KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PEMBUATAN KTP PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PESAWARAN (Studi di Kecamatan Gedong Tataan dan Tegineneng)

(1)

ABSTRACT

THE PUBLIC SERVICE QUALITY OF MAKING KTP IN DEMOGRAPHY DEPARTEMENT AND CIVIL CENSUS

IN KABUPATEN PESAWARAN

(A Case study in Kecamatan Gedong Tataan and Tegineneng)

By

EDI PRASETYO

The public service quality of making residency card (KTP) is a public service which is needed by the society as an individual identity. In the context of making the residency card (KTP) in Kabupaten Pesawaran, it was still found the coumplaints from the society. The complaints were: the fee for making KTP that was not suitable to the regulation, and the time of making these residency cards (KTP) which sometimes could not be ensured.

The research problem of this research is ”How is the public service quality of making the residency card (KTP) in Demography Departement and Civil Census in Kabupaten Pesawaran (A Case study in Kecamatan Gedong Tataan and Tegineneng).

The objective of this research was to know how was the public service quality of making the residency card (KTP) in Demography Departement and Civil Census before and after the expansion area in Kabupaten Pesawaran. The method that was used in this research was descriptive method by using quantitative study. The data collecting technique was done by distributing questionaires to kig respondents, interview, observation, and documentation. The data analysis technique that was used was percentage technique according to Hadi Sutrisno by showing the data through table. In line with the result, it could be concluded that the public service quality of making residency card (KTP) before and after the expansion area was included in midle service quality category. The service quality before the expansion area was 55,0% and after the expansion area was 63,7%.


(2)

ABSTRAK

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PEMBUATAN KTP PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PESAWARAN

(Studi di Kecamatan Gedong Tataan dan Tegineneng)

Oleh

EDI PRASETYO

Kualitas pelayanan publik pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan bentuk layanan publik yang dibutuhkan masyarakat sebagai identitas pribadi. Pada konteks pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kabupaten Pesawaran masih ditemukan keluhan-keluhan masyarakat. Keluhan-keluhan tersebut antara lain: biaya pembuatan yang tidak sesuai dengan peraturan, waktu penyelesaian pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang terkadang tidak dapat dipastikan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas pelayanan publik pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran (Studi di Kecamatan Gedong Tatataan dan Tegineneng)?”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebelum dan setelah pemekaran yaitu di Kabupaten Pesawaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap 149 orang responden, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik prosentase menurut Hadi Sutrisno dengan penyajian data dengan menggunakan tabel.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebelum dan setelah pemekaran masuk dalam kategori kualitas pelayanan sedang. Kualitas pelayanan sebelum pemekaran yaitu sekitar 55,0% dan setelah pemekaran yaitu sekitar 63,7%.


(3)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebelum dan setelah pemekaran dilihat dari jawaban pendapat responden, observasi, wawancara, dan dokumentasi kualitas pelayananan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dikategorikan sedang.

Berdasarkan tabel pendapat responden sebelum pemekaran yaitu sebanyak 82 orang atau sekitar 55,0% mengatakan kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sedang dan pendapat responden setelah pemekaran yaitu sebanyak 95 orang atau sekitar 63,7% mengatakan kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sedang.

B. Saran

Berdasarkan simpulan bahwa kualitas pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebelum dan setelah pemekaran adalah sedang, maka saran yang ditawarkan penulis adalah sebagai berikut:

Aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran hendaknya dapat meningkatkan pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) terutama pada indikator biaya pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)


(4)

dan kesalahan pengetikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yaitu kesalahan pengetikan nama dan alamat.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah otonom yang dikemukakan oleh Hanif Nurcholis (2005: 55-56) adalah: ”satuan pemerintahan di daerah yang penduduknya berwenang mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri berdasarkan aspirasinya. Daerah ini menjadi otonom karena pemerintah pusat melakukan desentralisasi teritorial kepadanya. Dengan desentralisasi teritorial terhadap satuan politik yang ada di daerah maka jadilah daerah tersebut sebagai darah otonom”.

Secara umum, alasan yang melatarbelakangi pembentukan pemerintahan lokal atau pemekaran daerah adalah untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Asumsinya adalah dengan adanya pemerintahan lokal atau pemekaran suatu daerah (provinsi dan kabupaten) diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.

