MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN GERAK DASAR HANDSTAND DENGAN MENGGUNAKAN BANTUAN TEMAN, TAMBANG, DAN VIDEO PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG 2011/2012

(1)

i ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN GERAK DASAR HANDSTAND DENGAN MENGGUNAKAN BANTUAN

TEMAN, TAMBANG, DAN VIDEO PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 15

BANDAR LAMPUNG 2011/2012

Oleh MAYA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, dengan menggunakan bantuan teman, tali tambang yang diikat pada kedua tiang yang berukuran panjang 10 meter, dengan ketinggian tiang 1,5 meter, dan 1 set berupa CD video pembelajaran dan LCD, serta dengan bantuan dua buah matras

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan tiga siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X.2 yang berjumlah 38 siswa, dengan jumlah 20 laki-laki dan 18

perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar handstand.

Hasil penelitian menunjukkan: pada penemuan tes awal rerata kelas memperoleh 40,74 poin, dari setiap indikator yang terdapat dalam gerak dasar handstand masih rendah, pada siklus pertama diperoleh dengan rerata kelas 58,21 poin, sedangkan yang mendapat nilai di atas rerata kelas 28,95 dan yang mendapat di bawah rerata kelas 71,05%. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 11 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 27 siswa. Setelah diberikan

tindakan siklus atau putaran kedua dengan metode siswa dengan menggunakan bantuan tiang dan tali tambang, lebih meningkat hasil tes siklus kedua dan dilihat dari perolehan rerata kelas 61,05 poin, dan yang mendapat nilai di atas rerata kelas sebesar 44,74 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 55,26 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 17 siswa dan yang mendapat di bawah


(2)

ii

nilai ketuntasan belajar 21 siswa. Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran ketiga dengan mengunakan video pembelajaran, lebih meningkat hasil tes siklus ketiga dan dilihat dari perolehan rerata kelas 72 poin, dan yang mendapat nilai di atas rerata kelas sebesar 76,32 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 23,68 % jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar yang mendapat nilai di atas nilai ketuntasan belajar siswa meningkat karena dari 38 siswa ada 29 siswa dan prosentase sebesar 76,73 % yang mencapai nilai ketuntasan belajar, dibawah nilai ada 9 siswa dan prosentase sebesar 23,68 %. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran senam lantai khususnya materi gerak dasar handstand dengan alat bantu dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar handstand pada siswa siswi keklas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung.


(3)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Handstand Tanpa Alat Bantu ... 26

Gambar 2. Handstand Persiapan ... 28

Gambar 3. Handstand Tindakan/Pelaksanaan ... 29

Gambar 4. Handstand Akhiran ... 30

Gambar 5. Siklus Penelitian Kaji Tindak Diadopsi dari (Muhajir, 1997) 35 Gambar 6. Diagram Batang Perbandingan Hasil Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tes Awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III ... 53


(4)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

GAMBAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. KERANGKA TEORITIK, BERFIKIR, dan HIPOTESIS A. Pendidikan Jasmani ... 12

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 14

C. Pengertian Senam ... 15

D. Model Pembelajaran ... 17

E. Alat Bantu ... 19

F. Bel;ajar Motorik ... 23

G. Keterampilan Gerak ... 24

H. Handstand ... 26

I. Kerangka Berfikir ... 30

J. Hipotesis ... 31

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 32


(5)

xiv

B. Variable Penelitian Dan Data Penelitian ... 37

C. Subyek Penelitian ... 38

D. Tempat Dan Waktu ... 38

E. Pelaksanaan Tindakan ... 38

1. Siklus I ... 38

2. Siklus II ... 41

3. Siklus III ... 44

F. Instrumen dan Cara Pengambilannya ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(6)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian FKIP Universitas Lampung ... 62

Lampiran 2 . Surat Keterangan Izin Penelitian ... 63

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian ... 64

Lampiran 4. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 65

Lampiran 5. Data Hasil Tes Awal Siklus Keterampilan Senam Lantai Gerak Dasar Handstand Persiapan ... 67

Lampiran 6. Data Hasil Siklus Pertama Keterampilan Senam Lantai Gerak Dasar Handstand Persiapan ... 69

Lampiran 7. Data Hasil Siklus Kedua Keterampilan Senam Lantai Gerak Dasar Handstand Persiapan ... 71

Lampiran 8. Data Hasil Siklus Ketiga Keterampilan Senam Lantai Gerak Dasar Handstand Persiapan ... 73

Lampiran 9. Lembar Peniliaian ... 75

Lampiran 10 Pengajuan Judul ... 77

Lampiran 11. Berita Acara Seminar Proposal... 79

Lampiran 12. Daftar Hadir Seminar Proposal... 80

Lampiran 13. Berita Acara Seminar Hasil ... 81

Lampiran 14. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 82

Lampiran 15. Blangko Bimbingan Skripsi Pembimbing I ... 83

Lampiran 16. Blangko Bimbingan Skripsi Pembimbing II ... 85

Lampiran 17. Kartu Tes Kebugaran Jasmani ... 87

Lampiran 18. Siswa-siswi melakukan pemanasan dengan gerak statis .... 89

Lampiran 19. Siswa-siswi melakukan pemanasan dengan gerak dinamis 90 Lampiran 20. Foto Penelitian Gerak Dasar Handstand Siklus Pertama Dengan Bantuan Teman ... 91

Lampiran 21. Foto Penelitian Gerak Dasar Handstand Siklus Kedua Dengan Bantuan Alat Tambang dan Tiang ... 92

Lampiran 22.Foto Penelitian Gerak Dasar Handstand Siklus Ketiga Dengan Bantuan Video ... 93

Lampiran 23.Foto Penelit, Guru Penjaskes, serta Siswa-siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung ... 94


(7)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1. Penetapan KKM ... 47 Tabel 2. Poin/Skor pada setiap Kriteria yang ditetapkan ... 47 Tabel 3. Konversi Nilai Akhir ke Huruf Mutu Berdasarkan

Penafsiran Stuargg ... 50 Tabel 4. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pembelajaran Gerak Dasar Handstand ... 50 Tabel 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Handstand Siklus I ... 51 Tabel 6. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Handstand Siklus II ... 51 Tabel 7. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Handstand Siklus III ... 52 Tabel 8. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Gerak Dasar

Handstand Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Ketiga ... 53 Tabel 9. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus ... 54


(8)

ix

MOTTO

Sesungguhnya jika kamu bersukur niscaya aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat ku maka sesungguhnya azab ku sangat pedih

(QS.Ibrahim :7)

Allah tidak akan merubah nasip suatu kaum kalau kaum itu tidak mau merubahnya sendiri (QS. Ar-Ra’d :11)

Tidak ada hal yang tidak dapat terselesaikan apabila dikerjakan dengan se[enuh hati. ( Danar Widhi Permana )

Hidup itu anugerah, manfaatkan hidup sebaik mungkin untuk didunia dan akhirat

Jangan pernah menyerah, kegagalan bukan berarti kalah kemenangan sudah menunggu didepan. Semangat

( Maya Sari ) Waktu adalah kesempatan

Semakin banyak waktu semakin banyak pula kesempatan ( Maya Sari )


(9)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Maya Sari

NPM : 0713051043

Tempat tanggal lahir : Tanjung Karang, 14 September 1989

Alamat : Jln. Mt. Haryono No.26 Bandar Lampung Kode Pos

35119.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN GERAK DASAR HANDSTAND DENGAN

MENGGUNAKAN BANTUAN TEMAN, TAMBANG, DAN VIDEO PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 01oktober s.d 31 oktober 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 2 Agustus 2012


(10)

x

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Kepada

Ayahanda ku M.zen, Ibunda ku Utari, serta nenek ku Hj. Sohiyah yang penulis sayangi, yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis serta

kasih sayang dan kesabaran.

Untuk kakak ku Iis Maryati dan May Saroh serta adik ku Asih, Fitra dan Bila yang qu banggakan dan selalu ku sayang.

Untuk mamas ku Danar Widhi Permana yang setia menemani ku disaat ku senang dan sedih, serta teman-teman ku yang telah membantuku dan memberikan motivasi

serta dukungannya.

