UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT KANGKANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT KANGKANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

DAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Taufik Rahman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran gerak dasar lompat kangkang dengan menggunakan media pembelajaran dan model pembelajaran pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Class room Action Reserch), dengan dua siklus, dimana pada setiap siklus menggunakan tindakkan yang berbeda-beda. Siklus pertama menggunakan media pembelajaran video yaitu menggunakan LCD proyektor berupa video lompat kangkang, kemudian siklus kedua menggunakan metode pembelajaran bagian.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 4 Bandar Lampung kelas VII F yang berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan keterampilan gerak dasar lompat kangkang yang meliputi posisi awal, posisi persiapan, posisi akhir. Dari hasil penelitian menunjukkan siklus pertama terjadi peningkatan sebesar 53 %, dan siklus kedua terjadi peningkatan sebesar 88 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gerak dasar lompat kangkang dengan menggunakan media pembelajaran video yaitu menggunakan LCD proyektor yang berupa video lompat kangkang dan metode

pembelajaran bagian, dalam proses pembelajaran berlangsung efektif dan dapat meningkatkan pembelajaran siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT KANGKANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

DAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Taufik Rahman

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT KANGKANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Taufik Rahman Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051023

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. Drs. Suranto, M.Kes. NIP 19581210 198712 1 001 NIP 19550929 198403 1 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ...

Sekertaris : Drs. Suranto, M.Kes. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Marta Dinata, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 11 Mei 1989, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Erwanto dan Ibu Yayah Asyiah. Adik pertama bernama M. Zaki sya’bani, adik kedua bernama Fairuz salsabila dan yang terakhir bernama Alifah Nisrina Zulfa.

Pendidikan yang telah ditempuh mulai dari masuk Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiah Magelang yang diselesaikan pada tahun 1995. Kemudian masuk Sekolah Dasar (SD) yang diselesaikan di SD Negeri 1 Way Urang, Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2001. Kemudian di tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di pesantren Shuffah Hizbullah Madrasah Al Fatah Natar Lampung Selatan selama enam tahun yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTP dan SLTA) yang diselesaikan pada tahun 2007.

Di tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung pada program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Selama bersekolah penulis aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri Pencak Silat dimulai tahun 2001 hingga sekarang masih aktif sebagai atlet, pelatih maupun wasit dan juri dalam Pencak Silat.


(6)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur ku ucapakan ke hadirat

Allah SWT

atas semua nikmat

yang telah Engkau berikan kepadaku

kare

na Dia lah yang mempunyai skenario kehidupan…

Karya tulis yang sederhana ini ku persembahkan kepada

papa dan mama

yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang begitu besar

sampai sepanjang masa…

Untuk adik-adik ku, keluarga besar, pelatih serta teman-teman

beladiri Pencak Silat yang selalu mendukung ku…

Rekan-rekan dekat dan almamater kebanggaan

yang telah

mendewasakan ku…

Terima kasih atas segala kasih sayang, motivasi serta


(7)

MOTTO

...Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

(Q.S - Al-

An’am : 162)

Tiada satu pun kejadian yang luput dari skenario Allah.

(Ibnu Abdurrahman Al-Farisi)

...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah

hati menjadi tentram.


(8)

SANWACANA

Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas ridha-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Lompat Kangkang dengan Menggunakan Media Pembelajaran Video dan Metode Bagian Pada Siswa VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Unila;

2. Bapak Drs. Baharudin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila; 3. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Penjaskes FKIP Unila; 4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Drs. Suranto, M.Kes., selaku Pembimbing Kedua serta Pembimbing Akademik (PA) atas kesediaannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Drs. Marta Dinata, M.Pd, selaku Penguji Utama pada skripsi ini. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu hingga selesainya skripsi ini;

7. Para dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan semasa penulis menyelesaikan studi di Universitas Lampung; 8. Bapak dan ibu Staf Akademik FKIP Universitas Lampung;

9. Kepala SMP Negeri 4 Bandar Lampung serta dewan guru yang telah membentu menyelesaikan penelitian ini;

10.Keluarga ku papa, mama serta adik-adik ku tercinta Zaky, Bila, dan Alif yang selalu memberikan motivasi serta doa demi keberhasilan ku, serta semua keluarga besar, yang tidak bisa disebutkan satu persatu;


(9)

11. Keluarga Besar Tapak Suci Universitas Lampung, Ella, k’Asri, mb’Ve, Inay, Andro, Maritex, Roni, Dora, Ahmad, Devi, Yuli2, Hendra, Yuber, Wulan, Indah, Hana, Awal, irfan dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak menemani hari-hari ku di sekertariat tercinta;

12.Rekan-rekan seperjuangan, Dimas, Arif, Redie, Adit, Udin, Shesil, Novi, Jihad, Tika, Maya, Suwarli, Rere, Chandra, Tante, Ani, Lilis, Yandri, Badai, Rizki, Soni2 dan seluruh teman-teman angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan serta kebersamaannya selama ini;

13.Kemudian semua pihak yang tidak dapat disebutkan satun persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ikhlas, semoga Allah SWT memberikan kebaikkan yang berlimpah.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Amiin.

Bandar Lampung, 3 Mei 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 7

B. Hakikat Belajar ... 10

C. Hakikat Belajar Gerak ... 12

D. Pengertian Pembelajaran ... 14

E. Media Pembelajaran Video ... 16

F. Metode Pembelajaran ... 19

G. Metode Bagian ... 20

H. Senam ... 22

I. Senam Ketangkasan / Lompat Kangkang ... 23

J. Tahapan dalam Lompat Kangkang ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian ... 32

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

D. Subjek Penelitian ... 33

E. Rencana Tindakan ... 33


(11)

G. Teknik Analisis Data ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Format Analisis Untuk Tes Gerak Dasar Lompat Kangkang ... 38 2. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Lompat Kangkang Pada Tes Awal ... 41 3. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran

Gerak dasar Lompat Kangkang ... 42 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Lompat Kangkang Pada Tes Siklus 1 ... 46 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Lompat Kangkang Pada Tes Siklus 2 ... 48 6. Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Kangkang Pada

Setiap Siklusnya ... 48 7. Nilai Rata-Rata Gerak Dasar Lompat Kangkang Pada


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Latihan melewati rintangan kuda-kuda ... 26

2. Latihan tolakan lompatan ... 27

3. Latihan keterampilan melayang akhir dan mendarat ... 27

4. Rangkaian gerak dasar lompat kangkang ... 28

5. Spiral penelitian tindakan kelas ... 31

6. Guru memberikan penjelasan tentang materi siklus-siklus yang akan diberikan ... 84

7. Guru menjelaskan materi siklus 1 tentang media pembelajaran video .... 84

8. Siswa melakukan perenggangan ... 85

9. Siswa melakukan lari keliling lapangan ... 85

10.Siswa melakukan sikap awal ... 86

11.Siswa melakukan sikap pelaksanaan ... 86

12.Siswa melakukan sikap akhir ... 87

13.Siswa melakukan tes tiap siklusnya ... 87

14.Siklus kedua menggunakan metode pembelajaran bagian per bagian ... 88

15.Foto bersama dengan guru mata pelejaran dan siswa kelas VII F ... 88


(14)

Lampiran Halaman

1. Pedoman Penilaian Gerak Dasar Lompat Kangkang ... 58

2. Pengaolahan Data Hasil Uji Coba Insrumen Gerak Dasar Lompat Kangkang ... 60

3. Daftar Nama Siswa ... 72

4. Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Kangkang ... 73

5. Hasil Tes Siklus 1 Kemampuan Lompat Kangkang ... 74

6. Hasil Tes Siklus 2 Kemampuan Lompat Kangkang ... 75

7. Hasil Peningkatan Tes Awal ke Siklus 1 ... 76

8. Hasil Peningkatan Siklus 1 ke Siklus 2 ... 77

9. Hasil Peningkatan Pembelajaran Pada Setiap Siklus ... 78

10.Hasil Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pada Setiap Siklus ... 79

11.Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Kangkang ... 80

12.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 81

13.Dokumentasi Hasil Penelitian ... 84

14.Blangko Bimbingan Skripsi ... 89

15.Surat Penelitian Pendahuluan ... 92

16.Surat Pengajuan Judul ... 93

17.Surat Pemberian Undangan & Proposal ... 95

18.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 96

19.Daftar Hadir Seminar Hasil ... 97

20.Surat Izin Penelitian ... 9


(15)

22.Surat Keterangan Judul ... 100 23.Kartu Tes Kebugaran Jasmani ... 101


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889-1959) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras

dengan alam dan masyarakat” (Http://wawan-satu.blogspot.com/2010/11/

pengertian-pendidikan.html).

Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan Iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan

kehidupan alamiah menjadi berbudaya dan bermoral.

Pendidikan jasmani merupakan wahana yang mampu mendidik manusia untuk mendekati kesempurnaan hidup yang secara alamiah dan dapat memberikan kontribusi nyata

terhadap kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial), membantu siswa memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerak secara aman, efisien, dan efektif sehingga menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup dan


(17)

pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Materi pokok Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu : teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/ senam, aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (out door).

Dalam pelaksanaan Pendidikan Jasmani di sekolah, penguasaan tugas gerak pada berbagai cabang olahraga merupakan kesulitan yang dihadapi oleh anak didik. Teknik-teknik baku yang harus mereka kuasai sebelum dapat dikatakan berhasil memberikan pengaruh pada anak didik. Pengaruh yang timbul adalah rasa frustasi dan tidak senang pada Pendidikan Jasmani. Guru harus memberikan alternatif pendekatan atau model yang dapat menumbuhkan rasa senang dan suka berolahraga sehingga anak akan berusaha untuk menguasainya.

Dalam hal ini, guru Pendidikan Jasmani harus pandai memilih pendekatan, metode, teknik dan strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan siswa yang dibinanya, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tempat mengajar. Namun demikian guru Pendidikan Jasmani harus selalu memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut,

memperhatikan tingkat perkembangan anak didiknya, dan mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu ditentukan metode pembelajaran yang tepat dalam hal pendekatan atau model yang digunakan untuk


(18)

yang berorientasi pada prinsip latihan yang disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa diharapkan dapat meningkatkan gerak dasar lompat kangkang.

Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) tentang ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Lompat

Kangkang Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Video dan Metode Bagian Dalam Pembelajaran Senam Lantai”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Masih banyak siswa yang belum menguasai gerak dasar dalam melakukan gerakan lompat kangkang.

2. Masih banyak siswa yang tidak dapat melakukan gerakan lompat kangkang dengan benar.

3. Rendahnya hasil belajar siswa dalam melakukan gerak dasar lompat kangkang. 4. Kurang efektifnya media dan metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran

senam lantai khususnya lampat kangkang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun batasan masalah tersebut adalah hanya ingin mengetahui apakah ada peningkatan pembelajaran lompat kangkang dengan menggunakan media pembelajaran video dan metode bagian pada siswa kelas VII F SMP N 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(19)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan media pembelajaran video dan metode bagian pada pembelajaran lompat kangkang pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung dapat meningkat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk memperbaiki kemampuan gerak dasar lompat kangkang pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat kangkang pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Sebagai salah satu model pembelajaran dalam senam lantai khususnya pada gerakan lompat kangkang.

F. Manfaat penelitian

1. Bagi Siswa

Sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatan kemampuan senam lantai khususnya pada gerakan lompat kangkang.

2. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Sebagai bahan rujukan untuk melatih kemampuan senam lantai khususnya pada gerakan lompat kangkang.


(20)

Dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan gerak dasar lompat kangkang siswa. Dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani dimasa yang akan datang.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung.

2. Objek penelitian yang diamati adalah peningkatan pembelajaran lompat kangkang dengan menggunanakan media pembelajaran video dan metode pembelajaran bagian pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung.

3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Depdiknas 2007).

Menurut Marta Dinata (2009 : 6 ) “Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan”. Sedangkan menurut Cholik Mutohir (1992 : 2) mengartikan bahwa “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmoni dalam rangka membentuk manusia yang berkualitas berdasarkan pancasila”.

Pengertian Pendidikan Jasmani juga telah disepakati oleh para ahli yang merupakan terjemahan dari istilah asing Physical Education. Menurut Sumanto dan Sukiyo dalam Tri Subekti (2004) “Pendididikan Jasmani diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya yang dikelola dengan aktivitas jasmani secara sistematik menuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya”.


(22)

Melograno dalam Khomsin (2000) menyatakan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani

yang diikutinya”. Berdasarkan pengertian ini, maka pelaksanaan penjas di lapangan harus

memahami asumsi dasar berikut ini:

1. Penjas adalah proses pendidikan yang berpusat pada siswa.

2. Penjas harus memfokuskan pada keunikan dan perbedaan individu.

3. Penjas harus mengutamakan kebutuhan siswa ke arah pertumbuhan dan kematangan di dalam semua dominan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

4. Hasil penjas harus dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dicapai secara nyata. 5. Kegiatan fisik yang dilakukan meliputi semua bentuk pengalaman gerak dasar

kompetitif dan ekspresif.

Atas dasar uraian di atas maka pendidikan jasmani di sekolah tidak diarahkan untuk menguasai cabang olahraga, namun lebih mengutamakan proses perkembangan motorik siswa, sebagai subjek didik dan bukan sebagai objek didik. Pada akhirnya siswa akan menyenangi kegiatan jasmani sepanjang hidupnya, yang sangat berguna bagi diri sendiri, baik untuk masa kini maupun masa depan.

Menurut Bucher dalam Khomsin (2000), ada 5 tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan jasmani, yaitu:

1. Organik. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa mengembangkan kekuatan otot, daya tahan kardiosvaskular, dan kelentukan.

2. Neuromuskuler. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan lokomotor, keterampilan nonlokomotor, dan


(23)

bentuk-bentuk keterampilan dasar permainan, faktor-faktor gerak, keterampilan olahraga, dan keterampilan rekreasi.

3. Interperatif. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan dan membuat penilaian. Memahami peraturan permainan, mengukur keamanan, dan tata cara atau sopan santun. Menggunakan strategi dan teknik yang termasuk di dalam kegiatan organisasi. Mengetahui fungsi-fungsi tubuh dan hubungan dengan aktivitas fisik. Mengembangkan apreasiasi untuk penampilan individu. Menggunakan penilaian yang dihubungkan dengan jarak, waktu, ruang, tenaga, kecepatan, dan aturan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Memahami faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan gerak. Berkemampuan memecahkan permasalahan dan berkembangan melalui permainan.

4. Sosial. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain dengan menghubungkan individu untuk

masyarakat dan lingkungannya. Kemampuan dalam membuat penilaian dalam suatu situasi kelompok. Belajar berkomunikasi dengan orang lain. Berkemampuan untuk merubah dan menilai ide-ide dalam kelompok. Pengembangan dari fase-fase sosial dari kepribadian, sikap, dan nilai-nilai agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif. Belajar untuk membangun waktu senggang yang bermanfaat. Mengembangkan sikap yang menggambarkan karakter moral yang baik.

5. Emosional. Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Mengembangkan tindakan-tindakan positif dalam menonton dan keikutsertaan baik pada saat berhasil maupun kalah. Menyalurkan tekanan melalui kegiatan-kegiatan


(24)

fisik yang bermanfaat. Mencari jalan keluar untuk ekspresi dan kreativitas untuk diri sendiri. Mewujudkan suatu pengalaman seni yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang terkait. Berkemampuan untuk memiliki kegembiraan atau kesengsaraan.

B. Hakikat Belajar

Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian proses pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan adalah dominan bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Oleh karena itu proses belajar selalu menjadi sorotan utama khususnya bagi para ahli pendidikan.

Inisiatif belajar merupakan keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang siswa untuk mengadakan atau berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar seperti mencetuskan ide-ide belajar, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat/gagasan, dan

mengemukan saran/usul tentang pelajaran. Dengan demikian, siswa merupakan sentral dalam proses belajar, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman (Depdikbud, 1988 : 289). Menurut Slameto (2003 : 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam

interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2004 : 27)

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yaitu


(25)

bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan”. Dan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 10) mengutip dalam R. Gagne menjelaskan tentang pengertian belajar sebagai berikut.

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan

kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.

Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi

kapabilitas baru.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan 2 unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan.

Penilaian prestasi belajar siswa dapat dicantumkan dalam raport. Raport dapat berbentuk angka atau berbentuk huruf. Prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah dipelajarinya, akan tetapi juga keberhasilan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan di tempat siswa belajar.

C. Hakikat Balajar Gerak

Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut

berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasarannya yaitu menyangkut penguasaan keterampilan dan gerak tubuh.


(26)

Menurut Herman T. (2009 : 3) menyatakan, “Belajar gerak adalah belajar yang

diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh”. Sedangkan menurut Schmidt (1988: 346) Belajar gerak adalah serangkaian proses internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang akan membentuk perubahan permanen relatif terhadap kemampuan untuk merespons.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak (motorik)

merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam prilaku terampil.

Dalam menyempurnakan suatu keterampilan motorik dapat berlangsung dalam tiga tahapan. Menurut Fitts & Pasner dalam Rusli Lutan (1988 : 305), tahapan belajar gerak adalah sebagai berikut :

1. Tahap Kognitif

Tatkala seseorang baru mulai mempelajari suatu tugas, katakanlah keterampilan motorik, maka terjadi pertanyaan baginya ialah bagaimana cara melakukan tugas itu. Dia membutuhkan informasi mengenai cara melaksanakan tugas gerak yang

bersangkutan. Karena itu pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh

2. Tahap Asosiatif

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak,dan mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang


(27)

dilakukan. Akan Nampak penampilan yang terkordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten.

3. Tahap otomatis

Setelah seseorang berlatih selama berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dia memasuki tahap otomatis. Dikatakan demikian, karena pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya yang terjadi secara stimulan.

D. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang disadari dan terencana.

Pembelajaran bukan merupakan suatu proses kegiatan yang terjadi secara alami dan bersifat otomatis, tetapi suatu proses kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, yang direncanakan dan diperhitungkan sedemikian rupa agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan tercapai.

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas atau luar kelas.

