Latar Belakang Evaluasi Penerapan Aplikasi Surat Pemberitahuan Elektronik Pajak Pertambahan Nilai (E-Spt Ppn) Pada Pt. Indo Acidatama Tbk bab 1

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk pembangunan di dalam negara dan membiayai pengeluaran negara. Hal ini terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp 1.507 Triliun bersumber pada pajak. Penerimaan pajak dalam pendapatan negara dari tahun 2009 sampai dengan 2013 meningkat dari rata-rata 60 menjadi hampir 70. Pada tahun 2013 penerimaan Pajak Penghasilan PPh dan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM dalam target pencapaiannya lebih dari 50 untuk PPh dan penerimaan PPN dan PPnBM lebih dari 40. Dari penerimaan pajak ini diharapkan dapat mengoptimalkan pendapatan negara dengan tetap menjaga kondisi yang kondusif bagi dunia usaha. Namun peningkatan target ini haruslah membutuhkan strategi serta langkah-langkah reformasi di dunia perpajakan yang antara lain melalui peningkatan partisipasi masyarakat, perbaikan regulasi serta sistem penegakan hukum dibidang perpajakan. Maka dari itu, pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 1 commit to user undangan perpajakan. Bagi setiap wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan wajib melaksanakan kewajiban perpajaknnya. Oleh karena itu, setiap wajib pajak dituntut untuk membayar pajaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan golongannya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu pajak langsung dan tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, sebagai contoh Pajak Penghasilan. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain, sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan atas Barang Mewah Sumarsan, 2013: 12. Pajak pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan Suandy, 2008: 129. Oleh karena itu, Pajak Pertambahan Nilai dapat dilimpahkan kepada orang yang melakukan pembelian atau penjualan Barang Kena Pajak BKPJasa Kena Pajak JKP yang dapat dikenakan PPN. Seperti yang kita ketahui bahwa hampir seluruh barang-barang kebutuhan hidup rakyat Indonesia merupakan hasil produksi yang terkena PPN. Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas barang Mewah, menganut metode commit to user kredit pajak dan metode faktur pajak. Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sedangkan Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai. Dalam metode tersebut PPN dikenakan atas BKPJKP oleh Pengusaha Kena Pajak PKP. Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan guna meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara. Modernisasi perpajakan meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi dan reformasi pengawasan. Reformasi kebijakan terdiri dari amandemen undang-undang antara lain UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP dan UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Reformasi administrasi merupakan reformasi yang dilakukan berkaitan dengan organisasi teknologi informasi dan SDM, sedangkan reformasi pengawasan terkait dengan adanya kode etik pegawai. Dengan demikian tujuan modernisasi perpajakan adalah tercapainya tingkat kepatuhan yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan terhadap commit to user administrasi perpajakan yang tinggi dan tercapainya produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Dalam menyetorkan pajak ke kas negara PKP terlebih dahulu harus menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk melaporkan besarnya pajak ke Kantor Pelayanan Pajak KPP yang sudah ditunjuk. Barulah PKP menyetorkan pajaknya ke bank persepsi yang sudah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Apabila PPN Terutangnya Lebih Bayar maka Wajib Pajak hanya membawa Induk SPT dan lampiran AB. Lampiran AB digunakan untuk merekapitulasi penyerahan dan perolehan BKP JKP. Akan tetapi, apabila terjadi Kurang Bayar maka Wajib Pajak selain membawa Induk SPT dan lampiran AB harus membuat Surat Setoran Pajak untuk disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak KPP. Pelaporan pajak terutang melalui SPT manual dinilai masih memiliki kelemahan khususnya bagi PKP yang melakukan transaksi cukup besar harus melampirkan dokumen hardcopy dalam jumlah yang cukup besar kepada KPP. Sementara proses perekaman data memakan waktu cukup lama sehingga pelaporan SPT menjadi tertunda dan terlambat serta menyebabkan denda. Selain itu dapat terjadi kesalahan human error dalam proses ulang perekaman data secara manual oleh fiskus. Untuk itu pada tanggal 20 Januari 2009 Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan PER- 06PJ2009 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik. E -SPT ini dikeluarkan karena kemajuan teknologi dan informasi yang sudah berkembang dapat memberikan fasilitas yang mudah commit to user dan praktis dengan sebuah sistem yang dikemas secara komputerisasi. Direktorat Jenderal Pajak mewajibkan agar Pengusaha Kena Pajak PKP tertentu dalam melaporkan Surat Pemberitahuan menggunakan e -SPT dengan tujuan mempermudah Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan. PT. Indo Acidatama Tbk adalah perusahaan yang bergerak dibidang usaha industri kimia dengan nama produk Ethanol, Asam Asetat dan Ethyl Asetat dan berproduk secara komersial sejak tahun 1989. Transaksi pembelian yang dilakukan PT. Indo Acidatama Tbk dapat berasal dari Pengusaha Kena Pajak PKP dan Bukan Pengusaha Kena Pajak Non PKP. PPN Masukan yang timbul atas pembelian Barang Kena Pajak BKP yang berasal dari Pengusaha Kena Pajak PKP, dapat dikreditkan pada akhir masa pajak. Apabila pembelian bahan baku berupa tetes tebu yang merupakan BKP berasal dari pemasok yang Non PKP, maka perusahaan tidak akan dipungut PPN Masukan. Oleh karena itu, PPN Masukan tersebut juga tidak dapat dikreditkan dalam perhitungan PPN Terutang pada akhir masa pajak. Sedangkan penjualan BKP yang dilakukan perusahaan kepada pelanggan akan dikenakan PPN Keluaran. PT Indo Acidatama Tbk sebagai PKP diwajibkan untuk menggunakan e -SPT sebagaimana tercantum dalam PER-06PJ2009 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik menggunakan pedoman perhitungan pengkreditan pajak masukan yang menerbitkan nota retur atau nota pembatalan dengan jumlah lebih dari 25 dokumen dalam satu commit to user masa pajak, diwajibkan menggunakan e -SPT. Penggunaan e -SPT diharapkan dapat mengurangi kesalahan dalam pemasukan input data dan mempercepat pembentukan database pajak keluaran masukan sehingga PKP lebih efisien dalam melaporkan pajak terutangnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis termotivasi malakukan penelitian dan pajak yang akan diajukan dalam Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI PENERAPAN APLIKASI SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI e -SPT PPN PADA PT. INDO ACIDATAMA Tbk ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian “Bagaimana evaluasi penerapan aplikasi e -SPT PPN di PT Indo Acidatama Tbk”.

C. Tujuan Penelitian