Konsep Interaksi Landasan Konsep .1 Konsep Ekowisata

Secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk Soerjono Soekanto,2009 yaitu sebagai berikut : 1. Antara orang perorangan 2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. 3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontak sosial positif dan kontak sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung seperti bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. b. Komunikasi Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yang terjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah. Konsep interaksi sosial menurut Mack ini akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama terkait dengan sudah sejauh mana interaksi masyarakat dengan wisatawan yang ada di lokasi penelitian.

2.2.4 Konsep Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu kehidupan bersama manusia yang mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu: manusia hidup bersama, bercampur atau bersama-sama untuk jangka waktu yang lama, menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, mematuhi norma-norma peraturan yang menjadi kesepakatan bersama, menyadari bahwa mereka bersanma-sama diikat oleh perasaan diantara para anggota yang lainnya, menghasilkan kebudayaan tertentu. Menurut Koentjaraningrat tahun 2011, masyarakat didefinisikan sebagai berikut: merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Melihat definisi tersebut di atas, maka tidak semua kesatuan manusia yang saling berinteraksi merupakan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus memiliki ikatan persyaratan khusus seperti tersebut di atas, maka makin besar dan kompleks masyarakat, makin banyak jumlah kelompok dan perkumpulan yang ada didalamnya. Koentjaraningrat juga mengistilahkan masyarakat sebagai komunitas. Sifat dari komunitas adalah adanya wilayah, cinta keterikatan terhadap wilayah, serta keterikatan itu merupakan dasar dari perasaan patriotisme, nasionalisme, dan lain-lain.

1.3 Teori Analisis

2.3.1 Tipologi Partisipasi Masyarakat

Bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam sektor pariwisata dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe sebagaimana yang dikemukakan oleh Tosun dalam Tosun’s typology of participation. Tipologi partisipasi ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999 yang didesain khusus untuk mengkaji partisipasi masyarakat dalam sektor pariwisata karena mengelaborasikan tiap tipe partisipasi masyarakatnya dengan referensi khusus terkait industri pariwisata Tosun, 2006. Tosun membagi bentuk partisipasi masyarakat tersbut ke dalam tiga tipe partisipasi beserta karakteristiknya masing-masing yaitu sebagai berikut: