PROFESIONALISME APARATUR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN DALAM PELAYANAN PUBLIK

(1)

ABSTRAK

PROFESIONALISME APARATUR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN

DALAM PELAYANAN PUBLIK Oleh

AMRI WIJAYA

Kondisi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran dinilai masih kurang memadai dalam hal sarana-prasarana serta jumlah pegaiwainya. Jumlah permintaan pelayanan masyarakat yang banyak, tidak diimbangi oleh kondisi sarana-prasana serta jumlah pegawai yang cukup akan mengakibatkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat diberikan secara maksimal. Hal ini menuntut aparat untuk bersikap lebih profesional dan handal didalam melaksanakan segala macam bentuk kegiatan yang dilakukan sebagai pelayan publik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dekriptif, yaitu metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun secara sistematis, faktual dan akurat mengenai


(2)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari hasil kuisioner, menunjukan bahwa bahwa lebih dari 50% yaitu 62% masyarakat menilai aparat pada Dinas Kependudukan dan Pencataan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran masuk kedalam kategori “Cukup Profesional”. Dan lebih dari 50% yaitu 65% aparat menilai bahwa diri mereka didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat masuk kedalam kategori “Cukup Profesional”.


(3)

abstract

professionalism aparatur demography official and regency government civil registration pesawaran in public service by amri victory

demography official condition and regency government civil note pesawaran evaluated to still less memadai in the case of sarana-prasarana with total pegaiwai. society service request total many, will not be balanced by condition sarana-prasana with official total

enough will cause service that given to society not yet can be give according to maximal. this matter demands apparatus to posed professionaler and handal insides carry out all activity form kind that done as public waitress.

this watchfulness aims to detect professionalism aparatur demography official and regency government civil registration pesawaran in public service. watchfulness method that used watchfulness dekriptif, that is watchfulness method to formulate a that description systematically, factual and accurate hit real insident, characters with phenomenon connection that at careful final can unfold a truth.

based on watchfulness result that got from result kuisioner, demo that that is more than 50% that is 62% society evaluates apparatus in demography official and pencataan regency government civil pesawaran enter to into category “cukup profesional”. and more than 50% that is 65% apparatus evaluates that their self insides gives service to society enters to into category “cukup profesional”.


(4)


(5)

ABSTRACT

PROFESIONALISM APPARATUR’S DEMOGRAPHY OFFICIAL AND REGENCY GOVERNMENT CIVIL REGISTRATION IN PUBLIC SERVICE

By AMRI WIJAYA

The condition of recidence service and pesawaran government civil are still not competent in facility also in amount number of employe cause the service which gives to the society is not maximally. This situation forces apparatur’s for having professionalism and capability in doing every activity which is done as public service.

This reaserch has purpose for knowing apparatur’s profesionalism of service recidence and pesawaran civil government in public. The reaserche methode wich is used is deskriptif reaserce that is reaserche method for formulating a description systematically, factual ang accurate about real event, also correlation of fenomenon which will be researched and able to show a truth at last.

Based on result of the reaserch which is got from questionnaire, it shows that more than 50% that 60% civilian judge apparatur’s of service residence and pesawaran civil government as “professionalism enough” category. Are more than


(6)

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah birokrasi lebih berjaya hidup di dunia barat dari pada di dunia timur. Hal ini dapat dipahami, karena di dunia barat birokrasi telah berkembang selama beberapa abad. Suatu misal pada abad pertengahan dan seterusnya, perkembangan aparatur didalam sebuah birokrasi semakin dipacu dan didukung oleh masyarakat industri. Oleh karena rasionalitas birokrasi cenderung berhubungan dengan gejala industrialisasi, maka banyak negara yang bercita-cita menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat industri dan mengadopsi model birokrasi rasional didalamnya.

Namun demikian, bagi masyarakat yang sedang berkembang tidak semua kemanfaatan aparatur dapat dipetik dan dirasakan. Apalagi aparatur menghadapi krisis kepercayaan dari masyarakat, maka kecaman dan pesimisme semakin muncul karena banyak anggota masyarakat merasakan bahwa berbagai pola tingkah laku yang telah merupakan kebiasaan aparat tidak dapat mengikuti dan memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan masyarakatnya.


(8)

Sebagai contoh, Islamy (1998:7) menyebutkan adanya keadaan aparatur publik di sektor pemerintahan, pendidikan dan kesehatan dan sebagainya berada dalam suatu kondisi yang dikenal dengan istilah organizational slack yang ditandai dengan menurunnya kualitas pelayanan yang diberikannya. Masyarakat pengguna pelayanan banyak mengeluhkan akan lambannya penanganan pemerintah atas masalah yang dihadapi dan bahkan mereka telah memberikan semacam public alarm agar pemerintah sebagai instansi yang paling berwenang, responsif terhadap semakin menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat segera mengambil inisiatif yang cepat dan tepat untuk menanggulanginya.

Menurut Islamy (1998:7), terdapat berbagai faktor yang menyebabkan aparatur publik mengalami organizational slack yaitu antara lain pendekatan atau orientasi pelayanan yang kaku, visi pelayanan yang sempit, penguasaan terhadap administrative engineering yang tidak memadai, dan semakin bertambah gemuknya unit-unit birokrasi publik yang tidak difasilitasi dengan 3P (personalia, peralatan dan penganggaran) yang cukup dan handal (viable bureaucratic infrastructure).

Akibatnya, aparat birokrasi publik menjadi lamban dan sering terjebak ke dalam kegiatan rutin, tidak responsif terhadap aspirasi dan kepentingan publik serta lemah beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Sebagai konsekuensinya, perlu dipertanyakan mengenai posisi aparat pelayanan ketika berhadapan dengan masyarakat atau kliennya. Apakah aparatur publik itu alat rakyat? Alat penguasa? Ataukah penguasa itu sendiri?


(9)

Guna merespon kesan buruk aparatur didalam sebuah birokrasi seperti itu, maka aparatur perlu melakukan beberapa perubahan sikap dan perilakunya antara lain : (a) aparatur harus lebih mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada hal pengayoman dan pelayanan masyarakat; dan menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan; (b) aparatur perlu melakukan penyempurnaan organisasi yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif dan efesien yang mampu membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani (termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada masyarakat); (c) aparatur harus mampu dan mau melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni : pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas, efesiensi biaya dan ketepatan waktu; (d) aparatur harus memposisikan diri sebagai fasilitator pelayan publik dari pada sebagai agen pembaharu pembangunan; (e) aparatur harus mampu dan mau melakukan transformasi diri dari birokrasi yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.

Dari pandangan ini, dapat disimpulkan bahwa aparatur birokrasi yang mampu memberikan pelayanan publik secara efektif dan efesien kepada masyarakat, salah satunya jika strukturnya lebih terdesentralisasi dari pada tersentralisasi. Sebab, dengan struktur yang terdesentralisasi diharapkan akan lebih mudah mengantisipasi kebutuhan dan kepentingan yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga dengan cepat aparatur dapat menyediakan pelayanannya sesuai yang diharapkan masyarakat pelanggannya.


(10)

Sedangkan dalam kontek persyaratan budaya organisasi birokrasi, perlu dipersiapkan tenaga kerja atau aparat yang benar-benar memiliki kemampuan (capability), memiliki loyalitas kepentingan (competency), dan memiliki keterkaitan kepentingan (consistency atau coherency).

Oleh karena itu, untuk merealisasikan kriteria ini Pemerintah sudah seharusnya segera menyediakan dan mempersiapkan tenaga kerja birokrasi professional yang mampu menguasai teknik-teknik manajemen pemerintahan yang tidak hanya berorientasi pada peraturan (rule oriented) tetapi juga pada pencapaian tujuan (goal oriented).

Menurut Johnson (1991:16) istilah professional dan professionalisasi, Pertama, dipergunakan untuk menunjuk pada perubahan besar dalam struktur pekerjaan, dengan jumlah pekerjaan-pekerjaan professional, atau bahkan pekerjaan-pekerjaan halus (white collar jobs) yang meningkat secara relative dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya, baik sebagai akibat perluasan kelompok pekerjaan yang sudah ada ataupun sebagai akibat munculnya pekerjaan-pekerjaan baru di bidang jasa.

Kedua, dipergunakan dalam arti yang hampir sama dengan peningkatan jumlah asosiasi pekerjaan yang mengupayakan adanya pengaturan rekrutmen dan praktek dalam bidang pekerjaan tertentu. Ketiga, memandang professionalisasi sebagai suatu proses yang jauh lebih rumit yang menunjuk pada suatu pekerjaan dengan sejumlah atribut prinsip-prinsip professional yang merupakan unsur-unsur pokok profesionalisme. Keempat, menunjuk pada suatu proses dengan urutan yang tetap, yaitu suatu pekerjaan dengan


(11)

tahap-tahap perubahan organisatoris yang dapat diramalkan menuju bentuk akhir profesionalisme.

