PENGEMBANGAN KOMPLEKS PEMAKAMAN PRESIDEN RI KE-4 DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PARIWISATA RELIGI DAN SEKTOR INFORMAL (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makam Presiden RI periode 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berencana dijadikan Taman Wisata Religi. Untuk merealisasikan Taman Wisata Religi, dibutuhkan dana sedikit-dikitnya Rp180 miliar. Dana itu berasal dari APBD Kabupaten Jombang sebesar Rp10 miliar, APBD Jatim Rp30 miliar, dan sisanya APBN sebesar Rp140 miliar. Tahun ini sudah terserap dana sebesar Rp22 miliar yang berasal dari APBD Kabupaten Jombang (Rp 9 miliar), APBD Jatim (Rp1,6 miliar), dan sisanya APBN. Dana yang berasal dari APBD Kabupaten Jombang digunakan untuk pembebasan lahan yang akan dimanfaatkan sebagai lahan parkir, toilet umum, dan pedagang kaki lima. APBD Jatim digunakan untuk membangun sarana bagi pejalan kaki dari lahan parkir menuju ke Taman Wisata Religi. Sementara itu, dana dari APBN digunakan untuk proyek pelebaran jalan dari Diwek menuju Tebuireng. Pada hari-hari biasa jumlah pengunjung Makam Gus Dur di PP Tebuireng mencapai sekitar 2.000 orang. "Kalau Jumat dan akhir pekan bisa mencapai 5.000 orang.1

Hal ini, dibutuhkan upaya pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat yang bekerja di sektor informal terkait dijadikannya makam Gus Dur sebagai Taman Wisata Religi di Kabupaten Jombang, melalui salah satunya dengan mendorong tumbuhnya wiraswastawan-wiraswastawan (enterpreneur)

1


(2)

daerah Kabupaten Jombang sehingga dalam pengembangan tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pemberdayaan masyarakat.

Strategi dalam pengembangan industri pariwisata yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang bekerja di sektor informal antara lain penerapan konsep community based tourism yang merupakan dasar dari suistainable tourism development yang mencakup beberapa hal yaitu penyusunan perencanaan dalam skala lokal, program-program pelatihan yang harus dapat secara lebih praktis mendorong tumbuhnya wiraswastawan-wiraswastawan (enterpreneur) lokal yang lebih mampu bersaing, mendorong tumbuhnya partnership dan mendorong kekuatan lokal untuk bersaing. Pengembangan pariwisata ini akan tercipta suatu pengembangan pariwisata sejati yang memiliki prinsip diantaranya selain penambahan serta peningkatan layanan kepada wisatawan juga terdapat pemberdayaan masyarakat didalamnya. Karena memang pada dasarnya penyelengaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Seperti yang diungkapkan oleh Mc Lennon, bahwa akan tercipta suatu pariwisata yang layak jika pariwisata tersebut memenuhi prinsip-prinsip yang di antaranya pengembangan pariwisata harus memberdayakan penduduknya sebagai basis perkembangan tersebut, lebih lanjut Mc Lennon mengungkapkan suatu


(3)

pariwisata yang layak adalah suatu pariwisata yang memenuhi prinsip-prinsip yang mencakup beberapa hal seperti yaitu antara lain:2

1. Secara aktif mendorong kelangsungan peningkatan di suatu daerah. kebudayaan, sejarah dan alam.

2. Menekankan dan menampilkan indentitas daerah sebagi sesuatu yang unik.

3. Dilakukan berdasarkan pada keterampilan interprestasi peninggalan yang ada.

4. Memberdayakan masyarakat lokal untuk menginterprestasikan warisan mereka kepada para tamu.

5. Membangun rasa bangga masyarakat lokal akan warisan mereka dan meningkatkan hubungan dengan tamu serta keterampilan pelayanan. 6. Membantu memelihara gaya hidup dan nilai-nilai setempat.

7. Memberdayakan masyarakat lokal untuk merencanakan dan memfasilitasi pengalaman berdimensi ganda yang otentik dan bermakna kepada pengunjung.

8. Bersifat antar budaya yang berarti tamu dan tuan rumah sama-sama menerima pengalaman yang saling memperkaya.

9. Mewakili program yang dapat diterapkan di setiap tingkat pengembangan pariwisata dan semua kondisi pariwisata.

10. Menampilkan pendekatan bernilai tambah terhadap pariwisata yang berarti meningkatkan kedalaman dan level pelayanan yang diberi kepada wisatawan

11. Menampilkan suatu pendekatan ke arah pengembangan pariwisata berkelanjutan. Karena menekankan dan menghormati peninggalan suatu daerah serta memberdayakan penduduknya sebagai basis pengembangan pariwisata yang sejati.

