Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

1

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

NAMA : BAYU ARTADO DAMANIK NIM : 112600030

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat kasih dan karunia –Nya penulis dapat menyalesaikan tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu syarat menyesaikan studi pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan judul;

‘’Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia’’

Pada kesempatan ini, penulis ingn menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan ,bimbingan ,serta doa sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik .penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badarudin,M.si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara, Msi, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh staff pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara,Msi selaku dosen pembimbing saya ,yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga dapat menyesaikan tugas akhir ini.


(3)

5. Bapak Edy Gunawan Sitohang,S.E selaku suvervisor lapangan yang telah memberikan data –data serta konsep yang saya butuhkan sampai tugas akhir ini selesai.

6. Teristimewa kepada bapakku J. Damanik dan ibu E.Simbolon yang telah banyak sekali memberikan dukungan moral maupun material serta doa kepada penulis.

7. Buat abangku Arya Rocky Damanik , S.E dan Kakak Hotna Sinaga S.si , serta abang ku Aryadi Damanik, SP dan kakak ervita AMKep yang selalu menudukung penulis menyeselasikan tugas akhir ini.

8. Teman – teman satu angkattan , Arizal, Angga Alfi, Daniel, Tommy, Edy, dan teman- teman yang lain yang sayya tidak dapat sebutkan satupersatu terimaksih buat kebersamaan kalian selama perkuliahan

9. Buat teman – teman satu angkatan TAX A 11 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih buat motivasi dan dukungannya.

10.Kepada Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dan seluruh staff Sub Bagian Umum yang telah memberi ijin kepada saya melakukan PKLM di KPP Pratama Medan Polonia.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan baik dalam susunan kata,kalimat maupun pembahasannya .Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.


(4)

Akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah menukung dan mendoakan saya atas perhatiannya saya ucapakan terimakasih.

Medan ,Januari 2015 Penulis,

Bayu Artado Damanik


(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI………..………ii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM...1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM...3

C. Uraian Teoritis...5

D. Ruang Lingkup PKLM...7

E. Metode PKLM………...8

F. Metode Pengumpulan Data…...9

G.Sistematika Penulisan Laporan PKLM………...10

BAB II : GABARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI(PKLM) A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia……….……..13

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia……….…...15

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Polonia………...16

D. Bidang Bidang Kerja KPP Pratama Medan Polonia………...17

E.Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Polonia……….…...21


(6)

BAB III : GAMBARAN UMUM DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Pengertian Umum Perpajakan……….….…………...25

1. Pengertian Pajak...25

2. Pengertian Pajak Penghasilan ……….……...26

B. Dasar Hukum Surt Pemberitahuan Masa……….…...28

C.Sistem Pemungutan Pajak………...29

D.Surat Pemberitahuan (SPT)………...30

1. Pengertian Surat Pemberitahuan ……..………...30

2. Fungsi Surat Pemberitahuan……….…...31

3. Macam – macam Surat Pemberitahuan…………...32

4. SPT Masa PPh OP………..……...35

5. Cara Mendapatkan/ Memperoleh Surat Pemberitahuan….…..36

6. Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan……….……...36

7. Prosedur Penyelesaian Surat Pemberitahuan….……….……..37

8. Tempat Penyampaian Surat Pemberitahuan………...38

9. Batas Waktu Penyampaian Surat .Pemberitahuan………...39

10.Surat Pemberitahuan Dianggap tidak Sah……...39

11.Sanksi Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan……….………..40

12.Sanksi Keterlambatan Surat pemberitahuan……….…...41


(7)

BABIV ANALISA DAN EVALUASI

A. Pengertian Kepatuhan...42 B. Tingakat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh OP Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia...44 C. Faktor – faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak dalam Melaporkan SPT Masa PPh OP...47 D. Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib pajak dalam Melaporkan

SPT oleh Pihak KPP Pratama Medan Barat...48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...53 B. Saran...54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

dalam membayar pajak adalah dengan mendaftarkan diri menjadi wajib pajak, membayar pajak tepat waktu dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan ketentuan perpajakan.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pajak memberikan sumbangan terbesar dalam penerimaan Negara yang digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan Negara yang mendukung kesejahteraan bagi rakyat.Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan terciptanya masyarakat yang taat membayar pajak.Salah satu wujud kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak adalah dengan mendaftarkan diri menjadi wajib pajak, membayar pajak tepat waktu dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Dalam Undang-Undang tersebut dikenalkan sistem pemungutan pajak yang baru yaitu self assessment sistem yang mulai berlaku pada tahun 1984. Dengan sistem tersebut bertujuan memberikan kepercayaan sebesar-besarnya kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dibidang perpajakan.Sesuai ketentuan perpajakan, sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah self assessment

system yaitu masyarakat mendaftarkan sendiri sebagai wajib pajak kemudian

menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak penghasilan terutang.Sedangkan aparat perpajakan (fiskus) dalam hal ini ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan


(10)

pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Sehingga melalui sistem ini diharapkan kesadaran masyarakat, yang mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dalam melakukan kewajibannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta mudah untuk dipahami oleh anggota wajib pajak.

Sistem penghitungan sendiri (self assessment) memungkinkan potensi adanya wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik akibat dari kelalaian, kesengajaan ataupun ketidaktahuan wajib pajak atas tanggung jawab dari kewajiban perpajakannya. Salah satu aspek yang menjadi objek pengawasan dari aparat pajak (fiskus) dalam sistem perpajakan Self Assessment adalah pelaporan Surat Pemberitahunan Masa (SPT Masa) dan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) Pajak Penghasilan Orang Pribadi maupun Badan.

Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) sangan penting untuk diketahui sebagai dasar pencapaian realisasi penerimaan pajak yang telah dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP).Menurut pasa11 Undang-Undang Nomor 28 tahu 2007tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menyatakan surata pemberitahuab adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau bukan objek pajak sesuai dengan ketentuan peundang-undangan perpajakan (Waluyo,2010:31).Jika kesadaran Wajib Pajak dapat ditingkatkan, maka penerimaan


(11)

pajak pun diharapkan akan meningkat dengan pesat karena Wajib Pajak sangat memegang peranan penting dalam menentukan tingkat realisasi penerimaan pajak.

Mengingat dasar inilah penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan secara mandiri.Dalam rangka memperoleh pengalaman praktis dilingkungan kerja, maka berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang “Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM

1.1 Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1.2 Untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang menyebabkan tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah dalam pemenuhan kewajibannya.

