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Selanjutnya pada siklus ke dua jenis kegiatan yang dilaksanakan bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah perangkat tes, lembar observasi dan catatan lapangan yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru serta hasil prestasi belajar siswa. Pada siklus I aktivitas siswa mencapai 47,6% (cukup) mengalami peningkatan aktivitas pada siklus II menjadi 70,4% (baik) dan pada siklus III mencapai 80,8% (sangat baik). Begitu pula dengan kinerja guru. Pada siklus I aktivitas guru mencapai 50% (cukup) pada siklus II mencapai 72,22% (baik) dan pada siklus III mencapai 80,6% (sangat baik). Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada siklus I prosentase ketuntasan mencapai 48,27%, siklus II mencapai 65,51% dan pada siklus III prosentase ketuntasan mencapai 89,66%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran, hal ini juga terlihat dari penilaian aktivitas siswa yang semakin meningkat dari
(2)
siklus ke siklus, (2) prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif menunjukkan kemajuan yang signifikan, secara keseluruhan siswa yang telah mencapai skor ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sebanyak 25 orang atau sekitar 86,21%. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
(3)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan melandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam meningkatkan kamampuan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru sebagai langkah persiapan untuk dapat hidup dan berkembang dalam masyarakat secaramandiri kelak dikemudian hari.
Proses pembelajaran di kelas diharapkan dapat mendorong siswa sebagai pembelajar untuk dapat berpartisipasi aktif melalui kegiatan yang menyenangkan dengan bantuan strategi, model dan media belajar yang bersifat kelompk sehingga siswa mampu meng konstrusi sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi,fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu,relevan dengan kebutuhan masarakat,dan berdaya saing dalam kehidupan global. Sehubungan hal sebagaimana tersebut diatas perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan. Pendidikan merupakan bentuk upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan, Pemerintah mengupayakan sistem standarisasi profesi tenaga kependidikan secara implisit terkait didalamnya standar kompetensi guru pada setiap satuan pendidikan termasuk sekolah dasar.
Kompetensi penguasaan pengetahuan adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan keleluasaan pengetahuan. Kompetensi dimaksud meliputi pemahaman terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik dan penguasaan akademik. Unsur prasarat dan unsur kompetensi yang harus dimiliki guru tersebut, antara lain perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemahaman wawasan pendidikan
(4)
Dalam pembelajaran IPA perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang abstrak menuju konkret. Namun demikian pembelajaran IPA mengingat kemampuan berpikir siswa sekolah dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman yang matang melalui obyek kongkrit. (Karnadi, 2003:5).
Pada sekolah dasar, perlu adanya kerja keras guru sebagai agen pembelajaran dalam membimbing dan membungun kemampuan siswa dalam belajar. Hal ini karena pada tingkat sekolah dasar sebagai tahapan perkembangan psikologis anak secara umum masih ketergantungan tehadap manusia dewasa. Nilai siswa sekolah dasar khususnya mata pelajaran IPA kebanyakan siswa belum menguasai sehingga akan mengalami kesulitan khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh yang berakibat kompleks, siswa tidak mengikuti belajar IPA dengan baik, aktivitas siswa rendah, siswa pasif dan bosan belajar, nilainya rendah dibawah KKM yaitu 65, penyebab permasalahan tersebut: guru kurang inovitif dan kreatif, guru menggunakan metode ceramah saja, guru belum kreatif memilih metode, guru belum menggunakan metode yang tepat, guru belum memberi kasempatan pada siswa untuk bertanya jawab pada teman sebaya.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, penulis akan melakukan penelitian atau perbaikan-perbaikan sebagai upaya pemecahan masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode kooperatif. Metode tersebut digunakan untuk menumbuhkan penguatan
(5)
ingatan siswa, sehingga diharapkan kegiatan pembelajaran bersifat kelompok tidak membosankan.