Pembangunan makam Abdurahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur dilakukan seiring dengan banyaknya jumlah peziarah di komplek makam yang juga terdiri dari makam ayah Gus Dur, Kiai Wahid Hasyim, dan kakeknya, Kiai Hasyim Asyari. Jumlah peziarah rata-rata per hari mencapai 2.000 orang. Bahkan, pada hari libur meningkat mencapai 7.000 orang. Kebanyakan dana paling banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur berupa jalan provinsi menuju makam, juga lahan parkir, museum, dan tempat istirahat. Kemungkinan dana

2

Marpung, Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta. Hlm; 45-46


(4)

pembangunan dimulai. Diperkirakan pembangunan rampung pada tahun 2013.3 Permasalahan internal adalah perlu diperhatikan dalam pengembangannya adalah dampak terhadap lingkungan yang akan terjadi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, kondisi lingkungan yang memang padat penduduk, lahan parkir yang yang mamang memakan lahan penduduk sekitar. Sedangkan masalah eksternal adalah sebagain masyarakat yang menentang renovasi komplek makam dengan biaya Rp. 180 miliar, karena dianggap masih banyak masalah yang lebih penting di Tanah Air ini, sehingga harus membuang-buang dana APBN dan APBD untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.

Untuk tahap awal, Pemkab Jombang akan melakukan penataan dengan menganggarkan dana sebesar Rp 10 miliar. Dana sebesar Rp 10 miliar itu untuk pembebasan lahan parkir seluas 2 hektar di Dusun Seblak Desa Cukir, Kecamatan Diwek, pembangunan fasilitas umum berupa toilet, kamar mandi dan fasilitas tempat bagi peziarah di area makam. Selain itu pihak Pemkab Jombang juga membebaskan lahan di sebelah selatan wilayah Ponpes Cukir sebagai lahan parkir seluas 2 hektar. Untuk tahap kedua, akan menelan biaya sebesar Rp 103 miliar. Hal itu meliputi perluasan dan pelebaran jalan dari Kota Jombang menuju Ponpes Tebuireng, sepanjang 7 Km. Rencananya, perluasan dan pelebaran jalan ini ditargetkan mulai tahun 2011 mendatang. Sementara jangka panjang, Pemkab Jombang juga menganggarkan dana sebesar Rp 32 miliar untuk perawatan. 4

3

http://www.bagi-bagi-info.co.cc/tag/makam. Diakses tgl 19 November 2010. 4

http://arsipberita.com/show/publik/2010/02/24/pembangunan-makam-gus-dur-akan-habiskan-dana-rp-145-miliar.html. Diakses tgl 24, Februari 2010


(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prospek pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal?

2. Apa yang menjadi kendala Pemerintah Kabupaten Jombang dalam peningkatan wisata religi dan pengembangan sektor informal di lingkungan makam “Gus Dur”?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan prospek pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal.

2. Untuk mendeskripsikan kendala Pemerintah Kabupaten Jombang dalam peningkatan wisata religi dan pengembangan sektor informal di lingkungan makam “Gus Dur”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari adanya penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis

a. Memberikan tambahan wawasan/pengetahuan bagi peneliti sendiri dan pembaca tentang pengembangan pariwisata, khususnya pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal.

b. Memberikan sumbangan referensi bagi penelitian-penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata.


(6)

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan ilmu Politik dan pemerintahan, khususnya konsep pengembangan pariwisata

b. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah, khususnya Kabupaten Jombang dalam pembangunan daerah dan pengembangan potensi daerah dalam pelaksanaanya menggunakan pengembangan pariwisata sebagai pendekatan utamanya.

E.Definisi Konseptual

1. Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4

Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 mencakup pembebasan lahan yang akan dimanfaatkan sebagai lahan parkir, toilet umum, dan pedagang kaki lima. APBD Jatim digunakan untuk membangun sarana bagi pejalan kaki dari lahan parkir menuju ke Taman Wisata Religi. Sementara itu, dana dari APBN digunakan untuk proyek pelebaran jalan dari Diwek menuju Tebuireng.5

2. Pengembangan pariwisata religi

Pengembangan pariwisata religi tidak bisa terlepas dari sarana dan prasarana pendukungnya, sehingga Pemerintah daerah dituntut untuk lebih memperhatikan, bahwa keberhasilan pengembangan pariwisata religi ditentukan tersedianya obyek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas yang

5


(7)

memungkinkan wisatawan mengunjungi kawasan wisata dan tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan kenyamanan pelayanan kepada masyarakat.6

