Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENGISIAN DAN PELAPORAN SURAT

PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

O L E H

NAMA : EKO PRASETYADI NIM : 102600067

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.

Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan . Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “TATA CARA PENGISIAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”.

Penulisan Laporan PKLM ini tidak terlepas dari bantuan dan pehatian berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Selaku Ketua Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Ibu Fauziah, S.E, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah banyak memberikan perhatian, petunjuk, dan pengarahan dalam menyelesaikan Laporan PKLM ini.

4. Bapak Akhid Manhal Muna Rifki,S.E.,M.T selalu Kepala Seksi

Ekstensifikasi pada Kantor Pelayanana Pajak Pratama Binjai yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis .

5. Seluruh staf pegawai di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Binjai dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

6. seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

Kepada Bang Afrizal Pasaribu,S.Sos. dan Ibu Korbi yang telah membantu segala administrasi penulis selama masa perkuliahan .

7. Keluarga penulis Ayah dan Ibu, Adik-adik dan untuk sahabat-sahabat

penulis. Yang selalu memberikan motivasi, hiburan dan doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Seluruh teman-teman TAX B’10 . Semoga kita menjadi orang yang

sukses kedepannya. Amin ya rab ..

9. Seluruh Teman-teman seperjuangan Administrasi Perpajakan Stambuk

2010 “Sampai jumpa di Gerbang Kesuksesan”.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir inin masih belum sempurna dan berharap pembaca dapat


(4)

memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dalam prakarya ilmu pendidikan .

Medan, Juli 2013 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….……….i

DAFTAR ISI ………..………. iv

BAB I PENDAHULUAN ……….……… 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)…………1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)..…. 5

C. Uraian Teoritis ………..……….8

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ………11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) …….…………12

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM)……….…14 G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM)……….14

BAB II GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI...17


(6)

B. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pratama Binjai………..21 C. Mandat yang Dibebankan …………... 26

D. Gambaran Kantor Pajak Pratama Binjai ……… 26

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ………...28

A. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ……….. 28

B. Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan …………. 29

C. Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan…. 32

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ………..……….. ...34

E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan

Objek Pajak ………34

F. Sanksi-Sanksi……….. 36

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ………..……… 38

A. Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak ………... 38

B. Kendala-Kendala Dalam Pengisian dan Pelaporan Surat

Pemberitahuan Objek Pajak ………..…46

C. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala Dalam Pengisian Surat


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 50

A. Kesimpulan ……… 50

B. Saran ………..………. 51

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Mandiri (PKLM)

Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai Kontribusi Wajib Pajak kepada Kas Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak adalah salah satu sumber penerimaan Negara yang sangat penting yang artinya bagi pelaksaan dan peningkatan pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dan oleh karena itu perlu dikelola dengan meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya agar bisa terlaksana peningkatan pembangunan nasional .

Program pembangunan yang semakin besar dan luas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan memelihara hasil pembangunan yang telah dimulai serta meningkatkan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Dengan demikian kebutuhan akan pembangunan akan terus menerus meningkat bagi negara.


(9)

Keberadaan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah memberikan keuntungan dan/atau kedudukan yang bersifat

sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari bumi dan/atau bangunan .Oleh karena itu wajar dan sudah sepantasnya apabila mereka yang mempunyai manfaat atas bumi dan/atau bangunan tersebut di wajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang di perolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang hanya menangani sektor Pertambangan, Perkebunan dan Perhutanan (PBB-P3). Sedangkan sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB-P2) yang sebelumnya di kelola oleh pemerintah pusat sekarang sudah di alihkan ke Pemerintah Daerah (PEMDA). Sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan langkah yang sangat strategis untuk lebih memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang lebih ideal.

Sebagai salah satu bagian dari continuous improvement, maka Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru ini setidaknya


(10)

memperbaiki 3 (tiga) hal pokok, yaitu penyempurnaan sistem pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, pemberian kewenangan yang lebih besar kepada Daerah di bidang perpajakan daerah (Local faxing empowerment), serta peningkatan efektifitas pengawasan. Seluruh penerimaan di alokasikan kepada Pemerintah Daerah dan digunakan untuk keperluan Pemerintah Daerah terutama untuk pembangunan di daerah. Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak sebagai partisipasi dan menanggung pembiayaan negara, maka dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kewarganegaraannya. Salah satu kewajiban tersebut adalah subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak ( SPOP ) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Sesuai ketentuan maka subjek pajak yang memiliki /menguasai /memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan wajib hukumnya untuk mendaftarkan objek pajaknya termasuk jati dirinya dengan mengisi formulir surat pemberitahuan objek pajak .