Substansi pelayanan publik selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keanekaragaman kepentingan dan tujuan.

Oleh karena itu institusi pelayanan publik dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah. Jika pemerintah, maka organisasi birokrasi pemerintahan merupakan organisasi garis terdepan (street level bureaucracy) yang berhubungan dengan pelayanan publik. Dan jika non-pemerintah, maka dapat berbentuk organisasi partai politik, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan yang lain. Siapa pun bentuk institusi pelayanananya, maka yang terpenting adalah bagaimana memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan, aparatur didalam sebuah birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai program-program pembangunan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah. Tetapi dalam kenyataannya, aparatur yang dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan tersebut, seringkali diartikulasikan berbeda oleh masyarakat. aparatur didalam


(12)

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan (termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan publik) diberi kesan adanya proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat menyelesaikan urusannya berkaitan dengan pelayanan aparatur pemerintahan. Akibatnya, aparatur dalam sebuah birokrasi selalu mendapatkan citra negatif yang tidak menguntungkan bagi perkembangan birokrasi itu sendiri (khususnya dalam hal pelayanan publik).

Kemampuan untuk menyediakan dan memberikan pelayanan publik yang berkualitas dan tepat sasaran merupakan salah satu indikator terpenting dalam mewujudkan keberhasilan suatu pemerintahan daerah. Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang berkembang dan berubah secara dinamis.

Dengan demikian peranan dan cara kerja pemerintah harus berubah sesuai dengan tuntutan dan dinamika masyarakat. Pelayanan umum pemerintah yang melibatkan seluruh aparatur pemerintah semakin terasa dengan adanya peningkatan masyarakat terhadap hak atas pelayanan yang berkualitas. Namun ternyata hak masyarakat atas perseorangan belum dapat dipenuhi secara memuaskan oleh aparatur pemerintah.

Berbagai media massa, seperti siaran televisi atau koran sering mengulas berbagai kelemahan pemerintah dalam memberikan pelayan publik mulai dari pengurusan KTP, pembuatan Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, dan lain sebagainya. Untuk itu, pemerintah telah bersikap benar dengan memperioritaskan pengesahan Rancangan Undang-Undang Pelayanan Publik


(13)

dan Rancangan Undang-Undang Reformasi Pemerintah pada tahun 2008 sebagai acuan aparatur pemerintah memberikan layanan kepada masyarakat. Keadaan seperti itu menuntut penyelenggaraan menjadi professional dan handal dalam memberikan suatu layanan kepada masyarakat.

Secara umum, Sundarso (2006:14) menyebutkan bahwa :

“Masyarakat sekarang menuntut pelayanan yang sederhana, adanya kejelasan dan kepastian, keamanan dan kenyamanan, keterbukaan, efisiens dan ekonomis, keadilan dan ketepatan waktu. Ini mengakibatkan kinerja birokrasi pemerintah harus terus menerus memperbaiki dirinya. Bila tidak meningkatkan performance-nya, masyarakat akan kecewa dan bila tersedia alternatif pelayanan lain maka dapat dipastikan masyarakat akan mengambil alternatif tersebut”.

Sehubungan dengan lingkup dan penyedian layanan publik, Nurcholis (2004:13) menyebutkan bahwa :

”Kesejahteraan masyarakat merupakan fungsi pelayanan pemerintah daerah. Artinya kesejahteraan masyarakat akan terwujud manakala pemerintah daerah memberikan pelayanan publik tersebut mencakup pelayanan perseorangan dan kelompok, pelayanan dalam bidang pembangunan sarana dan prasarana untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi, dan pelayanan dalam bidang perlindungan masyarakat”.

Organisasi pemerintah dalam menjamin terpenuhnya kepentingan masyarakat dapat dilihat dari fungsi pengaturan kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah membawa paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengubah secara mendasar praktek-praktek penyelenggaraan pemerintah di daerah.


(14)

Menurut pendapat Agus Dwiyanto (2006:45), mengatakan bahwa : Orientasi kekuasaan penyelenggaraan pelayanan publik yang amat kuat selama ini telah membuat birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk memberikan pelayan publik. Selanjutnya dikatakan oleh Lijan Poltak Sinambela (2006:33) bahwa : pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami pembaharuan, baik dari sisi paradigma maupun dari format pelayanan seiring meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri.

Oleh sebab itu birokrasi dan para pejabatnya agar tidak menempatkan dirinya sebagai penguasa dari pada sebagai pelayan masyarakat, yang akan menyebabkan sikap dan prilaku birokrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik cenderung mengabaikan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Peningkatan kualitas birokrasi atau aparat menjadi titik sentral dari peningkatan daya saing, tidak terkecuali sumber daya manusia pada aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Keterlambatan dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia akan berakibat pada kurang responsifnya aparat terhadap tuntutan-tuntutan dan terhadap tantangan-tantangan yang muncul dalam era globalisasi. Namun, perlu tetap diingat bahwa kemampuan yang dimiliki tidak akan dapat dikembangkan jika mereka bekerja pada suatu sistem birokrasi pemerintah yang tidak memungkinkannya untuk mengembangkan kemampuan tersebut.

Aparat pemerintah harus mempunyai kemampuan yang profesional. Artinya, aparat pemerintah dituntut untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan


(15)

penyelenggaraan negara meliputi berbagai aspek kehidupan. Namun, disisi lain juga harus ahli dibidangnya yakni pemerintahan. Dengan seperti itu, kualitas birokrasi pemerintah yang diharapkan akan menciptakan suatu kinerja birokrasi yang lebih baik, efektif dan efisien.

Menurut pendapat Agus Dwiyanto (2006:11) mengatakan bahwa :

“Kajian mengenai kinerja birokrasi publik, terutama yang terlibat dalam pelayanan publik, memiliki nilai yang amat strategis. Informasi mengenai kinerja birokrasi pelayanan publik dan faktor-faktor yang ikut membentuk kinerja birokrasi tentu amat penting untuk diketahui agar kebijakan yang holistik untuk memperbaiki kinerja bisa dirumuskan”. Tanpa didasarkan pada informasi yang akurat dan realibel, kebijakan reformasi birokrasi tidak akan mampu menyentuh semua aspek dimensi persoalan yang selama ini menghambat upaya perbaikan kinerja birokrasi publik. Pengalaman selama ini menunjukan bahwa berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki kinerja birokrasi tidak pernah mampu menghasilkan perubahan yang berarti. Hal ini terjadi karena kebijakan tersebut gagal menyelesaikan berbagai masalah yang selama ini ikut memberikan kontribusi pada rendahnya birokrasi.

Berkaitan dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, keberadaanya sangatlah strategis di dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (public servise). Menurut Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983 tentang Penataan dan Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Pencatatan Sipil menyebutkan bahwa :

“Pelayanan yang diberikan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil antara lain adalah pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Akta pengesahan Pengakuan


(16)

Anak, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Surat Kenal Lahir dan lain sebagainya yang berkaitan langsung dengan bidang kependudukan dan catatan sipil”.

Walaupun Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah menjalankan tugas awalnya sebagai penyedia jasa layanan publik, namun berbagai media massa, seperti siaran televisi atau koran masing sering mengulas berbagai kelemahan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik mulai dari biaya pembuatan administrasi yang relatif tinggi di atas kewajaran dan kinerja aparat di nilai belum memadai seperti pada waktu jam kerja kantor aparat sering datang tidak tepat waktu bahkan sering tidak ada di tempat.

Pada saat ini, masyarakat berharap agar aparat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dapat melayani secara profesional segala bentuk kebutuhannya. Harapan semacam itu tentu saja menuntut adanya perbaikan kinerja pelayanan aparat agar fungsi pelayanan yang diselenggarakan dapat benar-benar sesuai dengan keinginan serta tuntutan masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada saat berurusan dengan aparat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil seperti kasus dalam hal pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Pembuatan Akta Kelahiran terkesan sangat lamban dan berbelit-belit, tidak tepat waktu, tidak jelas biayanya serta bermacam-macam syarat yang di minta seperti yang dialami sebagian besar orang ketika ingin mengurus pelayanan publik.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan komponen penyelenggaraan pelayanan publik yang memiliki tugas sebagai penyedia jasa


(17)

layanan di bidang administrasi kependudukan dan catatan sipil. Di mana administrasi kependudukan dan catatan sipil merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat sebagai bukti (legitimasi) penduduk yang sah.