3. Sektor informal

Sektor informal menurut Tokman (2001), adalah sektor dengan usaha-usaha yang terkait dengan kepemilikan terbatas yang mempekerjakan keluarga sebagai tenaga kerja yang tidak dibayar, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan mempunyai tenaga kerja kurang dari 5 orang.7 F.Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penetapan dari indikator-indikator yang akan di pelajari dan dianalisa, sehingga nantinya dapat di peroleh gambaran yang jelas, diantaranya sebagai berikut :

1. Prospek pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal.

a. Pembebasan lahan

b. Pembagian lahan untuk pariwisata religi dan sektor informal

c. Kondisi pengembangan pariwisata religi dan sektor informal sekarang 2. Kendala Pemerintah Kabupaten Jombang dalam peningkatan wisata religi

dan pengembangan sektor informal di lingkungan makam “Gus Dur”. a. Disiplin warga dan PKL

b. Pendanaan untuk pembangunan sarana dan prasarana c. SDM pemerintah dan pedagang

6

Yoeti, Oka, A. 1997. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa. 7


(8)

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskripif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.8

Sementara itu penelitian deskriptif juga diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain.9

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan dan dapat menangkap keadaan sebenarnya dari objek yang diamati. Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Jombang. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a. Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian di lakukan, selain itu juga merupakan tempat di mana peneliti mendapatkan sumber informasi serta data-data yang di perlukan oleh peneliti untuk menunjang penelitian yang dilakukan. Selain itu, Kabupaten Jombang

8

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia 9

Kusmayadi, dan Endor Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.


(9)

memiliki berbagai keindahan alam dan potensi pariwisata lain yang menarik. Sangat disayangkan, potensi tersebut pada umumnya belum digali, dan tidak memiliki pendukung sarana dan prasarana yang memadai untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Jombang; sehingga menunggu adanya investasi untuk menggarapnya. Hal ini sangat penting dan menguntungkan, mengingat posisi Kabupaten Jombang yang bersebelahan dengan daerah tujuan wisata alam Malang di tenggara dan Pacet-Trawas-Tretes di timur; serta wisata historis (situs Majapahit) Trowulan.

b. Makam KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang ada di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang berhasil meraih Anugerah Wisata Nusantara (AWN). Penghargaan itu diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. wisata makam Gus Dur masuk dalam 10 besar. jika dilihat dari jumlah pengunjung, makam cucu pendiri NU itu tidak pernah surut dari peziarah. Setiap hari rata-rata 3 ribu orang datang berkunjung. Jumlah itu meningkat tiga kali lipat jika menginjak hari Sabtu dan Minggu. Karena memang makam Gus Dur tidak pernah sepi pngunjung.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah aktor pembantu peneliti untuk memperoleh data dalam suatu penelitian. Subyek dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang di teliti. Adapun subyek dari penelitian ini adalah:


(10)

1. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jombang (1 orang) 2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (1 orang)

3. Kepala Yayasan Pondok Pesantren Tebuireng (1 orang)

4. Warga Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang (5 orang) 5. Pedagang dan peziarah (3 orang)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena lancarnya penelitian ini tergantung dari teknik pengumpulan data yang akurat. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan meliputi, sumber tertulis sebagai data tambahan yang berasal dari majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Selain itu juga di gunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, lalu di tegaskan oleh Lincln dan Guba mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, dan keputusan. Adapun pembagian wawancara menurut Lexy J. Moeloeng adalah, (a). Wawancara pembicaraan formal, (b). Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara (c). Wawancara baku terbuka di harapkan peneliti dapat memperoleh data yang di perlukan peneliti dalam melakukan penelitian10.

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang di lakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. Artinya data di

10


(11)

peroleh secara langsung dalam keadaan sadar dari objek peneliti dengan melakukan pengamatan yang tersistematis yang dilakukan dangan cara merekam kejadian dan mencatatnya.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia.

5. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.11 Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian kali ini adalah kualitatif. Dari penelitian ini maka data akan dianalisa dengan pelukisan keadaan obyek berdasarkan data obyektif. Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisa terhadap data tersebut. Analisa adalah proses menyusun data agar dapat di tafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, tema atau kategori.12 Sementara itu, tahap-tahap dalam menganalisa data secara kualitatif tersebut yaitu:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh di lokasi penelitian (data lapangan) dituangkan dalam laporan atau uraian yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari temanya. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

11

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung: Rosdakarya 12

Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kulitatif. Cetakan Ketujuh Belas.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(12)

2. Penyajian data

Penyajian merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang dimaksudkan agar memudahkan untuk melihat gambaran secara keseluruhan bagian-bagian yang tertentu dari penelitian.

Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang suatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak berupa tabel-tabel dengan ukuran-ukuran statistic. Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata terwawancara sendiri. Selain itu, hasil penelitian kualitatif juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis makna dari setiap data yang didapat yaitu mencari pola, tema, hubungan yang sama, hal-hal yang sering muncul, dan hal-hal lainya yang tertuang dalam kesimpulan. Dengan bertambahnya data melalui proses penarikan kesimpulan tersebut, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat mendasar.


(13)

Dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan penarikan kesimpulan selama penelitian berlangsung.

Ketiga tehnik analisa data tersebut, baik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan pada dasarnya sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.13 (Miles dan Huberman, 1992, hal.19).

Sehingga dalam penelitian kualitatif, analisis data pada akhirnya akan lebih banyak didominasi oleh kata, kalimat dan ungkapan serta sedikit sekali menggunakan data yang berupa angka. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan akan ditampilkan tabel untuk mendukung kelengkapan data dan kevalidan data.

Gambar 1. Proses Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles dan Huberman diterjemahkan Rohadi, 1992, h.20

13

Milles, M.E3. dan Hubberman A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif; terjemahan. Jakarta: UI press

Pengumpulan dat a

Reduksi dat a

Penyajian dat a

Kesimpulan-kesimpulan: penarikan/ verif ikasi


(14)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Hari Budi Setiyawan 06230044

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(15)

Nama : Hari Budi Setiyawan

NIM : 06230044

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang).

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D) (Drs. Jainuri, M.Si)

Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan


(16)

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)

Pada tanggal: 23-April- 2011 Dihadapan Dewan Penguji

1. Drs. H.Achmadur.Rifa’i, M.Si (...)

2. Drs. Krishno Hadi (...)

3. Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D (...)

4. Drs. Jainuri, M.Si (...)

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(17)

melimpahkan rahmat, ni’mat dan taufiknya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian penelitian ini memerlukan pencurahan tenaga dan pikiran, oleh sebab itu diharapkan hasilnya akan banyak memberikan konstribusi, manfaat dan informasi baru tentang pengembangan pariwisata religi dan sektor informal dalam rangka membangun wawasan berfikir dibidang sosial dan upaya meningkatkan kebijakan pelayanan publik yang lebih baik.

Penelitian yang kami lakukan ini berjudul “Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang)”. Secara sadar kami mengakui, bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan terutama karena penelitian sifatnya kasuistik, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi secara umum. Untuk itu, penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan fokus penelitian ini sangat diperlukan.

Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung terhadap penelitian ini. Mudah-mudahan amal baiknya diterima disisi Allah SWT sebagai amal shaleh, Amiin. Secara khusus kami sampaikan kepada :

1. Kedua orang tuaku, karena pengorbanan dan motivasinya, sehingga kami dapat menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.


(18)

terimakasi atas pengorbanan dan waktu yang diberikan dalam proses bimbingan skripsi

4. Bapak Drs. H.Achmadur.Rifa’i, M.Si, selaku penguji terimakasi atas masukan yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini

5. Bapak Drs. Krishno Hadi, selaku penguji terimakasi atas masukan dan kritikan dalam perbaikan skripsi ini

6. Teman-teman seperjuangan di Universitas Muhammadiyah Malang, tempat dimana kami dapat saling berbagi, berdiskusi bersama.

Akhirnya kami tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya selama perkuliahan ini terutama terhadap kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Kami tetap berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat, Amiin.

Malang, 23-April- 2011 Penyusun


(19)

Fakultas : FISIP

Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi : Strata. 1 (S-1)

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang)

Pembimbing : 1. Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D 2. Drs. Jainuri, M.Si

Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing Keterangan

I II

Tanggal 09-01-2010 Revisi Bab I /Proposal

Tanggal 23-11-2010 ACC Bab I

Tanggal 26-11-2010 Seminar

Tanggal 14-12-2010 Revisi Bab II/III

Tanggal 23-01-2011 ACC Bab II/III

Tanggal 18-02-2011 Bimbingan Bab IV/V

Tanggal 12-03-2011 Revisi Bab IV/V

Tanggal 16-04-2011 ACC Bab IV dan V

Tanggal 19-04-2011 ACC ujian

Malang, 23-April- 2011 Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D) (Drs. Jainuri, M.Si)

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(20)

Fakultas : FISIP

Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi : Strata. 1 (S-1)

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 23-April- 2011


(21)

kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal (Studi pada Pemerintah Kabupaten Jombang)”, Pembimbing I: Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D; Pembimbing II: Drs. Jainuri, M.Si.

