Wisata Ekonomi berbasis Budaya

2. Wisata Ekonomi berbasis Budaya

Kondisi kota Yogyakarta yang menjadi daerah tujuan wisata kedua setelah Bali menyebabkan perkembangan pariwisata di kota Yogyakarta meningkat pesat. Kebutuhan akan cenderamata dan barang-barang khas kota Yogyakarta mengakibatkan munculnya pusat-pusat kegiatan wisata ekonomi yang berorientasi budaya. Kawasan sungai Code yang merupakan bagian dari kota Yogyakarta juga mengalami perkembangan kearah ekonomi. Wilayah-wilayah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai wisata ekonomi berbasis budaya meliputi kelurahan Kotabaru, Suryatmajan, Purwokinanti, Ngupasan dan Prawirodirjan. Tabel 25 menggambarkan potensi wisata ekonomi di kawasan sungai Code. Kondisi ini didukung oleh dekatnya wilayah tersebut dengan pusat pemerintahan dan perdagangan. Di wilayah ini terdapat pusat jajanan dan pusat cenderamata khas kota Yogyakarta. Wilayah Suryatmajan terdapat pengrajin batik dan pembuatan kerajinan dari perak dan logam yang lain yang umumnya cukup diminati oleh para wisatawan. Selain itu, di wilayah ini juga sudah terbentuk pusat perdagangan baru berupa kios-kios kecil yang tertata yang merupakan tempat belanja alternatif dari padatnya jalan Malioboro. Wilayah kelurahan lain yang menjadi wilayah studi, potensi untuk dijadikan tempat wisata budaya kurang walaupun di beberapa kelurahan mempunyai skor yang relatif tinggi. Rendahnya skor yang ada di wilayah tersebut karena di beberapa bagian kota Yogyakarta tidak lagi mempunyai kekhasan wilayah dan jauhnya akses dari pusat kota. Gambar 27 menggambarkan wilayah yang mempunyai potensi wisata ekonomi berbasis budaya. 72 Tabel 25. Nilai hasil skoring terhadap potensi pengembangan wisata ekonomi di kawasan sungai Code No. Kelurahan Letak Aksesibilitas Atraksi Daya tarik Fasilitas Penunjang Jumlah Kategori 1. Kec. Jetis a. Cokrodiningratan b. Gowongan 1 2 4 4 2 1 2 2 3 3 12 12 Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi 2. Kec. Gondokusuman a. Terban b. Kotabaru 1 2 4 4 1 2 1 2 3 3 10 13 Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi Potensial untuk tujuan wisata ekonomi 3. Kec. Danurejan a. Tegalpanggung b. Suryatmajan 1 3 4 4 2 3 2 3 2 3 11 16 Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi Potensial untuk tujuan wisata ekonomi 4. Kec. Pakualaman a. Purwokinanti 1 4 3 3 3 14 Potensial untuk tujuan wisata ekonomi 5. Kec. Gondomanan a. Ngupasan b. Prawirodirjan 3 2 4 4 2 2 3 2 3 3 15 13 Potensial untuk tujuan wisata ekonomi Potensial untuk tujuan wisata ekonomi 6. Kec. Mergangsan a. Wirogunan b. Keparakan c. Brontokusuman 1 1 1 4 4 4 1 2 1 1 2 1 3 2 2 10 11 9 Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi Kurang potensial untuk tujuan wisata ekonomi Sumber: Hasil analisis data primer Gambar 27 Peta potensi wilayah pengembangan wisata ekonomi berbasis budaya Peluang Pengembangan Kawasan Sungai Code sebagai Kawasan Wisata Budaya Peluang pengembangan kawasan sungai Code sebagai kawasan wisata budaya diperoleh dari overlay peta zonasi wisata budaya yang terbentuk dengan peta zonasi kawasan secara fisik. Gambar 28 menggambarkan peluang wisata budaya di kawasan sungai Code. Gambar 28 Peta potensi pengembangan wisata di kawasan sungai Code Kondisi kawasan sungai Code yang beragam merupakan daya tarik tersendiri. Hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan kawasan Code sebagai salah satu kawasan wisata alternatif di kota Yogyakarta. Dari hasil analisis terhadap aspek sosial budaya dan sosial ekonomi diperoleh