Adapun kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran letaknya relatif tidak terlalu jauh dari ibukota Kabupaten Pesawaran itu sendiri. Dengan kata lain, maju dan cepat berkembangnya suatu wilayah tentunya didasari oleh kemampuan seorang aparat dalam memberikan pelayanan publik dengan baik. Namun, dari segi kualitas pelayanan aparat dalam hal administrasi kependudukan dan catatan sipil masih jauh dari kenyataan yang diinginkan, seperti ; biaya pelayanan yang ditetapkan tidak sesuai dengan besarnya tarif yang telah ditetapkan, serta kedisiplinan aparat pemberi layanan yang masih rendah.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, yang menjadi dasar peneliti untuk mengukur Profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik ?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, penelitian ini sebagai salah satu bahan kajian ilmu pemerintahan khususnya manajemen pemerintahan.

2. Secara Prakatis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran terhadap Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran di dalam memberikan pelayanan secara profesional.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Aparat Dalam Pelayanan Publik

1. Profesionalisme

Upaya pelayanan aparatur pemerintah memberikan andil yang relatif besar kepada penyelenggaraan negara. Semua yang terdapat dalam cakupan penyelenggaraan negara tidak terlepas dari konteks public service dan public affairs, sebagai contoh, pengelolaan barang dan jasa publik dituntut efisien dan efektif, sedangkan konsekuensi dan pengelolaan sebagian besar menjadi tanggung jawab aparatur pemerintah atau birokrasi publik. Peran aparatur pemerintah yang strategis akan banyak ditopang oleh bagaimana aparatur birokrasi publik mampu melaksanakan tugas dan fungsinya. Untuk itu, dalam rangka menopang pelayanan publik yang profesional dituntut terpenuhinya prinsip the right man in the right place.

Terabaikannya unsur profesionalisme dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi pemerintahan akan berdampak kepada menurunnya kualitas penyelenggaraannpemerintahan dan pelayanan publik. Profesionalisme disini lebih ditujukan kepada kemampuan aparatur dalam memberikan pelayanan yang baik, adil, dan inklusif dan tidak hanya sekedar kecocokan keahlian dengan tempat penugasan. Sehingga aparatur dituntut untuk


(20)

memiliki kemampuan dan keahlian guna memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat kedalam kegiatan dan program pelayanan.

Menurut Sianipar dalam (Sundarso, 2006:44) mengungkapkan bahwa : “Untuk menjadikan seorang profesional dalam memberikan pelayanan, aparatur pemerintah harus memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang bidang tugas masing-masing sebagaimana dinyatakan bahwa pelayanan profesional adalah kemampuan seseorang yang memiliki profesi melayani kebutuhan orang lain atau profesional menanggapi kebutuhan has orang lain”.

Sedangkan profesionalisme menurut Departemen Dalam Negeri (2004:13) adalah : Kehandalan dalam pelayanan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan.

Pengertian di atas disimpulkan bahwa, melayani kepentingan masyarakat haruslah dibutuhkan atau diperlukan konsentrasi yang maksimal dari petugas. Jadi, yang diharapkan adalah pelaksanaan pekerjaan yang sepenuh hati dan penuh rasa tanggung jawab agar masyarakat yang dilayani merasa terpuaskan kebutuhannya.

Apabila kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan sangat tinggi maka hal tersebut dapat menjadi indikator kinerja organisasi pemerintahan yang objektif dan efisien. Djoko Widodo (2007:189) memberikan penekanan kepada pentingnya pelayanan publik oleh organisasi publik


(21)

(birokrasi) yang lebih profesional, efektif, efisien, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adatif.

Pada sisi yang lain, dalam era globalisasi membuat komunikasi dan informasi terbuka luas dan mengalir dengan cepat dalam masyarakat internasional, nasional dan lokal, keterbukaan informasi ini membuat kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik menjadi meningkat. Oleh sebab itu, aparatur harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang cepat berubah agar dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan layanan yang diinginkan masyarakat. Sedangkan pelayanan publik yang profesional menurut Djoko Widodo (2007:270) adalah pelayanan pemberi layanan (aparatur pemerintah).

Upaya untuk mencari paradigma baru dalam meningkatkan profesionalisme aparatur yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi bukanlah pekerjaan mudah maka kemampuan aparatur untuk beradaptasi dengan fenomena yang terjadi merupakan jawaban bagi permasalahan tersebut. Pentingnya kemampuan aparatur dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan eksternal dan internal organisasi dijadikan tolak-ukur dalam melihat profesionalisme aparatur.

Menurut Sianipar dalam (Sundarso, 2006:51) dijelaskan tentang pengukuran profesionalisme sebagai berikut :

“Kemampuan beradaptasi, Kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan fenomena global dan fenomena nasional; Mengacu kepada misi dan nilai (mission & values-driven professionalism), Birokrasi memposisikan diri sebagai pemberi pelayanan kepada publik dan


(22)

dalam mewujudkan tujuan organisasi yang berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai organisasi”.

Sedangkan menurut pandangan Joko Widodo (2007:45) profesionalisme dalam diri aparat dilihat dari segi :

a. Kreatifitas (creativity)

Kemampuan aparatur untuk menghadapi hambatan dalam memberikan pelayanan kepada publik dengan melakukan inovasi. Hal ini perlu diambil untuk mengakhiri penilaian miring masyarakat kepada birokrasi publik yang dianggap kaku dalam bekerja. Terbentuknya aparatur yang kreatif hanya dapat terjadi apabila; terdapat iklim yang kondusif yang mampu mendorong aparatur pemerintah untuk mencari ide baru dan konsep baru serta menerapkannya secara inovatif; adanya kesediaan pemimpin untuk memberdayakan bawahan antara lain melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan, mutu hasil pekerjaan, karier dan penyelesaianpermasalahan tugas.

b. Inovasi (innovasi)

Perwujudannya berupa hasrat dan tekad untuk mencari, menemukan dan menggunakan cara baru, metode kerja baru, dalam pelaksanaan tugasnya. Hambatan yang paling mendasar dari perilaku inovatif adalah rasa cepat puas terhadap hasil pekerjaan yang telah dicapai. c. Responsifitas (responsivity).

Kemampuan aparatur dalam mengantisipasi dan menghadapi aspirasi baru, perkembangan baru, tuntutan baru, dan pengetahuan baru, birokrasi harus merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Adanya profesionalisme merupakan kondisi agar tugas dan fungsi organisasi dapat mencapai tujuannya sesuai dengan harapan bersama terutama harapan masyarakat, serta memberi pengaruh penting dalam menghasilkan kinerja yang baik pada suatu organisasi. Dengan demikian, berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diartikan bahwa profesionalisme aparat merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan aparatur pemerintah.


(23)

Mengkaji lebih dalam tentang profesionalisme, Wigjosoebroto dalam (Joko Widodo (2007:13) mengemukakan bahwa : profesionalisme merupakan suatu paham cara dan ciri dalam melakukan kerja di dalam masyarakat yang apabila diukur dari segi kecepatannya sebagai berikut : a. Memiliki Kemauan

Menunjukan adanya kemauan untuk bekerja serta selalu merealisasikan nilai kebijakan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, yang karena itu tidak mengharapakan upah materi oleh pihak profesional pelakuknya, melainkan demi tegaknya kehormatan diri. b. Memiliki Kemampuan Teknis

Dikerjakan berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh para profesional serta bermutu tinggi, sehingga pada prakteknya akan menghasilkan nilai yang baik serta akan mampu mengetahui apa yang diinginkan oleh masyarakat.

c. Menaati Kode Etik

Dalam melaksanakan tugasnya, para pelaku profesional diharapkan untuk menaati peraturan berdasakan kode etik yang dikembangakan dan telah disepakati bersama. Dalam ini mematui segala macam bentuk peraturan serta tupoksi dari masing-masing organisasi.

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2009:92) mengemukakan bahwa, aparat didalam sebuah institusi pemerintahan dapat dikatakan profesional apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Terampil, Kreatif, Inovatif

Aparat harus mampu melahirkan ide-iede terbaru didalam melaksanakan atau didalam merumuskan suatu pekerjaan serta mampu dengan tanggap merespon kendala-kendala yang terjadi pada saat melaksanakan sebuah pekerjaan.

b. Komitmen Terhadap Tugas, dan Program

Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, aparat harus berkomitmen dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya, disiplin didalam melaksanakan tugas, serta berpegang teguh pada setiap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan besama.