Pemekaran daerah mempunyai potensi yang cukup besar dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Karena dengan pemekaran daerah, masyarakat dapat meminta pelayanan secara cepat. Waktu dan jarak yang dibutuhkan masyarakat untuk menikmati pelayananpun diharapkan tidak menambah beban masyarakat, karena biaya yang mahal dan waktu penyelesaian yang tidak dapat dipastikan.


(6)

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah, mengamanatkan:

”pengembangan dan pemekaran suatu Daerah Otonomi Baru (DOB) merupakan salah satu alternatif dalam upaya percepatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di suatu wilayah dalam rangka peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat”.

Kemmudian Hanif Nurcholis (2005:56) mengatakan:

”ketika pemerintah pusat memberikan desentralisasi kepada daerah otonom, maka daerah otonom tersebut berhak mengurus dan mengatur urusannya sendiri berdasarkan aspirasi dan kepentingan masyarakat”. Berdasarkan pendapat Hanif Nurcholis tersebut, suatu daerah pemekaran memang layak untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Sebuah daerah otonom juga memiliki otonomi yang utuh untuk menciptakan sebuah pemerintahan lokal yang mampu memaksimalkan pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang. Maka, idealnya sebuah pemekaran daerah harus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan obyektif yang bertujuan terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tujuan pemekaran daerah tidak dapat dilihat semata-mata dari aspek administrasi dalam arti untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, tetapi juga perlu dilihat dari aspek ekonomi, politik dan sosial budaya.

Argumentasi penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien oleh pemerintahan daerah pemekaran dipertegas oleh Hanif Nurcholis (2005:33) mengatakan:

”dengan dibentuknya daerah otonom, pemerintahan darah mampu melahirkan kinerja yang lebih efisien”.


(7)

Hanif Nurcholis (2005:33) mengatakan tujuan dibentuknya pemerintahan daerah adalah:

”mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan yang terlalu besar mengenai masalah-masalah yang sebetulnya bisa diselesaikan oleh masyarakat setempat. Mendidik masyarakat untuk mengurus urusan sendiri. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Memperkuat persatuan dan kesatuan nasional, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan diberikannya kewenangan yang luas kepada daerah, akan tercipta rasa saling percaya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian, upaya untuk memisahkan diri dari pemerintah daerah menjadi kecil”.

Kebutuhan desentralisasi dari dimensi administrasi adalah untuk membangun hubungan wilayah pelayanan dengan membentuk organisasi pelaksana di wilayah kerja atau daerah untuk sejumlah tugas-tugas. Pengorganisasian wilayah didasarkan pada setiap aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu wilayah, sehingga memerlukan area kerja sendiri yang relatif sempit. Daerah otonom diyakini akan meningkatkan pelaksanaan administrasi dan pelayanan publik, karena dengan status otonom yang dimiliki, dapat memberikan peluang pada penyesuaian administrasi dan pelayanan terhadap karakteristik wilayah-wilayah yang bervariasi sebagai konsekuensi dan perbedaan-perbedaan yang dibentuk geografi.

Mutalib (1987), seperti yang dikutip oleh Yana Ekana PS dalam Makalah Analisis Pengendalian Pemekaran di Indonesia (Sebuah Tinjauan Teoritik, Normatif, dan Gagasan Awal dalam rangka Peningkatan Kualitas Daerah Otonom di Indonesia), mengatakan:

”geografi dalam pengertian fisik menjadi dasar penentuan batas-batas administrasi. Suatu wilayah geografis dengan wilayah yang relatif kecil adalah areal yang tepat untuk memberikan pelayanan yang lebih optimal karena wilayah pelayanan yang relatif sempit. Pemerintahan lebih responsif karena lebih dekat dengan komunitas yang dilayani. Partisipasi masyarakat lebih luas karena akses masyarakat yang relatif terbuka. Konsolidasi masyarakat menjadi


(8)

lebih mudah karena kedekatan institusi dengan masyarakat. Pengawasan menjadi lebih mudah karena wilayah pengawasan yang relatif sempit”.

Mengenai situasi dan kondisi pelayanan publik di Indonesia, Lijan Poltak (2006:5) mengatakan:

”semenjak bergulirnya reformasi dan maraknya pemekaran daerah, pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang sangat strategis karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung berjalan di tempat. Sedangkan implikasinya sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan publik akan dapat memperbaiki iklim investasi yang sangat diperlukan bangsa Indonesia, agar dapat keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Karena buruknya pelayanan publik di Indonesia sering menjadi variabel dominan mempengaruhi penurunan investasi yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK). Sayangnya, perbaikan pelayanan publik dalam berbagai studi yang sudah dilakukan tidaklah berjalan linear (lurus) dengan reformasi yang dilakukan di beberapa sektor publik. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat menolong bangsa Indonesia keluar dari berbagai krisis ekonomi tidaklah optimal. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami inovasi (pembaharuan), baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintahan itu sendiri”.