deliniasi potensi kawasan wisata budaya seluas 4,22 km 2 . Di wilayah Code Utara Kelurahan Cokrodiningratan, Terban dan Kotabaru dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Hal ini didukung oleh adanya bangunan peninggalan Belanda yang masih terawat dengan baik. Selain ini, di wilayah ini juga mempunyai atraksi budaya yang cukup potensial, antara lain kesenian rakyat ketoprak, wayang, campursari, kehidupan masyarakat adat istiadat serta upacara adat yang masih dipertahankan keberadaannya pernikahan, khitanan, bersih sungai. Upacara bersih sungai yang dilakukan di sungai Code Merti Code dilaksanakan secara periodik setahun sekali dan menjadi atraksi wisata budaya yang cukup bagus dan menarik yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk berperan serta. Pengembangan wisata budaya di wilayah ini juga diharapkan dapat mempertahankan keberadaan dan kelestarian sungai yang sebenarnya merupakan kawasan lindung setempat sempadan sungai. Dengan dijadikannya kawasan ini sebagai kawasan wisata budaya diharapkan dapat mengurangi resiko kerusakan bantaran yang lebih besar. Pe ngembalian fungsi sungai akan sangat besar pengaruhnya terhadap upaya tersebut. Kawasan lindung dan penyangga alam di wilayah ini difungsikan kembali sebagai tempat budidaya tanaman asli wilayah seperti bambu ori Bambusa sp dan beringin Hibiscus sp. Keberadaan bambu ori dan beringin di masa lalu dapat mengurangi ancaman wilayah dari banjir yang terjadi di sungai Code. Selain itu, keberadaan tanaman ini akan menambah ruang terbuka hijau di kota Yogyakarta. Di Kawasan Code bagian tengah, terutama wilayah kelurahan Suryatmajan, Purwokinanti, Ngupasan dan Prawirodirjan mempunyai potensi wisata ekonomi yang cukup besar. Hal ini didukung dengan jarak ke pusat kota yang relatif dekat sehingga memudahkan akses ke wilayah ini. Pada kawasan ini terdapat pusat jajanan rakyat, sentra kerajinan, sentra souvenir dan pusat belanja. Sebagai penunjang, pada wilayah ini terdapat banyak penginapan dan fasilitas pendukung lainnya. Di kelurahan Purwokinanti, terdapat atraksi budaya yang sangat potensial yang didukung oleh keberadaan Pura Pakualaman yang merupakan istana wakil raja dan mempunyai adat istiadat jawa yang sangat kental. Keberadaan Pura Pakualaman kurang terlihat karena tertutup oleh keberadaan Kraton Yogyakarta. Pengembangan sebagai zona wisata budaya dapat dila kukan dengan menggali potensi lain dari masyarakat, tidak hanya oleh keberadaan istananya sendiri. Sedangkan wilayah yang lain, merupakan daerah yang kurang potensial sebagai kawasan wisata. Hal ini lebih banyak karena jarak dari pusat kota terlalu jauh. Akan tetapi, kawasan ini masih dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata dengan memperbaiki akses dan fasilitas yang ada sehingga jarak tidak menjadi faktor pembatas pengembangan wisata. Di wilayah ini terdapat pusat kesenian rakyat dan potensi ekonomi, tetapi kurang didukung oleh masyarakat sekitar sehingga terkesan berdiri sendiri. Untuk itu perlu peningkatan partisipasi masyarakat untuk mengangkat wilayahnya sebagai daerah tujuan wisata budaya berbasis ekonomi. Peluang pengembangan kawasan sungai Code menjadi kawasan wisata harus tetap memperhatikan kondisi kawasan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Potensi yang ada di masing-masing kelurahan diarahkan kepada kondisi kawasan sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya. Pada kawasan lindung, dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya seperti upacara adat, jelajah