Menurut Oemar Hamalik (2004 : 205) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain”. Dimyati dan Mudjiono (2002 :

297), mendefinisikan “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajara secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Gagne dan Briggs (1979 : 3) dalam juga mengartikan


(28)

“Pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun agar terjadi proses belajar pada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu unjuk kemampuan/mendemonstrasikan kinerja (performance) sebagai hasil belajar. Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai pertanyaan produktif. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini guru perlu memiliki

kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik. Dengan demikian, sedikitnya ada tiga hal strategis yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yaitu, penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi, penyediaan umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu melakukan unjuk perbuatan (Depdiknas, 2003 : 21).

Pembelajaran dapat diperoleh baik secara formal maupun non formal. Secara formal adalah melalui sekolah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Umum maupun Khusus, dan Perguruan Tinggi. Pembelajaran non formal diperoleh melalui lingkungan masyarakat/lembaga tertentu yang secara legal


(29)

keberadaannya diakui oleh masyarakat. Dalam lingkungan tersebut pembelajaran dapat diperoleh melalui lembaga-lembaga seperti organisasi kepemudaan (karang taruna, ikatan remaja masjid, persatuan olahraga dan sebagainya), kursus-kursus (lembaga pendidikan komputer, kursus montir, kursus menjahit dan sebagainya) dan paket pendidikan khusus dari pemerintah (kejar paket A dan paket B).

E. Media Pembelajaran Video

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Jadi dapat disimpulkan media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

Menurut Gagne dalam Arief S. Sadiman dkk (2005 : 6) menyatakan bahwa “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Sedangkan menurut Briggs berpendapat bahwa “Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya buku, film, kaset dan sebagainya”.

Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta belajar (Hamzah B. Uno, 2009 : 65). Dalam merencanakan pembalajaran, selain menggunakan modifikasi alat seorang guru perlu pula menetapkan alat-alat pembelajaran yang akan digunakan. Alat bantu tersebut berfungsi mengatasi keterbatasan peralatan yang tidak tersedia di dalam proses pembelajaran. Selain itu juga berfungsi dalam menyederhanakan proses pembelajaran.


(30)

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kegiatannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Disamping itu, memberikan

kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersifat spekulatif.

Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005 : 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Film atau gambar merupakan kumpulan gambar-gambar dalam frame. Dalam media ini, setiap frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Video bergerak dengan cepat dan bergantian, sehingga

memberikan visualisasi yang kontinyu. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarakan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.


(31)

Menurut Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011 : 73 ) Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan media pembelajaran video sebagai media belajar adalah sebagai berikut :

a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain.

b. Video dapat menggambarkan sesuatu proses secara tepat dan dapat disaksikan secara berulang-ulang jika diperlukan.

c. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

d. Video yang mengandung nilai-nilai positif, dapat mengundang pemikiran dan pembehasan dalam kelompok siswa.

e. Video dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.

F. Metode Pembelajaran

Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Depdikbud, 1988 : 625). Menurut Supandi dan Seba (1983 : 29) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pembelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajara untuk mencapai tujuan. Rusli Lutan (1988 : 398) menjelaskan tentang metode pembelajaran, sebagai berikut.

Suatu metode sebagai metode mengajar, cenderung diartikan sebagai suatu yang spesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar (learning fask)secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.


(32)

Metode pembalajaran yang diberikan kepada siswa mencangkup proses gerakan dalam lompat kangkang dapat diuraikan menjadi tiga sikap, yaitu : 1) Sikap persiapan, 2) Sikap pelaksanaan, dan 3) Sikap Akhir.

1. Sikap Persiapan

Siswa melakukan berdiri menghadap arah box, dan pandangan ke arah depan box. 2. Sikap Pelaksanaan

Siswa melakukan awalan lari cepat ke arah box, lalu melakukan tumpuan dengan kedua kaki hingga menolak ke depan atas, kemudian saat kedua telapak tangan menyentuh atas box, pinggul ditekuk dan kedua kaki dibuka ke samping, dengan cepat tolakkan kedua telapak tangan pada box, dan angkat dada dan kepala ke atas, setelah kedua kaki melewati box, luruskan panggul/badan, dan mendarat dengan kedua ujung kaki dan kedua lutut mengeper.

3. Sikap Akhir

Siswa melakukan berdiri dengan kedua kaki agak rapat, dan kedua lengan lurus ke atas.

G. Metode Bagian

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain (Hamzah B. Uno, 2009 : 65).

Menurut Supandi dan Laurens Seba (1983 : 38) “Metode bagian adalah cara mengajar

yang dimulai dengan mengajarkan bagian urut terkecil dari suatu bentuk keterampilan. Apabila bagian-bagian tersebut telah dikuasai dengan sempurna, barulah digabungkan menjadi suatu kesatuan”.


(33)

Metode mengajar bagian disebut juga metode mengajar elementer. Yang dimaksud dengan elementer adalah cara tertentu dalam penyajian suatu program pengajaran dengan melalui bagian-bagian terkecil. Bagian-bagian gerakan yang disusun secara bertahap dari tingkat sederhana ke gerakan yang sempurna, dari hal-hal yang mudah ke gerakan yang sukar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode bagian adalah

pengajaran yang dimulai dengan mengajarkan unit-init terkecil dari suatu keterampilan dan pada akhirnya menjadi suatu keterampilan yang utuh.

Dalam metode bagian siswa harus menguasai terlebih dahulu satu bagian, barulah ditambah dengan bagian lainnya, sehingga dapat kita ketahui bagian-bagian yang belum dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru terlebih dahulu mencari bagian mana yang kurang dalam kelemahan siswa dalam melakukan gerakan, yang kemudian untuk diperbaiki.

Kosasih (1987 : 42) menjelaskan beberapa kekurangan metode latihan bagian, yaitu: 1. Tidak akan didapat insight yaitu pengetian yang diperoleh secara mendadak dari

hubungan antara bagian-bagian tugas gerakan dengan tujuan yang akan dicapai dalam situasi keseluruhan.

2. Karena bagian demi bagian dipelajari terpisah-pisah sehingga tidak dapat mengkaitkan setiap bagian dengan keseluruhan.

3. Bagian demi bagian yang dipelajari lepas dari konteks keseluruhan tugas. 4. Siswa tidak terlihat aktif dalam pemecahan masalah yang dihadapi, bagian demi

bagian yang dipelajari terlepas dari konteks keseluruhan tugas yang harus dipelajari. 5. Tidak dilakukan restrukturisasi dari bagian ke dalam keseluruhan.