(24)

c. Komitmen Terhadap Pelayanan Publik

Aparat harus memiliki kejujuran didalam melaksanakan sebuah pekerjaan terutama menyangkut hak layak orang ramai serta mampu menerima atau peduli terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh pihak luar yan dalam hal ini publik.

d. Bekerja Berdasarkan Sifat dan Etika

Aparat harus mampu menerapkan ilmu yang dimiliki atau yang dikuasai untuk digunakan demi kepentingan masyarakat serta memiliki rasa tanggung jawab kepada bangsa, negara, serta diri sendiri atas ilmu-ilmu yang diterapkan tersebut.

e. Memiliki Daya Tangkap dan Akuntabilitas

Memiliki kesiapan atau respon yang sangat cepat didalam melakukan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan serta memiliki kesiapan didalam menghadapi permasalahan yang datang dari luar (masyarakat) atau pun yang datang dari dalam (aparat).

f. Tanggung Jawab.

Didalam setiap melaksanakan pekerjaan, aparat harus memiliki rasa penuh tanggung jawab. Dalam hal ini bekerja berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

g. Memaksimalkan waktu dengan efektif dan efisien

Selalu melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu dan tidak menghabiskan biaya yang tinggi dari setiap pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa, permasalahan aparatur pelayanan publik adalah suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat ditemukan jalan pemecahannya dengan cara peningkatan kualitas diri atau profesionalisme. Oleh sebab itu, seseorang aparat pemerintah harus mempunyai kemampuan yang handal. Artinya, aparat pemerintah dituntut untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara meliputi segala aspek kehidupan dan juga harus memiliki keahlian yang handal dibidangnya yakni pemerintahan.


(25)

Menurut H.A.S Munir (2006:62) mengatakan bahwa : Dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai maka pelaksanaan tugas/pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat dan memenuhi keinginan semua pihak, baik manajemen itu sendiri maupun semua pihak. Artinya, setiap orang yang berada dalam suatu organisasi termasuk organisasi publik harus memiliki keahlian dan keterlampilan sesuai dengan bidang tugasnya.

Keahlian dan keterampilan tersebut dibutuhkan dalam melaksanakan tugas- tugas yang diemban organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal dan juga dengan memiliki pegawai yang profesional dalam bertugas untuk mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut. Setelah itu, maka yang akan dihasilkan adalah kerja yang bermutu tinggi, waktu yang sesuai dengan prosedur dan bisa diikuti masyarakat yang dilayani.

Melihat uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme aparat merupakan sikap dan prilaku aparat yang mampu dan handal serta berpengetahuann yang luas dibidangnya yang diharapkan mampu melakukan pekerjaannya dalam melayani masyarakat banyak sesuai dengan bidang dan tugas yang diembannya. Diharapkan dengan adanya profesionalisme aparat dapat mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri maupun masyarakat ataupun pihak-pihak yang bberkepentingan lainya. Dari beberapa faktor profesionalisme dan berdasarkan pengamatan penulis bahwa faktor profesionalisme sangat berpengaruh terhadap kinerja aparat dalam bidang pelayanan publik.


(26)

2. Aparat

Menurut Pater Al Blau dan Charles H. Page dalam (Bintoro 1987:71) aparat dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Aparat adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengordinasikan secara sitematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang.

Perhatian perlu diberikan dalam hubungannya dengan peranan aparat di dalam suatu masyarakat yang mengadakan perubahan kearah pembaruan. Aparatur dapat menjadi kekuatan yang baik untuk pertumbuhan sebagai hasil pelaksanaan kegiatan yang efisien, tetapi juga dapat menjadi alat yang menghambat perubahan. Dalam hal ini, aparat dapat berkembang ke arah salah satu diantara kedua hal tersebut. Aparat dapat menghambat perubahan sosial jika yang lebih menonjol adalah apa yang disebut sikap “ritualis”.

Keefektifan setiap organisasi untuk mencapai tujuannya sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia yang ada di dalamnya. Perilaku individu merupakan sumber daya yang sangat menentukan dalam suatu organisasi. Demikian pula halnya dengan organisasi negara; perilaku aparatur negara akan sangat menentukan kualitas negara sebagai badan hukum publik dalam memberikan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas perilaku aparatur agar mempunyai kemampuan


(27)

mengayomi dan melayani masyarakatnya, sehingga dapat diharapkan menumbuhkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Dalam The East Asian Mircle dalam (Agus Prumusinto 2009:139) dinyatakan bahwa salah satu kunci sukses di negara Asia Timur ialah adanya aparatur negara yang kuat, power full dan professional. Aparatur negara ini ditandai oleh sifat netral, dalam arti terpisah dari berbagai pengaruh tekanan dari luar. Aparatur dituntut mempunyai kemampuan di dalam melakukan inovasi dan menjabarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

Masalahnya sekarang, bagaimana meningkatkan kualitas aparat untuk mampu melayani masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan inisiatif dan peran aktif masyarakat. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa peranan yang dilakukan oleh aparatur negara di Indonesia sangat kompleks melampaui kapasitas yang dimiliki, tidak hanya memberikan pelayanan umum, tetapi juga melindungi dan mengayomi semua kepentingan masyarakat.

Berkaitan dengan fungsi aparatur negara, Agus Prumusinto dkk (2009:145) mengemukakan bahwa : setiap upaya untuk menggabungkan memerintah dan melaksanakan dalam skala besar akan mensejajarkan kemampuan pengambilan keputusan. Setiap upaya agar semua organ pengambilan keputusan benar-benar berjalan, berarti juga adanya pelaksanaan yang sangat buruk.


(28)

Memperhatikan pendapat di atas, jelas mengisyaratkan bahwa upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh aparatur negara dan sekaligus memberdayakan masyarakat adalah dengan melakukan pemisahan antara fungsi mengemudi/mengarah (Sterring) dan fungsi mendorong (rowing)

Fungsi mengemudi/mengarahkan dilaksanakan oleb aparatur negara, dengan melakukan upaya-upaya yang senantiasa mengerahkan segenap potensi yang ada untuk mencapai tujuan negara. Upaya ini dapat dilakukan dengan kebijakan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan masyarakat yang melaksanakan fungsi mendayung, harus mempunyai keberdayaan untuk menggerakkan sumber daya yang dimilikinya untuk mendorong sesuai dengan arah yang telah ditentukan oleh aparatur negara.

Mc Rae dalam (Agus Prumusinto, 2009:245) mengemukakan bahwa, pelayanan dan pengayoman yang dilakukan oleh aparatur negara kepada masyarakat dalam hubungannya dengan sistem Pemerintahan Indonesia, dilihat dan karakteristik pelayanan dapat dilakukan pembagian dalam tiga pelayanan, yakni :

1. Pola pelayanan efektif, merupakan pelayanan yang diberikan oleh aparatur negara dengan penekanan lebih menitikberatkan pada pencapaian tujuan, dengan tanpa memperhitungkan perbandingan antara besarnya input yang harus diberikan dan output yang akan diterima. Oleh karena itu aparatur negara yang melaksanakan pelayanan ini mempunyai kualifikasi khusus, yakni menjamin bahwa tujuan tercapai. Pola pelayanan efektif ini adalah pelayanan yang diberikan oleh aparatur unsur pertahanan dan keamanan.


(29)

2. Pola pelayanan efektif dan efisien, merupakan pelayanan yang dilakukan oleh aparatur negara dengan pola pelayanan yang menitikberatkan disamping untuk pelayanan yang semata-mata untuk mencapai tujuan (efeknya), juga melaksanakan pola pelayanan yang senantiasa memperhatikan perbandingan terbaik antara input dan output. Pola pelayanan efektif sekaligus efisien dilakukan oleh unsur birokrasi baik urusan pemerintahan umum maupun urusan umum pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah dan desa.

3. Pola. pelayanan efisein merupakan pola pelayananan yang dilakukan oleh aparatur negara yang senantiasa menitikberatkan pelayanan pada prinsip efisien pengertian bisnis, yakni berusaha untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya untuk semua kegiatan yang dilakukan. Pola pelayanan yang melaksanakan prinsip efisien secara bisnis, seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tingkat pusat, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di daerah.

Sesuai dengan pola pelayanan yang dilakukan oleh aparatur negara sebagaimana yang dikemukakan di atas, upaya untuk meningkatkan kualitas dan disiplin agar mampu melayani dan mengayomi masyarakat, harus sesuai pula dengan karakteristik pelayanan yang diberikan.

3. Pelayanan Publik

Menurut Nurcholis (2004:175) mengemukakan bahwa : pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh negara dan perusahan milik negara kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan menurut Sianipar (2001:5) pelayanan publik adalah suatu bentuk pelayanan disektor publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah yang bergerak dibidang perekonomian dalam bentuk barang


(30)

atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Djoko Widodo (2007:269) pelayanan publik yaitu sebagai pemberian layanan kepada masyarakat yang memiliki kepentingan pada setiap organisasi sesuai dengan aturan pokok dan dan tata cara yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/&/2003 pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pelayanan publik di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau badan tertentu yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat guna mencapai kepuasan sebagai pelaksanaan ketentuan atau kewajiban dari badan yang telah diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian pelayanan publik dapat dilakukan oleh instansi pemerintah, swasta, baik di pusat maupun daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.