Makam Presiden RI periode 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berencana dijadikan Taman Wisata Religi. Untuk merealisasikan Taman Wisata Religi, dibutuhkan dana sedikit-dikitnya Rp180 miliar. Dana itu berasal dari APBD Kabupaten Jombang sebesar Rp10 miliar, APBD Jatim Rp30 miliar, dan sisanya APBN sebesar Rp140 miliar. Hal ini, dibutuhkan upaya pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat yang bekerja di sektor informal terkait dijadikannya makam Gus Dur sebagai Taman Wisata Religi di Kabupaten Jombang. Pembangunan makam Abdurahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur dilakukan seiring dengan banyaknya jumlah peziarah di komplek makam yang juga terdiri dari makam ayah Gus Dur, Kiai Wahid Hasyim, dan kakeknya, Kiai Hasyim Asyari. Jumlah peziarah diperkirakan per hari mencapai 2.000 orang. Bahkan, pada hari libur meningkat mencapai 7.000 orang. Kebanyakan dana paling banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur berupa jalan provinsi menuju makam, juga lahan parkir, museum, dan tempat istirahat

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan. Dari hasil data yang diperoleh:

(1). Prospek pengembangan kompleks pemakaman Preside RI ke-4 dalam rangka pengembangan pariwisata religi dan sektor informal, yang meliputi: Pembebasan lahan, dimana Pemerintah Kabupaten Jombang telah menyediakan anggaran sebesar Rp 9 miliar untuk membebaskan lahan seluas 4,2 hektar yang bakal digunakan untuk membangun fasilitas umum pendukung. Lokasi lahan itu berada sekitar 250 meter dari areal makam Gus Dur yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng. Pembebasan lahan dan pembangunan-pembangunan itu dilakukan secara bertahap. akan disiapkan tanah sekitar 6,7 hektar. Lahan tersebut itu rencananya untuk membangun infrastruktur pendukung. Yakni, lahan parkir, tempat pedagang dan lain sebagainya. Lahan tersebut berada di belakang masjid Ulul Albab Tebuireng, atau berjarak 200 meter dari makam mantan presiden ke-4 tersebut. Pemerintah Kabupaten Jombang kembali menambah anggaran untuk pembebasan lahan kawasan makam mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur seluas 7 hektar. Selain itu, pembagian lahan untuk pariwisata religi dan sektor informal, dimana dana yang berasal dari APBD Kabupaten Jombang digunakan untuk pembebasan lahan seluas 4,5 hektare yang akan dimanfaatkan sebagai lahan parkir, tolilet umum, dan pedagang kaki lima.


(22)

Sementara, pihak Pondok Pesantren Tebu Ireng telah mempersiapkan tempat untuk pentakziah. Alur keluar masuk pentakziah telah diatur sedemikian rupa. Untuk saat ini sudah mulai masterplane kawasan dan rencana bangunan tata lingkungan untuk parkir yang sementara ini difokuskan menyusun masterplane kawasan pondok (2) Kendala Pemerintah Kabupaten Jombang dalam pengembangan wisata religi dan sektor informal di lingkungan makam Gus Dur, yang meliputi: Disiplin warga dan PKL, dimana sistem yang dipakai dalam mendisiplinkan pedagang adalah dengan mendata semua pedagang menurut klasifikasinya masing-masing. Begitupun dengan penertiban warga atau peziara yang semakin banyak telah ditertibkan dengan masuk melalui pintu belakang, namun tetap saja terkendala dengan banyaknya pedagang yang kurang disiplin dalam berdagang sehingga mengganggu masyarakat lainnya. Masalah pendanaan untuk pembangunan sarana dan prasarana diperoleh dari berbagai sumber dana yang digunakan untuk membangun objek wisata religi di Pondok Pesantren Tebuireng dan infrastruktur jalan itu berasal dari APBN Rp 140 miliar, APBD Provinsi Jatim Rp 10 miliar, dan APBD Kabupaten Jombang Rp 9 miliar serta APBD Jatim Rp 1,6 miliar, dan sisanya APBN. SDM pemerintah setempat perlu ditingkatkan, seperti harus dilakukan adalah peraturan tegas untuk mengatur hal-hal kecil seperti penertiban pedagang asongan, tukang parkir liar, lalu lintas sekitar pondok dan juga perundang-undangan yang jelas bagi objek wisata ziarah makam K.H abdurrahman wahid. pemerintah setempat, khususnya Satpol PP tidak memberikan solusi tempat yang akan digunakan untuk PKL berjualan lagi. Sedangkan mengenai SDM masyarakat memang masih ada sebagian masyarakat yang ada di sekitar pondok maupun santri sangatlah kurang tentang pengetahuan kepariwisataannya.

Meyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(23)

cemetery to President RI-4 in order to develop religious tourism and the informal sector (Studies in Jombang District Government)", Advisor I: Prof. H.M. Mas'ud Said. Ph.D; Advisors II: Drs. Jainuri, M.Si.

Presidential Mausoleum period 1999-2001, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) plans as a tourist park Religion. To realize Religion Park, needed funds at least Rp180 billion. The funds came from the budget of Rp 10 billion Jombang district, East Java Rp 30 billion budget, and the rest of the state budget amounting to Rp140 billion. This requires the local government's efforts to empower people working in the informal sector tombs associated maketh Gus Dur as Park Religion in Jombang. Construction of the tomb of Abdurahman Wahid who was familiarly called Gus Dur is in line with the large number of pilgrims at the tomb complex which also consists of Gus Dur's father's tomb, Kiai Wahid Hasyim, and his grandfather, Kiai Hasyim Asyari. The number of pilgrims is expected to reach 2,000 people every day. In fact, on holidays increased to 7,000 people. Most of the fund's most widely used for infrastructure development of the provincial road towards the cemetery, also ample parking, museum and resting place.

This research was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Technique of collecting data is done through: Observations and interviews and documentation. Validity After examination, the data were analyzed by way of presenting the data at once analyzed and conclusion. From the data obtained:

Prospect cemetery development President RI-4 in order to develop religious tourism and the informal sector, which includes: Acquisition of land, which the Government of Jombang district has provided a budget of USD 9 billion to liberate the land area of 4.2 hectares which will be used to construct public facilities supporters. The location field is located about 250 meters from the area of Gus Dur's tomb located in Boarding School Tebuireng environment. Land acquisition and construction-development was done in stages. will put up an average of 6.7 hectares of land. The land it plans to build supporting infrastructure. Namely, the parking lot, where merchants and others. Land is located behind the mosque Ulul Albab Tebuireng, or 200 meters from the tomb of former president of the 4th it. Jombang regency government again increase the budget for land acquisition area of the tomb of former president Abdurrahman Wahid or Gus Dur area of 7 acres. In addition, the division of land for religious tourism and the informal sector, where funds derived from Jombang district budget is used for the liberation of the land area of 4.5 hectares which will be used as a parking lot, toilet general, and street vendors. Budgets Java is used to build facilities for pedestrians from parking area to the Tourism Park Religion. To


(24)

now has begun to masterplane region and plans to landscape the building for a temporary parking is focused set masterplane cabin area.

Obstacle Jombang District Government in the development of religious tourism and the informal sector within the tomb of Gus Dur, who include: Discipline residents and street vendors, where the system used in a disciplined trader is to log all merchants according to their respective classification. Likewise with the control of citizens or condolencer that more and more have been disciplined by logging in through the back door, but still constrained by the number of traders who lack discipline in the trade that it interferes with other people. The problem of funding for infrastructure development is obtained from various sources of funds used to build a religious tourist attraction in Boarding School Tebuireng and road infrastructure was coming from Rp 140 billion state budget, regional budget of Rp 10 billion in East Java Province, and Jombang Regency APBD Rp 9 billion, and budget Java Rp 1.6 billion, and the rest of the state budget. Local government human resources need to be improved, as must be done is to set strict rules little things like control of hawkers, illegal parking, traffic around the cabin and also legislation that is clear to the tomb of tourist pilgrimage KH Abdurrahman Wahid. local government, especially scurity does not provide a solution space that will be used for street vendors selling again. As for the HR community there are still some people around the cabin as well as students is less about knowledge tourism.

Approve,

Advisor I: Advisors II:


(25)

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Lembar Persembahan ... iv

Kata pengantar ... v

Abstraksi ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian ... 8

2. Lokasi Penelitian ... 8

3. Subyek Penelitian ... 9

4. Teknik Pengumpulan Data ... 10


(26)

3. Pariwisata Religi ... 19

4. Pengembangan Sektor Informal... 20

B. Pemerintah Daerah ... 22

1. Pengertian Pemerintah Daerah ... 22

2. Unsur Pemerintah Daerah... 22

3. Urusan Pemerintah Daerah ... 24

4. Fungsi Pemerintah Daerah ... 25

5. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Pariwisata Daerah ... 25

C. Wisata Religi Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ... 33

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Geografis Desa Cukir ... 37

1. Potensi Wilayah Desa Cukir ... 37

2. Demografi ... 38

3. SDM Pemerintah Desa ... 42

B. Makam Presiden RI periode 1999-2001 ... 44

1. Rencana Pengembangan Makam (Gus Dur) ... 44

2. Sejarah Gus Dur ... 48


(27)