Surat pemberitahuan objek pajak adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik


(11)

Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 menjelaskan bahwa pendaftaran dilakukan dengan cara :

1. Mengisi formulir (SPOP) yang disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak . 2. Pengisian (SPOP) harus jelas, benar , lengkap dan tepat waktu yaitu :

a. Jelas,maksudnya adalah bahwa penulisan data yang diminta dalam (SPOP)

harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak.

b. Benar, maksudnya agar data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai

dengan keadaanyang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan/atau harga perolehan, letak tanah dan/atau bangunan serta peruntukan atau penggunaannya yang dilaporkan dan/atau dituliskan dalam surat pemberitahuan objek pajak harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Lengkap, maksudnya bahwa semua kolom dalam surat pemberitahuan

objek pajak , baik yang menyangkut subjek pajak dan/atau wajib pajak maupun data tanah dan/atau bangunan harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian (SPOP) tersebut harus diberi tanggal Pengisian (SPOP) dan ditanda tangani oleh wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam surat pemberitahuan objek pajak(SPOP).


(12)

d. Tepat waktu, maksudnya (SPOP) yang sudah diisi oleh wajib pajak dengan jelas , benar dan lengkap serta ditanda tangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut diatas selambat-lambatnya 30(tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya surat pemberitahuan objek pajak .

e. Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak

dilaksanakan dengan cara menyerahkan secara Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau mengirimkan melalui kantor pos tercatat .

Melihat dari cara mendaftarkan objek Pajak Bumi dan Bangunan tersebut maka penulis mencoba membahas maupun meneliti dan menuangkannya dalam

Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “ Tata Cara Pengisian

dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ’’.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :


(13)

1. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan Pelaksanaan Praltik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1.1. Untuk mengetahui Tata cara Pengisian dan Pelaporan (SPOP) Pajak

Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

1.2. Untuk mengetahui masalah dan kendala-kendala dalam Pengisian

(SPOP).

1.3. Untuk mengetahui upaya atau langkah-langkah Penanganan

Kendala-kendala dalam pengisian (SPOP).

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.1 Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu

instansi Pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Meningkatkan Profesionalisme , memperluas wawasan dan

memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang Perpajakan

c. Mahasiswa dapat mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah

dipelajari kedalam permaslahan Perpajakan yang timbul selama melaksanakan PKLM.


(14)

d. Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan dalam bekerja.

2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi perpajakan (FISIP) Universitas Sumatera Utara

a. Digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan atau kebijakan pada instansi Pajak. Terutama pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara

khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Mempromosikan Image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

kepada masyarakat khususnya sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. 3.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

a. Untuk meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai .

b. Membuka interaksi anatara dosen dan instansi pemerintah

khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai .

c. Dapat meningkatkan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah


(15)

d. Meningkatkan ide dan masukan untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan , dan

e. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi

Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara .

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.

Santoso Brotodiharjo, S.H dalam buku Pengantar ilmu hukum pajak dalam Waluyo (2008:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat di paksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

2. Asas Pemungutan Pajak

2.1 Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang


(16)

berasal dari dalam maupun dari luar negri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri

2.2 Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

2.3 Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri Waluyo (2008:2).

3. Sistem Pemungutan Pajak

3.1 Official assessment system,yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

3.2 Self assesment system,yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

3.3 With holding system,suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus ataupun wajib pajak


(17)

yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak Waluyo (2008:2).

4. Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Atep dalam Darwin (2009:3) pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia (1811 s/d 1816) ketentuan perpajakan atas tanah diberlakukan pada masa Gubernur Jendral Sir Thomas Standford Raffles (1811-1816) yang disebut

dengan Landrente. Sistem perpajakan atas tanah ini berdasarkan suatu dalil

bahwa semua tanah adalah milik kepala-kepala desa dianggap sebagai penyewa dari tanah-tanah yang dikelola oleh desa itu. Untuk itu mereka harus membayar sewa tanah(landrent) dengan natura secara tetap.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November 1969, nama Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah. Dan nama pajaknya disebut Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) dengan Objeknya sector perdesaan, perkotaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27 Desember 1985 diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku 1 Januari 1986.

Menurut Mardiasmo (2009:311) Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi


(18)

meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat yang diusahakan.

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan

Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Pasal 9 ayat (1) Tentang

Mekanisme Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak(SPOP).

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan

Bangunan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

5. Undang-Undang Nomor 74 tahun 2011 Pasal 34 ayat (1) tentang


(19)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, penulis membahas secara rinci mengenai :

1. Tata cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. 2. Kendala-kendala dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak .

3. Upaya Penanganan Kendala-kendala dalam pengisian Surat

Pemberitahuan Objek Pajak .

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta yang sesuai maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal dan surat pengantar.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku-buku pajak dan literatur lain


(20)

yang berhubungan dengan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Binjai. 3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai , mengenai Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak . Dalam observasi ini penulis memberikan suatu pengantar untuk melaksanakan data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

4. Pengumpulan Data

Pengimpulan data mengenai Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak melalui:

4.1 Data Primer atau wawancara

Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara yang bersumber dari pihak yang memahami tentang Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

4.2 Data Sekunder atau Dokumentasi

Kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari refrensi-refrensi ilmiah yang mendukung proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(21)

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)

Adapun cara pengumpulan data sebagai berikut:

1. Daftar pertanyaan (interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak(SPOP).

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.


(22)

Yaitu dengan pengumpulan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode PKLM, Metode pengumpulan data dan sistematika penulisan Laporan PKLM.

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang PKLM, Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup PKLM , Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data PKLM, Sistematika Penulisan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA BINJAI

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, Struktur Organisasi, Uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran data pegawai.


(23)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data pelaksanaan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahun Objek Pajak (SPOP) yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutupan dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.


(24)

BAB II

GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Pada bulan Juni 1976, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang saat itu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu KPP Medan Utara dan KPP Medan Selatan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 03 Agustus 1993. Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi para wajib pajak wilayah Kotamadya Medan, Binjai dan sekitarnya maka Wilayah Kantor Pelayanan Pajak dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. KPP Medan Utara.

2. KPP Medan Timur.

3. KPP Medan Barat.

Kemudian dengan SK Nomor 94//KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 terhitung mulai 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 (empat) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. KPP Medan Utara.


(25)

3. KPP Medan Barat.

4. KPP Medan Binjai.

Dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pajak KEP-95/PJ./2008 tanggal 19 Mei 2008, kantor wilayah DJP Modern yang terdiri dari Sumut I terhitung 27 Mei 2008. 1 (satu) unit Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dan 8 (delapan) unit Kantor Pelayanan Pajak Pratama, meliputi:

1. KPP Madya Medan

2. KPP Medan Timur

3. KPP Medan Kota

4. KPP Medan Barat

5. KPP Medan Polonia

6. KPP Medan Belawan

7. KPP Binjai

8. KPP Lubuk Pakam

9. KPP Petisah

Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 535/KMK.01/2001 tentang “Kordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak”, telah diadakan reorganisasi Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian garis instruksi, dan juga terbentuknya Kantor-Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.


(26)

Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994 memiliki wilayah kerja sebagai berikut :

a. Kotamadya Binjai

b. Kabupaten Langkat

c. Kabupaten Deli Serdang

• Kec. Labuhan Deli

• Kec. Sunggal

• Kec. Pancur Batu

• Kec. Hamparan Perak

• Kec. Sibolangit

• Kec. Kutalimbaru

d. Kabupaten Tanah Karo.

Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ./2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan/atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan


(27)

Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, maka Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut:

a. Kotamadya Binjai

b. Kabupaten Langkat

Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.

Visi dari Direktorat Jendral Pajak

” Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak Negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”.

Misi dari Direktorat Jendral Pajak

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan Negara demi kemakmuran rakyat “.


(28)

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut:

a. Integritas,yaitu menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang

teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji, agar para wajib pajak tidak merasa kecewa dengan apa yang telah diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak.

b. Profesionalisme, yaitu memiliki kompetisi di bidang profesi dan

menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetisi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi, yaitu memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan / atau alternatif pemecahan masalah kreatif dengan memperhatikan aturan dan norma berlaku.

d. Teamwork, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama orang lain ,

serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

B. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

1. Kedudukan

KPP Pratama Binjai adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak


(29)

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. KPP Pratama Binjai terletak pada jalan Jambi No. 1, Binjai.

2. Tugas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tanggal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB dan Pajak Tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

memiliki fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;

f. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; g. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;


(30)

h. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; i. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

j. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi; k. Pembetulan ketetapan pajak;

l. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan;

m. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak. 4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah: a. Kepala Kantor

Mengingat Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan dari KPP,KP PBB, dan Karikpa maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan bagi Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(31)

Subbagian Umum memiliki tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja. d. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

e. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.


(32)

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis. g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajakdalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.


