Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.Yoeti,Okta.1982 Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata, Jakarta:PT Pradnya Paramita

Bryson, M. Jhon.1999. Strategik Planning For Public & Non Profit Organization. Jossey-Bass Inc, USA

Djaman Sotari & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

I Gede Pitana & I Ketut Suryo Diarta, 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi

GitoSudarmo, Indriyo. 2001. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE. Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Strategik.Malang:UMM Press.

Jogiyanto.2005.Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Kaho, Josef. 2007. Prosfek Otomoni Daerah di Daerah Republik Indonesia. Jakarta: PT RajaGarfindo.

Koswara Kertapraja.2010. Pemerintah Daerah. Jakarta: Inner

Oka Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, Dan Implementasi. Jakarta : Kompas

Singarimbun, Masri Dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

Suyanto, Bagong Dan Sutinah. 2008. Metodse Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.

Stoner, James, dkk.1996. Manajemen. Jakarta : PT Prenhallindo.

Syamsuddin Haris,2005. Desentralisasi Dan Otonomi Daerah. Jakarta: Lipi Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo


(2)

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Menurut Nawawi (2005: 64) bahwa bentuk deskriptif yaitu bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat actual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pariwisata Jl. Sisingamangaraja Open Stage, Kabupaten Samosir, Kecamatan Pangururan.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto. 2005: 171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu

1. Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,


(4)

2. Informan Utama, yaitu mereka terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti,

3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti,Hendrarso (dalam Suyanto, 2005: 171-172).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian terdiri dari:

a. Informan kunci, yaitu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

b. Informan Utama, yaitu Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Kepala Bidang Pemasaran Wisata dan Kepala Bidang Pengembangan Wisata

a) Informan biasa, yaitu Pengusaha objek wisata dan wisatawan yang berkunjung.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:


(5)

a) Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan.

b) Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala- gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b) Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan- catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.


(6)

4.5Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan penulisan dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif adalah analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar penelitian dalam menghubung- hubungkan fakta, data dan informasi. Jadi teknik analisis data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara dan melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan dilapangan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(7)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari kabupaten induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.

a. Kondisi Geografis

Posisi geografis Kabupaten Samosir berada pada 2°24°-2° 45’ LU dan 98° 21’-99° 55’ BT. Secara administrasi wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu:

a. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

b. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

c. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Humbahas

d. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau Samosir di tengah Danau Toba, dan 3 kecamatan di daerah lingkar luar Danau Toba tepat pada pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah Kabupaten Samosir secara Keseluruhan mencapai 254. 715 Ha, terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha


(8)

dan perairan danau seluas 110. 260 Ha. Luas dan batas perairan kawasan Danau Toba belum ada ketentuan yang pasti. Namun mengingat Pulau Samosir tepat berada dan dikelilingi oleh Danau Toba, secara proporsional luas perairan Danau Toba yang menjadi bagian daerah Kabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan bahagian terluas dibandingkan dengan enam kabupaten lainnya di sekeliling perairan Danau Toba.

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 sampai dengan 1. 700 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi:

a. 700 m s/d 1. 000 m dpl = ± 10% b. 1.000m s/d 1.500 m dpl = ± 25% c. >1. 500 m s/d dpl = ± 65%

Topografi dan kantor tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang, dengan komposisi kemiringan:

a. 0-2° (datar) = ± 10%

b. 2-15° (landai) = ± 20%

c. 15-40° (miring) = ± 55% d. >40° (terjal) = ± 15% b. Iklim

Dengan posisinya yang berada di garis khatulistiwa, kabupaten Samosir tergolong ke dalam beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17° C-29° C, dengan kelembapan udara rata-rata 85.04%. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pertahun adalah 1.700-1.400 milimeter.


(9)

c. Wilayah Administrasi Pemerintahan

Wilayah pemerintah Kabupaten Samosir setelah pemekaran terdiri dari 9 kecamatan dengan 111 desa, dan 6 kelurahan. Dari 117 desa/ kelurahan, 107 desa (91, 4%) termasuk desa swakarya, dan 7 desa tergolong desa swasembada, dan sisanya 3 desa masih tergolong desa swadaya.

Tabel 5: Luas dan Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas (ha) Jumlah Desa/ Kelurahan

1. Sianjur mula-mula 14.024 11

2. Harian 39.460 11

3. Sitio-tio 24.901 6

4. Pangururan 8.465 28

5. Ronggur nihuta 8.715 8

6. Simanindo 19.820 16

7. Palipi 14.340 13

8. Nainggolan 8.756 12

9. Onan Runggu 5.914 12

Jumlah 144.425 117

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013

Desa yang terluas di Kabupaten Samosir, adalah pada Kecamatan Harian dengan luas 39.460 ha. Sementara untuk jumlah desa/ kelurahan yang paling banyak ada pada Kecamatan Pangururan dengan jumlah 28 desa/ kelurahan.

d. Kependudukan dan Sosial Budaya

Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya mayarakat di Kabupaten Samosir mempunyai karakter yang khas yang memegang teguh kebudayaan dan agama serta adat-istiadat yang ada di daerah tersebut. Kabupaten


(10)

Samosir terdiri dari 9 kecamatan dengan jumlah penduduk di Kabupaten hingga tahun 2013 kurang lebih197.930 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Samosir secara umum adalah sekitar 90 jiwa/ km². Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pangururan sebesar 293 jiwa/ km². Sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Hariaan 29 jiwa/ km².

e. Visi dan Misi Kabupaten Samosir

Yang menjadi Visi Kabupaten Samosir tahun 2011-2015 adalah: “Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif 2015” Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut:

1. Wisata Lingkungan mengandung makna bahwa pariwisata yang mempertimbangkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan dimasa kini dan masamendatang dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung (wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar dan masyarakat tuan rumah. Arah pengembangan destinasi pariwisata lingkungan adalah pariwisata berkelanjutan yaitu upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup melalui pengaturan, penyediaan pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam dan budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.

2. Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan berkreasi, mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai tantangan, untuk menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru akan seni, budaya dan situs/artefak sejarah etnis Batak maupun kawasan wisata rekreasi yang berbasis lingkungan.