(34)

6. Memerlukan waktu yang banyak untuk mempelajari bagian demi bagian dari gerakan.

H. Senam

Menurut asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya: “untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang”. Dalam abad Yunani kuno, senam dilakukan untuk menjaga kesehatan dan membuat pertumbuhan badan yang harmonis, dan tidak dipertandingkan. Baru pada akhir abad 19, peraturan-peraturan dalam senam mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur

(Http://janulius-dlyord.blogspot.com/2009/09/artikel-senam-lantai-senam-lantai.html).

Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu (Muhajir, 2003 : 143).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran senam mempunyai sistematika tersendiri serta mempunyai tujuan yang hendak dicapai, seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan, koordinasi, atau bisa juga diperluas untuk membentuk prestasi, membentuk tubuh yang ideal, dan memelihara kesehatan.

Menurut Imam Hidayat dalam Ade Jubaedi (2008 : 10) mendefinisikan senam sebagai, “Suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual”. Sedangkan Peter H. Werner (1994) mengatakan, “Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,


(35)

kelentukan, kelincahan, koordinasi, dan kontrol tubuh”. Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya, bukan pula pola-pola gerakannya, karena gerakan apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.

Mengingat senam mempunyai fungsi yang sangat positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik, dan mental, maka olahraga senam ini diajarkan kepada siswa melalui pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah.

I. Senam Ketangkasan / Lompat Kangkang

Senam ketangkasan adalah gerakan senam yang menggunakan alat bantu yang berupa box senam atau apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan aktifitas senam (Roji, 2004 : 128). Lompat kangkang merupakan salah satu teknik dasar dari gerakan dalam senam ketangkasan. Senam alat yang dimaksud disini adalah senam dengan

menggunakan alat-alat yang dipergunakan dalam senam artistik (kecuali senam lantai).

Adapun alat yang digunakan dalam senam artistik sebagai berikut : 1. Lantai/matras (floor exercises)

2. Kuda-kuda pelana (pommel horse) 3. Gelang-gelang (rings)

4. Kuda-kuda lompat (vaulting horse) 5. Palang sejajar (parallel bars) 6. Palang tunggal (horizontal bars) 7. Palang bertingkat (uneven bars) 8. Balok keseimbangan (balance beam)

Secara umum latihan senam pada nomor senam alat mempunyai tipe gerakan yang terdiri dari gerakan ayunan, gerakan bertahan, dan keseimbangan yang baik. Untuk dapat


(36)

melakukan senam alat dibutuhkan keberanian, kesadaran bergerak cepat yang tinggi, kekuatan otot lengan dan tangan, kekuatan otot tubuh bagian depan, kekuatan otot punggung, kekuatan otot samping, gerak persendian yang baik, dan keterampilan.

Muhajir (2003 : 155), agar dapat melakukan lompatan dengan baik, maka diperlukan enam bidang keterampilan teknik melompat, antara lain sebagai berikut :

1. Berlari

Kepandaian berlari yang memadia adalah penting untuk mengembangkan keterampilan melompat dengan baik.

Cara-cara latihan lari adalah sebagai berikut :

a) Berlarilah pada ujung kaki, jari kaki menghadap ke depan.

b) Kepala tetap tegak dengan pandangan ke arah lintasan lari, papan tolak, dan kuda-kuda.

c) Ayunkan tangan ke depan dengan sikap rileks dengan irama gerak kaki yang baik (jangan menyilangkan tangan di depan tubuh atau berlari dengan tangan lurus). d) Mulailah dengan cara berlari yang baik dan tingkatkan kecepatan langkah pada

jarak 1/3 jarak sebelum kuda-kuda. 2/3 jarak terakhir bersiap-siap untuk melakukan lompatan yang serempak dan konsisten.

e) Jangan merubah langkah, pusatkan perhatian pada papan tolak dan kuda-kuda. Ketika mencapai kuda-kuda.

2. Melewati rintangan kuda-kuda (hurdling)

Melewati rintangan kuda-kuda adalah gerak peralihan dari lantai ke papan tolak. Cara melewati rintangan kuda-kuda adalah sebagai berikut :


(37)

b) Tolakkan salah stu kaki pada langkah terakhir, kemudian rapatkan kedua kaki cepat-cepat. Secara serempak tolak kuat-kuat papan itu dengan kedua ujung kaki. c) Jagalah agar kaki tetap rendah dengan lantai ketika melakukan lompatan melewati

kuda-kuda. Gerakkanlah kaki ke depan setelah melakukan tolakan pada papan, dan cepat-cepatlah rentangkan tubuh untuk membuat sikap melayang

Gambar 1.

Latihan melewati rintangan kuda-kuda

3. Melayang awal (preflight)

Sikap melayang yang terjadi antara papan tolakan hingga tangan memegang kuda-kuda disebut melayang awal (preflight). Selama sikap melayang ini, perlu sekali tubuh diluruskan cepat-cepat ke depan begitu melompat dari papan tolak. Ayunkan tangan ke depan untuk memegang kuda-kuda pada saat yang singkat tangan harus berada di atas bahu.

4. Tolakan

Fase tolakan pada lompatan terjadi selama tangan menekan pada kuda-kuda. Tujuan dari tolakan adalah kemungkinan badan bangkit dan terangkat dari kuda-kuda.

Latihan yang baik untuk meningkatkan kekuatan tolakan adalah dengan cara

melompat di atas papan tolak, dengan kedua tangan diletakkan pada permukaan kuda-kuda untuk selanjutnya melompat ke atas kuda-kuda-kuda-kuda.


(38)

Gambar 2. Latihan tolakan lompatan

5. Melayang akhir dan mendarat (postflight and landing)

Sikap melayang akhir dimulai saat tangan lepas dari kuda-kuda lompat sampai sikap mendarat. Arah melayang harus mengikuti garis lurus arah lompatan, dan dianjurkan untuk mencapai jarak sejauh mungkin dari kuda-kuda serta dilakukan dengan sikap badan yang lurus.