Agung Kurniawan ( 2005:1-2) yang dikutip oleh Lijan Poltak mengatakan: ”meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan”.

Sinambela (1992:198) yang dikutip oleh Lijan Poltak mengatakan:

”setiap manusia pada dasarnya membutuhkan pelayanan, yaitu pelayanan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia”.

Inu Kencana Syafiie dan Djamaluddin Tandjung (1999:5) yang dikutip oleh Lijan Poltak mengatakan:

”masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari pemerintah, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi


(9)

selama ini masih berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masayarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada dasarnya diperlukan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayan dan yang dilayani ke pengertian sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya diberikan kepada masyarakat terkadang menjadi pelayanan masyarakat terhadap pemerintah”.

Lijan Poltak (2006) dalam Reformasi Pelayanan Publik mengatakan:

”dalam kehidupan politik, perbaikan pelayanan publik juga sangat berdampak luas. Khususnya untuk meningkatkan kepercayaaan masyarakat kepada pemerintah. Buruknya pelayanan publik selama ini menjadi salah satu variabel penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Krisis kepercayaan masyarakat teraktualisasi dalam bentuk protes dan demonstrasi yang cenderung tidak sehat. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan publik mutlak diperlukan agar perbaikan pelayanan publik cepat diperbaiki. Karena dengan perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin baik, dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin meningkat. Dalam kehidupan sosial budaya, pelayanan publik yang buruk mengakibatkan terganggunya psikologi masyarakat. Terindikasi dari berkurangnya rasa saling menghargai di kalangan masyarakat, timbulnya rasa saling curiga, meningkatnya sikap tidak perduli terhadap pemerintah dan terhadap masyarakat”.

Salah satu bentuk pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat adalah pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP sebagai kartu identitas masyarakat menjadi sangat penting karena diperlukan untuk mengurus berbagai kebutuhan. Dengan adanya KTP sebagai kartu identitas, masyarakat secara legal dapat meminta pelayanan publik lainnya kepada pemerintah secara mudah. Dengan dibentuknya kabupaten pesawaran sebagai daerah otonom, pelayanan pembuatan KTP di kabupaten pemekaran ini diharapkan tidak membutuhkan waktu yang lama dan dengan biaya sewajarnya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung dijelaskan:


(10)

”salah satu daerah otonom di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Pesawaran. Kabupaten ini, merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan. Terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Punduh Pidada, Padang Cermin, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Kabupaten Pesawaran diresmikan oleh pemerintah pusat pada tanggal 2 November 2007. Kabupaten Pesawaran yang merupakan daerah otonom juga dituntut untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Urusan wajib yang menjadi kewenangan Kabupaten Pesawaran meliputi: Perencanaan dan pengendalian pembangunan. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Penyediaan sarana dan prasarana umum. Penanganan bidang kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan. Penanggulangan masalah sosial. Pelayanan bidang ketenagakerjaan. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah. Pengendalian lingkungan hidup. Pelayanan pertanahan. Pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil. Pelayanan administrasi umum pemerintahan. Pelayanan administrasi penanaman modal”.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 62 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) dijelaskan:

”dibentuknya Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah bahwa pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat”.

Fungsi pemerintah pada hakikatnya tidak untuk melayani dirinya sendiri, melainkan untuk melayani masyarakat serta mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat, dengan meniadakan kemiskinan dan pengangguran. Seiring dengan perubahan paradigma pembangunan saat ini yang diimplementasikan melalui kebijakan otonomi daerah, maka upaya pelayanan publik kepada masyarakat lebih didekatkan pada kebutuhan, permasalahan, kepentingan maupun aspirasi masyarakat yang dilayani di daerah pemekaran. Karena kebijakan yang menyandarkan pada kondisi dan kebutuhan daerah pemekaran pada hakikatnya


(11)

lebih mencerminkan apa yang menjadi tuntutan dan keinginan serta aspirasi masyarakat di daerah pemekaran itu sendiri dalam proses pembuatan kebijakan.