(11)

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka disusun Misi Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:

a) Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart.

b) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya alam (SDA) yang berkelanjutan dan terkendali.

c) Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.

d) Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan demokrasi dan penegakan hukum.

e) Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.

4.1.2 Gambaran Umum dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

A. Sejarah Kepariwisataan Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir, sebahagian besar dikelilingi oleh perairan danau toba. Daratan dan danau toba memiliki potensi wisata yang beragam, baik dari sisi produk wisatawan. Dengan alam yang indah dan kekayaan budaya yang dimilki sangat potensial, menawarkan berbagai daya tarik wisata yang layak untuk dikembangkan menjadi Objek Tujuan Wisata (OTW). OTW Kabupaten Samosir di kawasan Danau Toba menyimpan potensi untuk wisata bahari, sedang daratan Pulau Samosir dan pegunungan sekitar Danau Toba potensial dikembangkan menjadi Wisata Alam, Wisata Rohani, Wisata Agro, dan Wisata Seni Budaya, situs sejarah dan atraksi seni yang turun temurun.


(12)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata di Kabupaten Samosir terdiri dari daya tarik bersifat tangible (berujud) seperti daya tarik pantai bahari/ danau, museum dan situs, panorama alam, agroforestry maupun wisata olahraga, sedang yang bersifat intangible (tidak berujud) seperti sehaja dan budaya masyarakat tradisional serta event budaya (pesta dan senibudaya) yang menjadi peristiwa pariwisata.

Sesungguhnya kawasan Danau Toba Kabupaten Samosir sudah lama dikenal oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara (diperkirakan berkembang sejak tahun 70-an), karena keindahan panorama Danau Toba yang terbentang luas, pulau di atas danau, masyarakat yang hidup dari potensi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan serta industri kecil, sehingga sepanjang zaman Kabupaten Samosir tidak pernah mengalami kekurangan.

Sebagaimana disebut di atas bahwa Kabupaten Samosir kaya akan objek wisata alam, budaya dan sejarah. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan mengingat letak geografis dan iklimnya, dan suasana kemasyarakatan sehingga akan berkembang pada jenis wisata lainnya seperti wisata agro, ecotourism, wisata olahraga, wisata spiritual dan lain sebagainya.

Secara umum jenis dan objek tujuan wisata di Kabupaten Samosir yang tersebar di 9 kecamatan adalah Wisata Alam/ Lingkungan (Danau Toba, Pantai Yang indah, air yang jernih, bukit pegunungan yang hijau, panorama) Wisata Budaya (situs, peninggalan sejarah, seni budaya); Wisata Olahraga (renang, dayung, volley pantai, lari/ jalan, paralayang, terbang layang, sepeda gunung, lintas alam, dsb).


(13)

Untuk pengembangan dan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Samosir telah diterbitkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) pada tahun 2007 dan Detail Engginering Design (DED) kawasan Air Panas (Aek Rangat Kec. Pangururan), sementara kawasan Sigulatti dan Pusuk Buhit telah diusulkan ke Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk dibangun sebagai kawasan Cagar Budaya.

Selanjutnya berdasarkan pendataan yang dilakukan bahwa di setiap kecamatan terdapat banyak objek wisata yang mempunyai latar belakang dan sejarah serta kondisi yang berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri untuk disaksikan. Di masing-masing objek terdapat kemungkinan dilakukan kegiatan lain yang dimaksud untuk melibatkan pengunjung seperti, mandi, berkemah, berlayar, berolahraga, lari, terbang layang, mendaki gunung sambil menyaksikan atraksi seni budaya batak oleh masyarakat setempat.

Sebagaimana diketahui bahwa objek tujuan wisata yang baik harus memenuhi persyaratan utama yaitu memiliki sesuatu yang menarik untuk dilihat

(something to see): sesuatu yang dapat dilakukan (something to done) dan sesuatu

yang dapat dibeli dan dinikmati (something to buy and enjoy) baik kebutuhan pokok, dan suasana sejuk/ gembira.

Untuk mendukung prinsip ini diperlukan sarana/ prasarana pendukung dan penunjang pariwisata termasuk Guide/ pemandu, keamanan lingkungan, transportasi yang aman dan lancer, dll. Persayaratan ini digambarkan melalui makna yang terkandung dalam Sapta Pesona yang menjadi tujuan dan sasaran melakukan perjalanan wisata, sekaligus untuk lebih mengenal tujuan dan mencintai sebagaimana disebut pada motto “Kenali Negrimu, Cintai Negrimu”.


(14)

Secara umum DTW di Kabupaten Samosir belum seluruhnya memenuhi ketiga persyaratan dan prinsip pariwisata tersebut, kecuali di kawasan Tomok dan kawasan Ambarita, kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba, kawasan Aek Rangat Pangururan, sehingga masih memerlukan pembenahan dan pembangunan serta pembinaan agar lebih memadai bagi kebutuhan wisata.

B. Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir adalah “Samosir menjadi daerah tujuan pariwisata dengan daya tarik wisata

berbasis ekowisata yang berdaya saing.”

Visi tersebut diatas dapat diuraikan dan di jelaskan sebagai berikut:

a. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisat, fasilitas umum , fasilitas pariwisata, aksebilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan .

b. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjugan wisatawan.

c. Berbasis ekowisata (ecotourism), bahwa pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata dikabupaten samosir dilakukan dengan konsep ekowosata (ecotourism) yang berbasis: pemanfaatan lingkungan untuk pelindungan dan pelestariaan; berintikan partisipasi aktif masyarakat; dengan penyajiaan produk wisata bermuatan pendidikan, pembelajaran, dan rekreasi; berdampak negatif minimal;p memberikn sumbangsih positif terhadap perkembangan


(15)

ekonomi daerah, yang diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasa terbuka, kawasaan alam binaan, serta kawasan budaya.

d. Berdaya saing adalah sesuatu (dalam hal ini daya tarik dan budaya) yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan derah tujuan wisata di daerah lain.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sebagai berikut:

a) Menata dan mengembangakan daya tarik wisata yang berdaya saing

b) Menggali, melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan batak c) Menggali dan merekam jejak pariwisata super vulcano gunung toba

d) Menjalin kerjasama dengan stakeholders, investor dalam pengembangan kepariwisataan

e) Melakukan promosis pariwisata yang seluas-luasnya.