Para guru dan dosen yang telah membimbingku dan mengajariku akan arti kehidupan

Almamater-ku FKIP Unila, tempat yang telah mendewasakan penulis.


(11)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maya Sari, dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 14 september 1989 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak M.Zen dan Ibu Utari.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Gotong Royong, selesai pada tahun 2001. Kemudian masuk

SekolahMenengah Pertama (SMP) Negeri 25 Bandar Lampung pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandar Lampung dibidang Tata Busana pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur tes SPMB (SNMPTN).

Penulis ini pernah menjuarai dibidang olahraga senam, khususnya senam pada kejuaraan aerobic gymnastic.


(12)

viii

1. Juara III Aerobic Gymnastic Pada Kejuaraan Daerah Provinsi Lampung, Agustus 2003.

2. Juara II Aerobic Gymnastic Pada Kejuarran PraPon Palembang, Mei Tahun 2007. 3. Juara I senam aerobik Mix Impact 34 tahun kebawah Bandar Lampung, Juli

Tahun 2009.

4. Juara I senam aerobik Mix Impact 34 tahun kebawah Provinsi Lampung, September Tahun 2009.

5. Juara III senam aerobik Mix Impact 34 tahun kebawah di Jakarta, November 2009.

6. Juara III aerobic gymnastic Seleksi Nasional di Jakarta Pada Tahun 2010. 7. Juara I senam aerobic Instruktur Pemula Provinsi Lampung, Tahun 2011.


(13)

xi

SANWACANA

Asalamualaikum Wr. Wb.

Puji Syukur penulis haturkan ke pada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang mulia.

Skripsi ini dengan judul “Meningkatkan Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Handstand Dengan Menggunakan Bantuan Teman, Tambang, Dan Video Pada

Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu.

3. Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

6. Bapak Drs.Sudirman Husin, M.Pd selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini


(14)

xii

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

membantu dalam proses perkuliahan dan pembimbingan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

9. Kepala SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang telah memberiakn izin untuk

melaksanakan penelitian pada siswa kelas X.2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

10. Bapak Hasanudin, S.Pd selaku guru Penjaskes di SMA Negeri 15 Bandar

Lampung sekaligus pelatih senam penulis di PERSANI Lampung, yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.

11. Siswa-siswi kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran

2011/2012, terima kasih atas kerjasamanya.

12. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses

terselesaikannya skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, ayo sukseskan program S1 Reguler

secepatnya, semangat.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 2 Agustus 2012 Penulis


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga merupakan fenomena yang kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek biologis isi kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalam struktur jasmaniah yang perlu dipahami sebagai pola perilaku gerak manusia. Dari aspek sosiologis dan budaya seorang guru Penjas dituntut pula memahami lingkungan belajar yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut yang menjadi prioritas utama adalah perwujudan secara optimal peranan dan fungsi guru dalam mengelola kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Pendidikan Jasmani merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan disetiap jenjang pendidikan, seperti halnya termasuk ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Melalui Pendidikan Jasmani diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan


(16)

gerak siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan, maka seorang guru Pendidikan Jasmani dituntut untuk dapat menyajikan materi pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan baik dan menyenangkan, sehingga siswa merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

Peranan dan fungsi guru Penjas yang baik akan terwujud apabila memiliki inisiatif, kreativitas, dan inovasi serta selektif dalam memilih dan menentukan jenis model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangansiswa yang sering diungkapkan dalam istilah

Developmentally Appropriate Practice (DAP). Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran, jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah, siswa dituntut untuk dapat menguasai dan memahami keterampilan gerak dasar dari setiap materi cabang olahraga yang diajarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru Pendidikan Jasmani harus memiliki inisiatif, kreatifitas dan kemampuan menggunakan ataupun menciptakan alat bantu pembelajaranyang sesuai dan sederhana sehingga menghasilkan suatu inovasi baru dalam proses pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih bergairah dan semangat dalam proses pembelajaran. Guru Pendidikan Jasmani harus bertindak secara kreatif dalam menentukan model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa menjadi lebih


(17)

inovatif, kreatif dan terampil serta siswa dapat dengan mudah memahami dan menguasai keterampilan gerak yang diajarkan dalam Pendidikan Jasmani.

Tujuan pendidikan jasmani meliputi : (1) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial, (2) mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang mendorong partisifasinya dalam aneka aktivitas pendidikan jasmani, dan (3) mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisifasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

Untuk mencapai hal tersebut, tentunya materi-materi dalam Pendidikan Jasmani dari tingkatSekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) telah diatur dalam program pembelajaran Pendidikan Jasmani. Seperti halnya materi pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diajarkan di SMA, sesuai dengan program pembelajaran yang digunakan, materi pembelajaran Pendidikan Jasmani ditingkat SMA adalah permainan bola besar, permainan bola kecil, atletik, senam lantai, beladiri, kebugaran

Pendidikan Jasmani, senam irama, pembelajaran aquatik atau renang serta tentang kesehatan dan lingkungan hidup.

Salah satu materi pendidikan jasmani adalah senam, senam mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1912, ketika senam pertama kali masuk ke Indonesia pada jaman penjajahan belanda. Masuknya olahraga senam ini bersama dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib disekolah. Dengan


(18)

sendirinya senam sebagai bagian dari penjaskes juga diajarkan disekolah. Senam terdiri menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu; senam artistik, senam rytmik, dan senam aerobik. Salah satunya adalah senam artistik, dimana gerakan-gerakan pada senam tersebut memerlukan teknik dan gerakan yang benar dan irama yang tepat, sehingga gaya yang digunakan dapat dilakukan secara aman, efisien, dan efektif. Dalam cabang olahraga senam, khususnya senam artistik terdapat

beberapa gerakan. Salah satunya gerakan senam lantai yaitu handstand. Gerakan handstand ini adalah gerakan/teknik dasar dari senam lantai, sebelum melakukan gerakan lanjutan misalnya handstand roll, handstand kayang, handspring dan sebagainya, maka harus terlebih dahulu menguasai gerakan handstand tersebut. Gerakan handstand juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantan untuk mempermudah siswa untuk meningkatkan gerakan handstand, yaitu berupa bantuan teman, 2 buah tambang yang berukuran 15 meter yang diikat pada kedua tiang berukuran tinggi 2 meter, tambang diletakkan pada ketinggian yang berukuran ± 1,5 meter dan jarak dari tiang satu ketiang satunya berjarak 10 meter, dan video berupa 1 CD yang berisikan seorang atlet senam melakukan teknik dan gerakan handstand serta suara saat melakukan tahapan-tahapan gerakan handstand,1 LCD, dan Speaker kecil.

Untuk melakukan gerak dasar handstand yang baik dibutuhkan beberapa aspek-aspek fisik diantaranya adalah kekuatan daya tahan otot, keseimbangan, dan model pembelajaran. Pada umumnya sebelum siswa melakukan gerakan handstand, terlebih dahulu siswa dapat melakukan gerakan atau latihan yang bertujuan untuk meningkatkan gerakan handstand. Contohnya: melatih kekuatan otot pada lengan, perut, punggung, keseimbangan serta model pembelajaran


(19)

handstand, yaitu dengan cara latihan push-up, sit-up, back-up, keseimbangan tubuh dengan cara jalan jinjit, berdiri dengan kaki satu diatas beam, dan kop stand. Teknik gerakan handstand meliputi beberapa tahapan yaitu, posisi salah satu kaki didepan dengan posisi badan tegap (lurus keatas), kedua tangan berada diatas samping telinga, lalu tangan dijatuhkan menyentuh matras,kaki yang berada dibelakang mengikut sambil dilemparkan keatas, lalu kaki yang berada didepan sedikit ditekuk supaya ada dorongan saat kaki dilempar keatas, lalu kaki yang berada didepan mengikuti kaki satunya, kemudian posisi kedua kaki berada diatas dengan posisi rapat dan ujung kaki point (lancip), posisi badan tidak melenting lurus keatas, dan kepala masuk kedalam, maka posisi tubuh lurus keatas dengan posisi terbalik.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SMA Negeri 15 Bandar Lampung penulis memperoleh informasi bahwa hasil belajar Pendidikan Jasmani siswa kelas X di SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 4 kelas, kelas X.2 adalah kelas yang tergolong rendah dalam penguasaan keterampilan gerak dasar handstand pada senam lantai. Kemudian setelah dilakukan observasi dan pengamatan serta penilaian secara objektif oleh penulis pada hasil belajar gerak dasar handstand pada materi pokok senam lantai di kelas X.2 siswa masih banyak yang belum bisa

melakukan gerak dasar handstand sesuai dengan kriteria KKM disekolah, yaitu dengan nilai ≥ 67. Siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung khususnya pada kelas X.2 masih banyak siswa yang otot tangan nya tidak kuat, dan

keseimbangan pada tubuhnya masih lemah. Sehingga siswa belum dapat melakukan gerakan handstand itu dengan baik dan benar, terutama pada sikap