Teknik pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan antara lain: (1) mengatasi kejenuhan siswa dalam menghafal, menambah kreativitas belajar, (2) mendorong berkambangnya daya analisis siswa dalam mengkontruksi sebuah konsep atau nama berdasarkan pengalamannya, (3) model kooperatif sangat cocok diterapkan pada usia dini karena menuntut pelibatan aktivitas siswa begerak emosional.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan dapat diidentifikasi sebagai:
1. Siswa tidak mengikuti belajar IPA dengan baik. 2. Aktivitas siswa masih rendah.
3. Siswa pasif dan bosan belajar.
4. Nilainya rendah di bawah KKM yaitu nilai 65.
1.3. Perumusan Masalah
Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran?
(6)
2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran.
2. Menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: Bagi Siswa:
a) Memperbaiki atau meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran.
b) Meningkatkan motifasi belajar agar dapat melaksanakan pembelajaran Aktif, Inofatif, Afektif dan Menyenangkan.
Bagi Guru:
a) Memperbaiki atau menemukan tindakan menggunakan model kooperatif yang tepat dalam pembelajaran IPA.
Bagi Sekolah:
1) Meningkatkan citra sekolah, karena jika semua pihak telah berhasil kinerjanya dengan sendirinya sekolah menjadi terkenal baik.
(7)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Dimiati, 2006:16).
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu, tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. (Slameto, 2009:2)
Pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode. Untuk pengembangan metode didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. (Hamzah, 2010:2)
2.2.Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi kusus akan menghasilkan respon terhadap situasi
(8)
tertentu juga. Sedangkan menurut konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan sehingga terjadi pembelajaran.
Jadi dalam pembelajaran kegiatan semua guru diarahkan untuk membantu siswa mempelajari suatu materi tertentu baik berupa pelajaran, keterampilan, sikap kerohanian dan sebagainya. Untuk membantu siswa secara baik, guru harus benar-benar merencanakan pelajaran dengan matang dan untuk ini guru perlu mengetahui latar belakang serta kemampuan dasar siswa. Latar belakang siswa yang dimaksud disini bukan sekedar latar belakang ekonomi, lingkungan asal sekolah/ prasekolah, orang tua dan sebagainya, berbagai juga keberadaan siswa di kelas. Corey (dalam Ruminiati, 2007:14)
2.3.Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan sudut pandang ini menghasilkan berbagai difinisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, meskipun tidak baru sama sekali. Kreativitas berupakan gabungan dari gagasan atau prodok lama ke dalam bentuk baru. Dengan demikian, yang lama menjadi dasar untuk menghasilkan yang baru. Asrori(dalam Syaifuddin latif.2007:51)
(9)
2.4.Belajar Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (Joyful Instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan
siswa tanpa ada perasaan terpaksa atau dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Mulyasa (dalam Agus Suyatna, 2011:17)
2.5.Hasil Belajar
Hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang dimilikinya; (2) Mereka mendapatkan bahwa prilaku yang diinginkan itu sudah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang sekarang dengan prilaku yang diinginkan memahami penjelasan tersebut di atas, hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan dari sebuah pembelajaran yang memberikan pandangan bagi siswa mengenai perubahan kemampuan darinya terhadap prilaku yang diinginkan. Salah satu kemampuan yang mengalami perubahan yaitu kemampuan kognitif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam mengunakan konsep untuk menyelesaikan satu persoalan. (Mulyasa, 2006:194)
(10)
2.6.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
dikembangkan oleh Liman (1985). Menurut Lyman (Arends, 1997:122) terdapat tiga tahap dalam tipe TPS.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif (TPS):
(1) Guru mengetengahkan suatu permasalahan secara garis besar dan siswa akan
menjawab dengan jawaban yang beragam.
(2) Guru memberikan waktu berpikir untuk memikirkan mengenai pertanyaan.
(3) Kemudian siswa berdiskusi dengan pasanganya, berbagi pendapat,
mengklarifikasi dan membandingkan kedua pendapatnya untuk memilih yang terbaik.
(4) Tiap pasangan kemudian berbagi gagasan dengan pasangan lain atau dengan
seluruh kelas.