Dalam upaya mencapai keberhasilan dan pengembangan, pembangunan dan peningkatan pariwisata, harus didukung oleh infrastruktur dan suprastruktur sebagai berikut :

1) Objek Tujuan Wisata/ Tourism Destination Area yang memiliki keindahan, keunikan dan kelengkapan fasilitas pendukung

2) Pelayanan (services) yang memenuhi standard minimum menuju kepuasan tamu (Customer Satisfaction)

3) Sistem transportasi (Transportation System) yang berlangsung terus menerus dan terjamin aman, nyaman dan lancar.

4) Komunikasi (communications) yang memiliki akses umum dan luas


(16)

hidup bersih, lestari jauh dari pencemaran. Fasilitas lain (Others facilities) seperti penginapan, restoran dan hiburan/ atraksi Seni Budaya.

6) Fasilitas lain (Others facilities) seperti penginapan, restoran dan hiburan/ atraksi Seni Budaya.

Infrastruktur dan suprastruktur Pariwisata tersebut dilakukan oleh tiga pihak yang bersinergi dan terpadu yakni oleh masyarakat itu sendiri, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah, dan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai fasilitator, regulator.

C. Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

Jumlah personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir adalah sebanyak 35 orang. Jumlah tersebut dibagi ke dalam beberapa komposisi, antara lain:

Tabel 6: Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya

No Nama/ NIP Pangkat/

Golongan

Jabatan

1 Drs.Ombang Siboro, Msi Nip. 19620304 199303 1 008

Pembina Tk. I IV/ b

Kepala Dinas 2 Drs. Amon Sormin

Nip. 19630414 198903 1 003

Pembina Tk. I IV/ b

Sekretaris 3 Jonni Sitanggang, SE

Nip. 19740927 199803 1 006

Pembina Tk. I IV/ b

Kabid Pemgembangan Wisata

4 Tetti Naibaho, S.Sos

Nip. 19700812 200502 2 001

Pembina Tk. I IV/ b

Kebid Pemasaran Wisata

5 Hamonangan Tampubolon, S.Pd

Nip. 19721030 200502 1 001

Pembina Iv/ b

Kabid Seni Budaya, Museum dan

Kepurbakalaan 6 Seldawati A. Situmorang, SH

Nip. 19730808 200502 2 001

Penata III/ c

Kasi Objek Wisata pada Bidang Pengembangan Wisata

7 Linda J. Nadeak, S.Pd

Nip. 19760817 200502 2 004

Penata III/ c

Kasubbag Umum dan Perlengkapan


(17)

8 Morita Situmorang, S.Pd Nip. 19680627 200604 2 010

Penata Muda Tk.I

III/ b

Kasubbag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan pada Sekretariat

9 Bernat Simbolon , S.Si Nip. 19720204 200604 1 004

Penata Muda Tk.I III/ b

Kasi Promosi Wisata pada Bidang Pemasaran Wisata

10 Sabar Tamba, SH

Nip. 19580312 198503 1 011

Penata Muda Tk.I

III / b

Kasi Seni dan Budaya pada BidangSeni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan 11 Elfrida Natalia Aritonang, SE

Nip. 19831218 200904 2 004

Penata Muda Tk.I

III/ b

Kasi Museum dan Kepurbakalaan Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan 12 Chandra Siahaan, S.Sos

Nip.19810901 200502 2 002

Penata Muda III/ a

Staff Subbag Keuangan dan Kepegawaian pada Sekretariat

13 Kepler H. Manik, S. Sn NIP. 19781028 200804 1 001

Penata Muda III/ a

Staf Seksi Seni Budaya Bidang Seni Budaya, Museum dan

Kepurbakalaan 14 Befto Siallagan, S.AP

NIP. 19751013 200212 1 004

Penata Muda III/ a

Staf Bidang

Pengembangan Wisata 15 Elfrida Natalia Aritonang, SE

NIP. 19831218 200904 2 004

Penata Muda III/ a

Staff Subbag Keuangan dan Kepegawaian pada Sekretariat

16 Elina Silalahi, S.IP

NIP. 19861026 200904 2 004

Penata Muda III/ a

Staf Bidang Pemasaran Wisata

17 Holong M. Togatorop, S.Pd NIP. 19850711 200904 2 005

Penata Muda III/ a

Staf Bidang Seni Budaya Museum dan Kepurbakalaan 18 Jimmy Manurung, SE

NIP. 19790405 200904 2 005

Penata Muda III/ a

Staf Bidang

Pengembangan Wisata 19 Nani Simbolon, A. Md

NIP. 19760514 200604 2 004

Pengatur II/ c

Bendahara Penerimaan 20 Rabekka Ita Sihombing,

A.Md

NIP. 19800928 200604 2 005

Pengatur II/ c

Staf pada Seksi Objek Wisata pada Bidang Pemasaran Wisata 21 Junaedi Agus Malau, A.Md

NIP. 19730601 200604 1 006

Pengatur II/ c

Staf Seksi Penyuluhan Wisata Bidang

Pemasaran Wisata 22 Goklas Pakpahan, A.Md

NIP. 19780525 200604 1 009

Pengatur II/ c

Staf Subbag Keuangan dan Kepegawaian pada Sekretariat

23 Firmansyah Putra S

NIP. 19830214 200904 2 001

Pengatur II/ c

Staf Bidang Pemasaran Wisata


(18)

NIP. 19830214 200904 2 001 II/ c dan Kepegawaian pada Sekretariat

25 Hendry Siagian

NIP. 19840422 200502 1 002

Pengatur Muda Tk I. II/ a

Bendahara Pengeluaran 26 Okto Dedi Saragih

NIP. 19801023 200604 1 005

Pengatur Muda Tk I

II/ a

Staf Seksi Objek Wisata pada Bidang Pengembangan Wisata 27 Hotdi Naibaho

NIP. 19611010 200604 1 005

Pengatur Muda Tk I

II/ a

Petugas Perwakilan Penerangan Pariwisata di Aek Rangat dan Mess Pemda Pangururan 28 Polma Simbolon