(20)

melempar kaki keatas, sikap tubuh berbentuk vertikal, dan pada saat mendarat maka dari itu siswa diwajibkan untuk melatih kekuatan otot khususnya lengan, perut, dan punggung, serta keseimbangan tubuh. Hal tersebut merupakan suatu pertanda bahwa pembelajaran Pendidikan Jasmani materi senam lantai pada gerak dasar handstand di kelas X.2 tersebut belum mencapai ketuntasan belajar yang optimal dan belum ada siswa yang lulus dengan kriteria KKM.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, siswa kelas X.2 yang tergolong rendah itu dikarenakan siswa masih banyak yang belum dapat melakukan gerakan handstand dengan baik dan benar, terutama pada sikap melempar kaki keatas, sikap tubuh berbentuk vertikal, dan pada saat mendarat, karena kurangnya kekuatan otot pada tangan dan keseimbangan pada tubuh yang masih lemah. Perlu ditelusuri mengenai faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar gerak dasar handstand siswa kelas X.2 di sekolah tersebut. Penulis

mengindentifikasi penyebab rendahnya hasil pembelajaran senam lantai pada gerak dasar handstand disebabkan oleh pembelajaran yang bersifat tradisional, yaitu gerakan yang menggunakan kekuatan seluruh tubuh, koordinasi antara tangan, badan, dan kaki, serta keseimbangan dan ketepatan saat posisi vertikal. Dapat diketahui bahwa dalam menyampaikan materi yang diajarkan selama ini masih bersifat konvensional dan dalam proses pembelajarannya guru di sekolah hanya menyampaikannya lewat materi secara lisan dan mempraktikkan 1 smpai 2 kali, dikarenakan kurangnya alat pembelajaran disekolah yaitu matras. Dengan cara mengajar yang masih bersifat konvensional dengan menggunakan alat pembelajaran yang terbatas, penulis melihat bahwa siswa terlihat bersifat pasif


(21)

saat proses pembelajaran berlangsung, karena mereka tidak memiliki banyak kesempatan untuk mencoba dan mempraktikkan gerak dasar handstand pada senam lantai yang diajarkan oleh guru. Sehingga pengalaman belajar siswa sangat kurang sekali dan apa yang mereka pahami dari proses pembelajaran tersebut menjadi terbatas, akibatnya hasil belajar gerak dasar handstand tidak optimal karena kesempatan belajar siswa untuk mempraktikkan gerak dasar handstand tersebut sangat kurang dan siswa tidak dapat mengaplikasikan gerak dasar yang diajarkan dengan baik dan benar. Dengan cara pembelajaran seperti ini, siswa menjadi kurang tertarik mengikuti mata pelajaran senam khususnya materi gerak dasar handstand. Selain itu kurangnya peralatan senam sering dibuat menjadi alasan seorang guru tidak mengajarkan pelajaran senam disekolah.

Pola pelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan membuat siswa menjadi malas dalam mempelajari pelajaran senam khususnya pada gerak dasar handstand. Kesulitan siswa dalam melakukan pelajaran senam khususnya gerak dasar handstand menyebabkan kendala pada mata pelajaran senam, selanjutnya pelajaran berjalan tidak efektif. Untuk itu perlu mengadakan perbaikan dalam metode atau model pembelajaran dengan menggunakan alat bantu agar tercapai keberhasilan pembelajaran. Pentingnya menyediakan alat sederhana sebagai alat bantu pembelajaran agar siswa dapat melakukan gerakan handstand dengan baik dan benar. Selain itu diharapkan dengan penggunaan alat bantu dapat menambah motivasi siswa untuk mencoba gerakan handstand melakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.


(22)

Berdasarkan uraian tersebut perlu ditentukan metode belajar yang tepat agar perbaikan dalam hal pendekatan atau model yang digunakan untuk

meningkatkan gerak dasar handstand. Model yang berorientasi pada prinsip latihan yang disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa serta alat bantu yang diharapkan dapat meningkatkan gerak dasar handstand. Dari permasalahan tersebut, penulis akan melakukan modifikasi alat dan bantuan pembelajaran handstand, yaitu berupa bantuan teman, 2 buah tambang yang berukuran 15 meter yang diikat pada kedua tiang berukuran tinggi 2 meter, tambang diletakkan pada ketinggian yang berukuran ± 1,5 meter dan jarak dari tiang satu ketiang satunya berjarak 10 meter, dan video berupa 1 CD yang berisikan seorang atlet senam melakukan teknik dan gerakan handstand serta suara saat melakukan tahapan-tahapan gerakan handstand,1 LCD, dan Speaker kecil.

Dari permasalahan yang muncul inilah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Handstand Dengan Menggunakan Bantuan Teman, Tambang, dan Video Pada

Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung 2011/2012”. Dengan harapan

melalui penelitian ini akan tercapai pembelajaran senam khususnya pada senam artistik gerakan handstand yang efektif sekaligus menyenangkan. Dan tujuan utama dalam mengajarkan pembelajaran gerak tersebut adalah pengembangan pembelajaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya. B. Identifikasi Masalah


(23)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat masalah yang dapat diidentifikiasi, antara lain :

1. Banyaknya siswa yang tidak dapat melakukan gerakan handstand dengan baik dan benar karena kurangnya kekuatan otot tangan dan keseimbangan pada tubuh.

2. Kemampuan gerak dasar handstand masih rendah, terutama pada saat kaki melempar keatas, saat handstand masih banyak yang tidak lurus keatas (vertikal), dan kurangnya kekuatan pada tangan dan keseimbangan. 3. Pembelajaran gerak dasar handstand belum berjalan efektif karena belum

menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

4. Pembelajaran gerak dasar handstand belum menunjukkan model mengajar yang bervariasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah hanya ingin mengetahui seberapa besar peningkatan pembelajaran gerak dasar handstand dengan bantuan teman, tali tambang, dan video pembelajaran pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :


(24)

1. Apakah dengan menggunakan bantuan teman dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung ?

2. Apakah dengan menggunakan tali tambang yang diikat pada kedua tiang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung ?

3. Apakah dengan menggunakan video pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung ?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Ingin memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan pembelajaran

gerak dasar handstand, dengan menggunakan bantuan teman pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung.

2. Ingin memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand, dengan menggunakan tali tambang pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung.

3. Ingin memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand, dengan menggunakan video pembelajaran pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti


(25)

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa dan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas

pembelajaran senam lantai gerakan handstand dengan alat bantu pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran pendidikan jasmani yang akan datang. 2. Bagi siswa

Sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan senam lantai khususnya pada gerakan handstand.

3. Bagi pelatih senam lantai maupun guru pendidikan jasmani

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.

4. Bagi Program Studi Penjaskes

Sebagai salah satu acuan dalam bahan pengkajian dan analisis Ilmu

Biomekanik terhadap teknik dasar senam lantai pada gerakan handstand,dan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran untuk memajukan pendidikan,terutama pendidikan jasmani dan kesehatan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian dilaksanakan di Lapangan SMA N 15 Bandar Lampung


(26)

2. Objek penelitian yang diamati adalah MeningkatkanPembelajaran Gerak Dasar Handstand dengan menggunakan bantuan teman, tali tambang, dan video pembelajaran pada siswa kelas X.2 di SMA N 15 Bandar Lampung. 3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas X.2 di SMA N 15

Bandar Lampung, dengan berjumlah 38 siswa yang terdiri dari siswa 20 putra dan 18 putri.