Tipe TPS memberikan peluang pada siswa untuk dapat mendiskusikan ide-ide yang mereka miliki dalam rangka menyelesaikan masalah yang disajikan guru dengan teman dalam satu kelompok serta berbagi informasi dengan teman-teman dalam satu kelas. Hal ini sesuai dengan tujuan tipe TPS menurut Lyman (dalam Jones, 2002) yaitu memproses informasi, komunikasi dan mengembangkan cara berfikir. Dengan demikian berarti siswa diberikan waktu untuk berfikir dan merespons serta saling membantu satu sama lain. Lyman (dalam Agus Suyatna, 2011:84)
(11)
a) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Model TPS
(1)Meningkatkan kemandirian siswa.
(2)Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena
merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
(3)Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat.
(4)Melatih kecepatan berpikir siswa.
b) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Model TPS
(1)Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir
sistematik.
(2)Lebih sedikit ide yang masuk.
(3)Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang
bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses pembelajaran juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
(12)
Pendekatan pembelajaran dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk bekerjasama menyelasaikan tugas-tugas belajar dengan teman-teman sebaya, yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang ide-ide yang terdapat dapat pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajar kepada siswa keterampilan kerjasama kolaborasi. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran dengan meggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu empat sampai enam orang perkelompok .
2.7.Sumber Belajar
Pengertian yang sederhana, (hingga dewasa ini dunia pengajaran praktis masih berpandangan) sumber belajar (learning resources) adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/ bahan-bahan pengajaran baik buku bacaan atau semacamnya dalam desain pengajaran yang bisa disusun, guru terdapat salah satu kompetensi pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar/ pengajaran yang umumnya diisi buku-buku rujukan. Sumber belajar sesungguhnya tidak sempit.
Bahwa segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas baik secara langsung maupun tak langsung, diluar dari diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka disebut sumber belajar. (Rohani, 2009:161)
Macam-macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang menginginkan/ memudahkan terjadinya proses belajar disebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dan menjadi individu dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang terpuji dan mana yang tidak terpuji dan seterusnya. Dengan
(13)
kata lain sesungguhnya ada bahan yang jelas mengenai sumber belajar sebab segala apa yang bisa mendatangkan manfaat mendukung dan menunjang individu untuk berubah kearah yang lebih positif, dinamis (belajar) atau menuju perkembangan dapat disebut sumber belajar. Bahkan proses/ aktivitas itu sendiri dapat disebut sebagai sumber belajar. (Sardiman, 2008:233).
2.8.Pengukuran dan Penilaian
Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi obsservasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes, pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya: sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Guilford (dalam Edy Purnomo, 2011:6)
2.9.Kerangka Pikir
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitanya dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Model pembelajaran yang digunakan tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan hasil belajar siswa
(14)
terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Selama ini guru belum memanfaatkan model pembelajaran yang ada sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa untuk mengetahui bagaimanakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu maka dilakukan penelitian terhadap kelas tersebut dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif.
2.10. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang dilakukan tindakan ini adalah:
1. “Jika pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu diterapkan model
pembelajaran kooperatif dengan langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dari siklus ke siklus.”
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksakan di SD Negeri 2 Bumiratu Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Penelilitian dilakukan pada semester II dari April s/d Mei tahun pelajaran 2011/2012.
3.3.Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Bumiratu kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
3.4.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yaitu penelitian tindakan yang berbentuk siklus (tindakan). Penelitian dilaksanakan, siklus diberhentikan jika KKM sudah tercapai.
(16)
Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan /tindakan 3) Observasi
4) Refleksi
Bagan siklus tindakan dalam penelitian
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
DST
Cerr dan Kemmis, (dalam Suyono, 2011:16)
Rencana tindakan
Pelaksanaan tindakan Analisis
&refleksi
Observasi
Refleksi
Perbaikan rencana tindakan
Perbaikan rencana tindakan
Observasi
Observasi
Analisis & Refleksi
Pelaksanaan tindakan
(17)
1) Perencanaan
Pemilihan matari /pokok bahasan yang akan disampaikan a) Pemetaan
b) Membuat silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d) Merencanakan pembelejaran kooperatif
e) Menetukan indikator yang akan dijadikan acuan keberhasilan f) Mepersiapkan media pembelajaran
g) Membuat lembar evaluasi/ tes h) Membuat lembar observasi
2) Pelaksanaan / Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah: a. Kegiatan awal
Apersepsi
Guru memotivasi siswa dengan memberi tanya jawab tentang mata pelajaran sebelumnya.
