Sebaran daerah asal pemulung. Jenis-jenis mobilitas non permanen pemulung

72

C. Pembahasan

Pada sub pembahasan aka di uraikan tentang pembahasan-pembahasan yang lebih jelas dari hasil penelitian, meliputi sebaran daerah asal pemulung, jenis-jenis mobilitas non permanen pemulung, sumbangan pemulung terhadap pendapatan keluarga dan alasan pemulung melakukan mobilitas non permanen.

1. Sebaran daerah asal pemulung.

Dengan bergerak dari suatu wilayah menuju ke wilayah yang lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan para pemulung berharap akan mendapatkan hasil memulung yang lebih banyak. Jika mereka harus mengambil sampah setiap hari disatu tempat akan sangat sulit untuk meningkatkan pendapatannya, karena jumlah sampah pastinya akan semakin berkurang. Dengan berpindah-pindah mereka akan mendapatkan lokasi baru yang masih banyak sampahnya sehingga pendapatan mereka akan menjadi bertambah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Hadiningsih 1998:2 bahwa ada 3 cara yang ditempuh oleh masyarakat pedesaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik dari pendapatan di desanya yaitu: 1 bagi non migran akan mencari tambahan pendapatan di luar bidang pertanian. 2 bagi migran serkuler dan ulang alik akan mencari pekerjaan di luar desanya. 3 bagi migran memetap akan meninggalkan desanya pindah ke daerah lain. Daerah perkotaan merupakan lokasi yang sering diincar oleh para pemulung. Dari haril penelitian menunjukkan justru sebagian besar para pemulung tidak warga asli Kota Semarang, sebagian besar mereka dari daerah di 73 sekitar Semarang seperti Wonosobo, Grobogan, Kendal dan sekitarnya. Lebih dari 50 pemulung berasal dari Grobogan.

2. Jenis-jenis mobilitas non permanen pemulung

Berdasarkan hasil penelitian ini berarti pemulung dalam melakukan mobilitas untuk meningkatkan pendapatannya dengan cara meninggalkan desa yang sudah ditempatinya ke desa lain yang masih banyak sampahnya. Sehingga tidak mengherankan jika kehidupan pemulung selalu berpindah-pindah dan tidak pernah menetap. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar atau 86 pemulung berdomisili pada rumah bos pemulung. Hal ini dipengaruhi faktor kebutuhan hidup yang besar sehingga memungkinkan membutukan penghasilanpendapatan yang tinggi. Mereka lebih memilih jauh dari kelurga untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Mereka mondok di tempat-tempat kerja atau di bos pemulung. Mereka jarang pulang ke daerah asal. Hal ini sesuai dengan Darsono 1995:38 menginap atau mondok merupakan bentuk mobilitas penduduk yang melintasi batas suatu wilayah dalam waktu lebih dari satu hari, biasanya dilakukan oleh penduduk yang bertempat tinggal di luar batas ngelaju, mereka nginap di daerah tujuan dan mereka tidak membawa keluarganya. Lingkungan perkotaan yang memiliki banyak industri, daerah pemukiman penduduk yang padat dan tingkat mobilitas masyarakatnya yang tinggi akan menghasilkan ribuan ton sampah setiap hari. Dengan adanya teknik daur ulang sampah ternyata membuka peluang baru bagi masyarakat ekonomi lemah. Hal ini mereka manfaatkan dengan bekerja sebagai pemungut sampah atau yang biasa 74 disebut pemulung. Pekerjaan ini sering dimanfaatkan sebagai pekerjaan sampingan bagi masyarakat kelas bawah. Akan tetapi juga tidak sedikit yang melakukannya sebagai pekerjaan pokok setiap hari Menik, 2003:2. Dimana dalam penelitian diketahui bahwa terdapat 20 orang dari 60 responden atau 40 yang tidak memiliki pekerjaan lain. Mereka hanya hidup dari hasil memulung sampah di tempat-tempat pembuangan sampah.

3. Kontribusi pemulung terhadap pendapatan keluarga.