1.3 Untuk mengetahui tindakan–tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh dalam melaporkan SPT Masa- nya.


(12)

2. Manfaat PKLM 2.1Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.

b. Dapat meningkatkan kedisiplinan dan profesionalitas serta rasa tanggung jawab akan dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja. 2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

a. Mempererat hubungan kerjasama Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan Instansi Pemerintah khususnya KPP Pratama Medan Polonia.

b. Mempromosikan sumber daya manusia khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

c. Mendapatkan masukan dan saran perbaikan kurikulum yang berlaku di Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(13)

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)

a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Dapat mempromosikan citra KPP Pratama Medan Polonia kepada masyarakat.

c. Dengan dilaksanakan praktik kerja lapangan mandiri, mahasiswa dapat memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki system pelayanan di KPP Pratama Medan Polonia.

C. Uraian Teoritis

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang–undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan. (Pasal 1 ayat 2 KUP)


(14)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak. Objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Suandy Erly, 2011: 154).

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan bagi wajib pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang dilaksanakan sendiri, penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, harta dan kewajiban, serta pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan dalam satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan (Waluyo, 2010: 31).

Pelaporan Surat Pemberitahuan secara langsung dilakukan oleh wajib pajak dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk formulir langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, termasuk yang dikirimkan melalui pos atau lainnya. Tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara langsung dilakukan wajib pajak dengan cara pengambilan formulir Surat Pemberitahuan, pengisian Surat Pemberitahuan, penandatanganan Surat Pemberitahuan, dan penyampaian Surat Pemberitahuan.

Tingkat Kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah persentasi dari sejumlah wajib pajak yang memenuhi kewajibannya melaporkan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) nya.


(15)

Adapun tingkat kepatuhan dibutuhkan agar Kantor Pelayanan Pajak tahu seberapa besar pencapain target pertahunnya dan juga untuk mengetahui wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai objek pajak khususnya dalam melaporkan SPT Masa-nya.

Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak harus mengetahui seberapa banyak wajib pajak yang terdaftar di KPP-nya dan seberapa banyak yang patuh terhadap kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa-nya.Sehingga KPP tahu seberapa banyak persentasi kepatuhan dan cara–cara menyiasati jika terdapat wajib pajak yang tidak patuh.

Jika diketahui persentasi tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masanya lebih tinggi, maka Kantor Pelayanan Pajak berhasil dalam menjalankan programnya untuk meningkatkan pendapatan Negara, dan jika tingkat pelaporan SPT Masanya rendah, maka kantor Pelayanan Pajak harus mencari siasat lain untuk meningkatkan pendapatan negara.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup kegiatan Praktek Kerja Lapangan Mandiri adalah masalah yang dikemukakan dalam penelitian.Adapun ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri adalah:

1. tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.


(16)

2. faktor–faktor apa saja yang menyebabkan tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah dalam pemenuhan kewajibannya.

3. tindakan–tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh dalam melaporkan SPT Masa-nya.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka Penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari penentuan judul, penentuan tempat pelaksanaan praktik, serta melakukan konsultasi atau diskusi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber-sumber pustaka atau daftar bacaan untuk mendukung penulisan laporan sebagai undang– undang, buku–buku, surat kabar (koran), majalah, media, teknologi informasi seperti internet dan bahan–bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan peninjauan secara langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak dalam


(17)

melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.

4. Pengumpulan Data

4.1Data Primer yaitu data–data yang diperoleh dari lapangan atau data yang berasal dari pihak–pihak yang mengetahui dan memahami tentang Objek PKLM.

4.2Data Sekunder yaitu data – data yang diperoleh dari referensi yang mendukung laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah penulis mengumpulkan data secara lengkap dan relevan dari objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, kemudian dilakukan pengelompokan data agar lebih dalam melakukan analisa dan evaluasi mengenai tinjauan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, serta menarik kesimpulan data – data tersebut.

F.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan dengan pengelompokan data beserta cara pelaksanaanya sebagai berikut :


(18)

1. Wawancara (Interview) yaitu penulis melakukan kegiatan Tanya jawab kepada petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan dalam penulisan laporan ini.

2. Pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.

3. Dokumentasiyaitu mengumpulkan berbagai dokumen administrasi, peraturan–peraturan atau dasar hokum yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk memudahkan dalam penulisan, tugas akhir ini akan dibagi dalam beberapa bab, dan masing–masing bab mempunyai sub bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan alasan penulis mengenai latar belakang masalah, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM.


(19)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi pelaksanaan PKLM. Yang dilaksanakan pada KPP Medan Polonia meliputi sejarah singkat KPP Medan Polonia, Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi masing–masing bagian, serta Gambaran Pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis membahas tentang pengertian umum perpajakan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Orang Pribadi pada KPP Pratama Medan Polonia.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis membahas tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Masa, faktor–faktor penyebab rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak, serta usaha–usaha yang dilakukan oleh pihak KPP Pratama dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya KPP Pratama Medan Polonia dan Program Studi Diploma


(20)

III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Medan Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namnya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintahkepada masyarakat umum, khususnya kepada wajib pajak, kemudianpada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkanKeputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1 April 1994.

Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu : 1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl.Asrama No. 7 Medan 2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl.Diponegoro No. 30 Medan 3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl.Sukamulia No. 17A Medan 4) Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl.Binjai No. 7

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia sendiriberdiri pada awaltahun 2002 yang manamerupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang


(22)

terletak di Jl. Sukamulia Medan. Pada tanggal 19 Mei 2008 MenteriKeuangan mengeluarkanKeputusan dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak yang mengubah Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari :

1) KPP Pratama Binjai, 2) KPP Pratama Medan Barat, 3) KPP Pratama Medan Belawan, 4) KPP Pratama Medan Kota, 5) KPP Pratama Medan Petisah, 6) KPP Pratama Medan Polonia, 7) KPP Pratama Medan Timur, dan 8) KPP PratamaLubuk Pakam.

Dan berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi VertikalDirektorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Poloniamencakup wilayah kerja :

1) Kecamatan Medan Maimun, 2) Kecamatan Medan Polonia, 3) Kecamatan Medan Baru, 4) Kecamatan Medan Selayang, 5) Kecamatan Medan Tuntungan, dan 6) Kecamatan Medan Johor.


(23)

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing-masing diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.

Setiapinstansi atau perusahaanmenggunakan strukturor ganisasi dalamfungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiriadalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatuorganisasi dan menerapkanhubungan yang ditetapkan.

KPP Pratama Medan Poloniasendiri menerapkan Struktur Organisasi Linidan Staff. KPP Pratama Medan Poloniadipimpin olehseorang Kepala KPP yang secaraoperasional bertanggung jawabkepada Kepala Kantor Wilayah DirektoratJendral Pajak Sumatera Utara I.


(24)

KPP Pratama Medan Polonia terdiridari 1 (satu) Sub bagian dan10 (sepuluh) seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi danPelaksana. Khususuntuk Seksi Pengawasandan Konsultasi, selain Kepala Seksidan Pelaksana, seksiini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.