1. Pembebasan lahan ... 56

2. Pembagian Lahan untuk Pariwisata Religi dan Sektor Informal ... 60

3. Kondisi Pengembangan Pariwisata Religi dan Sektor Informal... 65

B. Kendala Pemerintah Kabupaten Jombang dalam pengembangan wisata religi dan sektor informal di lingkungan makam “Gus Dur” ... 71

1. Disiplin warga dan PKL ... 71

2. Pendanaan untuk Pembangunan Sarana dan Prasarana... 77

3. SDM pemerintah dan pedagang ... 81

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(28)

Menunjang Otonomi Daerah" Diakses pada tanggal 12 September 2008 Dari www. wisatamelayu-com

Damanik, Janainton.dkk.2005. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta. Pusat Studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Republik Indonesia

I Nengah Subadra. 2007. “Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Pariwisata" diakses pada tanggal 12 September 2008 Dari.

(www.subadra.wordpress.com)

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Kebijaksanaan dan Strategi Pengentasan Kemiskinan. Malang: Unibraw

Kusmayadi, dan Endor Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Marpung, Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

Milles, M.E3. dan Hubberman A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif; terjemahan. Jakarta: UI press

Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kulitatif. Cetakan Ketujuh Belas.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Suharto, Edy. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung.Refika Aditama

Suhendra, K. 2005. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Supanji, Babad. Dkk.2004." Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah". Humaniora


(29)

Subejo dan Supriyanto. 2004."Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat". Diakses pada tanggal 31 juli 2008 Dari http://subejo.stafF.ugm.ac.id/wp-contenVpaper-bem-2004.pd http://www.antaranews.com/berita/1281692612/makam-gus-dur-jadi-wisata-religi http://www.bagi-bagi-info.co.cc/tag/makam. Diakses tgl 19 November 2010 http://arsipberita.com/show/publik/2010/02/24/pembangunan-makam-gus-dur-akan-habiskan-dana-rp-145-miliar.html. Diakses tgl 24, Februari 2010

http://www.slideshare.net/suparmono/2-sektor-informal

Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Wikipedia. 2008. "Pemerintah Daerah". Diakses pada Tanggal 20 September 2008 Dari www.wikipedia.com


(1)

realize this, country government provides a budget of USD 9 billion which was taken from the local budget. While the development of religious tourism and the informal sector has now been brought forward for Tebuireng and surrounding areas. The dynamics of the region Tebuireng keenly felt among the students and surrounding communities, students and students living in the region Tebuireng. Meanwhile, the Boarding School Tebu Ireng has prepared a place for condolencer. The flow in and out condolencer been arranged in such a way. For now has begun to masterplane region and plans to landscape the building for a temporary parking is focused set masterplane cabin area.

Obstacle Jombang District Government in the development of religious tourism and the informal sector within the tomb of Gus Dur, who include: Discipline residents and street vendors, where the system used in a disciplined trader is to log all merchants according to their respective classification. Likewise with the control of citizens or condolencer that more and more have been disciplined by logging in through the back door, but still constrained by the number of traders who lack discipline in the trade that it interferes with other people. The problem of funding for infrastructure development is obtained from various sources of funds used to build a religious tourist attraction in Boarding School Tebuireng and road infrastructure was coming from Rp 140 billion state budget, regional budget of Rp 10 billion in East Java Province, and Jombang Regency APBD Rp 9 billion, and budget Java Rp 1.6 billion, and the rest of the state budget. Local government human resources need to be improved, as must be done is to set strict rules little things like control of hawkers, illegal parking, traffic around the cabin and also legislation that is clear to the tomb of tourist pilgrimage KH Abdurrahman Wahid. local government, especially scurity does not provide a solution space that will be used for street vendors selling again. As for the HR community there are still some people around the cabin as well as students is less about knowledge tourism.

