Pembahasan Improving the Colors Quality of Rainbow Kurumoi Fish (Melanotaenia sp.) through the Addition of Shrimp Flour Rebon in Commercial Pellets

13 Gambar 8. Panjang total rata-rata tubuh ikan rainbow kurumoi

3.2 Pembahasan

Penelitian ini melakukan rekayasa bahan baku dengan teknologi sederhana dengan penambahan tepung udang rebon pada pelet komersial. Tepung udang rebon adalah hasil pengolahan udang rebon yang biasa digunakan dalam masakan atau konsumsi manusia. Pemanfaatan udang rebon ini dilakukan karena udang rebon dinilai sangat murah untuk dijadikan sebagai bahan tambahan pakan ikan hias dengan tujuan meningkatkan kualitas warna ikan hias Suyatmo 2000. Tepung udang rebon mengandung bahan-bahan seperti mineral, protein, kitin, dan karotenoid. Oleh karena itu, tepung udang rebon dapat ditambahkan ke dalam pakan buatan sebagai sumber astaxanthin alami. Adapun komposisi nutrisi udang rebon menurut Suwoyo dan Mangampa 2008 antara lain lemak 11,88, protein 41,13, serat kasar 1,48, kadar abu 13,30 dan kadar air 4,25. Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa peningkatan warna orange mulai tampak terjadi pada hari ke 20 dan mencapai puncaknya pada hari ke 40. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan dengan penambahan tepung udang rebon yang mengandung karotenoid telah terserap secara maksimal sehingga dapat mempertajam warna orange pada sirip punggung, sirip anal, sirip ekor dan badan rainbow kurumoi. Hal ini sesuai menurut Satyani dan Sugito 1997 dalam Mara 2010 bahwa peningkatan warna mulai terlihat setelah dua minggu perlakuan dan 5 ,2 3 5 ,4 4 5 ,8 3 6 ,0 7 5 ,8 5 5 ,2 7 5 ,8 6 6 ,0 9 6 ,4 4 5 ,8 3 5 ,1 7 5 ,8 7 6 ,0 4 6 ,1 2 6 5 ,1 8 5 ,6 2 5 ,8 8 5 ,8 4 5 ,7 7 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 0 hari 10 hari 20 hari 30 hari 40 hari P an ja n g cm Pemeliharaan ke- A rebon 0 B rebon 15 C rebon 30 D rebon 45 14 peningkatan warna masih terus terlihat sampai dengan hari ke 40. Akan tetapi, terdapat penurunan warna atau warna menjadi pudar pada setiap perlakuan. Hal ini terjadi dikarenakan ikan dimungkinkan mengalami stres terhadap lingkungan yaitu kualitas air pemeliharaan. Hal ini sesuai menurut Tappin 2010 bahwa tingkat stres dapat mempengaruhi warna ikan hias. Tingkat stres ini bisa ditimbulkan perubahan suhu serta kondisi kualitas air lainnya. Selain itu, menurut Sulawesty 1997 dalam Mara 2010 bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kecerahan warna pada ikan hias antara lain kondisi ikan stres sebagai akibat dari kualitas air yang menurun. Rata-rata peningkatan warna orange pada sirip punggung, sirip anal, sirip ekor dan pada badan terendah terdapat pada perlakuan A udang rebon 0. Sedangkan rata-rata peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan D udang rebon 45. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang lebih besar memiliki kandungan karotenoid yang lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih kecil. Hal ini sesuai menurut pendapat Sulawesty 1997 dalam Mara 2010, bahwa ikan rainbow yang diberikan karotenoid dengan konsentrasi tertinggi memberikan perubahan warna pada tubuh dan sirip paling tinggi. Akan tetapi, kemungkinan peningkatan kualitas warna berbanding terbalik dengan konsentrasi karotenoid yang diberikan bisa terjadi ketika asupan nutrisi yaitu pakan yang berkarotenoid tidak di imbangi dengan kualitas air yang mendukung sehingga ikan tidak mengalami stres. Hal ini sesuai menurut Tappin 2010 bahwa peningkatan kualitas warna pada ikan hias dengan teknologi pengkayaan pakan atau lingkungan tidak bersifat permanen dikarenakan adanya keterkaitan antara faktor nutrisi, genetika, lingkungan serta faktor lain yang mempengaruhi. Perlunya menciptakan nutrisi dan lingkungan yang tetap terkontrol untuk memperoleh warna yang diinginkan. Perlakuan A udang rebon 0 menunjukkan bahwa warna pada tubuh ikan juga mengalami peningkatan selama penelitian. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya usia ikan rainbow kurumoi. Semakin bertambah usia dan ukuran tubuh ikan, maka warna pada tubuhnya akan semakin meningkat dan jelas terlihat. Hal ini sesuai menurut Strebakken 1992 dalam Mara 2010, bahwa ada 15 beberapa faktor yang mempengaruhi pigmentasi antara lain, ukuran, umur ikan, perkembangan seksual dan faktor genetik. Berdasarkan hasil pengamatan ikan rainbow kurumoi yang diberi pakan dengan penambahan tepung udang rebon, memberikan peningkatan kualitas warna hingga akhir penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tepung udang rebon tersebut mengandung karotenoid. Selain itu, ikan merupakan salah satu hewan yang tidak dapat mensintesis karotenoid sendiri, sehingga pada saat ditambahkan sumber karotenoid ke dalam pakannya warna kulit tubuhnya akan meningkat. Ikan jantan dewasa akan menyimpan karotenoid pada kulit tubuhnya sehingga warna akan semakin jelas terlihat pada perkembangan seksualnya. Menurut Bjerkeng et al. 1992 dalam Mara 2010, bahwa pada penelitian Bjerkeng et al. terhadap ikan rainbow trout, bahwa kandungan atau akumulasi karotenoid pada ikan dewasa jantan lebih banyak terdapat di bagian kulit, pada ikan dewasa betina lebih banyak terdapat di bagian daging atau otot. Karotenoid yang terdapat dalam jenis udang-udangan berfungsi sebagai peningkat warna pada tubuh ikan dan merupakan komponen utama pembentuk pigmen merah dan kuning Bjerkeng et al. 1992 dalam Mara, 2010 . Selain itu, menurut Iwasaki dan Murakoshi 1992 dalam Mara 2010 bahwa senyawa karotenoid mempunyai aktivitas antioksidan untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi dan beberapa senyawa karotenoid merupakan prekursor vitamin A. Menurut Latscha 1991 dalam Mara 2010 bahwa karotenoid secara struktural berhubungan dengan sumber-sumber utama vitamin A, reti nol dan β-karoten. Karotenoid merupakan bentuk aktif dari vitamin A. Sebagian besar vitamin A terdapat dalam bentuk eter esensial retinil bersama karotenoid akan larut dalam lemak. Proses pencernaan lemak dalam lambung tidak begitu efektif karena pada lambung tidak terdapat enzim yang dapat mencerna lemak. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan lemak tersebut berasal dari hati, pankreas dan dinding usus sehingga proses pencernaan lemak secara intensif dimulai pada segmen usus. Karotenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu 16 berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak monogliserid dan kolesterol Affandi et al. 2005. Rahayu 2008 dalam Mara 2010 menambahkan bahwa dalam sitoplasma sel mukosa usus halus, karotenoid dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif kemudian digabungkan dengan kilomikron lipoprotein yang merupakan asam lemak dan monogliserida yang dibentuk menjadi trigliserida atau lipid kemudian berkumpul membentuk gelembung dan bergabung dengan lipoprotein lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle bersama dengan retinol masuk kedalam saluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil palmitat. Apabila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh protein pengikat retinol PPR atau retinol binding protein RBP yang disintesis dalam hati. Selanjutnya, ditransfer ke protein lain untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian, karotenoid yang terdapat dalam tepung udang rebon dapat terserap dalam tubuh. Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan akan mempengaruhi sel-sel pigmen kromatofor dalam kulit ikan. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen merah pada sel pigmen merah erithophores sehingga warna merah dan jingga yang dihasilkan akan tampak lebih jelas. Menurut Vevers 1982 dalam Mara 2010, karotenoid pada hewan berperan dalam pemberian warna kuning, jingga dan merah. Namun bila berikatan dengan protein akan menjadi karotenoprotein, yang menghasilkan warna biru dan ungu. Karotenoid tersebut diidentifikasi sebagai astaxanthin dan canthaxanthin. Berikut ini, ikan uji selama 40 hari pemeliharaan. 17 Gambar 9. Ikan rainbow kurumoi kontrol 1 dan ikan rainbow kurumoi yang diberi perlakuan tepung udang rebon 2 Sementara itu, data hasil pengukuran terhadap pertumbuhan diperoleh data bahwa setiap perlakuan tidak berbeda nyata, menunjukkan pemberian tepung udang rebon pada pakan yang diberikan, tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan rainbow kurumoi. Hal ini disebabkan kurangnya kecernaan pakan dengan tambahan tepung udang rebon yaitu tingginya serat kasar pakan yang diberi perlakuan tepung udang rebon. Menurut Wiadnya et al. 2000, salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan adalah aspek fisiologi pencernaan dan pakan yaitu terkait dengan kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh dan panjang tubuh. Menurut Cho et al. 1985 dalam Haetami 2002, serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan semakin berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna. Zat gizi pakan dan pertumbuhan ikan merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses Maynard et al. 1979 dalam Haetami 2002. Berdasarkan data selama pemeliharaan, diperoleh data pertumbuhan yang mengalami penurunan antara lain penurunan bobot dan penurunan panjang total tubuh ikan. Penurunan bobot tubuh ikan mulai terjadi pada hari ke 20 yaitu pada perlakuan D udang rebon 45 kemudian hari ke 30 naik dan pada hari ke 40 terjadi penurunan bobot tubuh ikan pada setiap perlakuan. Hal ini dimungkinkan karena terkait dengan nafsu makan ikan yang cenderung rendah pada perlakuan D 2 1 18 udang rebon 45 dibandingkan perlakuan dengan dosis tepung udang rebon yang lebih rendah. Kemungkinan pakan dengan dosis udang rebon 45 memiliki bau yang lebih menyengat dibandingkan dengan pakan pada perlakuan lainnya sehingga mempengaruhi nafsu makan ikan. Hal ini sesuai menurut Parakkasi 1986 dalam Nurfadhillah 2010 bahwa kenampakan, bau, rasa hambar, asin, manis, pahit dan tekstur pakan mempengaruhi nafsu makan ikan. Selain itu, kondisi ikan yang stres akibat dari penanganan saat pengambilan data sampling, kondisi ikan yang sakit serta perubahan lingkungan dapat menyebabkan nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai menurut Huaolian et al. 2002, bahwa selain dikarenakan jumlah energi pada pakan, pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi juga oleh kondisi ikan ketika stres, sakit atau adanya perubahan lingkungan tempat hidupnya. Sementara itu, untuk penurunan panjang total tubuh ikan terjadi pada hari ke 40. Penurunan panjang total tubuh ikan terjadi karena ikan terserang penyakit yang menyebabkan bagian sirip ekornya luka atau geripis sehingga mempengaruhi proses pengukuran panjang total tubuh ikan. Ikan mengalami sakit pada minggu terakhir pemeliharaan, ikan tidak mau makan dan sirip bagian ekor mengalami luka-luka sehingga bagian siripnya geripis atau hilang sebagian. Menurut Tappin 2010, penyakit yang biasa menyerang ikan rainbow yaitu sejenis patogen yang menyebabkan jamur pada tubuh ikan, luka pada sirip ekor dan nafsu makan ikan menurun. 19 IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan