Latar Belakang Munculnya Kebijakan Mengenai Pers

BAB III KEBIJAKAN PERS PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA

DI SEMARANG 1912-1930

A. Latar Belakang Munculnya Kebijakan Mengenai Pers

Semarang adalah kota pelabuhan dan pusat kegiatan perdagangan seperti Batavia dan Surabaya. Semarang menjadi pusat industri surat kabar yang penting, dan bersaing ketat dengan kota-kota besar lainnya dalam menerbitkan surat kabar terkemuka berbahasa Belanda dan Melayu pada pertengahan abad ke-19. bisnis surat kabar menarik minat para penerbit dan pemilik usaha percetakan disebabkan banyaknya jumlah penduduk di Semarang, yang bersifat urban dan komersial. Kota Semarang sebagai kota pelabuhan pusat lalu lintas pengapalan hasil pertanian, cenderung menarik saudagar dan pedagang dari berbagai bangsa. Para pedagang ini sangat membutuhkan media pengiklan untuk memasarkan komoditas yang diperjual-belikan, mengetahui harga terakhir di pasar, mengetahui informasi mengenai kedatangan dan keberangkatan kapal serta benda pos Adam,2003:12. Surat kabar milik swasta mulai terbit di Semarang pada abad ke-19. Pada mulanya surat kabar merupakan usaha orang Belanda dan Tionghoa yang membawa kepentingan usaha perkebunan Belanda maupun perdagangan orang- orang Tionghoa. Isinya masih seputar masalah ekonomi, kebudayaan, iklan, dan sedikit berita luar negeri. Munculnya surat kabar milik swasta membuat pemerintah menciptakan alat untuk mengekang pertumbuhan pers di Semarang, yaitu dengan membuat undang-undang pers pada tahun 1856. 43 44 Media pergerakan muncul di Semarang, sejalan dengan derap pergerakan kebangsaan di Indonesia. Sarekat Islam Semarang memiliki Sinar Djawa dan dalam tahun 1918 berganti Sinar Hindia. Organ Insulind yaitu Goentoer Bergerak terbit pada tahun 1915, Perhimpunan Pegawai Negeri Sekolah Rendah mempunyai surat kabar Soera Setalian yang terbit pada tahun 1919. SI Tetap menjadi organ VSTP yang terbit pada tahun 1919 hingga tahun 1925, dan Persatuan Hindia merupakan surat kabar milik Nasional Indische Partij. Demikian juga PKI menerbitkan surat kabar Api pada tahun 1924 dan mampu bertahan hingga tahun 1926 Yuliati,2000:62-63. Media organisasi yang lahir dan bangkitnya kesadaran politik, sosial dan ekonomi dikalangan pribumi mengancam aturan kolonial yang sangat mendasar. Munculnya partai politik telah menyiagakan pemerintah akan bahaya kebebasan pers, yang dimungkinkan oleh pelonggaran undang-undang pers Hindia tahun 1906. Pemerintah melakukan amandemen lagi terhadap undang-undang pers pada tahun 1914. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam undang-undang 1914 pemerintah melanjutkan tekanan terhadap perbedaan pendapat politik dalam pers berbahsa anak negeri, yang semakin radikal sejak 1913 Adam,2003:293.

B. Pengawasan Bersifat Preventif dan Represif