Approve,

Advisor I: Advisors II:


(2)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Lembar Persembahan ... iv

Kata pengantar ... v

Abstraksi ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian ... 8

2. Lokasi Penelitian ... 8

3. Subyek Penelitian ... 9

4. Teknik Pengumpulan Data ... 10


(3)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Pariwisata Religi.. ... 14

1. Pengertian Pariwisata ... 14

2. Pengembangan Pariwisata Daerah ... 15

3. Pariwisata Religi ... 19

4. Pengembangan Sektor Informal... 20

B. Pemerintah Daerah ... 22

1. Pengertian Pemerintah Daerah ... 22

2. Unsur Pemerintah Daerah... 22

3. Urusan Pemerintah Daerah ... 24

4. Fungsi Pemerintah Daerah ... 25

5. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Pariwisata Daerah ... 25

C. Wisata Religi Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ... 33

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Geografis Desa Cukir ... 37

1. Potensi Wilayah Desa Cukir ... 37

2. Demografi ... 38

3. SDM Pemerintah Desa ... 42

B. Makam Presiden RI periode 1999-2001 ... 44

1. Rencana Pengembangan Makam (Gus Dur) ... 44

2. Sejarah Gus Dur ... 48


(4)

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Prospek Pengembangan Kompleks Pemakaman Presiden RI ke-4 Dalam

Rangka Pengembangan Pariwisata Religi dan Sektor Informal ... 56

1. Pembebasan lahan ... 56

2. Pembagian Lahan untuk Pariwisata Religi dan Sektor Informal ... 60

3. Kondisi Pengembangan Pariwisata Religi dan Sektor Informal... 65

B. Kendala Pemerintah Kabupaten Jombang dalam pengembangan wisata religi dan sektor informal di lingkungan makam “Gus Dur” ... 71

1. Disiplin warga dan PKL ... 71

2. Pendanaan untuk Pembangunan Sarana dan Prasarana... 77

3. SDM pemerintah dan pedagang ... 81

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggito.1995. Pembangunan Ekonomi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: BPFE UGM

Dahliana Hasan. 200S"Pendapatan Asli Daerah Dari Industri Pariwisata dalam Menunjang Otonomi Daerah" Diakses pada tanggal 12 September 2008 Dari www. wisatamelayu-com

Damanik, Janainton.dkk.2005. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta. Pusat Studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Republik Indonesia

I Nengah Subadra. 2007. “Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Pariwisata" diakses pada tanggal 12 September 2008 Dari.

(www.subadra.wordpress.com)

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Kebijaksanaan dan Strategi Pengentasan Kemiskinan. Malang: Unibraw

Kusmayadi, dan Endor Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Marpung, Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

Milles, M.E3. dan Hubberman A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif; terjemahan. Jakarta: UI press

Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kulitatif. Cetakan Ketujuh Belas.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Suharto, Edy. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung.Refika Aditama

Suhendra, K. 2005. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Supanji, Babad. Dkk.2004." Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah". Humaniora


(6)

Sumber lain:

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2004." Formulir Isian Untuk Analisi SWOT untuk Sepuluh Fungsi Pemerintah Daerah'" Diakses pada tanggal 21 sepember 2008 dari www.scbdp.com

Subejo dan Supriyanto. 2004."Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat". Diakses pada tanggal 31 juli 2008 Dari http://subejo.stafF.ugm.ac.id/wp-contenVpaper-bem-2004.pd http://www.antaranews.com/berita/1281692612/makam-gus-dur-jadi-wisata-religi http://www.bagi-bagi-info.co.cc/tag/makam. Diakses tgl 19 November 2010 http://arsipberita.com/show/publik/2010/02/24/pembangunan-makam-gus-dur-akan-habiskan-dana-rp-145-miliar.html. Diakses tgl 24, Februari 2010

http://www.slideshare.net/suparmono/2-sektor-informal

Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Wikipedia. 2008. "Pemerintah Daerah". Diakses pada Tanggal 20 September 2008 Dari www.wikipedia.com


Dokumen yang terkait

Analisis Sektor Pariwisata dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Kota Parapat

2 41 133

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Guna Menunjang Pendapatan Asli Daerah (Studi Tentang Pengembangan Wisata Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep)

5 25 35

Kajian pengembangan sektor pariwisata dalam rangka meningkatkan keragaan perekonomian wilayah Kabupaten Tana Toraja

1 29 306

Kajian pengembangan sektor pariwisata dalam rangka meningkatkan keragaan perekonomian wilayah Kabupaten Tana Toraja

0 4 161

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

7 42 146

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK – OBYEK WISATA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PARIWISATA DI Identifikasi Potensi Obyek-obyek Wisata dalam Rangka Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Batang.

0 1 13

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

0 0 36

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata (Studi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tebing Tinggi)

0 0 4

UPAYA PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN JOMBANG (Studi Deskriptif Pengembangan Agrowisata Panglungan Wonosalam dan Kontribusi Perusahaan Daerah Perkebunan Panglungan Terhadap PAD Kabupaten Jombang) TUGAS AKH

0 0 14

Kolaborasi antar Stakeholders dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Giri di Kabupaten Gresik

0 0 11