Dengan demikian, dibentuknya Kabupaten Pesawaran yang merupakan implementasi dari kebijakan publik di bidang pemerintahan, diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sehingga, masyarakat tidak lagi menjadi pelayan pemerintah, tapi pemerintahlah yang harus melayani masyarakat dengan penuh tanggung jawab. Namun, harapan peningkatan pelayanan publik di Kabupaten Pesawaran tampaknya belumlah sesuai dengan harapan.

Di Kabupaten Pesawaran masih diwarnai beberapa kelemahan dalam pelayanan pembuatan KTP. Sohibi (45 tahun) warga Desa Negeri Katon Kecamatan Negeri Katon ketika diwawancarai pada tanggal 13 Juli 2009 Pukul 14.00 WIB di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran mengatakan:

”saya telah menunggu selama empat jam di kantor dinas ini. Hemat saya, pembuatan KTP tidak lebih dari satu hari. Tapi kenyataanya, saya harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan KTP yang saya minta. Karena rumah saya jauh, saya pulang dulu, karena petugas dinas ini menyarankan untuk pulang dulu. KTP akan jadi tidak lebih dari dua minggu”.

Sedangkan Ngatini (30 tahun) warga Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan ketika diwawancarai pada tanggal 15 Juli 2009 Pukul 11.00 WIB di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran mengatakan:

”petugas di dinas ini cukup ramah ketika memberikan pelayanan pembuatan KTP, namun di kantor dinas ini panas. Ruang tunggunya terbatas. Untuk duduk saja terpaksa di teras kantor. Karena kursi mayoritas dipakai oleh petugas dan jumlah kursi juga terbatas”.


(12)

Eni Daryani (40 tahun) warga Desa Wiyono Kecamatan Gedong Tataan ketika diwawancarai pada tanggal 20 Juli 2009 Pukul 09.30 WIB mengatakan:

”saya datang ke kantor dinas ini untuk membuat KTP. Hemat saya dengan datang langsung ke kantor dinas ini, KTP jadi tidak lebih dari satu jam. Tapi, kenyataannya tidak. Kata petugas, KTP dapat diambil besok. Membuat KTP saja sehari juga tidak selesai”.

Kepala Bidang Administrasi Kependudukan dinas ini, Bapak Syarif Ismail, ketika diwawancarai pada tanggal 21 Juli 2009 Pukul 11.00 WIB mengatakan:

”aparat di dinas ini telah berusaha untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, artinya masyarakat yang datang ke kantor dinas ini akan segera dilayani. Namun, masih ada beberapa kendala untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, yaitu masih minimnya sarana dan prasarana. Pelayanan publik yang diberikan dinas ini antara lain: penerbitan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan Akte Pencatatan Sipil seperti: Akte Kelahiran, Perkawinan, Perceraian, dan Kematian”.

Untuk melihat masyarakat yang telah membuat KTP pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Rekapan KTP Periode Juni 2008 - Maret 2009

KECAMATAN KTP TERCETAK

Gedong Tataan 2425

Way Lima 2904

Kedondong 2753

Negeri Katon 4195

Tegineneng 11730

Padang Cermin 24184

Punduh Pidada 3514

Total 51493

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2010

Berawal dari keluhan-keluhan masyarakat yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana kualitas pelayanan publik pembuatan KTP pada Dinas


(13)

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran, yaitu sebelum dan setelah pemekaran.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

“Bagaimana kualitas pelayanan pembuatan KTP sebelum dan setelah pemekaran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : “untuk mengetahui kualitas pelayanan pembuatan KTP sebelum dan setelah pemekaran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran”.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran, khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) agar lebih maksimal.

2. Secara akademis penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi peneliti untuk mengembangkan teori-teori pemerintah khususnya mengenai peningkatan kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP).


(1)

lebih mudah karena kedekatan institusi dengan masyarakat. Pengawasan menjadi lebih mudah karena wilayah pengawasan yang relatif sempit”.