(33)

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Mandat yang Dibebankan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak, secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan Negara (APBN). Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, besarnya beban yang diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai pada tahun anggaran 2012 sebesar Rp 295.610.000.000,00

D. Gambaran Pegawai Kantor Pajak Pratama Binjai

Jumlah Pegawai Negri di Kantor Pajak Pratama Binjai terdiri dari 69 orang :


(34)

Tabel 1. Penjabaran Pegawai Berdasarkan Seksi

Seksi Jumlah

Subbag Umum Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi Waskon III Seksi Penagihan Seksi Ekstensifikasi Seksi Pemeriksaan Fungsional

7 9 9 6 8 7 5 5 4 8 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai


(35)

BAB III

GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi/atau bangunan, Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :

1. Tanah dan Pagar Mewah

2. Kolam Renang

3. Tempat/bangunan olahraga

4. Jalan Tol

5. Galangan Kapal Dermaga

6. Tanah Mewah

7. Tempat penampungan/Kilang Minyak,air,dan gas,pipa minyak

8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

9. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik,dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut


(36)

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang

ibdah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

2. Perkuburan, Peninggalan purbakala , dan lain-lain yang sejenis.

3. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik.

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh menteri keuangan.

Yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka (orang atau badan) yang:

1. Mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau

2. Memperoleh manfaat atas bumi/tanah, dan/atau

3. Memiliki,menguasai atas bangunan, dan/atau

4. Memperoleh manfaat atas bangunan.

B. Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendataan objek dan subjek pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak


(37)

dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan objek pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak maka Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan pendataan objek dan subjek pajak atau bekerja sama dengan pihak lain/pihak ketiga yang telah ditentukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut.

Pendataan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan menuangkan hasilnya dalam formulir surat pemberitahuan objek pajak (SPOP). Pendataan dapat dilakukan dengan 4(empat) alternative sebagai berikut :

1. Pendataan dengan Cara Penyampaian dan Pemantauan Pengembalian SPOP/LSPOP

Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP/LSPOP pada umumnya dilakukan untuk daerah-daerah terpencil, belum mempunayai peta, dan potensi pajaknya kecil. Pendataan dengan cara ini mirip seperti pelaksanaan pendaftaran objek dan subjek pajak. Perbedaannya terletak pada aktifitas masing-masing pihak. Pada pelaksanaan pendaftaran objek dan subjek pajak aktifitas dari subjek pajak sangat dominan, sedangkan pada pendataan penyampaian dan pengembalian SPOP/LSPOP ini aktifitas dari petugas pajak lebih dominan.


(38)

Para petugas pajak yang ditugaskan untuk melaksanakan pendataan dengan cara ini mendatangi desa/kelurahan-kelurahan yang akan dilakukan pendataan sambil membawa formulir SPOP/LSPOP, kemudian dengan bantuan aparat desa/kelurahan formulir SPOP/LSPOP tersebut disebarkan kepada subjek pajak yang ada di desa/kelurahan-kelurahan tersebut.

Setelah formulir-formulir diisi secara jelas, benar, lengkap dan ditandatanagani oleh subjek pajak atau kuasanya, maka para petugas pajak akan mengambil kembali formulir tersebut dari para aparat desa/kelurahan untuk dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama guna dilakukannya perekaman data.

2. Indentifikasi Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan. Data tersebut merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun terakhir.

3. Verifikasi Data Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto dan sudah


(39)

mempunyai data administrasi pembukuan PBB hasil pendataan tiga tahun terakhir secara lengkap.

4. Pengukuran Bidang Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilakukan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan-kelurahan dan/atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.

C. Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendaftaran dilakukan oleh subjek pajak (orang atau badan) dengan cara mengisi surat pemberitahuan objek pajak (SPOP). SPOP diisi dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jelas, maksudnya adalah bahwa penulisan data yang diminta dalam

surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang merugikan negara maupun wajib pajak.

2. Benar, maksudnya agar data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan/atau harga perolehan, letak tanah dan/atau bangunan serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan dan/atau dituliskan dalam surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.


(40)

3. Lengkap,maksudnya bahwa semua kolom dalam surat pemberitahuan objek pajak (SPOP),baik yang menyangkut subjek pajak dan/atau wajib pajak maupun data tanah dan/atau bangunan sudah harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) tersebut harus diberi tanggal pengisian surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) dan ditandatangani oleh wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam surat pemberitahuan objek pajak (SPOP).

4. Tepat waktu, maksudnya surat pemberitahuan objek pajak yang sudah

diisi olehh wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak.

5. Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib

pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau mengirimkannya melalui kantor pos tercatat.

Untuk mendaftarkan objek pajaknya, Maka subjek pajak/wajib pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


(41)

1. Mengisi Surat Permohonan

2. Mengisi Blanko SPOP beserta LSPOP

3. Melampirkan Fotocopy identitas Wajib Pajak, Bukti kepemilikan, dan

Nomor Pokok Wajib Pajak.