Adapun struktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan PajakPratama Medan Poloniadapat dilihat pada bagan berikut. (Terlampir)

C.Tugas danFungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

Berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 62/PMK.01/2009 TentangOrganisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia yaitumelaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang PajakPenghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas BarangMewah (PPnBM), Pajak TidakLangsung Lainnya, Pajak Bumidan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayahwewenangnya berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakantugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu :

1) Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatanpotensi perpajakan, penyajianinformasi perpajakan, pendataan objekdan subjek pajak,


(25)

3)Pengadministrasiandokumen dan berkas perpajakan, penerimaandan pengolahan SuratPemberitahuan, serta penerimaan suratlainnya,

4) Penyuluhan perpajakan,

5) Pelaksanaan registrasi wajibpajak, 6) Pelaksanaan ekstensifikasi,

7) Penatausahaanpiutang pajakdan pelaksanaanpenagihan pajak, 8) Pelaksanaan pemeriksaanpajak,

9) Pengawasankepatuhan kewajiban perpajakan wajibpajak, 10) Pelaksanaankonsultasi perpajakan,

11) Pelaksanaan intensifikasi, 12) Pembetulan ketetapanpajak, 13) Pelaksanaan administrasikantor.

D. Bidang-Bidang Kerja Kantor PelayananPajak Pratama (KPP) MedanPolonia Berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 62/PMK.01/2009 TentangOrganisasi Dan Tata KerjaInstansi Vertikal Direktorat JenderalKeuangan, KPP Pratama termasukdidalamnya KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari :

1) Sub BagianUmum,

2) Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI), 3) Seksi Pelayanan,

4) SeksiPenagihan, 5) Seksi Pemeriksaan,


(26)

6) Seksi EkstensifikasiPerpajakan, 7) Seksi Pengawasandan Konsultasi I, 8) Seksi Pengawasandan Konsultasi II, 9) Seksi Pengawasandan Konsultasi III, 10) Seksi Pengawasandan Konsultasi IV, dan 11) Kelompok JabatanFungsional.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dipegang oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja KPP Pratama, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan.

Kepala Kantor tersebut membawahi 9 seksi,1 Sub Bagian Umum,dan 1 kelompok jabatan fungsional, yang gambaran tugas dari masing – masing bagian kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1) Sub. Bagian Umum yang bertugas : a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan urusan kepegawaian c. Melakukan urusan keuangan

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga


(27)

a. Melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan

b. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat – surat lainnya

c. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuaan Wajib Pajak dan surat lainnya

d. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak

e. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak 3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang bertugas :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak b. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak

e. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan

f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi.

g. Melakukan evaluasi hasil banding


(28)

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian, informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan c. Merekam SSP lembar 3

d. Merekam SPT Masa PPN e. Merekam PPh Pasal 21 f. Merekam PPh Pasal 23/26

g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat 2

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan i. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

5) Seksi Penagihan yang bertugas :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak c. Penagihan aktif

d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen – dokumen

6) Seksi Ekstensifikasi yang bertugas :

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek pajak

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi


(29)

7) Seksi Pemeriksaan yang bertugas :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

8) Kelompok Jabatan Fungsional yang bertugas :

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara lansung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

E. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

1. Jumlah pegawai KPP Pratama Medan Polonia

Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 95 orang yang terdiri dari :


(30)

No Uraian Jumlah

1. Kepala Kantor 1

2. Sub Bagian Umum 7

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 11

4. Seksi Pelayanan 15

5. Seksi Penagihan 5

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

7. Seksi Ekstensifikasi 6

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9

11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7

12. Fungsional Pemeriksa Pajak 15

Jumlah 95

Sumber : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2014 2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama MedanPolonia digolongkan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Pegawai Dan Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Polonia


(31)

Tingkat Pendidikan S2 10 Orang

Tingkat Pendidikan S1 48 Orang

Tingkat Pendidikan D3 20 Orang

Tingkat Pendidikan D1 10 Orang

Tingkat Pendidikan SMA 7 Orang

Jumlah Keseluruhan Pegawai 95 Orang

Sumber : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2014

Gambar2.1


(32)

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 2014

BAB III

GAMBARAN UMUM DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

KEPALA KANTOR

KASUBBAG UMUM

SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN

INTERNAL

SEKSI PENAGIHAN SEKSI

PELAYANAN SEKSI PDI

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI


(33)

A.Pengertian Umum Perpajakan

1.Pengertian Pajak

Menurut Undang –Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No.16 Tahun 2009,Pajak adalah konstribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang –undang ,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untu keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.Berikut adalah beberapa kutipan pengertian pajak yang dikemukankan para ahli yaitu:

1.1.Menurut Prof.Dr.Rocmat Soemitro,SH:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan)dengan dengan tidak medapatkan imbalan ataupun jasa timbal (kontrapetasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk mwmbayar pengeluaran umum.

1.2.Menurut S.I.Djajaningrat:

Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan ,kejadian,dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peratutan yang di tetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa tibal balik dari Negara secara langsung,untuk memelihara kesejateraan umum.


(34)

Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusa berdasarkan norma -norma hokum guna menutupi biasaya produksi barang-barang dan jasa–jasa kolektif dan mencapai kesejahteraan umum”(Suandy Erly,2008:9).

2. Pengertian Pajak Pengahasilan

Pengahasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan namadan dalam bentuk apapun.

Pajak pengahsilan adalah Suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atas penghasilan yang di terima atau diperolehnay dalam tahun pajak untuk kepentigan Negara dan masyarakat dalam hidup mberbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.(www.kajianpustaka.com).

Undang –Unadang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak Penghasilan sebagaimana diubah dengan Undangi- Undang Nomor 10 Thun 1994 beberapa kali dialakukan perubahan terakhir pada tahun 2008 digunakan sebagai Dasar Hukum Pemungutan PAjak Penghasilan merupakan perpaduan dari beberapa ketentuan yang sebelumnya diatur secara terpisah.Ditinjau dari pengelompokannya ,Pajak pengahsilan diaktegotikan sebagai Pajak Subjektif.Dengan pengertian bahwa pemungutan Pajak Penghasilan ini berpangkal atau berdasarkan sumber


(35)

pajaknya.Berlandaskan perkembangan ekonomi,globalisasi,dan reformasi di berbagai bidang , sehingga diperlukan adanya perunagahn undang–undang Pajak penghasilan dalam upaya pemerintah meningkatkan fungsi dan peranannya dalammendukung kebijakan pembangunan nasional.

Perubahan Unadng–Undang Pajak Pengahsilan dimaksudkan tetap berpegang teguh kepada prinsip–prinsip perpajakn yang dianut secara universal yaitu keadilan, kemudahan dan efisiensi administrasi, serta peningkatan dan optimalisasi penerimaan Negara.Oleh karena itu,arah dan tujuan penyempurnaan Undang–Undang Pajak Penghasilan ini adlah untuk:

1. lebih meningkatakan keadilan pengenaan pajak: 2. lebih memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak:

3. lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan:

4. lebih memberikan kesederhanaan hokum,konsistensi,dan transpransi: serta 5. lebih menunjang kebijakn pemerintah dalam rangka meningkatkan daya

saing dalam menarik invesatasilangsung di Indonesia baik penanaman moadal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang–bidang usaha tertentu dan daerah–daerah tertentu yang mendapat prioritas.