NIP. 19671101 200710 1 004

Pengatur Muda Tk I. II/ a

Staf Seksi Promosi Wisata Bidang Pemasaran Wisata 29 Melda Sitohang - Honorer Seksi Objek

Wisata Bidang

Pengembangan Wisata 30 Ernopa R. Sianipar - THL Subbag Umum

dan Perlengkapan Sekretariat

31 Jimmy Nainggolan THL pada Bidang Seni

Budaya,Museum dan Kepurbakalaan 32 Bona A. Simarmata, A.Md - THL Seksi Seni dan

Budaya BidangSeni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan

33 Sondang Situmorang, SE - THL Subbag Keuangan dan Kepegawaian Sekretariat

34 Natal L. Nainggolan - THL pada Subbag Umum dan

Perlengkapan 35 Manahan Pujian C. Purba - THL Pada Subbag

Umum dan

Perlengkapan pada Sekretariat


(19)

D. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kedudukan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir berdasarkan Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 22 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Perangkat Dinas Daerah Kabupaten Samosir adalah:

a. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah unsur pelaksana Otonomi Daerah di bidang Pariwisata, Seni dan Budaya .

b. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mempunyai tugas; Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pariwisata, Seni dan Budaya.

E. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya

Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir, yang terdiri dari:

a) Kepala Dinas

b) Sekretaris, membawahi:

1) Subbag Umum dan Perlengkapan 2) Subbag Keuangan dan Kepegawaian


(20)

c) Bidang Pemasaran Wisata, terdiri dari: 1) Seksi Promosi Wisata

2) Seksi Penyuluhan Wisata

d) Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan, terdiri dari: 1) Seksi Seni Budaya

2)Seksi Museum dan Kepurbakalaan e) Bidang Pengembangan Wisata, terdiri dari:

1)Seksi Objek Wisata

2)Seksi Sarana dan Jasa Pariwisata

Untuk mengetahui pola hubungan struktur organisasi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dapat dilihat pada gambar organisasi di bawah ini:


(21)

KEPALA DINAS

- Perencanaan Pariwisata - Ahli Planalogi

- Ahli Antropologi - Ahli Geologi

- Ahli Etnomusikologi KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SEKRETARIS

Kasubbag. Umum dan Perlengkapan

- Pengurus Barang/Bendahara Barang

- Agendaris

- Arsiparis

- Sekretaris Kepala Dinas

Kasubbag. Keuangan dan Kepegawaian

- Pengelola Keuangan

- Pengelola Kepegawaian

- Bendahara Pengeluaran

- Bendahara Penerima

- Pembantu Bendahara Pengeluaran

Kasubbag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

- Pengumpulan Bahan Perencanaan dan

Laporan

- Penyusun Laporan

KABID. SENI BUDAYA MUSEUM DAN KEPURBAKALAAN

KEPALA SEKSI SENI BUDAYA

- Pamong Budaya

- Pengolahan data Museum

Dan Kepurbakalaan

KEPALA SEKSI MUSEUM DAN KEPURBAKALAAN

- Pengumpulan Bahan

Seni Budaya

- Pengolahan Data Seni

Budaya

- Operator Komputer

KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN

WISATA

KEPALA SEKSI OBJEK WISATA

- Pengumpulan data objek

Wisata

- Pengolahan data objek

Wisata

- Operator Komputer

KASI SARANA DAN JASA PARAWISATA

- Pengumpulan data Usaha

Sarana dan Jasa

- Pengolahan data Sarana

dan Jasa Parawisata

- Operator Komputer

KEPALA BIDANG PEMASARAN WISATA

KEPALA SEKSI PROMOSI WISATA

- Pengumpulan bahan

promosi dan pameran wisata

- Pengumpulan Data

Kunjungan Wisata

- Pengumpulan dan

pengolahan bahan promosi wisata

- Pemandu Wisata

- Operator Komputer

KEPALA SEKSI PENYULUHAN WISATA


(22)

Kemudian untuk penjelasan tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang pariwisata, seni dan budaya.

Dalam melaksanakn tugas pokok sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas mempunyai fungsi:

a. Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis dan pembinaan pariwisata, seni dan budaya

b. Menyelenggarakan dan menyusun program pembangunan dan pengembangan pariwisata, seni dan budaya

c. Merumuskan program kerjasama dengan pihak lain di bidang pariwisata, seni dan budaya d. Mengelola dan mengendalikan sumber daya, sarana prasarana pariwisata, seni dan budaya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d. Merumuskan, mengkordinasikan penerimaan daerah di bidang pariwisata, seni dan budaya yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, daerah dan pihak lain.

e. Memberi pedoman kebijakan teknis perizinan di bidang pariwisata, seni dan budaya

f. Membina, mengkoordinasikan dan memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya


(23)

g. Melakukan pengawasan dan menetapkan standard pelayanan minimal dalam pariwisata, seni dan budaya

h. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis i. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada

bupati melalui Sekdakab

j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya membawahi: a. Sekretaris

b. Kepala Bidang c. Jabatan Fungsional 2) Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, perlengkapaan, keuangan, kepegawaian, perencanaan, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan kerumahtanggaan dan urusan umum dinas. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:

1. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, program, pedoman, petunjuk teknis, dan pembinaan administrasi kesekretariatan, umum dan perlengkapan, keuangan dan kepegawaian, perencanaan evaluasi dan pelaporan.

2. Menyusun rencana dan pengelolaan kepegawaian, administrasi umum dan perlengkapan, keuangan dan kepegawaian.


(24)

3. Melaksanakan urusan rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, dokumentasi,penggandaan dan ekspedisi, hubungan masyarakat dan protokoler. 4. Menyiapkan rancangan naskah peraturan, keputusan, instruksi, dan

penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang Pariwisata, Seni dan Budaya

5. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas, baik lisan maupun tertulis. 6. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas.

7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Sekretaris membawahi:

1. Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan 2. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

3. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan 3) Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan

Kepalabidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan, mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang Seni, Budaya, Museum dan Kepurbakalaan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan mempunyai fungsi:

a. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis dan pembinaan seni budaya, museum dan kepurbakalaan.