Untuk menguasai keterampilan mendarat serta menghindari terjadinya langkah tambahan, maka berlatihlah dengan berdiri di atas kuda-kuda dan melompat kebawah serta mendarat di atas matras. Lompatan ini dapat dilakukan dengan sikap badan lurus (lay out),jongkok atau kangkang.

Gambar 3.


(39)

J. Tahapan dalam Lompat Kangkang 1. Tahap persiapan

a) Berdiri menghadap arah box senam. b) Pandangan ke arah gerakan.

2. Tahap gerakan

a) Lakukan awalan lari cepat ke arah box senam.

b) Saat mendekati box senam, lakukan tumpuan dengan kedua kaki hingga menolak ke depan atas.

c) Saat kedua telapak tangan menyentuh atas box senam pinggul ditekuk dan kedua kaki dibuka ke samping.

d) Dengan cepat tolakkan kedua telapak tangan pada box senam, dan angkat dada dan kepala ke atas.

e) Setelah kedua kaki melewati box senam, luruskan panggul/badan dan rapatkan kedua kaki.

f) Mendarat dengan kedua ujung kaki agak rapat dan kedua lutut mengeper.

3. Akhir gerakan

a) Berdiri dengan kedua kaki agak rapat. b) Kedua lengan lurus ke atas.

Gambar 4.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang di lakukan di kelas atau lapangan.

Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

1. Penelitian – menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakkan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan – menunjukkan pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas – dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam

pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto, 2008 : 2).


(41)

Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Suharsimi Arikunto (2008 : 73), mengemukakan prinsip PTK, yaitu : a. Tidak mengganggu proses pembelajaran;

b. Harus dipersiapkan dengan rinci dan matang; c. Tindakan harus konsisten dengan rancangan; d. Masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru.

Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Sebagaimana gambar berikut.


(42)

Gambar 5.

Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins, 1993) dalam buku Supardi (2008 : 105)

Keterangan gambar di atas : 1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini

dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji

keterlaksanaan rancangan. 2. Tindakan (Action)

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dalam suatu tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.


(43)

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ditetapkan dua macam variabel.

Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Media Pembelajaran Video dan Metode Bagian.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kemampuan Lompat Kangkang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat penelitian

Nama sekolah : SMP N 4 Bandar Lampung

Alamat : Jl. Hos. Cokroaminoto No. 93 Bandar Lampung Kode Pos 35127 Telp. 0721-262710

b. Pelaksanaan penelitian

Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan.

D. Subjek Penelitian

Untuk memperoleh data suatu penelitian diperlukan suatu sumber data yang terdiri suatu subyek penelitian, seperti yang diterangkan Suharsimi (2008 : 102) : ”Subyek penelitian adalah keseluruhan obyek penyelidikan yaitu berisi seluruh siswa”. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang berjumlah 32 siswa.


(44)

E. Rencana Tindakan

Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sebanyak dua siklus. Pada setiap siklusnya diambil data atau penilaian dengan menggunakan instrument penilaian yang telah disiapkan sebelumnya, pertemuan dilaksanakan tes pendemonstrasian kemudian diantara setiap siklusnya penelitian melaksanakan kegiatan tindakan berbeda pada setiap siklus, akan tetapi setiap siklus saling berkaitan, setiap proses penelitian merupakan tindakan lanjutan dari siklus penelitian sebelumnya. Sebelum memasuki pelaksanaan penelitian siswa diberikan tes awal melakukan gerakan lompat kangkang menggunakan box senam atau teman yang membungkuk dan dinilai dengan menggunakan instrument penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya.

1. Siklus Pertama a. Rencana

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras. 3. Mempersiapkan alat peraga Proyektor agar video nampak pada layar, yang

berupa video keterampilan gerak dasar lompat kangkang untuk proses

pembelajaran, dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan. 4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan

1. Siswa dijelaskan terlebih dahulu tentang Lompat Kangkang, setelah itu siswa diajak untuk melihat gerak dasar Lompat Kangkang yang ditampilkan melalui


(45)

proyektor sehingga siswa dapat denagan jelas melihat gerak dasar lompat kangkang yang benar.

Pelaksanaan Pada Siklus 1

a. Pada siklus pertama ini siswa berada di kelas karena siklus ini siswa melihat gerakan dan teknik lompat kangkang melalui video yang berisikan gerakan serta teknik lompat kangkang.

b. Setelah melihat gerakan dan teknik lompat kangkang, siswa dapat

mencermati lalu melakukan gerakan lompat kangkang di lapangan seperti yang telah mereka lihat dalam video.

2. Setiap siswa melakukan gerakan melompat melewati box senam atau teman yang membungkuk sebanyak 5 kali pengulangan.

3. Setelah melakukan pengulangan sebanyak 5 kali, kemudian diambil data dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus pertama.

d. Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan. 2. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua.

2. Siklus Kedua a. Rencana

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.


(46)

2. Menyiapkan peralatan senam untuk proses pembelajaran, seperti matras. 3. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera).

4. Menyiapkan alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran, dengan menggunakan metode bagian, dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan.

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap.

2. Kemudian siswa diberi penjelasan bentuk latihan yang akan dilakukan pada siklus kedua.

3. Sebelumnya siswa diberikan contoh teknik melakukan lompat kangkang yang benar, dari mulai tahap persiapan, tahap gerakan, dan tahap akhir gerakan dengan menggunakan metode bagian.

Pelaksanaan Pada Siklus 2

a. Tahap persiapan : Berdiri menghadap box senam atau teman yang membungkuk, dan pandangan ke arah depan.

b. Tahap gerakan : Berlari cepat ke arah box senam atau teman yang membungkuk, lakukan tumpuan dengan kedua kaki hingga menolak ke depan atas, saat kedua telapak tangan menyentuh box senam teman yang membungkuk, dengan cepat tolakkan kedua tangan dan anggkat dada ke atas, setelah kedua kaki melewati box punggung teman, luruskan badan dan rapatkan kedua kaki, dan mendarat dengan kedua ujung kaki agak rapat dan kedua lutut mengeper.


(47)

c. Tahap akhir gerakan : Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, dan kedua lengan lurus ke atas.

4. Setiap siswa melakukan gerakan melompat melewati box senam teman yang membungkuk sebanyak 5 kali pengulangan.

5. Setelah melakukan 5 kali pengulangan, kemudian diambil data dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan pengamatan, mengoreksi dan mengevaluasi dari hasil siklus kedua.

d. Refleksi

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati Instrumen juga merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) disetiap siklusnya.