b. Kegiatan inti
1. Guru meminta siswa dibagi menjadi lima kelompok.
2. Guru membimbing siswa untuk melakukan kerja kelompok,sambil mengawasi,mempresentasi siswa terbaik.
3. Siswa berdiskusi tentang materi pembelajaran.
4. Siswa diminta maju untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil kinerja kelompoknya.
(18)
6. Siswa melakukan tanya jawab dengan teman sebaya. c. Kegiatan akhir
1. Pemberian tugas (mengerjakan latihan).
3) Observasi
a) Mengamati dan mencatat tindakan pembelajaran.
b) Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, interaksi belajar dan lain-lain. c) Mencatat hasil belajar siswa.
d) Mencatat kondisi kelas yang terkait dengan pembelajaran yang diteliti. e) Mencatat data pendukung lain yang ada hubungannya dengan teliti.
4) Refleksi
a) Refleksi dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari hasil kegiatan dan akhirnya komentar dari observer tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-masing atau topik yang berbeda.
b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan analisis hasil tindakan. c) Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Tes yang digunakan yaitu berupa tes formatif. Tes formatif ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep materi yang diberikan yaitu
(19)
mengenai Gaya. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran (siklus). Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) dan juga isian.
2. Non Tes
Penggumpulan data dengan teknik non tes menggunakan lembar observasi. Dalam hal ini yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan juga lembar observasi aktivitas guru. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
3.6.Analisis Data
Untuk pengambilan data aktivitas digunakan lembar observasi berisi 5 aktivitas yaitu, keaktifan dalam pembelajaran kelompok, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan dari temen, menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan sebagainya. Sedangkan untuk data persentasi siswa ditentukan dari nilai tes pada setiap siklus. Adapun perhitungan data menggunakan rumus yang dijelaskam dalam Sudjana (2001) sebagai berikut: a. Aktivitas Belajar Siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut:
Aktivitas Siswa (%) = Jumlah Siswa dengan Aktivitas x 100 % Jumlah Siswa yang Diamati
Keterangan :
(20)
b. Aktivitas Guru
Untuk menghitung aktivitas guru digunakan rumus sebagai berikut:
Aktivitas Guru (%) = jumlah hasil pengamatan x 100%
Jumlah maksimum
c. Nilai Ketuntasan Belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan Belajar (%) = Jumlah Siswa Yang Tuntas x 100
Jumlah Siswa
3.7.Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan tindakan kelas adalah apabila terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar pada setiap siklusnya dan lebih dari 70% siswa aktif dan memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu nilai 65 diakhir pembelajaran.
(21)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan aktivitas guru yang ditandai dengan peningkatan aktivitas guru dalam setiap siklus, yaitu siklus I (50,00%), siklus II (72,22%) dan siklus III (86,11%).
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa yang ditandai dengan
peningkatan aktivitas siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (47,6), siklus II (70,04%), siklus III (80,08%).
3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60,00%), siklus II (63,79%), siklus III (78,29%).
5.2.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:
(22)
1. Diharapkan kepada siswa agar dapat menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok, untuk itu diperlukan keakraban, toleransi dan keterbukaan sehingga menimbulkan hubungan baik dengan teman maupun guru agar ilmu pengetahuan yang didapat lebih banyak lagi.
2. Kemampuan guru dalam melaksanakan variasi mengajar merupakan salah satu cara dalam mengatasi kejenuhan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
3. Guru sebaiknya dapat meningkatkan kinerja dan profesioanalisme melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan seperti KKG, workshop atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan wawasan.