(25)

c. Menyiapkan rancangan naskah dinas, peraturan, keputusan, instruksi, dan penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang seni budaya, museum dan kepurbakalaan.

d. Melaksanakan pembinaan, penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni budaya, museum dan kepurbakalaan

e. Menyusun rencana, dan melaksanakan kemitraan dengan pihak lain dalam pembinaan, penggalian dan pengembangan seni budaya, museum dan kepurbakalaan.

f. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas, baik lisan maupun tertulis. g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas malalui Sekretaris.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan membawahi: 1. Kepala Seksi Seni dan Budaya

2. Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan. 4) Bidang Pengembangan Wisata

Kepala bidang pengembangan wisata mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang pengembangan wisata. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut kepala bidang pengembangan wisata Melaksanakan fungsi: .

a. Mengumpulkan data dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis dan pembinaaan pengembangan wisata.


(26)

c. Menyiapkan rancangan naskah peraturan, keputusan, instruksi dan penghimpunan peraturan perundang-undangan di bidang pariwisata

d. Melakukan pembinaan dan pengembangan usaha sarana dan jasa pariwisata serta objek wisata

e. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis. f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala bidang pengembangan wisata membawahi: 1. Kepala Seksi Objek Wisata

2. Kepala Seksi Sarana dan Jasa Pariwisata 5) Bidang Pemasaran Wisata

Kepala bidang pemasaran wisata mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam pelaksanaan tugas di bidang pemasaran wisata. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, kepala bidang pemasaran mempunyai fungsi:

a. Mengumpulkan dan menyusun bahan kebijakan, pedoman, petunjuk teknis dalam promosi wisata dan penyusunan wisata.

b. Menyusun rencana di bidang pemasaran wisata.

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mempromosikan dan memasarkan produk wisata

d. Menyusun rencana dan melaksanakan pemasaran wisata di dalam dan di luar negeri

e. Menyiapkan bahan/ sarana promosi dan penyuluhan wisata f. Melaksanakan promosi dan penyuluhan wisata.


(27)

g. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis. h. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala

Dinas dan melalui Sekretaris.

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Kepala bidang pemasaran wisata membawahi:

1) Kepala Seksi Promosi Wisata 2) Kepala Seksi Penyuluhan Wisata 6) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan berbagai tugas dan fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional yang berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional yang ditunjuk oleh Kepala Dinas. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.


(28)

4.2 Penyajian Data 4.2.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu Strategi pengembangan sector pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten samosir.

4.2.2 Pelaksanaan wawancara

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, selama kurang lebih tiga bulan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang kondisi umum Kabupaten Samosir, dan pariwisataSamosir, serta data-data lainya yang berkaitan dengan Pariwisata Samosir. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah informan sebanyak 10 (sepuluh) orang, yang


(29)

memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Kesepuluh orang yang menjadi binformanyaitu terdiri dari, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Informan kunci), Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Kepala Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan (informan utama), para wisatawan 3 (tiga) orang, dan Pengusaha wisata 3 (tiga) orang (informan biasa).

Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis yaitu tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun adalah berhubungan dengan strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir. Namun didalam prosesnya sendiri, penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

Pemaparan hasil wawancara ini dibuat secara berurutan menurut urutan informan yang diwawancarai, yaitu dengan Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, para pengusaha objek wisata dan para wisatawan lokal maupun mancanegara. Hasil yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian yaitu mengenai karakteristik informan dan pandapat informan mengenai


(30)

strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir.

A. Karakteristik Informan

Informan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir:

1. Drs.Ombang Siboro, Msi: Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Informan kunci)

2. Drs. Amon Sormin: Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (informan utama)

3. Tetti Naibaho, S.Sos: Kepala Bidang Pemasaran Wisata (informan utama) 4. Jonni Sitanggang, SE: Kepala Bidang Pengembangan Wisata (informan

utama)

Informan biasa ada 6 orang di lapangan/ kawasan objek wisata Kabupaten Samosir:

1. Pengusaha objek wisata pasir putih desa parbaba Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Ibu Mangoloi Simarmata, 63 tahun.

2. Pengusaha objek wisata pemandian air panas/ hotspring Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Ibu Ria, 24 tahun

3. Pengusaha Hotel dan objek wisata Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan Simanindo, Ibu Hotmaida Sidabutar.

4. Pengunjung/ wisatawan lokal diPemandian Air panas/ Hotspring Kecamatan Pangururan, Ibu MaurenNapitupulu, 34 tahun Pengunjung/ wisatawan manca Negara di Tuktuk/ Tabo cottage Kecamatan Simanindo, Yurry, 36 tahun.


(31)

B. Pendapat Informan tentang strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Samosir

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan. Sehingga faktor keuangan merupakan faktor yang utama sebagai sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan.

Kabupaten Samosir adalah suatu kabupaten yang memiliki potensi wisata yang sangat menarik. Objek wisata yang masih asri dan natural dan tersebar di daerah ini, yang sangat berpeluang untuk memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Secara khusus dalam periode ini pemerintah daerah Kabupaten Samosir menetapkan visi, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015.

Dalam mencapai visi tersebut, seluruh SKPD di Kabupaten Samosir bekerjasama melalui setiap rencana kerja masing-masing yang mendukung dalam pencapaian visi tersebut. Secara khusus Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dan melalui visi yang telah ditetapkan, yaitu Samosir Menjadi Daerah Tujuan pariwisata dengan daya tarik wisata berbasis ekowisata yang berdaya saing. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melihat bagaimanakah strategi pemerintah daerah khususnya melalui Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam pengembangan sector pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir, berdasarkan wawancara yang penulis peroleh selama penelitian.


(32)

1. Penataan dan Pengembangan Potensi Wisata Kabupaten Samosir

Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penataan dan pengembangan wisata adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan. Berikut adalah beberapa usaha yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam meningkatkan retribusi daerah. Argument pertama yang penulis peroleh adalah dari informan kunci yaitu, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Bapak Drs.Ombang Siboro, Msi. Pertanyaan yang diajukan adalah: kalau kita perhatikan sebenarnya Kabupaten Samosir memiliki sektor pertanian yang lebih menonjol untuk bisa dikembangkan, tetapi kenapa saat ini kabupaten ini berfokus kepada Dinas Pariwisata sebagai leading sector dikabupaten Samosir?