(36)

1. Undang–Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang–undang nomor 16tahun 2009.

2. Peratutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007 tentang bentuk dan isi surat pemeritahuan,serta tata cara pengambilan pengisian,penandatanganan,dan penyampaian surat pemberitahuan.

3. Peratutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 183/PMk.03/2007 tentang Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak asengan criteria tertentu yang dapat melaporkan beberapa masa pajak alah suatu surat pemberitahuan masa.

4. Peraturan Menteri Kuangan Republik Indonesia Nomor 183/PMK.03/2007 tentang wajib pajak pengasilan tertentu yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan pajak penghasilan.

5. Peratuan Menteri Keuangan republik Indonesia Nomor 183/PMK.03/2007 tentang tatacara pengambilan dan pengolahan surat pemberitahuan

6. Peraturan Mentari Keuangan Nomor 186/PMK.03/2007 tentang wajib pajak tertentu yang dikecualikan dari pengenaan sanksi administrasi berupa denda karena tidak menyampaikan surat pemberitahuan alam jangka waktu yang di tentuakan.

7. PER DJP NoPER.22/PJ/2008 tentang tatacara pembayaran dan pelaporan pajak pengahsilan pasal 25.


(37)

8. PER DJP No.PER-32/PJ/2009 tentang bentuk formulir SPT masa pajak pph pasal 21 dan/atau pasal 26 dan bukti pemungutan /pemotongan PPh pasal 21dan/atau pasal 26.

9. PER DJP No.PER -53/PJ/2009 tentang bentuk formulitr SPT masa pajak PPh final pasal 4 ayat (2),SPT masa PPh Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23,dan/atau pasal 26 serta bukti pemotongan /pemungutannya.

C. Sistem Pemungutan Pajak

1. Official asssement system

Yaitu suatu system pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (fiskus )untuk menetukan besar nyua pajak terurang oleh wajib pajak.

2. Self assessment system

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memeberi wewenang kepada wajib pajak untuk menetukan sendiri besarnya pajak yang terutang.


(38)

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus atau wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

D.Surat Pemberitahuan (SPT)

1.Pengertian Surat Pemberitahuan

Pasal 1 angka 11 Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,melaporkan objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban ,sesuai dengan ketentuan peraturran perundng–undagan perpajakan.

Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 10 undang– undang KUP adalah surat kuasa yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,menurut ketentuan peratutan perundang–undangan perpajakan.


(39)

Seperti dalam batasan SPT Wajib Pajak dala melaporkan perhitungan pajaknya dan/atau pembayaran pajaknya menggunakan SPT.Pasal3 Undang-Undang KUP juga mengaskan kewajiban bagi setiap Wajib Pajak untuk mengisi SPT dengan benar ,lengkapdan jelas,dalam bahsa indoneisa dengan mengunakan huruf latin,angka arab, satuan matau ang Rupiah,dan emnandatangani serta melaporkan ke Kantor DIrektorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempatlain yang di tetepkan oleh Direktorat Jenderal Pajak .Dengan ini lebih menegaskan fungsi SPT bagi wajib Pajak.

2.1 Bagi Pengusaha

Bagi pengusaha bahwa SPT Pajak PEnhasilan yaitu berfungsi sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkanpenghitungan jumlah pajak yangsebenarnya terutang dan melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun pajakataubagian pajak,kemudian melaporkan tentang penghasilan yang merupakan objekdan/atau bukan objek pajak ,melaporkan harta dan kewajiban,dan melaporkan pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi dalam 1 (Satu) masa pajaksesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan.


(40)

Bagi pengusaha kena pajak ,fungsi SPT adlah sbagi saran untuk melaporkan dan mempertangungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah.

2.3 Bagi Pemotong atau Pemungut pajak

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan adlaah sebagai sarana melaporkan dan mepertangungjawabkan pajak yang dipotongatau dipungut dan disetorkanya .pengertian mengisi SPT dimaksudkan yaitu mengisi formulir SPT dalam bentuk ketas dan/atau dalam bentuk elektronik,dengan benar,lengkap,jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang telah diberikan berdasarkan ketentuan perundang-undang perpajakan.

3.Macam – Macam Surat Pemberitahuan

3.1 Surat Pemberitahuan Masa (SPT) Masa

Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak (dilaporkan setiap tanggal 20 setelah saat terutangnya pajak atau masa pajak berakhir).Dalam SPT Masa di samping data dasar berisi pula data materil untuk SPT masa Pajak Penghasilan yaitu jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang ,dan jumlah pajak dibayar,selain itu SPT Masa juga


(41)

memuat tanggal pembayaran dan penyetoran, serta data lainya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

SuratPemberitahuan Masa terdiri atas:

a.SPT masa PPh Pasal 21 dan 26

b.SPT Masa PPh Pasal 22

c.SPT Masa PPh Pasal 23 dan 26

d.SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2

e.SPT Masa PPh Pasal 15

f.SPT Masa PPh Pasal PPn dan PPnBM

g.SPT Masa PPn dan PPnBM bagi pemungut

3.2 Surat Pemberitahuan Tahuanan (SPT) Tahunan

3.2.Surat Pemberutahuan Tahuan adalahSurat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak,dilaporkan palinglambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir untuk wajib pajakorang pribadi dan paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk Wajib Pajak Badan.

SPT Tahunan terdiri atas:


(42)

b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata uang dollar Amerika Serikat (1771-US)

c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang meyelenggarakan pembukuan atau norma perhitungan penghasilan neto; dari satu atau lebih pemberi kerja; yang dikenakan PPh final dan satu atau lebih pemberi kerja yang dikenakan PPh final dan atau bersifat final dan dari penghasilan lainnya (1770)

d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja dalam negeri lainnya dan yang dikenakan PPh final dan / atau bersifat final (1770 S)

e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak melebihi Rp 30 juta setahun (1770 SS)

f. Bukti potong PPh Pasal 21 pegawai tetap / pensiun (1721-A1 atau 1721-A2)


(43)

4.1.Formulir 1721

Formulir ini wajib disampaikan tiap bulan.

4.2.Formulir 1721-I

Formulir 1721 - I wajib disampaikan hanya pada masa pajak Desember. ib Pemotongan Pajak tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A1/A2 sebagai lampiran SPT Masa PPh Pasal 21dan/atau Pasal26,namum wajib memberikan bukti pemotongan 1721-A1/A2kepada pegawai tetap atau penerima pensiun atau tunjangan hari tua /tabungan hari tua/jaminan hari tua maupun kepada pegawai negeri sipiul,anggota TNI,Polri,Pejabat Negara dan pensiunannya.