Mengenai situasi dan kondisi pelayanan publik di Indonesia, Lijan Poltak (2006:5) mengatakan:

”semenjak bergulirnya reformasi dan maraknya pemekaran daerah, pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang sangat strategis karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung berjalan di tempat. Sedangkan implikasinya sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan publik akan dapat memperbaiki iklim investasi yang sangat diperlukan bangsa Indonesia, agar dapat keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Karena buruknya pelayanan publik di Indonesia sering menjadi variabel dominan mempengaruhi penurunan investasi yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK). Sayangnya, perbaikan pelayanan publik dalam berbagai studi yang sudah dilakukan tidaklah berjalan linear (lurus) dengan reformasi yang dilakukan di beberapa sektor publik. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat menolong bangsa Indonesia keluar dari berbagai krisis ekonomi tidaklah optimal. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami inovasi (pembaharuan), baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintahan itu sendiri”.

Agung Kurniawan ( 2005:1-2) yang dikutip oleh Lijan Poltak mengatakan: ”meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan”.

Sinambela (1992:198) yang dikutip oleh Lijan Poltak mengatakan:

”setiap manusia pada dasarnya membutuhkan pelayanan, yaitu pelayanan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia”.

Inu Kencana Syafiie dan Djamaluddin Tandjung (1999:5) yang dikutip oleh Lijan Poltak mengatakan:

”masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari pemerintah, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi


(2)

selama ini masih berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masayarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada dasarnya diperlukan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayan dan yang dilayani ke pengertian sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya diberikan kepada masyarakat terkadang menjadi pelayanan masyarakat terhadap pemerintah”.

Lijan Poltak (2006) dalam Reformasi Pelayanan Publik mengatakan:

”dalam kehidupan politik, perbaikan pelayanan publik juga sangat berdampak luas. Khususnya untuk meningkatkan kepercayaaan masyarakat kepada pemerintah. Buruknya pelayanan publik selama ini menjadi salah satu variabel penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Krisis kepercayaan masyarakat teraktualisasi dalam bentuk protes dan demonstrasi yang cenderung tidak sehat. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan publik mutlak diperlukan agar perbaikan pelayanan publik cepat diperbaiki. Karena dengan perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin baik, dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin meningkat. Dalam kehidupan sosial budaya, pelayanan publik yang buruk mengakibatkan terganggunya psikologi masyarakat. Terindikasi dari berkurangnya rasa saling menghargai di kalangan masyarakat, timbulnya rasa saling curiga, meningkatnya sikap tidak perduli terhadap pemerintah dan terhadap masyarakat”.

Salah satu bentuk pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat adalah pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP sebagai kartu identitas masyarakat menjadi sangat penting karena diperlukan untuk mengurus berbagai kebutuhan. Dengan adanya KTP sebagai kartu identitas, masyarakat secara legal dapat meminta pelayanan publik lainnya kepada pemerintah secara mudah. Dengan dibentuknya kabupaten pesawaran sebagai daerah otonom, pelayanan pembuatan KTP di kabupaten pemekaran ini diharapkan tidak membutuhkan waktu yang lama dan dengan biaya sewajarnya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung dijelaskan:


(3)

”salah satu daerah otonom di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Pesawaran. Kabupaten ini, merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan. Terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Punduh Pidada, Padang Cermin, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Kabupaten Pesawaran diresmikan oleh pemerintah pusat pada tanggal 2 November 2007. Kabupaten Pesawaran yang merupakan daerah otonom juga dituntut untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Urusan wajib yang menjadi kewenangan Kabupaten Pesawaran meliputi: Perencanaan dan pengendalian pembangunan. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Penyediaan sarana dan prasarana umum. Penanganan bidang kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan. Penanggulangan masalah sosial. Pelayanan bidang ketenagakerjaan. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah. Pengendalian lingkungan hidup. Pelayanan pertanahan. Pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil. Pelayanan administrasi umum pemerintahan. Pelayanan administrasi penanaman modal”.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 62 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) dijelaskan:

”dibentuknya Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah bahwa pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat”.

Fungsi pemerintah pada hakikatnya tidak untuk melayani dirinya sendiri, melainkan untuk melayani masyarakat serta mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat, dengan meniadakan kemiskinan dan pengangguran. Seiring dengan perubahan paradigma pembangunan saat ini yang diimplementasikan melalui kebijakan otonomi daerah, maka upaya pelayanan publik kepada masyarakat lebih didekatkan pada kebutuhan, permasalahan, kepentingan maupun aspirasi masyarakat yang dilayani di daerah pemekaran. Karena kebijakan yang menyandarkan pada kondisi dan kebutuhan daerah pemekaran pada hakikatnya


(4)

lebih mencerminkan apa yang menjadi tuntutan dan keinginan serta aspirasi masyarakat di daerah pemekaran itu sendiri dalam proses pembuatan kebijakan.