Beliau menjawab:

“Kita akui bahwa Samosir memiliki potensi yang besar di sektor pertanian dalam arti luas, akan tetapi kondisi/ struktur/ kontur tanah yang marjinal, sebagian besar lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan sawah berada di Sumatera, sedangkan di pulau Samosir ini bukanlah lahan yang subur seperti yang kita duga, terdiri dari batu, pasir lempung, perolehan sumber air sangat sedikit (musim hujan air tumpah ke danau, musim kemarau tanah cepat kering). Sesungguhnya, jika dikaji lebih dalam visi Kabupaten Samosir, Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015, memberi arti bahwa fokus pembangunan tetap pada agribisnis (pertanian dalam arti luas), sementara pariwisata adalah leading sektor pembangunan ekonomi-sosial-budaya, karena pariwisata itu multi sektor, multi fungsi dan multi stakeholders, pariwisata berkembang bila didukung oleh agribisnis, lingkungan dan budaya; pariwisata berkaitan erat dengan berbagai sektor kehidupan, dan pariwisata merupakan “wadah kolaborasi”, bukan primus interpares atau segala-galanya bagi pembangunan masyarakat“.

Berdasarkan jawaban bapak Kepala Dinas tersebut, dapat diketahui bahwa visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang telah ditetapkan tersebut adalah mengacu kepada visi Kabupaten Samosir, yaitu dengan harapan Kabupaten Samosir akan Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif dengan tetap berbasis pada potensi alam dan budaya. Visi ini ditetapkan karena


(33)

pemerintah daerah Kabupaten Samosir ini melihat bahwa Kabupaten Samosir memang memiliki kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan standard suatu objek wisata, dengan alam yang sejuk, panorama yang indah, serta budayanya yang unik. Sehingga inilah yang akan dikelola dan dimanfaatkan, dan masyarakatpun akan berpartisipasi untuk membangun diri menjadi masyarakat wisata yang bersapta pesona, berbasis alam dan budaya batak. Pariwisata ini adalah multisektor, multifungsi dan multistakeholders, sehingga pariwisata ini akan lebih berkembang jika didukung oleh agrobisnis/ sektor pertanian yang dimiliki Samosir, jadi bukan berarti langsung tidak memperhatikan sektor pertanian tetapi itu saling terkait dan saling mendukung.

Kemudian untuk mengetahui kebijakan/ program apakah yang sudah dilakukan oleh pemerintah khususnya melalui dinas ini upaya pengembangan sector pariwisata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Secara umum apakah kebijakan/ upaya yang telah dilakukan oleh dinas ini dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui penataan dan pengembangan wisata?

Beliau menjawab:

”Secara umum pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan seperti: (1) Melakukan penataan dan pengembangan destinasi wisata/ usaha jasa wisata, pengembangan, pelestarian seni budaya-museum dan kepurbakalaan (2) Membangun infrastruktur (ring road samosir, akses ke objek wisata, tanoponggol, dermaga kapal, menambah ferry penyeberangan, perbaikan jalan Tele-Pangururan). (3) Membentuk kelompok seni budaya/ Sanggar Seni Budaya di kecamatan yang telah dibantu dengan penyediaan alat musik, didorong untuk melakukan latihan dan menjadi penyedia kegiatan seni budaya. (4) berkoordinasi kepada pemerintah pusat agar secepatnya menetapkan Bandar udara silangit sebagai bandara yang bertaraf internasional ini bertujuan untuk memangkas jarak tempuh ke Kabupaten Samosir sehingga para wisatawan tidak lagi harus melalui bandara kwalanamu menuju Samosir, sehingga waktu dan biaya yang dikorbankan oleh wisatawan lebih efesien dan


(34)

efektif, (5) kita juga telah melakukan promosi promosi yang genjar melalui media social, media massa dan media elektronik”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum pemerintah/ dinas ini sudah melakukan berbagai kebijakan seperti penataan dan pengembangan destinasi wisata, pelestarian seni budaya-museum dan kepurbakalaan, membangun infrastruktur, dan membentuk kelompok seni budaya/ sanggar seni budaya di kecamatan serta melakukan promosi kedalam maupun keluar negeri. Kebijakan serta usaha ini dilihat sudah cukup baik, dan pasti jika diimplementasikan dengan baik pasti mencapai hasil yang maksimal khususnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah .

Selanjutnya untuk membandingkan jawaban dari Kepala Dinas tersebut, penulis kembali bertanya kepada sekretaris dan para kepala bidang, tentang kebijakan/ upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menata dan mengembangkan wisata untuk peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir. Yang pertama penulis tanyakan adalah kepada Bapak Sekretaris Dinas, Drs. Amon Sormin, dengan pertanyaan: Dalam melakukan pengembangan/ penataan kawasan objek wisata, tentunya sarana prasarana adalah salah satu faktor yang sangat penting. Sejauh ini bagaimanakah dinas ini dalam menata dan mengembangkan sarana prasarana wisata yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan? Objek/ daerah tujuan wisata apa sajakah yang sudah dibenahi dengan sarana prasarana tersebut?

Beliau menjawab:

“ Memang benar, bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan hal yang penting dalam mendukung pengembangan objek wisata samosir ini, dan kami sebagai lembaga pemerintah sudah memperlengkapi dan membenahi sarana prasarana wisata pada objek wisata tertentu. Tidak semua kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir ini bisa kami tata dan


(35)

perlengkapi, karena hampir semua kawasan wisata disini adalah milik marga/ tanah ulayat. Kawasan objek wisata yang sudah kami perlengkapi dan tata ada beberapa objek yaitu diTomok, pada pintu gerbang pelabuhan pariwisata Tomok ada dibangun dermaga, objek wisata kuburan tua makam raja sidabutar, di Museum Huta Bolon Simanindo, di Pasir Putih Parbaba Desa Huta Bolon Parbaba, di pemandian air panas Kecamatan Pangururan, di Sianjur mula-mula (batu sawan, batu hobon, air 7 rasa), pantai Lagundi/ pondok remaja Kecamatan Onanrunggu, menara pandang tele. Beberapa kawasan objek wisata tersebut bukanlah milik pemerintah tetapi ada penataan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti kamar mandi, dermaga, lampu, ayunan, tempat duduk, dan lain lain sesuai dengan kondisi wisata masing-masing”.

Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari beberapa kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, pemerintah khususnya dinas ini belum melakukan penataan ke seluruhnya, karena objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir adalah milik marga/ tanah ulayat, sehingga pemerintah hanya bisa melakukan penataan dan pengembangan bagi masyarakat yang bisa bekerjasama dan hanya bagi kawasan wisata tertentu yang mereka pandang sebagai kawasan wisata unggulan, dan mereka memperlengkapi fasilitas wisata sesuai dengan kondisi objek wisata masing-masing sehingga wisatawan semakin tertarik untuk berkunjung dan pendapatan asli daerah melalui retribusi daerah tentunya akan mengalami peningkatan.

Senjutnya penulis kembali bertanya kepada bapak Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Apakah program/ kebijakan yang sudah dilakukan dinas ini dalam megembangkan dan menata potensi objek wisata Samosir untuk meningkatkan retribusi daerah? Objek wisata apa sajakah yang sudah ditata dan dikembangkan oleh dinas ini?

Beliau menjawab:

“Dalam membangun objek wisata itu sebenarnya adalah investor, kami adalah sebagai mediator dalam melakukan penataan. Untuk mencapai visi itu dan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah seharusnya adalah


(36)

dengan memfasilitasi, misalnya dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti waterboom, dll. Tetapi yang masih terlaksana masih hanya dengan memfasilitasi/ membenahi beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih, menara pandang tele sukkean pohon besar, lagundi, air 7 rasa, batu sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo. Di Tomok (Arsop) sebenarnya adalah milik masyarakat tetapi sengaja kami tata dengan membuat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan Siallagan (dengan membangun gapura dan pemugaran Huta Siallagan), pasir putih Parbaba (penataan, ayunan, paying-payung, jooging trek), sarana-sarana pelabuhan yang sudah dibangun seperti adanya kapal Ferry dari Nainggolan ke Muara, Tiga ras ke Simanindo, sekarang menunggu untuk launching. Setiap objek wisata yang sudah dibangun/ dibenahi ini dipungut retribusi bagi setiap pengunjung dan dikelola oleh dinas ini. Tetapi dalam pengembangan objek wisata kami terhambat karena tidak semuanya objek wisata milik pemerintah karena sebagaian besar adalah milik rakyat/ulayat, ini mengharuskan kami harus lagi melakukakan koordinasi dengan masyarakat yang membutuhkan waktu yang sangat panjang.”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui retribusi objek pariwisata seharusnya adalah dengan memfasilitasi dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti water boom, tetapi sampai sejauh ini pemerintah hanya masih sebatas membenahi berbagai kawasan objek wisata di Samosir dan setiap pengunjung dipungut retribusi yang dikelola oleh dinas ini

.

dan pemerintah banyak disibukkan dengan melakukan tugas pendekatan kepada masyarakat agar mau melakukakan kerjasama dengan pemerintah daerah.

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pemerintah/ Dinas ini hanya mengembangkan potensi wisata yang sudah ada ataukah sudah membuat terobosan baru, objek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan dan untuk meningkatkan retribusi daerah, penulis bertanya kepada Bapak jonni sitanggang SE selaku kepala bidang pengembangan wisata, dengan pertanyaan: Apakah


(37)

Pemerintah/ secara khusus dinas ini hanya mengembangkan objek wisata yang sudah ada/ milik masyarakat saja? Tidak membuat terobosan baru?

Beliau menjawab:

“Sudah pernah mencoba, tetapi karena tanah yang ada di Samosir ini adalah tanah rakyat/ ulayat semua, yang sangat susah diperoleh, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal dan tidak terjangkau. Belakangan ini kita juga lagi memikirkan cara bagaimana membuka objek wisata yang baru dengan pendekatan yang merakyat yaitu menggandengan masyarakat sebagai mitra yang berjalan bersama dalam mengembangkan objek wisata yang akan dibuka. Dimana pemerintah mengambil posisi menjadi donor dalam pengembangan wisata dan masyarakat menjadi pelaksana teknis pengembangan objek wisata yang baru dengan prinsip bagi hasil. Tetapi cara ini masih dalam proses implementasi.”

Kemudian penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Dinas Drs.Ombang Siboro M.Si, menyangkut hal yang sama seperti yang di atas, dengan pertanyaan: Apakah pada saat ini pemerintah hanya mengembangkan objek/ daerah tujuan wisata yang sudah ada, ataukah sedang membuat terobosan baru yang berpotensi untuk dikunjungi dan menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah ?

Beliau menjawab:

“Selain mengembangkan-menata objek wisata yang sudah ada, dilakukan juga terobosan oleh sektor/ bidang lain yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata misalnya mendorong investasi bidang sarana/ prasarana olahraga, transportasi (jalan), pembangunan lingkungan (kebun raya, arboretum), pembangunan embung air, pembangunan Balai pertanian, Sekolah Pariwisata, pembangunan kawasa rumah sakit, menyampaikan kesiapan Samosir sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan tingkat nasional dan internasional, menyelenggarakan event besar untuk kegiatan wisatawan. Dan terkait dengan rencana pembangunan objek wisata hiburan seperti Ancol, dsb, sesungguhnya kita telah menjual kepada investor, namun sering terkendala oleh penyiapan lahan/ lokasi dan pertimbangan aksesibilitas, namun demikian kita telah membangun pantai seperti pasir putih Parbaba, merencanakan membangun pantai bebas di kawasan Tuktuk dan Simanindo, membangun kawasan objek wisata cagar budaya-spritual dan perkampungan asli batak di kawasan Pusuk Buhit.”