(27)

II. KERANGKA TEORITIK, BERFIKIR, dan HIPOTESIS

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktifitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani

mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan melalui aktifitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktifitas jasmani. Tujuan pendidikan ini adalah tujuan pendidikan pada umumnya yaitu

menyangkut aspek fisik, psikis dan sosial atau juga pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktifitas jasmani yang berupa gerak jasmani dan olahraga.

Proses pendidikan, termasuk kegiatan belajar dan berlatih merupakan wahana untuk merangsang potensi manusia. Karena itu, jelaslah bahwa pendidikan jasmani bukan semata-mata berurusan dengan pembentukan badan, tetapi

dengan manusia seutuhnya.Manusia Indonesia seutuhnya dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai kepibadian yang baik, kepribadian ini terdiri dari empat aspek yaitu religius, sosial, psikis dan fisik. Aspek religius berhubungan


(28)

dengan manusia dengan tuhan, yang berarti manusia yang beriman. Aspek sosial mempunyai arti bahwa manusia itu selalu ada ketergantungan dengan manusia lain. Aspek psikis yang berkenaan dengan daya fikir, penalaran dan emosi, sedangkan aspek fisik berkenaan dengan kondisi tubuh dan kemampuan motorik. Apabila keempat aspek kepribadian berkembang dengan baik, maka dapat dikatakan sebagai manusia yang utuh.

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan melalui kegiatan jasmani. Dengan mempelajari pendidikan jasmani peserta didik

diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam

pendidikan jasmani.

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap

sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.

c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran

Pendidikan Jasmani.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,

kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

e. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi

berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas

ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor

education).

f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.


(29)

g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi

untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat

kreatif

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Thompson (1993: 38) menjelaskan bahwa anak bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan

informasi dan landasan dalam menentukan alternatif model pembelajaran yang cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif , agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin.

Menurut Thompson (1993: 41) bahwa tiap anak mengembangkan pertumbuhan dengan kecepatan masing-masing dan beberapa anak berkembang lebih awal dan sebagian lagi berkembang lebih lambat daripada rata-rata anak pada umumnya. Rata-rata puncak pertumbuhan sangat cepat ini kira-kira pada umur 12 tahun bagi anak perempuan dan umur 14 tahun bagi anak laki-laki. Sebelum


(30)

dan perempuan dalam berat dan tinggi badan. Bila saat pertumbuhan cepat ini terjadi maka akan menghasilkan meningkatnya berat dan tinggi badan.

Penjelasan lebih lanjut oleh Thompson (1993: 42) yang menyebutkan bahwa perbedaan-perbedaan yang muncul pada pertumbuhan cepat dan masa puber terjadi akibat perubahan hormon yang dihasilkan tubuh. Perbedaan tersebut berupa bahu yang lebih lebar dan sedikit perubahan lebar panggul pada laki-laki dan panggul yang lebih lebar dan sedikit perubahan pada lebar bahu pada anak perempuan. Perubahan ini berpengaruh pada cara gerak anak laki-laki dan perempuan.

Sunarto (1999: 53) juga menyebutkan perkembangan fisik yang menjadi tanda pubertas dihitung mulai menstruasi pertama pada anak perempuan atau sejak anak laki-laki mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada waktu tidur). Perubahan ini terkadang membawa kesukaran fisik bagi anak remaja, juga menyebabkan mereka punya keasyikan mental dan emosional.Apabila

menstruasi mulai datang, mungkin atau boleh jadi menghalangi partisipasi mereka dalam kegiatan fisik.

Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan kesehatannya.


(31)

C. Pengertian Senam

Senam yang dikenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa inggris Gymnastics, atau belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri adalah bahasa aslinya merupakan serapan kata

dari bahasa yunani,gymnos, yang berarti telanjang. Orang yunani kuno

melakukan latihan senam diruangan khusus yang disebut ”Gymnasium” atau Gymnasion”. Tujuannya ialah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara berpakaiannya minim atau telanjang maksudnya agar dapat leluasa bergerak. Menurut Hidayat (1955),kata Gymnastiek tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan–kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang.

Sedangkan Peter H. Werner (1994) mengatakan: ”Gymnastics my be globally defined as any physical exercises on the floor or apparatus that is designed to promote endurance, sternght, flexibility, agility, coordination,and body control”. Dalam pengertian bebas definisinya berbunyi: ”senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,kelentukan,kelincahan,koordinasi,dan kontrol tubuh. ”Maka senam merupakan aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang.. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, dan bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,dan menanamkan nilai-nilai


(32)

mental spiritual. Senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti: kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, daya tahan, dan ketepatan”.

Tujuan Senam Lantai

Berdasarkan pengertian senam lantai, terdapat beberapa tujuan dari senam lantai:

1. Menambah pengetahuan dan pengertian tentang pentingnya senam,

2. Menambah pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan perkembangan dan kondisi badan,

3. Menambah kemampuan untuk menilai bagaimana gerakan itu seharusnya,

4. Menambah kelentukan, kekuatan, daya tahan,ketrampilan, dan efisiensi

gerak,

5. Menambah kemampuan mempelajari motor-skill,

6. Menambah kemampuan untuk relax.

D. Model Pembelajaran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.Menurut Soekamto dan Winataputra (1996/1997), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang


(33)

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dengan demikian model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur. Menurut Ismail (2002: 11) Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode

tertentu, yaitu: (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) tingkah laku mengajar yang

diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana secara berhasil; dan (4)

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai. Model pembelajaran adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum, untuk merancang materi pembelajaran dan untuk memandu kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau setting kelas yang lain. (Ahmad H. P, 2005: 15)

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut model pembelajaran dapat diartikan sebagai penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap, sistematis dan terorganisir, agar mencapai pengalaman belajar dan tujuan belajar tertentu, sekaligus merupakan pedoman bagi para pembelajar dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran.

Melihat kenyataan yang ada di lapanganpembelajaran Penjaskes mengalami berbagai persoalan diantaranya peserta didik mengalami kejenuhan, monoton dan tidak atraktif(menarik) sehingga out put yang didapat prestasi peserta didik


(34)

menurun dan tidak menunjukan kegairahan dalam olahraga. (www.wikipedia.com)

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMA N 15 Bandar Lampung,bahwa guru pendidikan jasmani

mengimplementasikan pembelajaran pendidikan jasmani dengan model

pembelajaran yang bersiklus menjelaskan, mendemonstrasikan dan memberikan tugas gerak yang harus dikuasai anak. Hal itu lebih sering menimbulkan

kejenuhan dan berkurangnya minat anak untuk berolahraga.

Melihat fakta di atas maka jelaslah bahwa guru pendidikan jasmani perlu menerapkan model-model pembelajaran yang berbeda dalam rangka upaya meningkatkan mutu pembelajaran Penjaskes di sekolah yang menarik, inovatif, dan kreatif dan dan di sesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik. Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah model pembelajaran dengan penggunaan alat bantu. Model ini sangat sesuai dengan materi pendidikan jasmani di sekolah yang pencapaian tujuan pendidikannya melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.Dengan penggunaan alat bantu diharapkan akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan motivasi semangat anak untuk melakukan gerak.

E. Alat Bantu

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan


(35)

sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan

pengajaran yang diharapkan.

Hamalik dalam Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu

efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu.

Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya


(36)

Menurut Arsyad (2005: 7) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Alat bantu adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu (peraga) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien. Menurut Hamzah (1988) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).

Alat bantu (peraga) yang digunakan dalam pembelajaran handstand adalah Matras,matras dipakai untuk alas dimana tangan diletakkan diatas matras, supaya saat tangan tidak kuat menahan, maka kepala tidak jatuh ke lantai dan siswa juga tidak takut untuk melakukan gerakan handstand tersebut. sebagai alat bantunya, yang digunakan dengan menggunakan berupa bantuan teman, 2 buah tambang yang berukuran 15 meter yang diikat pada kedua tiang berukuran tinggi 2 meter, tambang diletakkan pada ketinggian yang berukuran ± 1,5 meter dan jarak dari tiang satu ketiang satunya berjarak 10 meter, dan video berupa 1 CD yang berisikan seorang atlet senam melakukan teknik dan gerakan handstand


(37)

serta suara saat melakukan tahapan-tahapan gerakan handstand,1 LCD, dan Speaker kecil, dan teknik-teknik gerakan handstand agar siswa dapat melihat teknik handstand yang benar. Keuntungan alat bantu ini adalah praktis serta memudahkan guru untuk mengevaluasi gerakan handstand.