kampung dengan memanfaafkan view dan Merti Code yang tetap menjaga keberadaan kawasan sebagai kawasan lindung. Pada daerah budidaya, pengembangan wisata lebih diarahkan kepada wisata budaya meliputi jelajah kampung, upacara adat, kesenian rakyat dan wisata ekonomi berbasis budaya meliputi sentra kerajinan, pusat jajanan khas. Keinginan Penduduk terhadap Pariwisata Penduduk di bantaran sungai Code pada umumnya mempunyai keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dari 63 responden yang diwawancara, sebagian besar mempunyai tingkat pendapatan yang rendah. Pada dasarnya, apabila ada sumber mata pencaharian yang lain yang dapat mendukung perekonomian keluarga, masyarakat sekitar sungai Code akan berusaha untuk mendapatkannya. Tabel 26 dan 27 memperlihatkan pandangan masyarakat apabila wilayahnya dipergunakan sebagai kawasan wisata. Tabel 26 Pendapat dan harapan responden terhadap wisata sungai Code Jumlah No. Peubah Kategori Jiwa 1. Bantaran Sungai Code dijadikan tempat wisata 1. Setuju 2. Tidak Setuju 58 5 92,06 7,94 2. Harapan terhadap wisatawan 1. Menambah penghasilan 2. Mendapat uang tips 3. Dapat menjual jasa 58 11 20 92,06 17,46 31,75 3. Model wisata yang diinginkan 1. Wisata budaya 2. Wisata air 3. Wisata kampung 4. Wisata belanja 5. Pusat kerajinan 6. Pusat kesenian 7. Pusat jajanan tradisional 30 48 24 12 27 27 21 47,62 76,19 38,10 19,05 42,86 42,86 33,33 Sumber: Data primer yang diolah, 2004 n=63 Tabel 26 menyatakan bahwa sebagi an besar masyarakat yang menjadi responden menginginkan wilayahnya menjadi daerah tujuan wisata alternatif di kota Yogyakarta 92,06 . Sedangkan wisata yang ingin dikembangkan di wilayahnya, sebagian besar menginginkan wisata sungai 76,19 , kemudian wisata budaya 47,62 , pusat kerajinan dan kesenian 42,86 , wisata kampung 38,10 , pusat jajan tradisional 33,33 dan sebagian kecil saja yang menginginkan menjadi kawasan wisata belanja 19,05 . Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui keinginan masyarakat terhadap wilayahnya apabila dijadikan kawasan wisata. Sebagian besar masyarakat bantaran sungai Code menginginkan wilayahnya dijadikan kawasan wisata air. Keinginan masyarakat untuk menjadikan kawasan sungai Code menjadi wisata sungai karena di wilayah kota Yogyakarta sama sekali belum ada wisata sungai ataupun tempat wisata yang orientasinya ke sungai. Akan tetapi keinginan masyarakat untuk menjadikan wilayahnya sebagai daerah tujuan wisata air sulit dilaksanakan karena rendahnya volume air di sungai Code. Kondisi ini antara lain karena sepanjang sungai Code rata-rata sudah digunakan sebagai permukiman dan dilakukan pentaludan sehingga mata air yang berada di kanan-kiri sungai tertutup oleh perkerasan. Apabila wisata sungai akan diakomodir, maka talud beton yang selama ini sudah ada perlu diganti atau dikombinasi dengan tanaman sehingga banyak sumber air yang muncul kembali dan volume air dapat meningkat. 78 Tabel 27 Keinginan masyarakat tiap wilayah untuk menjadikan wilayahnya sebagai kawasan wisata dalam No. Wilayah Studi Wisata Air Wisata Budaya Wisata Kampung Wisata Belanja Pusat Kerajinan Pusat Kesenian Pusat Jajanan Tradisional 1. Kec. Jetis: a. Cokrodiningratan b. Gowongan 71,43 60 100 60 100 100 28,57 20 57,14 40 71,43 60 42,28 40 2. Kec.Gondokusuman: a. Terban b. Kotabaru 60 60 100 40 100 60 40 40 60 60 20 20 20 3. Kec. Danurejan: a. Tegalpanggung b. Suryatmajan 100 100 20 40 20 40 33,33 60 66,66 40 66,66 50 4. Kec. Pakualaman: a. Purwokinanti 83,33 83,33 33,33 16,67 33,33 50 33,33 5. Kec. Gondomanan: a. Ngupasan b. Prawirodirjan 100 83,33 20 33,33 16,67 40 16,67 60 50 40 50 80 33,33 6. Kec. Mergangsan: a. Wirogunan b. Keparakan c. Brontokusuman 100 100 100 33,33 20 33,33 33,33 33,33 40 33,33 33,33 20 33,33 33,33 Sumber: Data primer yang diolah, 2004 Keinginan masyarakat di kelurahan Cokrodiningratan, Gowongan, Terban dan Purwokinanti untuk menjadikan wilayahnya sebagai kawasan wisata budaya dapat diakomodir. Hal ini dikarenakan di wilayah ini banyak potensi wisata budaya yang dapat dikembangkan. Selain itu, dari hasil analisis menyatakan bahwa kawasan ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Wisata kampung yang diinginkan oleh sebagian besar masyarakat di kelurahan Cokrodiningratan, Gowongan, Terban dan Kotabaru dapat dilaksanakan, karena di kawasan ini terdapat pola permukiman yang spesifik. Selain itu, wilayah Cokrodiningratan dan Terban sudah disiapkan sebagai kawasan wisata alternatif yang dicanangkan oleh pemerintah setempat dengan salah satu atraksinya adalah jelajah kampung. Wisata belanja merupakan alternatif wisata yang kurang diinginkan oleh masyarakat di kawasan sungai Code. Keadaan ini lebih disebabkan karena sudah adanya kawasan wisata belanja yang sudah menjadi trade mark kota Yogyakarta, yaitu kawasan Malioboro dan sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan masyarakat lebih memilih alternatif wisata yang lain untuk dikembangkan di wilayahnya. Pusat kerajinan, keseninan dan jajanan tradisional juga diinginkan oleh sebagian masyarakat kawasan sungai Code untuk dikembangkan di wilayahnya. Hal ini lebih banyak karena kawasan tersebut sudah mempunyai sentra-sentra kerajinan. Arahan Pengembangan Kota Perencanaan kota Yogyakarta, seperti halnya kota-kota lain di Indonesia juga membagi ke dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Namun pada kenyataannya karena terbatasnya lahan budidaya sedangkan pertumbuhan penduduk terus bertambah menyebabkan daerah yang seharusnya merupakan kawasan lindung dijadikan kawasan budidaya. Pemekaran kota dan perkembangan penduduk yang cukup pesat menyebabkan kawasan lindung yang ada berubah fungsi menjadi sebagai kawasan permukiman, pusat perdagangan maupun industri. Demikian juga dengan kawasan sungai Code. Sebagian besar wilayah sungai Code, seperti umumnya wilayah di kota Yogyakarta merupakan daerah terbangun. Daerah lindung akhirnya berada di wilayah hulu sungai Code di luar wilayah kota Yogyakarta, yaitu di wilayah kabupaten Sleman walaupun tidak menjamin wilayah lindung tersebut benar-benar difungsikan sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut terjadi karena rencana penetapan status kawasan kota tidak diaplikasikan. Lemahnya aturan dan pengawasan pembangunan serta tingginya urbanisasi menyebabkan semakin banyaknya perumahan di kawasan sungai Code. Akibatnya, semakin banyak daerah terbangun di kawasan tersebut yang menyebabkan degradasi lingkungan yang terjadi semakin tinggi. Pengembalian fungsi sungai dan adanya aturan yang tegas untuk pengembangan kota akan membuat kawasan ini lebih tertata. Gambar 29 menunjukkan rencana tata ruang wilayah kota Yogyakarta. Gambar 29 Peta Rencana Tata Ruang Kota Yogyakarta Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Pengembangan kawasan sungai Code sebagai kawasan wisata budaya tidak terlepas dari peruntukan kawasan yang ditetapkan pemerintah daerah setempat. Kebijakan pemerintah setempat membagi wilayah kota Yogyakarta ke beberapa zona peruntukan akan mempermudah pengembangan wisata di kawasan sungai Code. Kawasan