Dengan demikian, dibentuknya Kabupaten Pesawaran yang merupakan implementasi dari kebijakan publik di bidang pemerintahan, diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sehingga, masyarakat tidak lagi menjadi pelayan pemerintah, tapi pemerintahlah yang harus melayani masyarakat dengan penuh tanggung jawab. Namun, harapan peningkatan pelayanan publik di Kabupaten Pesawaran tampaknya belumlah sesuai dengan harapan.

Di Kabupaten Pesawaran masih diwarnai beberapa kelemahan dalam pelayanan pembuatan KTP. Sohibi (45 tahun) warga Desa Negeri Katon Kecamatan Negeri Katon ketika diwawancarai pada tanggal 13 Juli 2009 Pukul 14.00 WIB di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran mengatakan:

”saya telah menunggu selama empat jam di kantor dinas ini. Hemat saya, pembuatan KTP tidak lebih dari satu hari. Tapi kenyataanya, saya harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan KTP yang saya minta. Karena rumah saya jauh, saya pulang dulu, karena petugas dinas ini menyarankan untuk pulang dulu. KTP akan jadi tidak lebih dari dua minggu”.

Sedangkan Ngatini (30 tahun) warga Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan ketika diwawancarai pada tanggal 15 Juli 2009 Pukul 11.00 WIB di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran mengatakan:

”petugas di dinas ini cukup ramah ketika memberikan pelayanan pembuatan KTP, namun di kantor dinas ini panas. Ruang tunggunya terbatas. Untuk duduk saja terpaksa di teras kantor. Karena kursi mayoritas dipakai oleh petugas dan jumlah kursi juga terbatas”.


(5)

Eni Daryani (40 tahun) warga Desa Wiyono Kecamatan Gedong Tataan ketika diwawancarai pada tanggal 20 Juli 2009 Pukul 09.30 WIB mengatakan:

”saya datang ke kantor dinas ini untuk membuat KTP. Hemat saya dengan datang langsung ke kantor dinas ini, KTP jadi tidak lebih dari satu jam. Tapi, kenyataannya tidak. Kata petugas, KTP dapat diambil besok. Membuat KTP saja sehari juga tidak selesai”.

Kepala Bidang Administrasi Kependudukan dinas ini, Bapak Syarif Ismail, ketika diwawancarai pada tanggal 21 Juli 2009 Pukul 11.00 WIB mengatakan:

”aparat di dinas ini telah berusaha untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, artinya masyarakat yang datang ke kantor dinas ini akan segera dilayani. Namun, masih ada beberapa kendala untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, yaitu masih minimnya sarana dan prasarana. Pelayanan publik yang diberikan dinas ini antara lain: penerbitan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan Akte Pencatatan Sipil seperti: Akte Kelahiran, Perkawinan, Perceraian, dan Kematian”.

Untuk melihat masyarakat yang telah membuat KTP pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Rekapan KTP Periode Juni 2008 - Maret 2009

KECAMATAN KTP TERCETAK

Gedong Tataan 2425

Way Lima 2904

Kedondong 2753

Negeri Katon 4195

Tegineneng 11730

Padang Cermin 24184

Punduh Pidada 3514

Total 51493

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2010

Berawal dari keluhan-keluhan masyarakat yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana kualitas pelayanan publik pembuatan KTP pada Dinas


(6)

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran, yaitu sebelum dan setelah pemekaran.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

“Bagaimana kualitas pelayanan pembuatan KTP sebelum dan setelah pemekaran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : “untuk mengetahui kualitas pelayanan pembuatan KTP sebelum dan setelah pemekaran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran”.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran, khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) agar lebih maksimal.

2. Secara akademis penelitian ini diharapkan menjadi bahan bagi peneliti untuk mengembangkan teori-teori pemerintah khususnya mengenai peningkatan kualitas pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP).


Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME APARATUR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN DALAM PELAYANAN PUBLIK

3 12 105

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PEMBUATAN KTP PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PESAWARAN (Studi di Kecamatan Gedong Tataan dan Tegineneng)

1 16 71

PROFESIONALISME APARATUR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN DALAM PELAYANAN PUBLIK

0 15 4

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

4 64 165

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

0 0 11

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

0 0 1

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

0 1 55

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

0 3 6

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

0 0 4

Implementasi Kebijakan Pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir (Studi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Samosir )

0 0 5