Perlengkapan yang di gunakan dalam Handstand :

Lapangan / ruangan

Matras ( sebanyak dua buah matras )

Tali Tambang ( dua buah tali, @ 15 meter )

Tiang ( tinggi 2 meter )

 Video ( satu set CD, LCD, dan Speaker kecil )

Penggunaan alat bantu di atas, diharapkan dapat memotivasi anak melakukan tugas gerak yang diberikan. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai. Menurut Lutan (2002:10) pembelajaran Penjasorkes dikatakan berhasil apabila:

1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas gerak

yang dicurahkan siswa semakin banyak

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif

3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas

4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran

Handstand merupakan salah satu gerakan teknik dasar pada senam


(38)

mudah dan tidak sulit juga. Apabila sudah mengetahui teknik dan bisa melakukannya handstand juga bisa menjadi gerakan atau aktivitas yang menyenangkan,mengasikkan,dan juga mendorong koordinasi kerja otot, dan juga memberikan tantangan dan merupakan tuntutan dasar senam lantai. Teknik Gerakan Handstand dapat diuraikan menjadi beberapa unsur:

1. Salah satu kaki berada didepan,posisi tangan diatas samping telinga,

2. Lalu,tangan dijatuhkan menyentuh matras sambil satu kaki yang berada

dibelakang dilempar keatas,

3. Kaki yang berada didepan sedikit ditekuk,berfungsi sebagai menolak, lalu

kaki yang didepan mengikuti kaki yang dilempar keatas,

4. Posisi tangan menahan dengan telapak tangan, jari-jari terbuka dan lurus,

5. Saat kedua kaki berada diatas, posisi kaki rapat dengan kaki point

(lancip),

6. Badan tegap,tidak melenting atau bengkok, dan posisi kepala masuk lurus

sejajar dengan posisi badan dan kaki. Agar untuk menjaga keseimbangan tubuh,perut dan punggung dikunci dengan menjepit tubuh,

7. Setelah posisi vertikal (handstand) dengan posisi tangan dibawah kaki

diatas, ditahan selama 3 detik,

8. Setelah itu,salah satu kaki turun satu persatu, kaki lurus tidak bengkok,

lalu badan mengikutinya, tangan tetap berada disamping telinga, kemudia berdiri dan kaki salah satu didepan dan badan tegak keatas.


(39)

F. Belajar Motorik

Menurut Schmid dalam Lutan (1988: 102) Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak. Schnabel (1983) dalam Lutan ( 2002:102) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar ialah

kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa atau atlet yang belajar.

Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya psiko-fisik sebagai suatu kesatuan

untuk merealisasi peningkatan keterampilan.Belajar gerak adalah serangkaian

proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan.Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari

kemudian apa yang dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari. Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan otak, dan ingatan.

Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginteprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari, kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut


(40)

sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk ketrampilan.

Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar ketrampilan dan kemampuan motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai dengan tingkat perkembangan. Prilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi

anak yang terwujud dalam gerak (sikap) badan, dalam Cholik (2004:25).

Belajar gerak adalah sebagai tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Belajar gerak adalah belajar yang diwujutkan melalui respon– respon atau muskular, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian tubuh.

G. Keterampilan Gerak

Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.

(Lutan, 1988: 95). Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti pola atau

gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Semakin kompleks

keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.


(41)

Belajar keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap yakni: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, dan (3) tahap otomatis. (Lutan

1988:305)

1. Tahap Kognitif

Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan

motorik membutuhkan informasi bagaimana cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.

2. Tahap Asosiatif

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan.Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun semakin konsisten.

3. Tahap Otomatis

Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan secara otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa


(42)

H. Handstand

Handstand merupakan salah satu teknik dasar dari berbagai macam gerakan dalam senam lantai. Handstand adalah suatu aktifitas yang mengasikkan dan mendorong koordinasi kerja otot dan keseimbangan. Juga memberikan tantangan dan ini merupakan tuntutan dasar senam artistik bagi sejumlah event lainya. Tantangan pada gerakan handstand ini, pada saat kaki dilempar keatas dan kaki satunya menyusul keatas, kebanyakan siswa tidak berani melakukan gerakan handstand tersebut.

Gambar 1. Hanstand tanpa alat bantu

Gerak dasar handstand dapat juga menggunakan alat bantu, menurut Richad Cloid, alat bantu dapat meningkatkan gerak dasar handstand. Alat bantu yang dapat digunakan untuk meningkatkan gerak dasar handstand yang terutama dengan bantuan guru atau teman, dapat juga menggunakan dinding atau tembok. Pertolongan atau bantuan dalam pembentukan sikap dan gerak yaitu dengan teman, karena dengan bantuan teman gerakan handstand dapat dilakukan dengan mudah dan dapat mengetahui teknik gerakan handstand yang baik. Maka dengan menggunakan alat bantu tersebut gerakan handstand dapat meningkat karena


(43)

adanya bantuan dan dorongan dari teman, serta keberanian untuk melakukan gerak dasar handstand tersebut.

Tahapan Dalam Handstand

Sebelum melakukan gerakan handstand siswa dapat melakukan latihan yang bertujuan untuk melatih otot lengan, perut dan punggung serta keseimbangan, yaitu dengan cara latihan push-up, back-up, sit-up, dan keseimbangan tubuh dengan berjalan jinjit. Setelah itu siswa dapat melakukan handstand dengan tahapan-tahapan yang diawali dengan melangkah satu kaki, dengan posisi salah satu kaki berada didepan dan dibelakang, posisi tangan diatas samping telinga, Lalu tangan dijatuhkan menyentuh matras sambil satu kaki yang berada dibelakang dilempar keatas. Maka dari itu kedua tangan harus kuat,karena tangan adalah titik tumpu, Kaki yang berada didepan sedikit ditekuk,berfungsi sebagai menolak, lalu kaki yang didepan mengikuti kaki yang dilempar keatas, Posisi tangan menahan dengan telapak tangan dan jari-jari terbuka, dan lurus, Saat kedua kaki berada diatas, posisi kaki rapat dengan kaki point (lancip), Badan tegap,tidak melenting atau bengkok. Dan posisi kepala masuk lurus sejajar dengan posisi badan dan kaki. Untuk menjaga keseimbangan tubuh,perut dan punggung dikunci dengan menjepit tubuh.

Adapun pelaksanaan Gerakan Handstand adalah sebagai berikut :


(44)

Posisi badan tegak keatas,salah satu kaki kedepan,dan kedua tangan berada diatas samping telinga. Kaki melangkah dengan salah satu kaki kedepan, bertujuan untuk menolak dan mendorong keatas.

Karakteristik teknik :

1. Kaki melangkah hanya sekali melangkah.

2. Posisi kaki yang didepan dan dibelakang tidak terlalu jauh, minimal

selebar bahu.

3. Kedua tangan berada diatas posisi disamping telinga.

4. Kaki belakang menolak keatas, lalu badan mengikuti kedepan.

5. tangan menyentuh matras, salah satu kaki naik keatas.

Gambar 2. Handstand Persiapan

2) Tahap Pelaksanaan

Tujuan tolakan dalam Handstand adalah untuk memaksimalkan kecepatan vertikal dan guna memperkecil hilangnya kecepatan horizontal.Pada gerakan handstand lemparan dilakukan di atas matras, pada saat melempar menggunakan kaki yang terkuat sehingga menimbulkan gerakan ke atas sebagai akibat reaksi.


(45)

Karakteristik teknik :

1. Pada saat menolak menggunakan kaki yang paling kuat.

2. Waktu bertolak adalah dipersingkat.

3. Setelah kaki dilempar keatas, tangan tetap berada diatas matras, tangan

berfungsi untuk menahan, karena tangan titik tumpu berat badan, lalu kepala didengakkan guna sebagai titik tumpu keseimbangan pada saat handstand.

4. Kaki yang yang masih berada dibawah, dilempar keatas mengikuti kaki

yang satunya. Posisi kaki lurus tidak bengkok.

5. Saat diatas posisi kedua kaki rapat,dengan posisi badan vertikal keatas

dan sedikit melenting agar dapat manjaga keseimbangan tubuh.

6. Pandangan saat handstand melihat kebawah.

Gambar 3.Handstand Tindakan/Pelaksanaan

3) Tahap akhir

Tahap akhir gerakan handstand yaitu kembali berdiri tegak seperti semula, saat pertama melakukan gerakan handstand.


(46)

1. Kedua kaki diluruskan keatas dan rapat, ujung kaki point dan badan sedikit melenting.

2. Salah satu kaki dijatuhkan secara perlahan, lalu kaki satunya mengikuti.

3. Badan, tangan kepala juga mengikuti seperti ayunan. Kaki kebawah

badan dan tangan keatas.

4. Salah satu posisi kaki kedepan dengan jarak seleber bahu,badan tegak,

tangan disamping telinga.

Gambar 4.Handstand Akhiran

I. Kerangka Berfikir

Olahraga adalah sangat dibutuhkan sebagai penunjang kesehatan,tetapi olahraga yang banyak dilakukan adalah karena suka / senang, sehingga menjadi bias, atau sebaliknya karena bisa sehingga senang melakukan olahraga. Seperti kita senang dengan senam lantai pada gerakan handstand, maka kita akan senang berlatih dengan demikian tidak terasa karena kita banyak melakukan latihan gerakan handstand danki secara alami kita akan menjadi bisa. Proses pembelajaran keterampilan gerak yang efektif dan efisien hanya dapat dicapai dengan memberikan tahapan pada tingkat keterampilan,, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Tingkat keterampilan tersebut hanya


(47)

mungkin dapat diperoleh dengan latihan menggunakan modifikasi alat bantu seperti dengan bantuan teman, tiang dan tali tambang untuk penyanggah, video pembelajaran senam tentang gerak dasar handstand.

Menggunakan model pendekatan modifikasi dapat mengurangi rasa jenuh dan bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga pada akhirnya akan membantu bagi tercapainya suatu penguasaan kemampuan gerak dasar

handstand.

J. Hipotesis

Pengertian Hipotesis tindakan hendaklah dipahami sebagai suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan.

H1. “Dengan menggunakan bantuan teman dapat memperbaiki dan

meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung”.

H2. “Dengan menggunakan tali tambang yang diikat pada kedua tiang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung”.

H3. “Dengan menggunakan video pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA N 15 Bandar Lampung


(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri.

(Sukardi. 2003: 93). Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan metode penelitian tindakan kelas PTK(classroom action research), yang akan dilaksanakan pada Siswa kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung.

Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas atau di lapangan

dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan, (1) Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan


(49)

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti, (2) Tindakan menujuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk merangkaikan siklus kegiatan siswa, dan (3) Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam penelitian, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam bidang pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa sekelas yang sama dari pendidik yang sama pula.

Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul dari dunia tanggung jawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran.Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari pemecahannya.Menurut Suyanto (1997) Penelitian kaji Tindak adalah suatu bentuk penelitian yang berbentuk reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau

meningkatkan prktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.

Tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan sertaan.Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan


(50)

dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah

pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.

2. Tujuan kedua, melakukan pengembangan keteranpilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, produknya adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan. Tujuan

sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.

Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan

penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual lain. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja. 2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik. 3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral.


(51)

Sedangkan tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, serta untuk pengembangan kemampuan dan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di kelasnya atau di sekolahnya sendiri.

Suyanto (1997) menungkapkan ada empat bentuk penelitian tindakan yaitu: 1. Guru sebagai peneliti

2. Penelitian tindakan kolaboratif 3. Simultan-terintregrasi

4. Administrasi social experimental.

Sehubungan dengan bentuk-bentuk penelitian tindakan kelas yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif merupakan bentuk penelitian tindakan yang penelitinya bekerja sama dengan guru dan kepala sekolah. Hubungan antara guru dengan peneliti bersifat kemitraan, sehingga mereka memikirkan masalah-masalah penelitian secara bersama pula. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan pengajar dan peserta didik. Kerjasama ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada proses pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan di setiap siklus memiliki tindakan yang berbeda. Dalam pelaksanaanya setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya. Penelitian tindakan ini melalui putaran atau spiral yang disetiap siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan revleksi. Seperti yang digambarkan di bawah ini :


(52)

Gambar 5. Siklus Penelitian Kaji TindakDiadopsi dari (Muhajir, 1997) Keterangan gambar :

a. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

b. Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

c. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan.


(53)

d. Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

e. Perbaikan rencana

Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru

melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan basil yang lebih baik dari

sebelumnya.

B. Variabel Penelitian dan Data Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Suharsimi (1998:1999)

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yang terdiri dari :

a. Variabel bebas (X), yaitu penggunaan alat bantu berupa matras, bantuan teman, tali tambang, tiang, dan video pembelajaran ( 1 set CD dan LCD). b. Variabel terikat (Y), yaitu gerak dasar handstand dalam senam lantai. 2. Data Penelitian


(54)

Sifatnya ada 2 macam, yaitu;

1. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kategori atau atribut 2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan.

Menurut cara memperolehnya:

1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau organisasi dan diperoleh langsung dari sumbernya.

2. Data Skunder adalah data yang diperoleh sudah jadi, contoh jumlah siswa pada suatu daerah, sekolah, dan lain-lain.

Data dalam penelitian ini merupakan data primer dengan teknik analisis deskriptif sederhana berupa data kuantitatif, yaitu data yang diolah melalui cara menghitung dan membilang.

C. Subyek penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 15 kelas X.2 yang berjumlah 38 siswa yang terdiri dari siswa 20 putra dan 18 putri, Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012.

Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Suharsimi Arikunto (1998 : 109) sedangkan menurut Sudjana (1996 : 184) sample adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul


(55)

dapat mewakili populasi. Adapun subjek yang digunakan adalah siswa Kelas X.2SMA Negeri 15 Bandar Lampung.

D. Tempat dan Waktu. 1. Tempat Penelitian.

Di lapangan SMA Negeri 15 Bandar Lampung. 2. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

E. Pelaksanaan Penelitian 1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. 2. Menyiapkan instrumen pengamatan proses pembelajaran, dapat dilihat

pada lampiran halaman 68 dan 69.

3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera digital).

4. Mempersiapkan alat bantu yang digunakan pada siklus pertama, yaitu dengan memberikan pembekalan atau latihan kepada teman yang akan menggunakan bantua, dan berupa matras (2 buah matras).

5. Mempersiapkan siswa kelas X.2 yang berjumlah 38 siswa, terdiri dari siswa 20 putra dan 18 putri untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.


(56)

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap. 2. Kemudian siswa melakukan pemanasan umum.

3. Menjelaskan bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu dengan menggunakan bantuan teman. Teman berguna sebagai membantu peraga untuk melakukan gerakan handstand. Peraga melakukan gerakan dari awal melangkah, tangan menyentuh matras, lalu kaki dilempar keatas, sampai posisi badan dan kaki lurus tetapi sedikit melenting. Lalu ditahan selama 3 detik, Guna agar siswa mengerti teknik gerakan handstand.

4. Siswa dibariskan, dibagi menjadi dua barisan lalu berpasang-pasangan, guna memudahkan pendidik untuk mengevaluasi gerakan yang benar. 5. Setiap siswa melakukan gerakan yang telah didemonstrasikan oleh

peneliti sebanyak 3 kali secara bergantian.

6. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka hari tersebut

c. Observasi :

1. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan teman dapat berjalan dengan baik dan efektif, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu


(57)

pengulangan sebanyak 3 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus pertama.

