Latar Belakang Pengaruh cekaman kekeringan dan aplikasi mikoriza terhadap morfo fisiologis dan kualitas bahan organik rumput dan legum pakan

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tersedianya hijauan pakan baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha peternakan ruminansia. Kesulitan penyediaan hijauan pakan dalam jumlah besar terutama yang mudah dibudidayakan, daya adaptasi baik dan produksi biomas tinggi merupakan suatu masalah yang sering terjadi di daerah tropis terutama dalam musim kemarau panjang. Kesulitan ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan dan produktivitas ternak ruminansia. Upaya penyediaan hijauan pakan secara berkesinambungan terutama pada saat musim kemarau dimana ketersediaan air tanah terbatas, perlu dilakukan pencarian spesies tumbuhan pakan lokal yang mampu bertahan dalam kondisi kekeringan dan penerapan bioteknologi dalam budidaya tumbuhan pakan. Ketersediaan air di tanah merupakan faktor pembatas dan sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air tanaman berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya. Apabila jumlah air yang tersedia di tanah tidak mencukupi kebutuhan tanaman, maka tanaman akan mengalami gangguan morfologi dan fisiologis sehingga pertumbuhan dan produktifitasnya akan terhambat. Hal ini menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan merupakan salah satu bentuk cekaman biologis yang berarti segala perubahan kondisi lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan fungsi normalnya. Menurut Taiz dan Zeiger 2002 yang dimaksud dengan cekaman kekeringan adalah kandungan air dari sel lebih rendah dibanding saat sel terhidrat penuh, di bawah kadar air relatif 100, disebabkan terutama oleh penurunan kandungan air tanah. Cekaman kekeringan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu kekurangan suplai air di daerah perakaran atau laju kehilangan air evapotranspirasi lebih besar dari absorbsi air meskipun kadar air tanahnya cukup. Cekaman kekeringan menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman dan produksi biomasa, penurunan ekspansi sel dan produksi fotosintesis menjadi berkurang Taiz Zeiger 2002. Menurut Lichtenthaler et al. 1981 respon fisiologis tanaman terhadap cekaman kekeringan adalah penutupan stomata dan mengurangi laju transpirasi, penurunan potensial air jaringan tanaman, penurunan fotosintesis dan menghambat pertumbuhan, akumulasi asam absisik ABA, prolin, mannitol, sorbitol, pembentukan senyawa biokimia askorbat, glutathion, - tocopherol, dan lain-lain, dan sintesis protein baru dan mRNAs. Menurut Pugnaire et al. 1999 respon tanaman terhadap kekeringan terbagi dua, yaitu 1 drought avoiders, tanaman yang menghindari kekeringan dan 2 drought tolerators, tanaman yang mentoleransi kekeringan. Levitt 1980 membedakan antara penghindaran dan toleransi ketahanan terhadap suatu faktor pencekam tertentu. Pada penghindaran, organisme memberi tanggapan dengan memperlemah akibat faktor pencekam. Sebagai contoh, tumbuhan di gurun mungkin menghindari tanah kering dengan memanjangkan akarnya tumbuh ke dalam sampai mencapai air tanah. Sebaliknya, jika tumbuhan mengembangkan toleransi, tumbuhan tersebut memang toleran atau tahan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Tanaman merespon cekaman kekeringan terlihat pada morfologi, metabolik dan tingkat selular dengan modifikasi yang membiarkan tanaman menghindari cekaman atau untuk meningkatkan tolerannya Bray 1997. Song 2005 menyatakan mekanisme vesicular-arbuscular mycorrhiza VAM dapat meningkatkan ketahanan terhadap cekaman kekeringan pada tanaman kemungkinan karena beberapa faktor : 1 meningkatkan hara tanah di rhizosfer; 2 memperluas area akar tanaman sehingga meningkatkan efisiensi penyerapan air; 3 meningkatkan penyerapan unsur hara P dan unsur hara lainnya; 4 mengaktifkan sistem pertahanan tanaman secara cepat; 5 melindungi tanaman dari kerusakan oksidatif karena kekeringan; 6 mempengaruhi ekspresi gen bahan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dicobakan untuk mengembangkan teknik seleksi cepat pada tanaman pakan berdasarkan respon morfologi dan fisiologisnya, sehingga dapat dihasilkan tanaman pakan yang toleran terhadap cekaman kekeringan serta melihat pengaruh dari aplikasi mikoriza dalam mengatasi kekeringan.

1.2 Tujuan