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak Bumi dan Bangunan yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang.

E. Hak dan kewajiban Wajib Pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Hak Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah:

1. Memperoleh formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara

gratis pada setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain ditunjuk .

2. Memperoleh penjelasan , keterangan tentang tata cara pengisian

maupun pelaporan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

3. Memperoleh tanda terima pengembalian Surat Pemberitahuan Objek


(42)

4. Memperbaiki/mengisi ulang Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) apabila terjadi kesalahan dalam pengisian dengan melampirkan fotocopy bukti yang sah.

5. Menunjuk orang/pihak lain selain pegawai Direktorat Jenderal Pajak

dengan surat kuasa khusus bermaterai, sebagai kuasa wajib pajak untuk mengisi dengan menandatangani surat pemberitahuan objek pajak .

6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian

surat pemberitahuan objek pajak sebelum batas waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan-alasan yang sah.

Sedangkan kewajiban Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah :

1. Mendaftarkan objek pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan

Objek Pajak (SPOP)

2. Mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan jelas, benar

dan lengkap .

3. Menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

yang telah diisi wajib pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah pembetulan surat pemberitahuan objek pajak diterima .


(43)

4. Melaporkan Perubahan data objek pajak/wajib pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau tempat lain yang ditunjuk dengan cara mengisi surat pemberitahuan objek pajak sebagai perbaikan/ pembetulan surat pemberitahuan objek pajak sebelumnya .

F. Sanksi-Sanksi

1. Sanksi Administrasi

Dalam hal Subjek Pajak tidak menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak pada waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25 % dari PBB yang terutang .

2. Sanksi Pidana

a. Barang siapa karena kealapannya tidak mengembalikan Surat

Pemberitahuan Objek Pajak atau tidak mengembalikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 2(dua) kali lipat pajak yang terutang .


(44)

1. Tidak mengembalikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) kepada Direktorat Jenderal Pajak .

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar.

3. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang

palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.

4. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau

dokumen lainnya .

5. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan

yang diperlukan .

Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana pernjara selama-lamanya 2(dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5(lima) kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila sseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda. Terhadap bukan Wajib Pajak yang bersangkutan yang melakukan tindakan sebagaimana huruf d dan huruf e, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1(satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp.2.000.000,-.


(45)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Dalam tatacara pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), ada hal yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum Pengisian SPOP/LSPOP dilakukan . Hal tersebut adalah Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Baru .

1. Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Adapun Tata cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak(SPOP) adalah :

a. Formulir SPOP/LSPOP dapat diperoleh di tempat-tempat pengambilan

yang telah di tentukan antara lain Kantor Pelayanan Pajak Pratama ,di Kantor Kelurahan, Kantor Kecamatan, dan tempat lainnya yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam hal formulir SPOP/LSPOP diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Subjek Pajak dapat langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai atau melalui kuasanya untuk mengambil formulir-formulir tersebut.

b. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pendaftaran Objek dan Subjek


(46)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerima permohonan Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dan Bangunan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya.

Bukti-bukti pendukung yang perlu dilampikan berupa :

1. Fotocopy salah satu bukti Surat Tanah antara lain seperti Sertifikat, Akte Jual Beli Tanah, Surat Tanah garapan, Surat perjanjian sewa-menyewa, Surat Keterangan Lurah/Kepala desa atau dokumen lainnya.

2. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk/Kartu Keluarga atau Identitas

lainnya.

3. Fotocopy salah satu bukti Surat Bangunan anatara lain seperti

Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat keterangan Lurah/Kepala desa, Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak dan dokumen lainnya.

c. Setelah Subjek Pajak menyebarkan Permohonan Pendaftaran lengkap

dengan bukti-bukti pendukungnya, kemudian Subjek Pajak mengisi Formulir SPOP/LSPOP dengan jelas, benar, lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani.


(47)

1. Jelas, maksudnya adalah bahwa penulisan data yang diminta dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak.

2. Benar, maksudnya agar data yang dilaporkan/dituliskan harus

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan/atau harga perolehan, letak tanah dan/atau bangunan serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan dan/atau dituliskan dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Lengkap, maksudnya bahwa semua kolom dalam Surat

Pemberitahuan Objek Pajak, baik yang menyangkut subjek pajak dan/atau wajib pajak maupun data tanah dan/atau bangunan harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian Surat Pemberitahuan Objek Pajak tersebut harus diberi tanggal Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak dan ditandatangani oleh wajib pajak. Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak .

4. Tepat waktu, maksudnya Surat Pemeberitahuan Objek Pajak yang


(48)

ditandatangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak oleh Wajib Pajak.

d. Dalam hal Subjek Pajak atau kuasanya mengalami kesulitan dalam

pengisian formulir tersebut, maka mereka dapat meminta petunjuk kepada petugas pajak (fiskus), dalam hal formulir tersebut diisi oleh kuasa dari Subjek Pajak, maka harus dilampiri surat kuasa yang dibubuhi bea materai sebesar Rp. 6000.

e. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran sudah lengkap, kemudian

Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) akan melakukan penelitian atas pengisian formulir SPOP/LSPOP yang sudah diisi secara jelas, benar, dan lengkap oleh subjek pajak. Apabila dari hasil penelitian terdapat item-item yang belum diisi atau terdapat ketidakjelasan penulisan dan/atau belum ada tanda tangan Subjek Pajak atau kuasanya, maka petugas tempat pelayanan terpadu dapat melakukan konfirmasi dan mengembalikan SPOP/LSPOP tersebut kepada subjek pajak untuk memenuhi kelengkapan dan kejelasan pengisian formulir SPOP/LSPOP tersebut.

f. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran dan formulir SPOP/LSPOP


(49)

akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Subjek Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, kemudian Pelaksana Seksi Pengelolaan Data dan Informasi (PDI) melakukan perekaman SPOP/LSPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman (DHR), melakukan pencocokan antara SPOP/LSPOP dan DHR guna pembentukkan Basis Data Objek dan Subjek Pajak dan meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dicetak.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP.533/PJ/2000 yaitu Blanko SPOP terdiri dari Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP).

1. Lembar Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Lembar SPOP adalah lembar yang digunakan untuk mengisi Indentitas, letak Objek Pajak, Data Tanah, Denah/sket/lokasi Objek Pajak yang dimiliki oleh Subjek Pajak.


(50)

Tabel 2 : Lembar SPOP

Data Diisi Wajib

Pajak

Diisi Petugas Pajak

Jenis Transaksi -

NOP - 

NOP BERSAMA - 

Tamabahan Untuk Data Baru - 

Data Letak Objek Pajak  -

Data Subjek Pajak  -

Data Tanah  -

Zona Nilai Tanah - 

Data Bangunan  -

Pernyataan Subjek Pajak  -

Identitas Pendata - 

Sket/Denah Lokasi Objek Pajak

 -


(51)

Keterangan :

a. NOP adalah nilai Identifikasi Objek Pajak yang mempunyai

Karakteristik Unik, Permanen, standar dengan satuan Blok dalam satu wilayah Administrasi Pemerintah desa/kelurahan yang berlaku secara Nasional.

b. ZNT (Zona Nilai Pajak) adalah Zona Geografis yang terdiri

dari sekelompok Objek Pajak yang mempunyai Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) sama yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan subjek pajak dalam satu wilayah Administrasi Pemerintahan desa/kelurahan.

2. Lembar Lampiran Surat Pemeberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

Lembar LSPOP ini tidak digunakan bila Subjek Pajak tidak mempunyai Bangunan pada sebidang tanah dan digunakan bila dalam suatu tanah tersebut terdapat 1 Bangunan, jika dalam tanah tersebut terdapat 2 atau lebih, maka jumlah LSPOP yang digunakan adalah sebanyak jumlah bangunan yang ada.


(52)

Tabel 3 : Lembar LSPOP

Data Diisi Wajib

Pajak

Diisi Petugas

Pajak

Rincian Data Bangunan  -

Fasilitas  -

Data Tambahan Untuk Jenis Penggunaan Bangunan JPB = 3/8

- 

Data Tambahan Untuk Bangunan Non-Standar

- 

Penilaian Individual - 

Identitas Pendata - 

Sumber : Seksi Pendataan dan Penilaian/Ekstensifikasi Keterangan :

a. Bangunan Non Standard adalah Objek Pajak yang tidak

memenuhi kinerja Objek Pajak Standard.

b. Objek Pajak Standard adalah Objek Pajak yang memiliki Luas

Bangunan < 1000 m2 dan jumlah lantai 4 (empat) serta luas tanah < 10.000 m2 .


(53)

c. Penilaian Individual adalah penelitian terhadap Objek Pajak dengan cara memperhatikan semua karakteristik dari setiap Objek Pajak.

