18 0.02
– 1.62 mgL, dengan rata-rata sebesar 0.41 mgL. Konsentrasi amonia tertinggi terdapat di lokasi Sukamaju 2, baik pada saat debit minimum maupun
debit maksimum. Profil penyebaran konsentrasi amonia Sungai Ciujung di semua titik lokasi pada saat debit minimum dan maksimum disajikan dalam
Gambar 9.
Gambar 9 Konsentrasi amonia hasil simulasi model WASP Amonia merupakan indikator masuknya buangan limbah permukiman,
seperti air seni dan tinja. Selain itu, tercemarnya Sungai Ciujung oleh amonia disebabkan banyaknya kegiatan pertanian dan peternakan. Amonia masuk ke
dalam perairan melalui pembusukan organisme yang sudah mati dan limbah serta pengikatan nitrogen atmosferik oleh bakteri. Meskipun amonia
merupakan nutrisi penting untuk ganggang, namun kelebihan jumlah amonia dalam lingkungan perairan dapat menyebabkan eutrofikasi sungai, danau dan
pesisir pantai. Eutrofikasi menyebabkan kandungan oksigen dalam perairan menjadi berkurang. Kandungan amonia relatif kecil jika jumlah kandungan
oksigen terlarutnya tinggi. Kandungan amonia dalam perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Konsentrasi amonia yang tinggi pada
permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan tersebut.
e. Posfor
Posfor yang terdapat dalam air alam atau limbah cair berada dalam bentuk fosfat. Umumnya kandungan fosfat terlarut dalam perairan alami tidak lebih
dari 0.1 mgL kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga dan industri tertentu serta penerima air limbah dari daerah pertanian yang
mangalami pemupukan fosfat. Bila kadar fosfat dalam air sangat rendah lebih kecil dari 0.01 mgL, pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang,
keadaan ini dinamakan oligotof Supartiwi 2000. Unsur posfor adalah unsur yang bertanggung jawab terhadap terjadinya eutrofikasi.
Hasil simulasi posfor baik pada debit minimum maupun debit maksimum, keduanya di bawah kriteria mutu air kelas II sesuai PP 822001, kecuali pada
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8
3 6
9 12
15 18
21 24
27 30
NH
4
m g
L
Jarak km Debit Maksimum
Debit Minimum KMA Maksimum Kelas II
19 lokasi Pamarayan, Cijeruk dan Jongjing. Konsentrasi posfor pada semua titik
lokasi ketika debit minimum berkisar antara 0.06 – 0.45 mgL dengan nilai
rata-rata sebesar 0.06 mgL, sedangkan ketika debit maksimum berkisar antara 0.01
– 0.60 mgL dengan nilai rata-rata sebesar 0.18 mgL. Hasil simulasi posfor dengan model WASP disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10 Nilai posfor hasil simulasi model WASP
Nilai posfor tertinggi ketika debit minimum terdapat pada lokasi Jongjing. Pada saat debit maksimum nilai posfor tertinggi terdapat pada lokasi
Pamarayan. Tingginya nilai posfor pada lokasi tersebut diduga akibat adanya aktivitas pertanian dan peternakan. Kandungan posfor yang cukup tinggi pada
lokasi tertentu seperti Pamarayan, Cijeruk dan Jongjing mendukung terjadinya algae blooming dan eutrofikasi di daerah tersebut. Pada keadaan
tersebut pertumbuhan tanaman dan ganggang menjadi tidak terbatas, sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan menurun dan kekeruhan meningkat.
Hal tersebut mengakibatkan penurunan kualitas air di sebagian besar ekosistem air.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kualitas Sungai Ciujung hasil simulasi model WASP pada kondisi debit minimum dan debit maksimum untuk parameter BOD, DO, amonia, dan posfor
tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II, sedangkan parameter nitrat memenuhi kriteria mutu air kelas II. Nilai rata-rata BOD, DO, Nitrat, Amonia, dan Posfor