27
belajar mengenai diri dan orang lain menjadi tuntutan seorang konselor. Dalam hal ini konselor harus siap untuk melakukan koreksi terhadap dirinya
dan terbuka dari kritik orang lain 10
Totalitas Konselor sebagai pribadi yang total, berbeda dan terpisah dengan orang lain.
Dalam konteks ini konselor perlu memiliki kualitas pribadi yang baik, yang mencapai kondisi kesehatan mentalnya secara positif. Konselor memiliki
otonomi mandiri dan tidak menguntungkan pribadinya secara emosional kepada orang lain.
11 Dalam banyak literatur yang yang membahas karakteristik kualitas konselor
ini sering dijumpai berbeda. Meskipun ada perbedaan secara tekstual dmikian adanya. Bukan suatu yang bertentangan, bahkan dapt dikatakan sebagai suatu
hal yang sling melengkapi. Kegagalan konselor dalam menumbuhkan efektifitas pribadinya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan dan
efektivitas konseling .
2.4.4. Fase- Fase dalam wawancara Konseling
Menurut Ivey yang dikutip oleh Gunarsa 1996: 38, ada lima tahapan struktur wawancara konseling yaitu :
1 Rapport
Tahap ini ditandai dengan ucapan berbasa basi. Tahap ini diikuti dengan rencana yang akan dilakukan terhadap dan dengan klien, serta membawa
klien merasa enak menghadapi konselor. Penting menerangkan tujuan dari wawncara dan apa yang konselor bisa dan tidak bisa lakukan.
28
2 Pengumpulan data
Tahapan ini yaitu untuk merumuskan masalah dan mengidentifikasikan hal- hal yang bisa dilakukan dan diberikan kepada klien, mengetahui latar
belakang kehidupan klien yang merupakan kumpulan dari faktor atau data keadaan sekarang atau yang lewat mengenai klien secara sistematis.
Penekanan isi tergantung dari orientasi konselor atau hal-hal khusus yang kan ditelusuri lebih lanjut. Perumusan masalah yang tepat akan menghindari
pembicaraan yang meloncat-loncatdan mmperjelaas tujuan wawancara, serta untuk memperjelas tujuan wawancara.
3 Menentukan hasil sesuai dengan arah kemana klien inginkan
Tahapan ini yaitu menggali apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau masalah sudah diatasi, hal ini penting agar tidak bertentangan dengan
apa yang secara rasional dipikirkan oleh pewawancara. 4
Mengemukakan macam-macam alternatif penyelesain masalah. Pada tahapan ini, klien diarahkan pada apa yang klien tentukan stelah
menentukan dari nmacam-macam alternative. Seringkali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya dan
merupakan tahapan yang berlangsung paling lama. 5
Generalisasi dan pengalihan proses belajar Hal ini dimaksudkan agar klien mengubah cara berpikirnya, proses
belajarnya, perasaannya dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat diatas, Winkel 1991: 85 mengemukakan ada 5
tahapan dalam wawancara konseling, yaitu :
29
1 Pembukaan
Diletakkan sebagai bagi pengembangan hubungan antar pribadi yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara
konseling. 2
Penjelasan Masalah Klien mengemukakan hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil
mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal yang ingin dibicarakan.
3 Penggalian Latar Belakang Masalah
Klien menambah ungkapan pikiran dan perasaan supaya kedudukan masalah menjadi lebih jelas dan konselor melakukan analisis kasus dengan pendekatan
konseling yang dipilihnya 4
Penyelesaian masalah Konselor dan klien membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Klien
memikirkan cara yang terbaik untuk mengatasi masalahnya dan konselor berperan menyalurkan arus pemikiran konseli sesuai dengan pendekatan
konseling yang dipilih. 5
Penutup. Tahap ini dilakukan jika klien telah menyatakan kemantapannya atas
keputusan yang telah diambil, baru kemudian wawancara konseling diakhiri oleh konselor
30
2.4.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Dalam Wawancara Konseling