4.3.1721-II

Formulir 1721-II wajib disampaikan hanya pada saat ada pegawai tetap keluar dan/atau ada pegawai tetap yang baru masuk dan/ataupegawai yang baru memiliki NPWP.

4.4.1721 - T

Formulir 1721 – Twajib dilampirkan pada saat pertama kali Wajib Pajak berkewajiban untuk menyampaikan SPT Masa Pajak penghasilan Pasal 21 dan/atau pasal 26. Dalam hal Wajib pajak telah berkewajiban untuk menyampaikan SPT Masa Pajak Pengahasilan pasa 21 dan/atau


(44)

26sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal pajak ini,formulir 1721-T wajib dilampirkan pada masa pajak Juli 2009.

5.Cara Mendapatkan /Memperoleh Formulir SPT

Dalam pasal 3 ayat 2 undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan, adapun cara untuk memperoleh formulir SPT adalah:

5.1.Datang langsung ke KPP Pratama

5.2.Datang langsung ke kantor pelayanan penyuluhan dan konsultasi perpajakan(KP2KP)

5.3.Mendownload melalui situs website ditjen pajak(www.pajak.go.id).

6.Tata Cara Pengisian SPT

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang- undang Ketentuan Umum Perpajakan, pengisian surat pemberitahuan harus dilakuakn sebagai berikut:

6.1.Dalam bahasa Indonesia dengan mengguanakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani.

6.2.Wajib Pajak mmengisi dan menyampaikan SPT dengan benar lengkap, jelas dan menandatanganinya


(45)

7.1.Setiap wajib pajak harus mengambil sendiri SPT ke KPP atau tempat lain yang telah di tentukan oleh DJP.

7.2.Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, jelas, lengkap,memandatangani dan menyampaikannya ke KPP aatau tempat lain yang di tentukan oleh DJP.

7.3.Wajib pajak adalah badan,SPT harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.

7.4.Jika SPT yang mengisi dan menandatangi bukan wajib pajak itu sendiri,harus melampirkan surat kuasa khusus.

7.5. SPT wajib dilengkapi dengan lampiran yang telah ditentukan menurut peraturan peraturan perundang–undangan yang berlaku.termasuk neraca dan penghitungan laba rugi (bagi WP yang wajib melakukan pembukuan).

7.6. Setelah SPT tersebut telah diisi dengan lengkap beserta lampiran– lampirannya, diserahkan kembali ke KPP dalam batas waktu yang telah di tentukan dengan bukti penerimaan. Jika SPT yang disampaikan tidak lengkap,dianggap SPT tidak sah/tidak disampaikan.


(46)

7.7. Jika disampaikan melalui pos,harus tercatat dan ada bukti yaitu cap pos dan bukti penerimaanya.

7.8. Tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa dikenakan denda RP.50.000,00 dan SPT tahunan denda Rp, 100.000,00,.

7.9. Pembetulan SPT:

7.9.1.Sebelum pemeriksaan, bunga 2%

7.9.2.Sebelum penyidikan,denda 200% (khususnya karena kekhilafan,menurut pasal 38)

7.9.3.Sebelum menerbitkanSKP,kenaikan 50%

7.9.4.Atas permohonan WP penyampaian SPT dapat di perpanjang,dengan catatan pajak penghasilan perhitungan sementara dibayar

8. Tempat Penyampaian Surat Pemberitahuan

SPT di sampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajiba pajak terdaftar. Penyampaian SPT dapat dilakuakn dengan cara sebagai berikut:

8.1.Secara langsung ke tempat pelayanan terpadu(TPT) atau pojok pajak/mobilpajak/drop box terdekat (tidak harus ke KPPdimana WP terdaftar)


(47)

8.3.Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengriman surat

8.4.E-felling

Sesuai dengan PMK -152/PMK.03/2009 e filling melalaui:

8.4.1. Website direktorat jenderal pajak(www.pajak.go.id)

8.4.2. Penyedia jasa aplikasi atau application service provider (ASP)

9. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan

9.1. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (duapuluh) hari setelah akhir masa pajak.

9.2. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang, pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setalah akhir tahun pajak.

9.3. Untuk Surat Surat Pemberitahuan Tahunan pajak pengahsilanwajib pajak badan,paling lama 4 (empat) bulan stelah akhir tahun pajak.

10. SPT Dianggap Tidak Sah

Surat pemberitahuan dianggap tidak sah apabila:


(48)

10.2.SPT tidak sepenuh nya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang lengkap

10.3.SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya masa pajak,bagian tahun pajak, atau tahun pajak,dan Wajib Pajak telah di tegur secara tertulis.

10.4.SPT disampaikan setelah direktorat jenderal pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak (SKP).

11. Sanksi Keterlambatan Penyampaian SPT

Ada beberapa sanksi keterlambatan meyampaikan SPT, adapun sanksi untuk keterlambatan SPT adalah:

11.1. untuk SPT masa PPN sebesarRp. 500.000,00,-

11.2. untuk SPT masa lainya sebesar Rp. 100.00,00,-

11.3.untuk SPT tahunan penghasilan Wajib Pajak badan sebesar Rp. 1.000.000,00,-

11.4. untuk SPT tahunan Wajib Pajak orang pribadi sebesar Rp. 100.000,00,.


(49)

12.Sanksi Keterlambatan Surat Pemberitahuan Masa

12.1Pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakuakn setelah tanggal jatuh tempo di kenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang di hitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian bulan dihitung penuh 1 bulan.

12.2Mulai Tahun 2008 Wajib Pajak yang alpa tidak meyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan Negara yang dilakuakn pertama kali tifak di kenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak kurang bayar.

12.3Apabila Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu tersebut, dan setelah ditgur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana di terbitkan salan surat teguran, maka Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Kurang Bayar.


(50)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pengertian Kepatuhan

Pada KBBI, kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurut pengamatan penulis ada dua macam kepatuhan yakni kepatuhan formal dan kepatuhan materil.

Kepatuhan Wajib Pajak di awali dengan adanya kesadaran Wajib Pajak mengenai kewajiban nya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemauan dah perubahan sikap Wajib Pajak dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya dan hak pajaknya.

Ada dua macam kepatuhan yaitu :

1. Kepatuhan Formal : Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

2. Kepatuan Material : Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantive / hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.


(51)

Kepatuhan material dapat meliputi juga kepatuhan formal, jadi Wajib Pajak yang Memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan Undang-undang PPh da menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu yang ditentukan.

Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan, pelayanan, dan penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan, penyidikan dan penagihan dengan menempatkan wajib pajak sebagai subyek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya.