2. Setelah tindakan dilakukan siswa yang berjumlah 38 siswa itu, ada yang berhasil dan belum berhasil. Pada siklus pertama yaitu ada 11 siswa yang berhasil menurut kriteria KKM ≥ 67, dan 27 siswa yang belum berhasil masih dibawah rata-rata 58,21. Hasil belajar pada siklus pertama belum tuntas karna persentase tingkat efektivitasnya hanya 42,88%, belum mencapai 50%. Maka siswa harus melanjutkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siklus kedua yaitu dengan menggunakan bantuang tiang dan tali tambang, guna untuk mencapai tingkat efektivitas dan dapat memperbaiki serta meningkatkan

pembelajaran gerak dasar handstand. d. Refleksi :

1. Dari hasil observasi siswa yang berhasil ada 11 siswa dan yang belum berhasil ada 27 siswa, dapat disimpulkan dan didiskusikan dengan guru pendidikan jasmani. Dan keputusannya, siswa yang berhasil dapat mengikuti siklus kedua untuk meningkatkan gerak handstand, dan yang belum berhasil dapat mengikuti siklus kedua guna memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand untuk mencapai nilai kriteria KKM disekolah.

2. Mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus kedua dengan menggunakan bantuan dua buah tali tambang yang berukuran 15 meter, dan dua tiang masing-masing tiang berukuran


(58)

tinggi 2 meter, jarak atau panjang dari tiang satu ketiang selanjutnya 10 meter.

3. Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus kedua adalah menggunakan alat bantu tali tambang dan tiang.

2. Siklus Kedua a. Rencana :

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. 2. Menyiapkan instrumen pengamatan proses pembelajaran, dapat dilihat

pada lampiran halaman 68 dan 69.

3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera digital).

4. Mempersiapkan alat bantu yang digunakan pada siklus kedua, yaitu dua buah matras, dua buah tali tambang yang masing tali berukuran 15 meter, dan dua tiang masing-masing tiang berukuran tinggi 2 meter, jarak atau panjang dari tiang satu ketiang selanjutnya 10 meter. 5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua. b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 sap. 2. Kemudian siswa melakukan pemanasan umum

3. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus kedua yaitu dengan mengguanakan bantuan tiang dan tali tambang. Pada siklus kedua gerakan yang dilakukan sama dengan gerakan pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini menggunakan alat bantu tiang dan tali tambang.


(59)

Tali tambang diikat pada kedua tiang dengan ketinggian 1,5 meter untuk tali yang diatas dan 1 meter untuk tali yang dibawah, dan tali tambang yang panjangnya 15meter, pada saat diikat ke tiang satu dengan tiang satunya panjang tali menjadi 10meter, atas 10 meter bawah 10 meter. Guna untuk menahan kedua kaki saat berada diatas. 4. Siswa dibariskan kemudian siswa dibagi menjadi tiga kelompok,

kelompok pertama terlebih dahulu melakukan gerakan handstand, kelompok kedua dan ketiga berbaris dibelakang masing-masing siswa, lalu bergantian.kemudian melakukan gerakan dengan beberapa

pengulangan agar dapat tercapai gerakan yang benar. bagian tubuh yang menyentuh tali tambang hanya bagian kaki saja, agar siswa dapat menjaga keseimbangan tubuh, lalu ditahan sampai 3 detik.

5. Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan yang dijadwalkan pada tatap muka hari tersebut

c. Observasi :

1. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan penggunaan alat bantu tali tambang yg diikat pada kedua tiang dapat berjalan dengan baik dan efektif, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus kedua.

2. Setelah tindakan dilakukan, ternyata siswa yang berhasil dan belum berhasil pada siklus kedua yaitu ada 17 siswa yang berhasil menurut kriteria KKM ± 67, dan 21 siswa yang belum berhasil masih dibawah


(60)

rata-rata yaitu 61,05. Hasil belajar pada siklus kedua belum tuntas karna persentase tingkat efektivitasnya hanya 49,85%, belum mencapai 50%. Maka siswa harus melanjutkan pembelajaran gerak dasar handstand pada siklus ketiga yaitu dengan menggunakan bantuan video

pembelajaran, guna untuk mencapai tingkat efektivitas dan dapat memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand. d. Refleksi :

1. Dari hasil observasi siswa yang berhasil ada 17 siswa dan yang belum berhasil ada 21 siswa, dapat disimpulkan dan didiskusikan dengan guru pendidikan jasmani. Dan keputusannya, siswa yang berhasil dapat mengikuti siklus ketiga untuk meningkatkan gerak handstand, dan yang belum berhasil dapat mengikuti siklus ketiga guna memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar handstand untuk mencapai nilai kriteria KKM disekolah.

2. Mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus ketiga menggunakan bantuan video pembelajaran

3. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus ketiga.

4. Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus ketiga adalaah menggunakan alat bantu video pembelajaran gerak dasar handstand. 5.

3. Siklus Ketiga a. Rencana :

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.


(61)

2. Menyiapkan instrumen pengamatan proses pembelajaran, dapat dilihat pada lampiran halaman 68 dan 69.

3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera digital).

4. Mempersiapkan alat bantu yang digunakan pada siklus ketiga, yaitu matras (2 buah matras), dan 1 set video pembelajaran serta LCD. 5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus ketiga. b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap. 2. Kemudian siswa melakukan pemanasan umum

3. Menjelaskan bentuk latihan pada siklus ketiga yaitu dengan

mengunakan video pembelajaran, pada siklus ketiga ini siswa berada dikelas karena siklus ini siswa melihat gerakan dan teknik handstand melalui video yang berisikan gambar dan gerakan serta teknik

handstand. Selesai melihat gerakan dan teknik handstand divideo, siswa dapat mencermatinya lalu melakukan gerakan handstand. Guna siswa dapat melakukan handstand dengan teknik dan gerakan dengan baik seperti gambar divideo.

4. Siswa dibariskan kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok dan berusaha melakukan gerakan handstand sampai vertikal sedikit melenting untuk menjaga keseimbangan.

5. Menginstruksikan siswa melakukan jenis latihan pada hari tersebut. c. Observasi :


(62)

1. Observasi dilakukan selama pemberian tindakan. Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan penggunaan alat bantu video pembelajaran gerak dasar handstand dapat berjalan dengan baik dan efektif.

2. Setelah tindakan dilakukan, ternyata siswa yang berhasil dan belum berhasil pada siklus ketiga yaitu ada 29 siswa yang berhasil menurut kriteria KKM, dan 11 siswa yang belum berhasil masih dibawah rata-rata. Hasil belajar pada siklus ketiga sudah tuntas karna persentase tingkat efektivitasnya 76,73% sudah melebihi kentuntasan

pembelajaran yaitu 50%. Maka pada siklus ketiga pembelajaran gerak dasar handstand dinyatakan tuntas.

d. Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan lalu didiskusikan, dan kesimpulannya pada siklus pertama tingkat efektivitas siswa hanya mencapai 42,88%

dikatakan tidak efektif, lalu pada siklus kedua persentase mencapai 49,85% dan belum efektif, dan pada siklus ketiga persentase siswa mencapai 76,73% dan dikatakan efektif. Maka pada siklus ketiga pembelajaran handstand untuk memperbaiki dan meningkatkan dikatakan tuntas menurut kriteria ketuntasan.

F. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK ( PenelitianTindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham dalam Muhajir (1997 : 5).


(63)

Alat untuk mengukur instrument dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas ) dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alat ini berupa indikator serta alat bantu yang digunakan dalam proses penelitian berupa teman, tembok, dan

bantuantambang yang diikat pada kedua tiang serta penilaian pembelajaran gerakan handstand. Instrumen untuk menganalisis keterampilan gerak dasar handstanddi setiap indikator diberi bobot nilai 1 – 5.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997) Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

Sekala penilaian :

1. 85 - 100 = Baik sekali 2. 70 - 84 = Baik 3. 55 - 69 = Sedang 4. 40 - 54 = Kurang

5. <40 = Kurang sekali ( Stuargg )

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.