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian peningkatkan gerak dasar lompat kangkang menggunakan media dan metode pembelajaran pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 adalah Indikator gerak dasar lompat kangkang, yang terdiri dari 3 posisi yaitu: 1) posisi awalan; 2) posisi pelaksanaan; dan 3) posisi akhiran.

Cara pengambilan nilai adalah dengan menggunakan tes kualitas gerak lompat kangkang mulai dari sikap persiapan, gerakan, dan akhir gerakan. Dengan pemberian nilai mulai dari nilai 0 - 1.


(48)

Tabel 1 : Format Analisis Untuk Tes Gerak Dasar Lompat Kangkang No Indikator Kriteria Penilaian Deskripsi Skor Na

0 1 1 Persiapan 1. Berdiri

menghadap arah box senam atau teman yang membungkuk

0. Berdiri tidak menghadap box 1. Berdiri menghadap

arah box 2. Pandangan ke

arah depan

0. Pandangan tidak ke arah depan

1. Pandangan ke arah depan

2 Pelaksanaan 1. Awalan lari cepat ke arah box senam atau teman yang membungkuk

0. Tidak mengawali lari cepat ke arah box

1. Awalan lari cepat ke arah box 2. Melakukan

tumpuan dengan kedua kaki hingga menolak ke depan atas

0. Tidak melakukan tumpuan dengan kedua kaki hingga menolak ke depan atas

1. Melakukan tumpuan dengan kedua kaki hingga menolak ke depan atas

3. Saat kedua telapak tangan menyentuh atas box atau teman yang

membungkuk, pinggul ditekuk dan kedua kaki dibuka ke samping

0. Saat kedua telapak tangan menyentuh atas box, pinggul tidak ditekuk dan kedua kaki tidak dibuka ke samping 1. Saat kedua telapak tangan menyentuh atas box, pinggul ditekuk dan kedua kaki dibuka ke samping


(49)

4. Dengan cepat tolakkan kedua telapak tangan pada box atau teman yang membungkuk, dan angkat dada dan kepala ke atas

0. Kedua telapak tangan tidak segera ditolakkan dari box, dan tidak mengangkat dada dan kepala ke atas 1. Dengan cepat

tolakkan kedua telapak tangan pada box, dan angkat dada dan kepala ke atas 5. Setelah kedua

kaki melewati box atau teman yang

membungkuk, luruskan panggul/badan

0. Setelah kedua kaki melewati box, tidak meluruskan panggul/badan 1. Setelah kedua kaki

melewati box, luruskan panggul/badan 6. Mendarat dengan

kedua ujung kaki dan kedua lutut mengeper

0. Tidak mendarat dengan kedua ujung kaki dan kedua lutut tidak mengeper

1. Mendarat dengan kedua ujung kaki dan kedua lutut mengeper 3 Sikap Akhir 1. Berdiri dengan

kedua kaki agak rapat

0. Berdiri dengan kedua kaki tidak rapat

1. Berdiri dengan kedua kaki agak rapat

2. Kedua lengan lurus ke atas

0. Kedua lengan tidak diluruskan ke atas 1. Kedua lengan lurus

ke atas


(50)

Skor 0 = Jika siswa tidak melakukan gerakan dengan benar Skor 1 = Jika siswa melakukan gerakan dengan benar

Nilai = � �ℎ �� ℎ

� �ℎ � � X100

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul di setiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, prosentasi dan normatif. Untuk melihat kualitas hasil tindakan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

� =× % (Subagio dalam Sari, 2006 : 35)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan f : Jumlah yang melakukan benar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes


(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan proses pembelajaran dengan tindakan siklus pertama dan siklus kedua yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) mengenai peningkatkan kemampuan lompat kangkang menggunakan media dan metode pembelajaran pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan hasil belajar kemampuan lompat kangkang dengan menggunakan media pembelajaran video yaitu berupa video lompat kangkang dan metode bagian, hal ini karena pembelajaran yang optimal sehingga para siswa dapat menguasai gerak dasar lompat kangkang dengan baik dan siswa lebih antusias dalam proses

pembelajaran.

2. Berdasarkan hasil analisis data instrumen gerak dasar lompat kangkang diketahui bahwa pada tes awal terdapat 7 siswa yang lulus dan 25 siswa yang belum lulus dengan nilai rata-rata kelas sebesar 56. Pada siklus pertama menggunakan media pembelajaran video terjadi peningkatan hasil pembelajaran dengan prosentase

kelulusan sebesar 53% yang terdiri dari 17 siswa yang lulus dan 15 siswa yang belum lulus dengan rata-rata kelas sebesar 64. Pada siklus kedua menggunakan metode bagian terjadi peningkatan hasil pembelajaran dengan prosentase kelulusan sebesar 88% yang terdiri dari 28 siswa yang lulus dan 4 siswa yang belum lulus dengan rata-rata kelas sebesar 78.


(52)

3. Proses pembelajaran gerak dasar lompat kangkang menggunakan media dan metode pembelajaran yang dilakukan sebanyak dua siklus (empat kali pertemuan) telah mencapai target ketuntasan pembelajaran, dengan persentase 88% siswa yang lulus.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa-siswi SMP Negeri 4 Bandar Lampung agar berkonsultasi pada guru

penjaskes apabila mengalami kesulitan pada proses pembelajaran, sehingga guru dapat mencari solusi agar para siswa dapat melakukan pembelajaran dengan baik. 2. Bagi guru pendidikan jasmani agar penggunaan media dan metode pembelajaran

dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan gerak dasar lompat kangkang. 3. Bagi pembaca, kiranya penelitian ini dapat ditindak lanjuti dan dikembangkan

sehingga tidak hanya pada pembelajaran gerak dasar lompat kangkang saja penggunaan media dan metode yang dapat dipergunakan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh Silabus. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta Dinata, Marta. 2009. Dasar – dasar Pendidikan Jasmani. Universitas Lampung.