(1)
1) Perencanaan
Pemilihan matari /pokok bahasan yang akan disampaikan a) Pemetaan
b) Membuat silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d) Merencanakan pembelejaran kooperatif
e) Menetukan indikator yang akan dijadikan acuan keberhasilan f) Mepersiapkan media pembelajaran
g) Membuat lembar evaluasi/ tes h) Membuat lembar observasi 2) Pelaksanaan / Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah: a. Kegiatan awal
Apersepsi
Guru memotivasi siswa dengan memberi tanya jawab tentang mata pelajaran sebelumnya.
b. Kegiatan inti
1. Guru meminta siswa dibagi menjadi lima kelompok.
2. Guru membimbing siswa untuk melakukan kerja kelompok,sambil mengawasi,mempresentasi siswa terbaik.
3. Siswa berdiskusi tentang materi pembelajaran.
4. Siswa diminta maju untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil kinerja kelompoknya.
(2)
6. Siswa melakukan tanya jawab dengan teman sebaya. c. Kegiatan akhir
1. Pemberian tugas (mengerjakan latihan). 3) Observasi
a) Mengamati dan mencatat tindakan pembelajaran.
b) Mengamati dan mencatat aktivitas siswa, interaksi belajar dan lain-lain. c) Mencatat hasil belajar siswa.
d) Mencatat kondisi kelas yang terkait dengan pembelajaran yang diteliti. e) Mencatat data pendukung lain yang ada hubungannya dengan teliti. 4) Refleksi
a) Refleksi dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari hasil kegiatan dan akhirnya komentar dari observer tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-masing atau topik yang berbeda.
b) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan analisis hasil tindakan. c) Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.Teknik Pengumpulan Data 1. Tes
Tes yang digunakan yaitu berupa tes formatif. Tes formatif ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep materi yang diberikan yaitu
(3)
mengenai Gaya. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran (siklus). Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) dan juga isian.
2. Non Tes
Penggumpulan data dengan teknik non tes menggunakan lembar observasi. Dalam hal ini yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan juga lembar observasi aktivitas guru. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
3.6.Analisis Data
Untuk pengambilan data aktivitas digunakan lembar observasi berisi 5 aktivitas yaitu, keaktifan dalam pembelajaran kelompok, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan dari temen, menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan sebagainya. Sedangkan untuk data persentasi siswa ditentukan dari nilai tes pada setiap siklus. Adapun perhitungan data menggunakan rumus yang dijelaskam dalam Sudjana (2001) sebagai berikut: a. Aktivitas Belajar Siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut:
Aktivitas Siswa (%) = Jumlah Siswa dengan Aktivitas x 100 % Jumlah Siswa yang Diamati
Keterangan :
(4)
b. Aktivitas Guru
Untuk menghitung aktivitas guru digunakan rumus sebagai berikut: Aktivitas Guru (%) = jumlah hasil pengamatan x 100%
Jumlah maksimum
c. Nilai Ketuntasan Belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan Belajar (%) = Jumlah Siswa Yang Tuntas x 100
Jumlah Siswa
3.7.Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan tindakan kelas adalah apabila terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar pada setiap siklusnya dan lebih dari 70% siswa aktif dan memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu nilai 65 diakhir pembelajaran.
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan aktivitas guru yang ditandai dengan peningkatan aktivitas guru dalam setiap siklus, yaitu siklus I (50,00%), siklus II (72,22%) dan siklus III (86,11%).
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan aktivitas siswa yang ditandai dengan peningkatan aktivitas siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (47,6), siklus II (70,04%), siklus III (80,08%).
3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60,00%), siklus II (63,79%), siklus III (78,29%).
5.2.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:
(6)
1. Diharapkan kepada siswa agar dapat menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok, untuk itu diperlukan keakraban, toleransi dan keterbukaan sehingga menimbulkan hubungan baik dengan teman maupun guru agar ilmu pengetahuan yang didapat lebih banyak lagi.
2. Kemampuan guru dalam melaksanakan variasi mengajar merupakan
salah satu cara dalam mengatasi kejenuhan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
3. Guru sebaiknya dapat meningkatkan kinerja dan profesioanalisme
melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan seperti KKG, workshop atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan wawasan.