Tingkat kepatuhan wajib pajak yang dimaksud dalam hal ini adalah kepatuhan wajib pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.Kadang Wajib Pajak memang sengaja menghindari kewajian perpajakannya dengan tidak menyampaikan SPT Masa PPh OP-nya kepada KPP bahkan masih banyak Wajib Pajak yang melalaikan pajaknya yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi olehnya.

Ada juga Wajib Pajak yang memberikan ketidakjelasaan alamat kepada KPP sehingga SPT yang dikirimkan tidak diterima oleh Wajib Pajak yang bersangkutan akibatnya Wajib Pajak merasa tidak mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa karena tidak menerima SPT tersebut.

Menurut Gunadi, (2005) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak itu terdiri dari :


(52)

1. Pemahaman atas peraturan dan perundang-undangan perpajakan, 2. Mengisi formulir pajak dengan tepat,

3. Menghitung pajak dengan jumlah yang tepat, dan 4. Membayar pajak tepat pada waktu.

B.Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh Masa OP di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.

Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah persentase dari sejumlah Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannya dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) nya.

Sebagaimana data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Masa-nya dalam 5 (lima) tahun belakangan ini adalah:

Pada tahun pajak 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.068.237 sedangkan yang melaporkan SPTnya hanya 92.886 dan jika di persentasekan pada tahun pajak 2009 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,08%.Pada tahun pajak 2010 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.249.146 sedangkan yang melaporkan SPTnya hanya 69.506 dan jika di persentasekan pada tahun pajak 2010 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,05%.


(53)

Pada tahun pajak 2011 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah1.372.400 sedangkan yang melaporkan SPTnya hanya 65.537dan jika di persentasekan pada tahun pajak 2011 tingkat keparuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,04%.Pada tahun pajak 2012 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.462.670 sedangkan yang melaporkan SPTnya hanya 62.325 dan jika di persentasekan pada tahun pajak 2012 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,04%.Pada tahun pajak 2013 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.421.852 sedangkan yang melorkan SPT Masanya hanya 53.512 dan jika di pesentasekan pada tahun pajak 2013 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,03%.


(54)

2009 2010 2011 2012 2013 SPT

Masuk

WP OP

Terdaftar %

SPT Masuk

WP OP

Terdaftar %

SPT Masuk

WP OP

Terdaftar %

SPT Masuk

WP OP

Terdaftar %

SPT Masuk

WP OP

Terdaftar %

Januari 6,320 77,433 10,08% 5,689 98,766 10,05% 5,572 109,485 10,05% 5,119 118,566 10,04% 5,138 125,584 10,04%

Februari 6,963 81,595 10,08% 5,666 99,927 10,05% 5,602 110,866 10,05% 5,602 119,220 10,04% 5,166 126,147 10,04%

Maret 7,558 84,156 10,08% 6,262 101,169 10,06% 5,969 112,313 10,05% 5,646 119,957 10,04% 5,443 126,668 10,04%

April 8,116 86,075 10,09% 5,953 102,220 10,06% 5,543 113,093 10,04% 5,254 120,523 10,04% 5,098 127,149 10,04%

Mei 8,159 88,082 10,09% 5,793 102956 10,05% 5,565 113,830 10,04% 5,137 120,981 10,04% 5,001 127,623 10,03%

Juni 8,110 89,508 10,09% 5,736 103,979 10,05% 5,305 114,323 10,04% 5,122 121,397 10,04% 4,758 128,074 10,03%

Juli 8,285 90,598 10,09% 5,780 104,858 10.05% 5,443 114,980 10,04% 5,200 121,957 10,04% 5,037 128,471 10,03%

Agustus 8,281 91,594 10,09% 5,837 105,656 10,05% 5,406 115,402 10,04% 5,069 122,873 10,04% 4,583 128,759 10,03%

September 8,245 92,374 10,08% 5,695 106,172 10,05% 5,233 115,970 10,04% 4,979 123,466 10,04% 3,829 129,200 10,02%

Oktober 8,270 93,786 10,08% 5,668 106,906 10,05% 5,333 116,739 10,04% 5,091 124,066 10,04% 3,248 129,641 10,02%

November 8,328 95,513 10,08% 5,584 107,857 10,05% 5,240 117,416 10,04% 5,033 124,624 10,04% 3,058 130,044 10,02%

Desember 6,251 97,223 10,06% 5,843 108,710 10,05% 5,326 117,983 10,04% 5,073 125,040 10,04% 3,154 130,492 10,02%

Rata-rata Persentase 10,08% 10,05% 10,04% 10,04% 10,03%


(55)

C.Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPh OP

Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa adalah salah satu cara meningkatkan penerimaan pajak.Namun ada faktor–faktor yang menyebabkan wajib pajak tidak melaporkan SPT Masanya,sehingga mempengaruhi kepatuhan persentase kepatuhan,Wahib Pajak tesebut,antara lain:

1. Wajib Pajak takut akan kata pajak yang berarti mengeluarkan biaya atau akan menambah biaya lain-lain untuk keperluan kantor pajak

2. Wajib Pajak menganggap pajak sebagai beban bagi mereka. Dan juga takut akan mempengaruhi pendapatan penghasilan yang didapat.

3. Banyaknya kasus tentang pajak yang ada di media masa yang menggambarkan betapa buruknya sistem perpajakan di Indonesia,banyak nya koruptor pajak,Media terlalu banyak memberikan gambaran yang memberikan nilai negatif tentang pajak itu sendiri sehingga membuat wajib Pajak menyimpulkan sendiri arti dan maksud dari pajak tersebut.

4. Wajib Pajak belum paham betul tentang arti pajak sesungguhnya.Banyak Wajib Pajak yang tidak mengerti pentingnya pajak untuk membiayai pembangunan dan kebutuhan Negara.Sehingga Wajib Pajak tidak mengatahui kapan harus melaporkan SPT dan kegunaan erta fungsi dari pelaporan.

5. Banyaknya Wajib Pajak yang mendirikan usaha tetapi sudah tidak aktif lagi.Sehingga Wajib Pajak yang terdaftar cenderung sedikityang melaporkan


(56)

SPT,hal ini disebabkanoleh usahanya sudah tidak digunakan atauun tidak mengahasilkan.

6. Jumlah Wajib Pajak yang terlalu banyak tetapi petugas pajaknya terlalu terbatas sehingga mengalami keyerbatasan dalam melakukan pengawasan dalam penyampaian SPT.Memerlukan petugas tambahan atau tim yang bertugas dalam pengawasan dan penyampaian SPT.

Wajib Pajak cenderung berpandangan lebih baik tidak membayar,keenganan membayar pajak tersebut diakaibatkan banyaknya tahapan–tahapan dan proses yang mereka jalani yaitu menghitung ,menyetorkan,dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya (self assessment system) hal tersebut membuat Wajib Pajak menjadi enggan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya karena proses-proses tersebut dinilai telalu menyita waktu.

D. Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa

Setelah mengetahui kendala yang mempengaruhi kepatuahan Wajib Pajak dalam dalam melaporkan SPT Masanya, petugas mencari upaya agar dapr meningkatkan kepatuhan dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Masa.

Upaya yang dilakukan oleh petugas pajak khusunya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia antara lain adalah:


(57)

1.Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak

Pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak karena pelayanan yang baik menimbulkan motivasi bagi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya.Menyadari hal tersebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada setiap Wajib Pajak.Yang menjadi inti pelayanan yang baik adalah pelayanan yang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya.

Sehubungan dengan itu, aparat pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia terus berupaya untuk peka dan cepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, tidak berbelit, dan bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2.Peningkatan Profesianalisme Aparatur Pajak

Sebagian Wajib Pajak ada yang ada yang memanfaatkan celah-celah kelemahan Undang-Undang Perpajakan yang ada atau dengan cara memanfaatkan kelengengahan fiskus. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan kejelian fiskus, untuk mengantisipasi hal


(58)

3.Penerapan Sanksi Perpajakan Dengan Penerbitan STP

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak surat dan at kurang atau tidak dibayar dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung,Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda atau bunga.

Sanksi perpajakan dikenakan bagi Wajib Pajak yang lalai, menyimpang, atau sama sekali tidak mengindahkan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sanksi administrasi yang dikenakan dapat berupa bunga atau denda.

Sanksi perpajakan yang diterapkan bertujuan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan kelalaiannya. Disamping itu juga bertujuan untuk menjaga agar kepercayaan yang diberikan pemerintah tidak disalahgunakan oleh Wajib Pajak.

4.Penyuluhan Perpajakan

Fakta yang masih belum dapat dibantah yaitu masih banyak masyarakat Wajib Pajak di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia yang kurang memahami dan mengerti akan ketentuan perpajakan solusi yang tepat yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia untuk mengantisipasinya adalah dengan mengadakan penyuluhan perpajakan.


(59)

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia menyadari bahwa pemberian pembinaan,bimbingan,dan penyuluhan kepada Wajib Pajak merupakan tugas dari aparatur pajak.Sasaran diadakannya bimbingan dan penyuluhan secara intensif oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah untuk mengubah tanggapan negatif terhadap pajak dan menjadikan masyarakat terpanggil untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar sebagai wujud pengabdian terhadap bangsa dan Negara.

5.Sosialisasi Perpajakan

Dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia mensosialisasikan pajak kepada masyarakat luas akan lebih paham tentang pajak dan mengetahui fungsi pajak bagi pembangunan nasional dengan cara membuat slogan-slogan di tempat umum,buku-buku,brosur,majalah,iklan di radio tentang perpajakan

6.Workshop Perpajakan

Workshop merupakan suatu metode dan sarana dimana Wajib Pajak dan Fiskus bisa berinteraksi face to face secara mendalam terkait tema perpajakan tertentu. Kegiatannya bisa dikemas dalam bentuk kelas yang diadakan secara berkala dan tidak dipungut biaya.


(60)

7.Kelas Pajak

Kelas Pajak merupakan penyuluhan langsung berupa Kelas Pajak yang tersebar di KPP seluruh Indonesia dan diharapkan bisa memberi akses informasi perpajakan kepada masyarakat secara lebih murah dan lebih intensif sehingga hal ini dapat meningkatkan persentase kepatuhan Wajib Pajak.

Kehadiran Kelas Pajak yang diadakan DJP juga diharapkan dapat bersinergi dengan Lembaga-Lembaga Pendidikan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sadar dan peduli pajak.Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kembali membuka kelas-kelas pajak gratis seputar Pengisian SPT Tahunan selama bulan Maret 2013. Kelas-kelas Pajak tersebut diadakan oleh semua Kantor Wilayah (Kanwil), Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan Dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh nusantara. Kelas-kelas pajak gratis tersebut dapat diikuti oleh semua Wajib Pajak (WP) tanpa melihat di KPP mana WP tersebut terdaftar.


(61)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi pada bab sebelumnya,maka penulisa dapat mengambil kesimpulan tentang kepatuhan Wajib Pajak dalam melporkan Surat Pemberitahuan Masa,antara lain sebagai berikut:

1.Dilihat dari data yang di peroleh dapat di simpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak pada tahun 2009-2013 yang terdaftar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan Masa nya.Pada tahun 2009 Wajib Pajak terdafar sebannyak 1.068.237 sementara yang melaporkan SPT masa hanya 92.886, pada tahun 2010 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 1.249.146 sementara yang melaporkan SPT hanya 69.606,pada tahun 2011 Wajib Pajak terdaftar sebanyak 1.372.400 sementara yang melaporkan SPT Masa hanya 65.537, pada tahun 2012 jumlah Wajib Pajak terdaftar sebabyak 1.462.670 sedangkan yang selaporkan SPT hanya 62.325, sedangkan pada tahun 2013 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 1.421.851 sedangkan yang melaporkan SPT hanya 53.512.


(62)

2.Jika dihitung persentase kepatuhan Pelaporan SPT Masa pada Tahun 2009 – 2013, adalah 2009 sebanyak 10,08%, tahun 2010 sebanyak 10,05%, tahun 2011 sebanyak 10,04%, tahun 2012 sebanyak 10,04%, tahun 2013 sebnayak 10,03%.

3.Hanya ada 10,10 % yang melaporkan SPT Masa dalam % tahun terakhir, dan 90,90% yang belum melaporkan SPT Masa.

4.Penyebab rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaoporkan SPT Masanya adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya,banyak Wajib pajak yang tidak mengerti arti dari membayar,menghitung dan melaporkan pajak. Hal inilah yang meyebabkan rendahnya tingakat pelaporan Surat Pemberitahuan Masa dibandingkan dengan Jumlah Wajib Pajak terdaftar.

5.Penerapan sanksi perpajakan merupakan sebuah alat untuk fiskus untuk melakukan pengwasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajakdalam melaksanakan kewjibannya.

B.Saran

Pada dasarnya pelaksanaan Administrasi Perpajakan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia sudah berjalan dengan


(63)

baik,namundalam Laporan Tugas Akhir ini penulis memberikan saran saran yang bersifat membangun.Antara lain sebagai berikut.

1. Petugas pajak di KPP Pratama Medan Polonia harus lebih giat dalam meningkatkan Pelayanan bagi Wajib Pajak Badan dan Profesionalisme Aparatur Pajak.

2. Penerapan Sanksi Perpajakan yakni dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), agar jumlah persentase Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebanding dengan Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT

3. Sebaiknya sanksi perpajakan yang berlaku di Indonesia harus lebih mengikat Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak terbebani dengan sanksi – sanksi yang berlaku yang membuat wajib Pajak seolah –olah ketakutan dengan sanksi yang berlaku tersebut.