(64)

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian Kompleksitas Baik sekali

< 40 Baik 40-54 Sedang 55-69 Kurang 70-84 Kurang Sekali 85-100 Daya Dukung Baik Sekali

85-100 Baik 70-84 Sedang 55-69 Kurang 40-54 Kurang Sekali < 40 Intek Siswa Baik Sekali

85-100 Baik 70-84 Sedang 55-69 Kurang 40-54 Kurang Sekali <40 Tabel 2. Poin/Skor pada setiap Kriteria yang ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian Kompleksitas Baik sekali

1 Baik 2 Sedang 3 Kurang 4 Kurang Sekali 5 Daya Dukung Baik Sekali

5 Baik 4 Sedang 3 Kurang 2 Kurang Sekali 1 Intek Siswa Baik Sekali

5 Baik 4 Sedang 3 Kurang 2 Kurang Sekali 1

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas baik sekali , daya dukung baik sekali, dan intakepeserta didik baik , maka nilai KKM-nya adalah ;

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :


(65)

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67 % secara perorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 80% siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67 ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79 ).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi persentase peningkatan hasil belajar siswa.


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan modifikasi pembelajaran dengan bantuan teman pada siklus pertama dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung, dengan rerata kelas 58,21 poin, sedangkan yang

mendapat nilai di atas rerata kelas 28,95 dan yang mendapat di bawah rerata kelas 71,05%. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 11 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 27 siswa. 2. Dengan penggunaan modifikasi alat beruapa bantuan tiang dan tali tambang

pembelajaran pada siklus kedua dapat memperbaiki proses pembelajaran meningkatkan kemampuan gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung dapat dilihat dari perolehan rerata kelas 61,05 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 44,74 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 55,26 % jika dilihat dari


(67)

perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 17 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 21 siswa.

3. Dengan penggunaan modifikasi alat dengan menggunakan video

pembelajaran pada siklus ketiga dapat memperbaiki proses pembelajarandan meningkatkan kemampuan gerak dasar handstand pada siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung, dibandingakan hasil siklus kedua lebih meningkat hasil tes siklus ketiga dan dilihat dari perolehan rerata kelas 72 poin, dan yang mendapat nilai di atas rerata kelas sebesar 76,32 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 23,68 % jika dilihat dari perolehan nilai

ketuntasan belajar yang mendapat nilai di atas nilai ketuntasan belajar siswa meningkat karena dari 38 siswa ada 29 siswa dan prosentase sebesar 76,73 % yang mencapai nilai ketuntasan belajar, sedangkan yang mendapat nilai di bawah nilai ketuntasan belajar dari 38 siswa ada 9 siswa dan prosentase sebesar 23,68 % yang tidak berhasil atau yang tidak mencapai nilai

ketuntasan belajar.

4. Proses pembelajaran gerak dasar Handstand yang dilakukan melalui tiga siklus telah mencapai keadaan yang maksimal yaitu meningkatkan gerak dasarnya saja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Dalam usaha meningkatkan efektifitas pembelajaran gerak dasar

handstanddapat digunakan alat bantu berupabantuan dari teman, palang tiang dan tali, dan video pembelajaran.


(68)

2. Pada penelitian pembelajaran gerak dasar handstand masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali dengan peneliti yang akan datang, guna menentukan tindakan yang lebih tepat agar dapat


(1)

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 80% siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67 ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79 ).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi persentase peningkatan hasil belajar siswa.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan modifikasi pembelajaran dengan bantuan teman pada siklus pertama dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung, dengan rerata kelas 58,21 poin, sedangkan yang

mendapat nilai di atas rerata kelas 28,95 dan yang mendapat di bawah rerata kelas 71,05%. Jika dilihat dari perolehan nilai ketuntasan belajar hanya 11 siswa dan yang mendapat di bawah nilai ketuntasan belajar 27 siswa. 2. Dengan penggunaan modifikasi alat beruapa bantuan tiang dan tali tambang

pembelajaran pada siklus kedua dapat memperbaiki proses pembelajaran meningkatkan kemampuan gerak dasar handstand pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 15 Bandar Lampung dapat dilihat dari perolehan rerata kelas 61,05 poin, dan yang mendapat nila di atas rerata kelas sebesar 44,74 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 55,26 % jika dilihat dari


(3)

3. Dengan penggunaan modifikasi alat dengan menggunakan video

pembelajaran pada siklus ketiga dapat memperbaiki proses pembelajarandan meningkatkan kemampuan gerak dasar handstand pada siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung, dibandingakan hasil siklus kedua lebih meningkat hasil tes siklus ketiga dan dilihat dari perolehan rerata kelas 72 poin, dan yang mendapat nilai di atas rerata kelas sebesar 76,32 % dan yang mendapat nilai di bawah rerata kelas 23,68 % jika dilihat dari perolehan nilai

ketuntasan belajar yang mendapat nilai di atas nilai ketuntasan belajar siswa meningkat karena dari 38 siswa ada 29 siswa dan prosentase sebesar 76,73 % yang mencapai nilai ketuntasan belajar, sedangkan yang mendapat nilai di bawah nilai ketuntasan belajar dari 38 siswa ada 9 siswa dan prosentase sebesar 23,68 % yang tidak berhasil atau yang tidak mencapai nilai

ketuntasan belajar.

4. Proses pembelajaran gerak dasar Handstand yang dilakukan melalui tiga siklus telah mencapai keadaan yang maksimal yaitu meningkatkan gerak dasarnya saja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Dalam usaha meningkatkan efektifitas pembelajaran gerak dasar

handstanddapat digunakan alat bantu berupabantuan dari teman, palang tiang dan tali, dan video pembelajaran.


(4)

2. Pada penelitian pembelajaran gerak dasar handstand masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali dengan peneliti yang akan datang, guna menentukan tindakan yang lebih tepat agar dapat


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Ahmad H. P, 2005. Model pembelajaran Arikunto dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Code Of Point. Instrument Penilaian.

Dahlan. M. D. 1984. Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Pembelajaran Silabus Penjas

SMP. Jakarta.

Hidayat, Iman. 1988. Senam. FPOK IKIP BDG

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Mahendra, Agus. 2000. Dasar-Dasar Senam. Dirjen Dikti.

Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Direktorat Jendral Olahraga : Jakarta. Muhajir. 1997. Siklus Peneliti Kaji Tindak

Muhajir, Neong, (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak. BPGSD, Yogyakarta.


(6)

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta. Sahara, Sayuti. 1997.Buku Materi Pokok Senam Dasar. Universitas Terbuka.Jakarta. Soekamto, T dan Winataputra, Udin.1997. Teori Belajar dan Model- Model

Pembelajaran. Dekdikbud.Jakarta.

Suharman. 1998. Metodik Senam. Universitas Terbuka. Suharsimi. 1998:1999. Pengertian Variabel Penelitian

Suleiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual. PT Gramedia. Jakarta. Sukardi. 2003. Metode penelitian

Sunarto dan Hartono, Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Surisman, 2007.Penilaian Hasil Pembelajaran.Universitas lampung. Surisman, Evaluasi Penjas 1. Universitas Lampung.

Suyanto. 1997. Peneliti Kaji Tindak

Thompson, Peter J. L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia.

Jakarta.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASARLEMPAR LEMBINGDENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII.2 DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG T.P. 2011/2012

0 6 53

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT KANGKANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

12 141 54

MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN GERAK DASAR HANDSTAND DENGAN MENGGUNAKAN BANTUAN TEMAN, TAMBANG, DAN VIDEO PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG 2011/2012

0 21 70

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN GERAK DASAR LEMPAR CAKRAM MELALUI ALAT YANG DIMODIFIKASI PADA SISWA KELAS VIII A DI SMP XAVERIUS 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012

0 15 66

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR HAND STAND MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 TANJUNG GADING BANDAR LAMPUNG

0 12 49

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MEMUKUL DALAM PERMAINAN BOLA BAKAR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI PADA SISWA KELAS VSD NEGERI 2 WAY GUBAK KECAMATAN PANJANG BANDAR LAMPUNG

0 11 37

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR RENANG GAYA BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X.2 SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG 2013/2014

2 12 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN BANTUAN TEMAN, DINDING DAN GYMBALL PADA SISWA KELAS IV SDNEGERI 4 PUJODADI PRINGSEWU

2 24 64

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MERODA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BANTUAN GURU PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 55

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN BANTUAN TEMAN, DINDING DAN GYMBALL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 SUMBEREJO KEMILING (Saiful Bahri)

0 0 12