2. Kendala-Kendala Dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

a. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat

pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

b. Kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakan nya

yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya yang relatif rendah, khususnya pada masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil atau pedesaan.

c. Kurangnya pemahaman Subjek Pajak dalam menghadapi kerumitan

dalam Pengisian SPOP/LSPOP.

d. Keterlambatan Pengembalian dan kesalahan pengisian SPOP/LSPOP

1. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tidak tepat waktu

sehingga menimbulkan kesulitan pada petugas pajak, disamping harus meneliti dan menatausahakan kembali SPOP/LSPOP tersebut, petugas pajak juga harus membuat laporan pendaftaran Objek Pajak Baru yang akan diserahkan pada akhir bulan.


(54)

2. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tepat waktu, tetapi setelah melakukan perekaman dan validasi data ternyata terdapat ketidakcocokan data antara formulir SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Maka hal ini akan menyulitkan petugas pajak, karena petugas pajak harus melakukan perhitungan perhitungan ulang kembali besarnya pajak yang harus dibayar Subjek Pajak.

e. Kurangnya Sumber Daya Manusia dalam menghadapi jumlah Objek

Pajak dan/atau Subjek Pajak.

3. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

a. Mengadakan Pendataan Objek dan Subjek Pajak

Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak maka Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan pendataan Objek dan Subjek Pajak. Pendataan dilakukan oleh Kantor


(55)

Pelayanan Pajak Pratama dengan menuangkan hasilnya dalam formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

b. Mengadakan Penyuluhan kepada masyarakat mengenai Peraturan

Perundang-undangan Perpajakan, sehingga Subjek Pajak sadar akan kewajibannya untuk melaporkan Objek Pajak mereka. Langkah selanjutnya adalah melakukan Pendataan yang pada umumnya dilakukan untuk daerah terpencil yang belum mempunyai peta, dan potensi pajaknya kecil, Pendataan ini dilakukan dengan cara petugas pajak akan mendatangi desa/kelurahan yang akan dilakukan pendataan dengan membawa SPOP/LSPOP, kemudian dengan bantuan aparat desa/kelurahan formulir SPOP/LSPOP tersebut disebarkan kepada seluruh Subjek Pajak atau kuasanya, setelah formulir SPOP/LSPOP tersebut diisi dengan jelas, benar, lengkap dan ditandatangani oleh Subjek Pajak atau kuasanya. Maka petugas pajak akan mengambil kembali formulir SPOP/LSPOP tersebut dari aparat desa/kelurahan untuk dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai guna dilakukan perekaman datanya.

c. Menetapkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) Pajak Bumi dan Bangunan

1. Sesuai dengan ketentuan 9 ayat (2) Undang-Undang Pajak Bumi

dan Bangunan, setelah Subjek Pajak menerima formulir SPOP/LSPOP dan diisi secara jelas, benar, dan lengkap serta


(56)

ditandatangani maka formulir SPOP/LSPOP tersebut harus dikembalikan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya formulir SPOP/LSPOP tersebut. Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya formulir SPOP/LSPOP ternyata belum dikembalikan, maka Subjek Pajak akan menerima surat tegoran dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang akan dilanjutkan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dimana besarnya pajak terhutang dalam SKP tersebut ditetapkan secara jabatan (pokok pajak) ditambah denda administrasi sebesar 25% dari pokok pajak.

2. Setelah Formulir SPOP/LSPOP diterima oleh Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Binjai dan dilakukan perekaman, tetapi terdapat ketidakcocokan data isi formulir SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya di lapangan.Maka upaya yang dapat dilakukan adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai akan menerbitkan SKP sebesar selisih pajak terhutang ditambah denda Administrasi 25% dari selisih pajak terhutang.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) tersebut yaitu agar diharapkan kepada Subjek Pajak untuk tidak melakukan keterlambatan dalam melaporkan formulir SPOP/LSPOP dan tidak melakukan kecurangan-kecurangan dalam pengisian data-data formulir


(57)

SPOP/LSPOP nantinya dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk memperjelas formulir SPOP/LSPOP maka dilampirkan contoh formulir SPOP/LSPOP sebagai berikut :


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, terdapat beberpa kendala yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam melaksanakan Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), antara lain sebagai berikut :

1. Dalam pengisian dan pelaporan surat pemberitahuan objek pajak, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pendaftaran objek dan subjek pajak baru.

2. Mengisi Formulir SPOP/LSPOP dengan jelas, benar, lengkap dan tepat

waktu serta ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung. Dan dikembalikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP. Setiap Pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian dan Pengembalian SPOP atau Bukti Penerimaan Surat (BPS).

3. Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang terdiri dari 2 lembar yaitu


(59)

Subjek Pajak cukup mengisikan Objek Pajak, identitas Subjek pajak untuk data tanah sedangkan data bangunan seperti luas bangunan, tahun bangunan dan harga jual bangunan . Diluar dari data di atas diisi oleh petugas pajak.