(31)

a. Ciri-Ciri Pelayanan Publik

Adapun ciri khusus pelayanan publik menurut Ahmad dalam Sondang P. Siagian (1994:81) adalah :

1. Tidak dapat memilih konsumen. 2. Perencanaan dibatasi oleh peraturan. 3. Pertanggungjawaban yang kompleks. 4. Sangat teliti.

5. Semua tindakan dapat justifikasi.

6. Tujuan dan output sulit diukur dan ditentukan. b. Asas Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 63. Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, terdapat enam asas pelayanan publik antara lain :

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan di sediakan secara memadai serta mudah di mengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Tidak deskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, dan golongan.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajibanya.


(32)

c. Standar Pelayanan Publik

Menuut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 63. Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, standar pelayanan haruslah meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan dalam hal ini antara lain kesederhanaan, yaitu kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi persyaratan pelayanan.

2. Waktu Penyelesaai

Waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sama dengan penyelesaai pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan dengan kepastian waktu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan ketetapan lamanya waktu pelayanan masing-masing. 3. Biaya Pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan, haruslah berkaiatan dengan pengenaan biaya yang secara wajar dan terperinci serta tidak melanggar ketentuan yang ada.

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan realita dalam pemberian pelayanan yaitu hasil pelayanan sesuai dengan yang ditentukan serta terbebas dari kesalahan-kesalahan teknis, baik dalam hal penulisan permohonan yang telah diajukan sebelumnya.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan perangkat penunjang pelayanan yang memadai seperti meja, kursi, mesin tik, dll. Serta adanya kenyamanan dan kemudahan dalam memperoleh suatu pelayanan.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pegetahuan, keahlian, keterlampilan, sikap dan prilaku yang dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab petugas pelayanan seperti pengetahuan, kedisiplinan, dan kesopanan, dalam memberi dan menerima pelayanan.


(33)

d. Pengukuran Tingkat Kepuasan

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No.25/M.PAN/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Ada 14 unsur yang relevan, valid dan Reliable sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran tingkat kepuasan, yakni :

1. Prosedur pelayanan berkaitan dengan kemudahan tahapan pelayanan di lihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan berkaitan dengan persyaratan teknis dan administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanan.

3. Kejelasan petugas pelayanan berkaitan dengan keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan.

4. Kedisiplinan petugas pelayanan berkaitan dengan kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu yang telah ditetapkan.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan berkaitan dengan kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian.

6. Kemampuan petugas pelayanan berkaitan dengan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan dan menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan berkaitan dengan target waktu yang ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan pelayanan berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan yang tidak membedakan golongan atau status yang dimilikinya.

9. Kesopanan dan keramahtamahan berkaitan dengan sikap dan petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10.Kewajaran biaya pelayanan berkaitan dengan keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.


(34)

11.Kepastian biaya pelayanan berkaitan dengan kesesuaian antara biaya yang dibayar dengan biaya yang ditetapkan.

12.Kepastian jadwal pelayanan berkaitan dengan pelaksanaan waktu pelayanan yang ditetapkan.

13.Kenyamanan lingkungan berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapih, teratur, sehingga dapat memberikan rasa aman kepada penerima pelayanan.

14.Keamanan pelayanan berkaiatan dengan terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan atau sarana yang digunakan sehingga masyarakat menjadi tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

B. Kerangka Pikir

Dari uraian konseptual di atas disimpulkan bahwa profesionalisme aparat sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja dari sebuah organisasi birokrasi publik di dalam memberikan sebuah pelayanan. Faktor tersebut merupakan pendorong kepada organisasi publik untuk memberikan pelayanan sehingga pelayanan menjadi lebih baik dan masyarakat yang dilayani akan merasa terpuaskan.

Profesionalisme aparat merupakan penentu tinggi rendahnya dan baik buruknya suatu kinerja pelayanan publik. Semakin baik pelayanan yang diselenggarakan berdasarkan akuntabilitas, responsivitas, efisiensi, orientasi terhadap pelayanan dan fasilitas terhadap pelayanan, maka diharapkan akan terciptanya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Sebaliknya, pelayanan publik yang baik tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada profesionalisme dari aparatur di dalam sebuah birokrasi.


(35)

Dengan demikian, dari kerangka teori yang telah diuraikan diatas, secara skematis yang akan dilakukan di dalam mengkaji Profesionalisme Aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pememerintah Kabupaten Pesawaran apabila di tuliskan dalam sebuah kerangka pikir maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Profesionalisme Aparat

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran a. Terampil, Kreatif, Inovatif

b. Komitmen terhadap tugas, dan program c. Komitmen terhadap pelayanan publik d. Bekerja berdasarkan sifat dan etika e. Memiliki daya tangkap dan akuntabilitas f. Tanggung jawab

g. Memaksimalkan waktu dengan efektif dan efisien.

Dalam Pelayanan Publik

Sangat Profesional Cukup Kurang Tidak Profesional Profesional Profesional Profesional


(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, Penulis mencoba berusaha menggambarkan profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik sehingga tergolong kedalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena sosial (Hasan, 2004:13)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian deskriftif adalah metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun secara sistematis, faktual dan akurat mengenai kejadian nyata, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang akan di teliti yang akhirnya dapat mengungkapkan suatu kebenaran.

Melalui metode deskriptif dengan diharapkan mampu memberikan suatu gambaran bagaimana profesionalisme aparatur di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran yang pada dasarnya


(37)

memiliki tugas dan fungsi sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat luas. Dengan seperti itu, diharapkan tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.

B. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan definisi akademik atau yang mengandung pengertian universal untuk suatu kata atau kelompok kata. Juga merupakan pemaknaaan dari suatu konsep yang digunakan sehingga mempermudah peneliti untuk mengoprasionalkan konsep tersebut dilapangan. Adapun definisi konseptual pada penelitian ini adalah Profesionalisme Aparat:

Profesionalisme merupakan suatu paham cara dan ciri dalam melakukan kerja di dalam masyarakat. Indikator profesionalisme dalam penelitian ini diukur berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Menurut LAN-RI aparat didalam sebuah institusi pemerintahan dapat dikatakan profesional apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Terampil, Kreatif, Inovatif

Aparat harus mampu melahirkan ide-iede terbaru didalam melaksanakan atau didalam merumuskan suatu pekerjaan serta mampu dengan tanggap merespon kendala-kendala yang terjadi pada saat melaksanakan sebuah pekerjaan.

b. Komitmen Terhadap Tugas, dan Program

Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, aparat harus berkomitmen dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya, disiplin didalam melaksanakan tugas, serta berpegang teguh pada setiap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan besama.

c. Komitmen Terhadap Pelayanan Publik

Aparat harus memiliki kejujuran didalam melaksanakan sebuah pekerjaan terutama menyangkut hak layak orang ramai serta mampu menerima atau


(38)

peduli terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh pihak luar yan dalam hal ini publik.

d. Bekerja Berdasarkan Sifat dan Etika

Aparat harus mampu menerapkan ilmu yang dimiliki atau yang dikuasai untuk digunakan demi kepentingan masyarakat serta memiliki rasa tanggung jawab kepada bangsa, negara, serta diri sendiri atas ilmu-ilmu yang diterapkan tersebut.

e. Memiliki Daya Tangkap dan Akuntabilitas

Memiliki kesiapan atau respon yang sangat cepat didalam melakukan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan serta memiliki kesiapan didalam menghadapi permasalahan yang datang dari luar (masyarakat) atau pun yang datang dari dalam (aparat).

f. Tanggung Jawab.

Didalam setiap melaksanakan pekerjaan, aparat harus memiliki rasa penuh tanggung jawab. Dalam hal ini bekerja berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

g. Memaksimalkan waktu dengan efektif dan efisien

Selalu melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu dan tidak menghabiskan biaya yang tinggi dari setiap pekerjaan tersebut.

C. Definisi Operasional

Menurut M. Tatang Arifin (1995:215), definisi operasional ialah petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Adanya definisi oprasional, dapat mempermudahkan peneliti untuk meneliti suatu variabel.

Sedangkan menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1986:46) bahwa definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan melihat definisi opersioanal variabel suatu penelitian maka seorang peneliti akan dapat mengetahui suatu variabel yang akan diteliti.


(39)

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi operasional adalah petunjuk operasional yang digunakan dalam mengukur suatu variabel sehingga dapat ditentukan indkator penelitian yang jelas.

Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam tujuan penelitian, maka definisi oprasional yang berkaitan dengan Profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik. Untuk mengetahui apakah aparatur itu sangat prpfesional, profesional, cukup profesional, kurang profesional, dan tidak profesional, maka dilakukan pengkategorian atas profesionalisme itu sendiri dengan melihat sikap atas tindakan yang dilakukan oleh aparat itu sendiri.

1. Sangat Profesional, apabila aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran menunjukan atau memperlihatkan sikap yang terdapat pada 7 indikator yang peneliti gunakan.

2. Profesional, apabila aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran menunjukan atau memperlihatkan sikap baik dalam melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan publik pada dinas tersebut dengan menunjukan sikap yang ramah, sopan, tidak memberikan prosedur berbelit-belit dalam memberikan pelayanan, dan tepat waktu.

3. Cukup Profesional, apabila aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran menunjukan atau memperlihatkan


(40)

sikap cukup ramah, cukup sopan, cukup memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna pelayanan.

4. Kurang Profesional, apabila aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran menunjukan atau memperlihatkan sikap tidak raamah, tidak sopan, berbelit-belit dalam prosedur, dan tidak tepat waktu dalam memberikan sebuah pelayanan.

5. Tidak Profesional, apabila Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran menunjukan atau memperlihatkan sikap yang sangat tidak peduli terhadap masyarakat dalam hal pelayanan publik.

Profesional atau tidak profesionalnya aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator profesionalisme aparat yakni menurut LAN-RI :

1. Melaksanakan tugas dengan trampil, kreatif, dan inovatif 2. Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas atau program 3. Komitmen terhadap pelayanan publik.

4. Bekerja berdasarkan sifat dan etika yang baik.

5. Memiliki daya tangkap (resvonsiviness) dan akuntabilitas (accountability). 6. Memiliki rasa penuh tanggung jawab dalam membuat keputusan.

7. Memaksimalkan waktu yang sangat efektif dan efisien.

D. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari lokasi penelitan, baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti di lapangan yang berawal dari sumber


(41)

awal atau asli dan catatan yang diperoleh peneliti yang relevan dengan permasalahan serta hasil kuisioner. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah masyarakat Kecamatan Gedong Tataan yang telah mengurus pelayanan publik dalam hal ini dibatasi pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akta Kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran periode Juni sampai dengan Desember 2009.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data kedua yang digunakan sebagai penunjang data primer. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai acuan data sekunder adalah diperoleh dari dokumen-dokumen, bahan-bahan pustaka, kutipan para ahli yang dikutip dari literatur, kuisioner yang dibagikan kepada aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran, dan sebagainya khususnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bambang Prasetyo (2005:199) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Menurut Burhan Bungin (2001:101) menyatakan populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,


(42)

gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Gedong Tataan yang telah mengurus pelayanan publik dalam hal ini dibatasi pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akta Kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran periode Juni-Desember 2009 sebanyak 8.480 orang. Yang mana menurut peneliti ketiga objek inilah yang sering dilayani oleh aparat dalam pembuatan jasa pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran terletak pada Kecamatan Gedong Tataan. Sehingga penulis mengambil sampel pada masyarakat Kecamatan Gedong Tataan. Pemilihan wilayah dalam penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan biaya dan waktu. Rekapitulasi data jenis pelayanan dan jumlah masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Gedong Tataan sebagai penerimana pelayanan selama Bulan Juni-Desember 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 : Rekapitulasi Data Jenis Pelayanan dan Jumlah Masyarakat Khususnya Masyarakat Kecamatan Gedong Tataan Sebagai Penerima Pelayanan Pada Bulan Juni s/d Desember 2009.

No Jenis Pelayanan Jumlah

1 Kartu Tanda Penduduk 3.520 Orang

2 Kartu Keluarga (KK) 3.200 Orang

3 Akta Kelahiran 1.760 Orang

Jumlah 8.480 Orang

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran


(43)

Jumlah Masyarakat yang pernah menerima pelayanan dalam bidang kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Pesawaran khususnya masyarakat Kecamatan Gedong Tataan periode Juni-Desember adalah 8.480 orang.

Selain 8.480 jumlah masyarakat yang dijadikan populasi didalam penelitian ini, terdapat pula 17 aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran yang dijadikan penulis sebagai populasi. Ke-17 aparat ini dijadikan populasi bermaksud untuk memperkuat data yang diberikan oleh masyarakat.

2. Sampel

Burhan Bungin (2001:101) menyebutkan sampel adalah bagian yang mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Gedong Tataan yang telah mengurus pelayanan publik dalam hal ini dibatasi pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akta Kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran periode Juni-Desember 2009.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 8.480. menurut Burha Bungin (2001:106) untuk mendapatkan jumlah sampel maka digunakan rumus ;

1 . 2  

d N

N

n

1 10 , 0 . 480 . 8 480 . 8 2   n

= 98.8

Maka dibulatkan menjadi 99 Orang


(44)

Keterangan :

n : Banyaknya Sampel N : Jumlah Populasi d : Nilai Presisi (0,10)

Berdasarkan perhitungan sampel diatas, maka besarnya sampel adalah 99 orang.

Setiap pengguna pelayanan ditentukan dengan rumus Suprapto (1984:4) yaitu :

ni = Ni/N xn Keterangan :

ni = Banyaknya sampel yang dibutuhkan setiap kelompok xn = Jumlah sampel yang mewakili populasi

Ni = Banyaknya sub populasi tiap kelompok N = Jumlah keseluruhan populasi

Adapun rincian jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan perhitungan rumus yang dipakai yaitu :

a. Pengguna Jasa Kartu Tanda Penduduk 09

, 41 99 8480 3520

x Maka dibulatkan menjadi 42 orang b. Pengguna Jasa Kartu Keluarga

99 37,35 8480

3200


(45)

c. Pengguna Jasa Akta Kelahiran 99 20,54

8480

1760

x Maka dibulatkan menjadi 20 orang

Dari 8.480 jumlah masyarakat yang dijadikan sampel didalam penelitian ini, terdapat pula 17 aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran yang dijadikan penulis sebagai sampel. Ke-17 aparat ini dijadikan sampel bermaksud untuk memperkuat data yang diberikan oleh masyarakat.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket/Kuesioner

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan pertanyaan untuk diisi oleh responden (Hasan, 2002:82). Angket dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang berupa jawaban pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden yaitu masyarakat yang telah mendapat Pelayanan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran oleh peneliti untuk mengetahui tanggapan pelenggan terhadap profesionalisme aparat.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu cara mendapatkan informasi dengan cara langsung kepada responden/informan (Singarimbun, 1989:192). Adalah


(46)

suatu metode atau cara mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung kepada informan untuk mendapatkan data yang berupa kata-kata/penjelasan. Wawancara dalam penelitian ini lebih bersifat komplementer artinya wawancara dilakukan hanya seperlunya saja tidak berdasarkan pedoman wawancara, hanya untuk mendukung dan melengkapi data hasil kuesioner.

3. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan yang dilakukan (Ali,1997:86). Dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai profesionalisme aparat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam hal pelayanan publik. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah yang berkaitan dengan 7 (tujuh) indikator profesionalisme aparat.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Sebagai bahan dalam penelitian ini digunakan dokumentasi resmi dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran yang berkaitan dan mendukung penelitian ini. Data yang terkumpul merupakan data sekunder yang berasal dari bahan-bahan tertulis yang dianggap penting seperti Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran yang mengatur tentang


(47)

Administrasi dan Kependudukan, jumlah pelanggan Pembuat KTP, KK, dan Akta Kelahiran serta sejarah tentang berdirinya Kabupaten Pesawaran, dan Kantor Disdukcapil, serta Tugas dan Fungsi dari masing-masing aparat pada kantor/dinas/instansi tersebut.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data pada pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Editing

Yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang telah diperoleh di lapangan baik itu diperoleh melalui penyebaran angket maupun dari hasil dokumentasi. Editing adalah pengecekan atau pengeroksian data yang telah dikumpulkan (Hasan, 2002:89).

2. Tabulasi

Tabulasi atau yang disebut juga pembeberan adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengukur angka-angka serta menghitungnya. Data yang dimaksud adalah data hasil penyebaran kuisionen terhadap responden yaitu masyarakat Kabupaten Pesawaran khususnya Kecamatan Gedong Tataan sebagai pengguna jasa dalah pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Akta Kelahiran periode Juni-Desember


(48)

2009. Serta data hasil kuisioner yang dibagikan kepada 17 aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran.

3. Interprestasi Data

Interprestasi data yaitu memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperoleh dari hasil kuisioner masyarakat Kabupaten Pesawaran khususnya Kecamatan Gedong Tataan sebagai pengguna jasa adalah pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Akta Kelahiran periode Juni-Desember 2009. Dan data hasil kuisioner yang dibagikan kepada 17 aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran. Lalu, digunakan teori-teori untuk dicari maknanya yang lebih luas dan menghubungkan jawaban-jawaban tersebut dengan hasil data yang lain mampun dengan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan.