sungai Code yang mempunyai potensi wisata budaya tinggi merupakan kawasan lindung arkeologibudayasejarah, kawasan penyangga alam dan budaya serta sebagai kawasan budidaya penuh sosial, ekonomi dan budaya. Kawasan ini terletak di kelurahan Cokrodiningratan, Terban, Gowongan dan Kotabaru. Pengembangan kawasan ini sebagai kawasan wisata budaya dapat dilakukan dengan melihat bahwa kebijakan pemerintah terhadap kawasan ini sebagian juga digunakan sebagai kawasan lindung arkeologibudayasejarah dan kawasan penyangga alam dan budaya. Di wilayah ini, masyarakat setempat sudah mulai menyadari pentingnya keberadaan sungai dan mulai mengembangkan wisata kampung yang berorientasi kepada kehidupan masyarakat dan sungai Code. Hal inilah yang menyebabkan wilayah ini berkembang sebagai kawasan wisata budaya, selain juga bangunan peninggalan Belanda yang dilestarikan di wilayah ini. Di wilayah kelurahan Gondomanan dan Ngupasan, berdasarkan tata ruang kota, sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan lindung arkeologibudayasejarah selain juga sebagai kawasan penyangga alam dan budaya. Hal ini disebabkan karena dekatnya wilayah ini dengan kraton Yogyakarta sehingga banyak bangunan dan kegiatan yang sangat berorientasi kraton. Namun dari hasil analisis menunjukkan bahwa daerah ini lebih potensi sebagai kawasan wisata budaya yang berorientasi kepada ekonomi. Kondisi ini lebih disebabkan dekatnya wilayah ini dengan pusat perdagangan kota Malioboro dan Pasar Beringharjo sehingga kawasan ini berkembang menjadi kawasan ekonomi walaupun masih berorientasi kepada budaya. Di kawasan ini pusat perdagangan dan kerajinan seperti batik, kerajinan perak dan souvenir serta jajanan khas kota Yogyakarta berkembang pesat. Di wilayah kelurahan Purwokinanti, berdasarkan tataruang kota merupakan kawasan terbangun dengan beberapa bagian merupakan kawasan lindung arkeologibudayasejarah dan kawasan penyangga alam dan budaya. Penetapan kawasan ini sebagai kawasan lindung karena keberadaan kraton Pakualam yang merupakan tempat tinggal patih pada jaman dulu. Berdasarkan analisis yang dilakukan, wilayah ini merupakan daerah yang mempunyai atraksi budaya tinggi sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Keberadaan Pura Pakualaman sangat berpengaruh terhadap tingginya potensi atraksi budaya dengan ritual-ritual budaya jawa yang selalu dilakukan. Namun demikian, dukungan dari masyarakat dan pemerintah untuk menjadikannya kawasan wisata budaya menjadi faktor penentu sehingga budaya yang ada dapat dilestarikan. Kelurahan Prawirodirjan dan Keparakan, berdasarkan tata ruang kota merupakan kawasan lindung alam dan budaya. Namun kenyataannya, daerah ini sudah menjadi daerah terbangun sebagai tempat usaha dan permukiman. Dari analisis wisata yang dilakukan, kawasan ini mempunyai kurang mempunyai potensi wisata. Hal ini lebih disebabkan karena jarak dari pusat perdagangan dan kegiatan yang cukup jauh. Di kawasan ini, pusat perdagangan dan budaya yang terbentuk lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Kondisi ini lebih disebabkan karena informasi tentang wilayah ini kalah dibandingkan dengan wilayah yang lain. Di wilayah kelurahan Wirogunan dan Brontokusuman berdasarkan tata ruang kota merupakan kawasan budaya penuh untuk kegiatan sosial, ekonomi dan budaya. Pada kawasan ini sebagian besar merupakan daerah terbangun, walaupun di beberapa tempat masih terdapat lahan pertanian. Model Konseptual Lanskap Wisata Budaya Konsep Pengembangan Sistem Wisata Budaya

1. Konsep Kawasan