4. Pihak fiskus harus dapat memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak tidak berpandangan negatif tentang pajak,sehingga Wajib Pajak enggan membayar pajak.

5. Meningkatkan sarana yang digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar mengerti tentang pentingnya pajak, mengembangkan kegiatan Intensifikasi dan Ekstenfikasi Pajak, melakukan Penyuluhan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Workshop Perpajakan, ataupun Kelas Pajak.


(64)

6. Menambah jumlah penerimaan pegawai pajak, serta menjalin kerjasama yang baik antara petugas pajak dan Wajib Pajak harus agar tingkat kepatuhan dalam penyampaian SPT Badan di KPP Pratama Medan Polonia dapat terealisasi dengan baik. Yaitu, Wajib Pajak harus banyak dibimbing serta diawasi oleh Account.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat.

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

Soemitro,Rochmat.1993.Asas dan Dasar perpajakan ,Edisi revisi,Bandung:PT .Eresco

Peraturan perundang - undangan

Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Undang –undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 181 /PMK.03/2007 tentang bentuk dan isi surat pemberitahuan, serta tata carapengambilan, ppengisian, penandatangan, dan penyampaian Surat Pemberitahuan.

Peraturan Menteri Keuagan Republik Indonesia No 182/PMK.03/2007 tentang tata carapelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang dapat melaporkan masa pajak dalam suatu Surat Pemberitahuan Masa. Sumber Lain

http://www.pajak.go.id

http://www.kajian.pustaka.com/


(1)

7.Kelas Pajak

Kelas Pajak merupakan penyuluhan langsung berupa Kelas Pajak yang tersebar di KPP seluruh Indonesia dan diharapkan bisa memberi akses informasi perpajakan kepada masyarakat secara lebih murah dan lebih intensif sehingga hal ini dapat meningkatkan persentase kepatuhan Wajib Pajak.

Kehadiran Kelas Pajak yang diadakan DJP juga diharapkan dapat bersinergi dengan Lembaga-Lembaga Pendidikan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sadar dan peduli pajak.Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kembali membuka kelas-kelas pajak gratis seputar Pengisian SPT Tahunan selama bulan Maret 2013. Kelas-kelas Pajak tersebut diadakan oleh semua Kantor Wilayah (Kanwil), Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan Dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh nusantara. Kelas-kelas pajak gratis tersebut dapat diikuti oleh semua Wajib Pajak (WP) tanpa melihat di KPP mana WP tersebut terdaftar.


(2)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi pada bab sebelumnya,maka penulisa dapat mengambil kesimpulan tentang kepatuhan Wajib Pajak dalam melporkan Surat Pemberitahuan Masa,antara lain sebagai berikut:

1.Dilihat dari data yang di peroleh dapat di simpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak pada tahun 2009-2013 yang terdaftar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan Masa nya.Pada tahun 2009 Wajib Pajak terdafar sebannyak 1.068.237 sementara yang melaporkan SPT masa hanya 92.886, pada tahun 2010 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 1.249.146 sementara yang melaporkan SPT hanya 69.606,pada tahun 2011 Wajib Pajak terdaftar sebanyak 1.372.400 sementara yang melaporkan SPT Masa hanya 65.537, pada tahun 2012 jumlah Wajib Pajak terdaftar sebabyak 1.462.670 sedangkan yang selaporkan SPT hanya 62.325, sedangkan pada tahun 2013 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 1.421.851 sedangkan yang melaporkan SPT hanya 53.512.


(3)

2.Jika dihitung persentase kepatuhan Pelaporan SPT Masa pada Tahun 2009 – 2013, adalah 2009 sebanyak 10,08%, tahun 2010 sebanyak 10,05%, tahun 2011 sebanyak 10,04%, tahun 2012 sebanyak 10,04%, tahun 2013 sebnayak 10,03%.

3.Hanya ada 10,10 % yang melaporkan SPT Masa dalam % tahun terakhir, dan 90,90% yang belum melaporkan SPT Masa.

4.Penyebab rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaoporkan SPT Masanya adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya,banyak Wajib pajak yang tidak mengerti arti dari membayar,menghitung dan melaporkan pajak. Hal inilah yang meyebabkan rendahnya tingakat pelaporan Surat Pemberitahuan Masa dibandingkan dengan Jumlah Wajib Pajak terdaftar.

5.Penerapan sanksi perpajakan merupakan sebuah alat untuk fiskus untuk melakukan pengwasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajakdalam melaksanakan kewjibannya.

B.Saran

Pada dasarnya pelaksanaan Administrasi Perpajakan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia sudah berjalan dengan


(4)

baik,namundalam Laporan Tugas Akhir ini penulis memberikan saran saran yang bersifat membangun.Antara lain sebagai berikut.

1. Petugas pajak di KPP Pratama Medan Polonia harus lebih giat dalam

meningkatkan Pelayanan bagi Wajib Pajak Badan dan Profesionalisme Aparatur Pajak.

2. Penerapan Sanksi Perpajakan yakni dengan menerbitkan Surat Tagihan

Pajak (STP), agar jumlah persentase Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebanding dengan Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT

3. Sebaiknya sanksi perpajakan yang berlaku di Indonesia harus lebih

mengikat Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak terbebani dengan sanksi – sanksi yang berlaku yang membuat wajib Pajak seolah –olah ketakutan dengan sanksi yang berlaku tersebut.

4. Pihak fiskus harus dapat memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak

tidak berpandangan negatif tentang pajak,sehingga Wajib Pajak enggan membayar pajak.

5. Meningkatkan sarana yang digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar mengerti tentang pentingnya pajak, mengembangkan kegiatan Intensifikasi dan Ekstenfikasi Pajak, melakukan Penyuluhan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Workshop Perpajakan, ataupun Kelas Pajak.


(5)

6. Menambah jumlah penerimaan pegawai pajak, serta menjalin kerjasama yang baik antara petugas pajak dan Wajib Pajak harus agar tingkat kepatuhan dalam penyampaian SPT Badan di KPP Pratama Medan Polonia dapat terealisasi dengan baik. Yaitu, Wajib Pajak harus banyak dibimbing serta diawasi oleh Account.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat.

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

Soemitro,Rochmat.1993.Asas dan Dasar perpajakan ,Edisi revisi,Bandung:PT .Eresco

Peraturan perundang - undangan

Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Undang –undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 181 /PMK.03/2007 tentang bentuk dan isi surat pemberitahuan, serta tata carapengambilan, ppengisian, penandatangan, dan penyampaian Surat Pemberitahuan.

Peraturan Menteri Keuagan Republik Indonesia No 182/PMK.03/2007 tentang tata carapelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang dapat melaporkan masa pajak dalam suatu Surat Pemberitahuan Masa. Sumber Lain

http://www.pajak.go.id

http://www.kajian.pustaka.com/