H. Teknik Penentuan Skor

Skala pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono (2005:23), Skala Likert dipergunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap serta penilaian seseorang terhadap fenomena sosial.

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan kuisioner, maka dituangkan kedalam pertanyaan-pertanyaan masing-masing pertanyaan diberikan alternatif bobot skor jawaban.


(49)

Penilaian untuk jawaban A,B,C,D,E digunakan untuk mengetahui skor profesionalisme aparatur dapat dilihat sebagai berikut :

1. Untuk Jawaban A (Sangat Profesional) diberi Skor 5 2. Untuk Jawaban B (Profesional) diberi Skor 4 3. Untuk Jawaban C (Cukup Profesional) diberi Skor 3 4. Untuk Jawaban D (Kurang Profesional) diberi Skor 2 5. Untuk Jawaban E (Tidak Profesional) diberi Skor 1

Setelah mendapatkan data-data yang yang dibutuhkan dan menentukan skor jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, karena tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data yang telah diperoleh.

Perhitungan menggunakan rumus interval Sutrisno Hadi (1986:45)

K Nr Nt

I  

Keterangan :

Nt = Nilai Tertinggi Nr = Nilai Terendah K = Kategori

I = Interval Nilai Skor

Konteks penelitian ini, untuk mengetahui profesionalisme aparatur dalam pelayanan publik pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah


(50)

Kabupaten Pesawaran dari 7 (tujuh) indikator profesionalisme aparatur yang baik dalam pelayanan publik. Opini masyarakat dan aparat berada pada tingkat sangat profesional, profesional, cukup profesional, kurang profesional, tidak profesional.

I. Teknik Analisis Data

Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh. Karena tujuan dari analisis data adalah untuk menyusus dan menginterpretasikan data yang sudah diperoleh. Berdasarkan tujuaan penelitian, yakni untuk mengetahui profesionalisme aparatur pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik, maka analisis data menggunakan teknik persentase menggunakan tabel. Teknik persentase menurut Sutrisno Hadi (1981:421) menggunakan rumus sebagai berikut :

PF/Nx100%...%

Keterangan : P = Persentase

F = Jumlah Jawaban yang diperoleh N = Jumlah Responden


(51)

Besarnya persentase untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut : 1. Kategori Profesionalisme Aparat Sangat Profesional apabila 64%-75% 2. Ketegori Profesionalisme Aparat Profesional apabila 52%-63%.

3. Ketegori Profesionalisme Aparat Cukup Profesional apabila 40%-51%. 4. Ketegori Profesionalisme Aparat Kurang Profesional apabila 28%-39%. 5. Ketegori Profesionalisme Aparat Tidak Profesional apabila 15%-26%.


(52)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Langkah Pengumpulan Data

Data penelitian yang dikumpulkan dalam hal ini yaitu profesionalisme aparatur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji Profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran Dalam Pelayanan Publik.

Guna mengumpulkan data tentang profesionalisme aparat tersebut, digunakan kuisioner yang disebarkan kepada 99 masyarakat Kecamatan Gedong Tataan yang telah menggunakan jasa pelayanan publik pada pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akta Kelahiran.

Untuk memperkuat data, penulis juga menyebarkan angket kepada aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupataen Pesawaran yang khusus melayani pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akta Kelahiran. Penyusunan tiap pertanyaan pada kuisioner berdasarkan indikator dan sub bab indikator variabel yang diukur. Indikator mengenai konsep profesionalisme aparat berisikan 15 pertanyaan.


(53)

Setelah kuisioner dibagikan dan telah didapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, dilakukan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

a. Seleksi kuisioner ; dilakukan untuk mengetahui apakah kuisioner yang diambil berjumlah sama dengan yang dibagikan.

b. Klasifikasi data ; dilakukan agar data sesuai dengan masalah penelitian. c. Penilaain data ; dilakukan agar mendapatkan kesesuaian dengan bobot yang

telah ditetapkan.

d. Tabulasi data ; dilakukan untuk melihat kecendrungan dari setiap butir kuisioner.

B.Identitas Responden

1. Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini berjumlah 99 orang terdiri dari : 69 orang responden laki-laki dan 30 orang responden perempuan. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 69 70

2 Perempuan 30 30

Jumlah 99 100 %


(54)

Tabel tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 69 orang responden atau sekitar 70%, sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang responden yaitu 30%. Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini, salah satu objek penelitian yang memang untuk jenis kelamin laki-laki (kepala keluarga) dalam pembuatan Kartu Keluarga (KK).

2. Usia Responden

Untuk responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar antara 17-60 tahun. Jumlah pengguna jasa pelayanan publik dalam penelitian ini berdasarkan usia responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Usia Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 17-26 25 25

2 27-36 10 10

3 37-46 52 53

4 47-56 12 12

Jumlah 99 100 %

Sumber : Data Primer diolah tahun 2010

Tabel di atas menunjukan bahwa usia responden yang menggunakan jasa pelayanan publik pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran khususnya Kecamatan Gedong Tataan adalah sebanyak 17-26 tahun adalah sebanyak 25%. Pengguna jasa pelayanan publik pada usia 27-36 tahun sebanyak 10 orang yaitu 10 %. Pengguna jasa pelayanan publik pada usia 37-46 tahun sebanyak 52 orang yaitu 53%. Pengguna jasa pelayanan publik pada usia 47-56 tahun sebanyak 12 orang yaitu 12%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengguna jasa


(55)

pelayanan ini sebagian besar mereka yang berusia antara 37-46 dengan persentase 53% dan responden paling sedikit adalah mereka yang berusia 27-36 dengan persentase 10%.

3. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Gedong Tataan dapat terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Pendidikan Responden

No Pendidikan Responden Jumlah Persentase (%)

1 SD 8 8

2 SMP/Sederajat 22 22

3 SMA/Sederajat 51 52

4 Perguruan Tinggi 18 18

Jumlah 99 100 %

Sumber : Data Primer diolah tahun 2010

Tabel di atas menunjukan bahwa, responden yang paling banyak menggunakan jasa pelayanan publik pada Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran adalah mereka yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan SMA/Sederajat berjumlah 51 orang dengan persentase 52%. Sedangkan jumlah responden paling sedikit hanya menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD berjumlah 8 orang dengan persentase 8%.

4. Pekerjaan Responden

Kabupaten Pesawaran merupakan suatu daerah dengan lokasi agrikultura. Hal ini menyebabkan pekerjaan utama masyarakat kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran banyak terlihat masih mengandalkan hasil


(56)

bumi pada sektor pertanian. Berdasarkan hal tersebut, identitas responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jenis Pekerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Tani 58 59

2 Buruh 25 25

3 Wiraswasta 5 5

4 PNS 11 11

Jumlah 99 100 %

Sumber : Data Primer diolah tahun 2010

Jumlah responden yang berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 58 orang atau sekitar 59%. Hal ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya masyarakat Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian.

C.Deskripsi Data

1. Hasil Jawaban Masyarakat Mengenai Kuisioner Tentang Profesionalisme Aparat

Penelitian mengenai profesionalime aparat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ini berdasarkan 7 (tujuh) indikator yang dikemukakan oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Dalam hal ini pertanyaan dibagikan kepada 99 resonden. Dari hasil jawaban diperoleh data sebagai berikut :


(57)

a. Kemampuan Kerja dan Berpikir (Terampil, Kreatif, Inovativ) 1. Kemampuan Kerja dan Berpikir petugas

Kemampuan kerja dan berpikir petugas adalah tingkat keahlian yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

Berikut ditampilkan tabel hasil jawaban responden atas kemampuan kerja dan berpikir aparat.

Tabel 10. Tanggapan Terhadap Kemampuan Kerja Aparat Dalam Hal Kreatif, Terampil dan Inovatif Dalam Melaksanakan Tugas

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Mampu 3 3

2 Mampu 28 28

3 Cukup Mampu 66 67

4 Kurang Mampu 2 2

5 Tidak Mampu - -

Jumlah 99 100 %

Sumber : Data primer diolah tahun 2010

Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah jawaban responden mengggenai kemampuan kerja dan berfikir para aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran, responden yang menjawab “Sangat Mampu” sebanyak 3 orang (3%), responden yang menjawab “Mampu” sebanyak 28 orang

(28%), rresponden yang menjawab “Cukup Mampu” sebanyak 66

orang (67%), dan responden yang menjawab “Kurang Mampu” sebanyak 2 orang (2%).