Bandar Lampung

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta

http://janulius-dlyord.blogspot.com/2009/09/artikel-senam-lantai-senam-lantai.html http://wawan-satu.blogspot.com/2010/11/pengertian-pendidikan.html

Jubaedi, Ade. 2008. Bahan Ajar Senam 1. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Khomsin. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Jasmani di Indonesia dalam Era Reformasi. Jakarta

Kustandi, Cecep & Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Ghalia Indonesia. Bogor

Lampung, Universitas. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud. Jakarta

Muhajir. 2005. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani untuk SMP. Yudistira. Bandung

Roji. 2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP. Erlangga. Jakarta

Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta


(54)

Subekti, Tri. 2004. Evaluasi Satuan Pelajaran Guru Pendidikan Jasmani SMU Negeri Se Kabupaten Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Supandi & Seba Laurens. 1983. Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK IKIP Bandung. Tarigan, Herman. 2009. Materi Pokok Belajar Motorik. Universitas Lampung.

Bandar Lampung

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta


(1)

4. Dengan cepat tolakkan kedua telapak tangan pada box atau teman yang membungkuk, dan angkat dada dan kepala ke atas

0. Kedua telapak tangan tidak segera ditolakkan dari box, dan tidak mengangkat dada dan kepala ke atas 1. Dengan cepat

tolakkan kedua telapak tangan pada box, dan angkat dada dan kepala ke atas 5. Setelah kedua

kaki melewati box atau teman yang

membungkuk, luruskan panggul/badan

0. Setelah kedua kaki melewati box, tidak meluruskan panggul/badan 1. Setelah kedua kaki

melewati box, luruskan panggul/badan 6. Mendarat dengan

kedua ujung kaki dan kedua lutut mengeper

0. Tidak mendarat dengan kedua ujung kaki dan kedua lutut tidak mengeper

1. Mendarat dengan kedua ujung kaki dan kedua lutut mengeper 3 Sikap Akhir 1. Berdiri dengan

kedua kaki agak rapat

0. Berdiri dengan kedua kaki tidak rapat

1. Berdiri dengan kedua kaki agak rapat

2. Kedua lengan lurus ke atas

0. Kedua lengan tidak diluruskan ke atas 1. Kedua lengan lurus

ke atas


(2)

Skor 0 = Jika siswa tidak melakukan gerakan dengan benar Skor 1 = Jika siswa melakukan gerakan dengan benar

Nilai = � �ℎ �� ℎ

� �ℎ � � X100

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul di setiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, prosentasi dan normatif. Untuk melihat kualitas hasil tindakan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

� =× % (Subagio dalam Sari, 2006 : 35)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan f : Jumlah yang melakukan benar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan proses pembelajaran dengan tindakan siklus pertama dan siklus kedua yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) mengenai peningkatkan kemampuan lompat kangkang menggunakan media dan metode pembelajaran pada siswa kelas VII F SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan hasil belajar kemampuan lompat kangkang dengan menggunakan media pembelajaran video yaitu berupa video lompat kangkang dan metode bagian, hal ini karena pembelajaran yang optimal sehingga para siswa dapat menguasai gerak dasar lompat kangkang dengan baik dan siswa lebih antusias dalam proses

pembelajaran.

2. Berdasarkan hasil analisis data instrumen gerak dasar lompat kangkang diketahui bahwa pada tes awal terdapat 7 siswa yang lulus dan 25 siswa yang belum lulus dengan nilai rata-rata kelas sebesar 56. Pada siklus pertama menggunakan media pembelajaran video terjadi peningkatan hasil pembelajaran dengan prosentase

kelulusan sebesar 53% yang terdiri dari 17 siswa yang lulus dan 15 siswa yang belum lulus dengan rata-rata kelas sebesar 64. Pada siklus kedua menggunakan metode bagian terjadi peningkatan hasil pembelajaran dengan prosentase kelulusan sebesar 88% yang terdiri dari 28 siswa yang lulus dan 4 siswa yang belum lulus dengan rata-rata kelas sebesar 78.


(4)

3. Proses pembelajaran gerak dasar lompat kangkang menggunakan media dan metode pembelajaran yang dilakukan sebanyak dua siklus (empat kali pertemuan) telah mencapai target ketuntasan pembelajaran, dengan persentase 88% siswa yang lulus.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa-siswi SMP Negeri 4 Bandar Lampung agar berkonsultasi pada guru

penjaskes apabila mengalami kesulitan pada proses pembelajaran, sehingga guru dapat mencari solusi agar para siswa dapat melakukan pembelajaran dengan baik. 2. Bagi guru pendidikan jasmani agar penggunaan media dan metode pembelajaran

dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan gerak dasar lompat kangkang. 3. Bagi pembaca, kiranya penelitian ini dapat ditindak lanjuti dan dikembangkan

sehingga tidak hanya pada pembelajaran gerak dasar lompat kangkang saja penggunaan media dan metode yang dapat dipergunakan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh Silabus. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta Dinata, Marta. 2009. Dasar – dasar Pendidikan Jasmani. Universitas Lampung.

Bandar Lampung

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta

http://janulius-dlyord.blogspot.com/2009/09/artikel-senam-lantai-senam-lantai.html http://wawan-satu.blogspot.com/2010/11/pengertian-pendidikan.html

Jubaedi, Ade. 2008. Bahan Ajar Senam 1. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Khomsin. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Jasmani di Indonesia dalam Era Reformasi. Jakarta

Kustandi, Cecep & Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Ghalia Indonesia. Bogor

Lampung, Universitas. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud. Jakarta

Muhajir. 2005. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani untuk SMP. Yudistira. Bandung

Roji. 2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP. Erlangga. Jakarta

Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta


(6)

Subekti, Tri. 2004. Evaluasi Satuan Pelajaran Guru Pendidikan Jasmani SMU Negeri Se Kabupaten Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Supandi & Seba Laurens. 1983. Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK IKIP Bandung. Tarigan, Herman. 2009. Materi Pokok Belajar Motorik. Universitas Lampung.

Bandar Lampung

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT KANGKANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN METODE BAGIAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

12 141 54

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 12 65

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PETA KELAS VI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 49

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 59

KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTEMPORAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 9

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI, MEDIA PEMBELAJARAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

0 23 91

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI, MEDIA PEMBELAJARAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

0 9 69

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MERODA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BANTUAN GURU PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 55

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 21 95