4. Upaya dan cara mengatasi hambatan dan kendala di lapangan ketika

pengisian surat pemberitahuan objek p ajak dapat dilakukan dengan sosialisasi kepada Wajib Pajak PBB.

B. Saran

Dari Laporan Tugas Akhir ini, penulis memberikan saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam upaya peningkatan pendaftaran objek dan subjek pajak serta peningkatan pemahaman subjek pajak dalam pengisian dan pelaporan surat pemberitahuan objek pajak.

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Pendataan Objek Pajak agar dilakukan secara perencanaan sehingga

Surat Pemberitahuan Objek Pajak dapat di hitung. Oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan yang dapat membantu masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat

pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mandaftarkan


(60)

Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih relatif rendah, oleh karena itu perlu diadakannya sosialisasi dan pembinaan yang dapat membantu masyarakat mengisi surat pemberitahuan objek pajak secara benar.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, 2009 Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktik Mitra Wacana Media, Jakarta

Waluyo. 2008 .Pengantar Ilmu Hukum Pajak , Salemba Empat, Jakarta

Undang-Undang Nomor. 28 tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Tata Cara Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533/PJ/2000, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


(1)

ditandatangani maka formulir SPOP/LSPOP tersebut harus dikembalikan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya formulir SPOP/LSPOP tersebut. Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya formulir SPOP/LSPOP ternyata belum dikembalikan, maka Subjek Pajak akan menerima surat tegoran dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang akan dilanjutkan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dimana besarnya pajak terhutang dalam SKP tersebut ditetapkan secara jabatan (pokok pajak) ditambah denda administrasi sebesar 25% dari pokok pajak.

2. Setelah Formulir SPOP/LSPOP diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan dilakukan perekaman, tetapi terdapat ketidakcocokan data isi formulir SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya di lapangan.Maka upaya yang dapat dilakukan adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai akan menerbitkan SKP sebesar selisih pajak terhutang ditambah denda Administrasi 25% dari selisih pajak terhutang.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) tersebut yaitu agar diharapkan kepada Subjek Pajak untuk tidak melakukan keterlambatan dalam melaporkan formulir SPOP/LSPOP dan tidak melakukan kecurangan-kecurangan dalam pengisian data-data formulir


(2)

SPOP/LSPOP nantinya dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk memperjelas formulir SPOP/LSPOP maka dilampirkan contoh formulir SPOP/LSPOP sebagai berikut :


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, terdapat beberpa kendala yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam melaksanakan Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), antara lain sebagai berikut :

1. Dalam pengisian dan pelaporan surat pemberitahuan objek pajak, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pendaftaran objek dan subjek pajak baru.

2. Mengisi Formulir SPOP/LSPOP dengan jelas, benar, lengkap dan tepat waktu serta ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung. Dan dikembalikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP. Setiap Pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian dan Pengembalian SPOP atau Bukti Penerimaan Surat (BPS).

3. Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang terdiri dari 2 lembar yaitu SPOP dan LSPOP yang diisi oleh subjek pajak dan petugas pajak.


(4)

Subjek Pajak cukup mengisikan Objek Pajak, identitas Subjek pajak untuk data tanah sedangkan data bangunan seperti luas bangunan, tahun bangunan dan harga jual bangunan . Diluar dari data di atas diisi oleh petugas pajak.

4. Upaya dan cara mengatasi hambatan dan kendala di lapangan ketika pengisian surat pemberitahuan objek p ajak dapat dilakukan dengan sosialisasi kepada Wajib Pajak PBB.

B. Saran

Dari Laporan Tugas Akhir ini, penulis memberikan saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam upaya peningkatan pendaftaran objek dan subjek pajak serta peningkatan pemahaman subjek pajak dalam pengisian dan pelaporan surat pemberitahuan objek pajak.

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Pendataan Objek Pajak agar dilakukan secara perencanaan sehingga

Surat Pemberitahuan Objek Pajak dapat di hitung. Oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan yang dapat membantu masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mandaftarkan


(5)

Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih relatif rendah, oleh karena itu perlu diadakannya sosialisasi dan pembinaan yang dapat membantu masyarakat mengisi surat pemberitahuan objek pajak secara benar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, 2009 Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktik Mitra Wacana Media, Jakarta

Waluyo. 2008 .Pengantar Ilmu Hukum Pajak , Salemba Empat, Jakarta

Undang-Undang Nomor. 28 tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Tata Cara Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-533/PJ/2000, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).