(58)

2. Ketanggapan Melaksanakan Pekerjaan

Ketanggapan melaksanakan pekerjaan adalah seberapa besar respon yang diberikan petugas pelayanan terhadap kepentingan masyarakat. Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ketanggapan petugas di nilai cukup baik oleh masyarakat.

Menurut Bapak Hadi, salah satu responden yang sempat dimintai informasi, ia menyatakan bahwa pada saat ia mengurus Kartu Keluarga, ia cukup dilayani dengan tanggap oleh petugas, petugas langsung menanyakan kelengkapan prosedur yang telah ditentukan, bila ada kekurangan untuk prosedur, petugas langsung menyarankan untuk segera melengkapi kekurangan tersebut, agar mereka segera memproses Kartu Keluarga yang dibutuhkan.

Tabel 11. Tanggapan Terhadap Ketanggapan Petugas Melaksanakan Pekerjaan

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Tanggap 1 1

2 Tanggap 32 32

3 Cukup Tanggap 66 67

4 Kurang Tanggap - -

5 Tidak Tanggap - -

Jumlah 99 100 %

Sumber : Data primer diolah tahun 2010

Tabel di atas menunjukan bahma jumlah jawaban responden mengenai ketanggapan melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran, responden yang menjawab “Sangat Tanggap” sebanyak 1


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusuan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian... 12

1. Secara Teoritis ... 12

2. Secara Praktis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profesionalisme Aparatur Dalam Pelayanan Publik ... 13

1. Profesionalisme ... 13

2. Aparat ... 20

3. Pelayanan Publik ... 23

a. Ciri-Ciri Pelayanan Publik ... 25

b. Asas-Asas Pelayanan Publik ... 25

c. Standar Pelayanan Publik ... 26

d. Pengukuran Tingkat Kepuasan ... 27

B. Kerangka Pikir ... 28

III.METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 30

B. Definisi Konseptual ... 31

C. Defnisi Oprasional ... 32

D. Jenis Data ... 34

1. Data Primer ... 35

2. Data Sekunder... 35

E. Populasi dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Angket/Kuisioner... 39


(2)

3. Observasi ... 40

4. Dokumentasi ... 40

G. Teknik Pengolahan Data ... 41

1. Editing ... 41

2. Tabulasi ... 41

3. Interprestasi Data ... 41

H. Teknik Penentuan Skor ... 42

I. Teknis Analisis Data ... 44

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran ... 46

1. Kondisi Geografis Kabupaten Pesawaran ... 46

2. Kondisi Demografi Kabupaten Pesawaran ... 48

3. Peraturan Organisasi Pemerintah Kabupaten Pesawaran ... 49

4. Sekretariat Daerah Kabupaten Pesawaran ... 50

B. Gambaran Umum Keadaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ... 53

1. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabuapaten Pesawaran ... 54

2. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ... 72

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah Pengumpulan Data ... 75

B. Identitas Responden ... 76

C. Deskripsi Data ... 79

1. Hasil Jawaban Masyarakat Mengenai Kuisioner Tentang Profesionalisme Aparat ... 79

2. Hasil Jawaban Aparat Mengenai Kuisioner Tentang Profesionalisme Aparat ... 103

VI.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 120

B. Saran ... 121 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arifin, M. Tatang. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja Gerafindo. Jakarta

Batinggi, Achmad. 2005. Manajemen Pelayanan Umum. Universitas Terbuka. Jakarta

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Airlangga University Pres. Surabaya

Dwiyanto Agus, dkk. 2006. Reformasi Birokrasi Publik Di indonesia. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodelogi Riset. Fakultas Fsikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Hasan, I. 2004. Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. 2009. Budaya Kerja

Organisasi Pemerintah. Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia. Jakarta

Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. 2007. Paradigma

Kebijakan Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah. Lembaga


(4)

Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. 2009. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta

Moenir, H.A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta

Milles, MB dan Huberman, AM. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian di Bidang Sosial. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta

Nurcholis, Hanif. 2004. Administrasi Pemerintahan Daerah. Universitas Terbuka. Jakarta

Poltak Sinambela, Lijan. 2006. Reforemasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan, dan Implementasi). Bumi Aksara. Jakarta

Pramusinto Agus, dkk. 2009. Governance Reform di Indonesia (Mencari arah Kelembagaan Politik Yang demokratis dan Birokrasi Yang Profesional). Gaya Media. Yogyakarta

Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuatitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Siagian, Sondang P. 1994. Patologi Birokrasi dan terapinya. Ghalia Indonesia. Jakarta

Sugiono, 1999. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung

Sundarso, dkk. 2006. Teori Administrasi Jakarta. Universitas Terbuka. Jakarta Widodo, Djoko. 2007. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Bayu Media.


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Data Jenis Pelayanan dan Jumlah Masyarakat Khususnya Masyarakat Kecamatan Gedong Tataan Sebagai Penerima Pelayanan

Pada Bulan Juni s/d Desember 2009 ... 36

2. Daftar Nama Kecamatan dan Luas Wilayah ... 48

3. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dilihat Dari Jenis Kelamin ... 48

4. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dilihat Dari Agama ... 49

5. Daftar Nama Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ... 72

6. Jenis Kelamin Responden ... 76

7. Usia Responden ... 77

8. Pendidikan Responden ... 78

9. Jenis Pekerjaan Responden ... 79

10.Tanggapan Terhadap Kemampuan Kerja Aparat Dalam Hal Kreatif, Terampil dan Inovatif Dalam Melaksanakan Tugas ... 80

11.Tanggapan Terhadap Ketanggapan Petugas Melaksanakan Pekerjaan ... 81

12.Tanggapan Mengenai Kesetiaan Petugas Terhadap Tugas dan Pimpinan ... 82

13.Tanggapan Terhadap Kedisiplinan Petugas ... 83

14.Tanggapan Mengenai Kepatuhan Petugas Terhadap Peraturan Yang Ditetapkan Pemimpin ... 84

15.Tanggapan Mengenai Kejujuran Petugas... 85

16.Tanggapan Terhadap Kritik dan Saran ... 86

17.Tanggapan Mengenai Kemampuan Petugas Dalam Menerapkan Ilmu Yang dikuasai ... 87

18.Tanggapan Terhadap Tanggung Jawab Petugas Kepada Bangsa, Negara, Serta Diri Sendiri ... 88

19.Tanggapan Terhadap Kesiapan Petugas Dalam Melayani Publik ... 88

20.Tanggapan Terhadap Kesiapan Petugas Dalam Menghadapi dan Menyelesaikan Masalah ... 89

21.Tanggapan Terhadap Tanggung Jawab Petugas Dalam Melaksanakan Pekerjaan Sesuai Dengan Ketentuan ... 90

22.Tanggapan Terhadap Prosedur Pelayanan Yang Diberikan Aparat Kepada Masyarakat ... 91


(6)

23.Tanggapan Terhadap Ketepatan Waktu Yang Diberikan Petugas ... 92

24.Tanggapan Terhadap Keefisienan Biaya Yang Diberikan Petugas ... 94

25.Distribusi Kategori Jawaban Responden Mengenai Profesionalisme Aparat Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ... 101

26.Tanggapan Mengenai Kemampuan Kerja Aparat Dalam Hal Kreatif, Trampil dan Inovatif Dalam Melaksanakan Tugas ... 103

27.Tanggapan Mengenai Tanggapan Petugas Terhadap Pekerjaan ... 104

28.Tanggapan Mengenai Kesetiaan Petugas Terhadap Tugas dan Pimpinan ... 105

29.Tanggapan Mengenai Kedisiplinan Petugas ... 106

30.Tanggapan Mengenai Kepatuhan Petugas Terhadap Peraturan Yang Telah Ditetapkan ... 107

31.Tanggapan Mengenai Kejujuran Petugas... 108

32.Tanggapan Mengenai Kritik dan Saran... 109

33.Tanggapan Mengenai Kemampuan Petugas Dalam Menerapkan Ilmu Yang Dikuasai ... 110

34.Tanggung Jawab Petugas Kepada Bangsa, Negara, Serta Diri Sendiri ... 111

35.Tanggapan Mengenai Kesiapan Petugas Dalam Melayani Publik ... 112

36.Tanggapan Mengenai Kesiapan Petugas Dalam Melayani Publik ... 113

37.Tanggapan Mengenai Tanggung Jawab Petugas Dalam Melaksanakan Pekerjaan ... 114

38.Tanggapan Mengenai Prosedur Pelayanan Yang Diberikan ... 114

39.Tanggapan Mengenai Ketepatan Waktu Yang Diberikan Petugas ... 115

40.Tanggapan Mengenai Keefisienan Biaya Yang Diberikan Petugas ... 116

41.Distribusi Kategori Jawaban Aparat Mengenai Profesionalisme Aparat Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran ... 118