(38)

Berdasarkan jawaban informan di atas, bahwa sudah pernah mencoba untuk mengundang investor tapi karena tanah Samosir adalah tanah marga maka pemerintah hanya melakukan penataan saja bagi objek wisata yang sudah ada yaitu milik masyarakat, melakukan terobosan dengan berbagai bidang/ sektor lain yang berkaitan dengan pengembangan wisata, dan telah membangun pantai bebas seperti pasir putih Parbaba.

Kemudian untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya usaha pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah ini benar-benar dilakukan dan dirasakan oleh masyarakat, penulis malakukan wawancara juga dengan informan biasa yaitu para pengusaha dan pengunjung wisata baik itu wisata local ataupun dengan wisatawan mancanegara.

Pertama, penulis mendapat argument dari pengusaha objek wisata pasir putih parbaba, Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang sudah dilakukan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan objek wisata ini?

Beliau menjawab:

“Pertama, pemerintah melakukan sosialisasi dengan kami sebagai pemilik lahan ini karena mereka melihat bahwa kawasan ini memilki area yang cukup menarik pantai yang bersih, pasirnya yang putih, dan udara yang sejuk. Sehingga pemerintah melakukan penataan dan pengembangan dengan membangun berbagai macam fasilitas, seperti kamar mandi, ayun-ayunan dari kayu dan besi, posko, bangunan pentas dengan ucapan selamat datang, jalan setapak, lapangan volley, lampu-lampu hias, pembatas air ada kurang lebih 50 meter, tong sampah, payung-payung, bronjong, dermaga, hingga pantai ini bisa dinikmati para pengunjung dengan berbagai macam kegiatan yang bisa dinikmati juga. Tanah ini kami berikan kepada pemerintah secara sukarela, karena kami beranggapan bagaimanalah supaya Samosir ini bisa berkembang."

Bari jawaban tersebut, benar bahwa pemerintah khususnya melalui dinas ini telah melakukan upaya pengembangan wisata, dan bisa dikatakan suatu terobosan


(39)

baru dalam meningkatkan perkembangan wisata Kabupaten Samosir. Dimana pemerintah melihat objek wisata ini memilki potensi yang cukup menarik untuk dikembangkan, sehingga pemerintah melakukan upaya sosialisasi terlebih dahulu kepada pemilik lahan, kemudian pemerintah mengembangkannya dengan membenahi dan menata pantai ini dengan berbagai fasilitas yang bisa manarik wisatawan.

selanjutnya penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan: bagaimanakah kondisi jumlah wisatawan yangberkunjung ke tempat ini? Dan apakah semua yang berkunjung dikenakan retribusi?

Beliau menjawab:

“Kalau mengenai kondisi jumlah wisatawan yang berkunjung, tidak bisa kami katakan selalu banyak, tetapi tiap hari pasti selalu ada, dan apalagi waktu libur seperti liburan semester, paskah, natal, hari raya, tempat ini sangat ramai oleh pengunjung. Dan yang menjadi kendala adalah masyarakat masih kurang memilki kesadaran akan peraturan yang ditetapkan, sehingga masyarakat kadang mau tidak masuk dari pintu utama tempat retribusi dipungut, tetapi dari pintu yang lain yang tidak ada petugas disana. Sehingga kadang tidak semua dikenakan retribusi.”

Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung tergantung kepada waktu liburan yang dimiliki masyarakat, tetapi setiap hari pengunjung pasti selalu ada. Tidak semua masyarakat yang memasuki kawasan wisata ini dipungut retribusi karena masyarakat yang sengaja masuk tidak dari pintu utama dimana petugas pemungut retribusi tidak ada disana, sehingga retribusi tidak dipungut dari mereka.

Selanjutnya, penulis kembali bertanya kepada pegawai Sanggam Beach Resort Hotel di Kecamatan Simanindo, Hotma Sidabutar sebagai kasir selama 10 tahun, dengan pertanyaaan: Bagaimanakah anda melihat pariwisata Samosir


(40)

hingga sampai saat ini terutama setelah pemekaran daerah Kabupaten Samosir, yang pastinya ini sangat berhubungan dengan kemajuan perhotelan ini?

Beliau menjawab:

“Tentang pariwisata Samosir, menurut saya masih kurang dikembangkan, baik dari fasilitasnya/ sarana prasarana pendukungnya, ataupun kesadaran masyarakat yang masih kurang, walaupun memang sudah ada kemajuan tetapi belum begitu baiklah. Padahal Samosir cukup memiliki potensi wisata yang sangat bagus apalagi jika dikembangkan dan ditata dengan baik, dan ini juga secara tidak langsung berdampak bagi kami pihak perhotelan, dimana pengunjung sepi. Untuk mengatasi hal ini, memang harus ada kerjasama yang baik antara pemrintah dan juga masyarakat.” Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan pariwisata Samosir, hingga sampai saat ini setelah pemekaran daerah, belum begitu berkembang, meskipun sudah ada kemajuan. Untuk bisa mencapai perkembangan wisata yang lebih maju perlu ada kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga semakin meningkatkan pendapatan asli daerah dan kesejahteraan masyarakat tentunya.

Kemudian penulis kembali mengadakan wawancara dengan pengusaha wisata di Hotspring (pemandian air panas) Kecamatan Pangururan Ibu Ria, untuk mengetahui bagaimana perhatian dan peran pemerintah dalam menata dan mengembangkan wisata ini, dengan pertanyaan: Apakah peran pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan wisata ini?

Beliau menjawab:

“Mengenai peran pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan dan menata objek wisata ini, memang ada. Pemerintah khususnya dinas ini memang membangun tempat pemandian dan memfasilitasinya, tetapi sekarang ini tempat itu tidak ditata, dan tidak ada yang mengolah, sehingga tempat itu sekarang tidak dikunjungi lagi oleh wisatawan. Untuk mengembangkan kawasan wisata ini, secara umum pemerintah masih kurang memberikan perhatian yang begitu maksimal. Memang untuk mengembangkan ini adalah koordinasi dari seluruh pemerintah kabupaten, seperti pembangunan jalan yang sudah dikerjakan


(41)

oleh Dinas PU, tetapi khusus dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya masih kurang.”

Berdasarkan penjelasan informan tersebut, dapat kita lihat bahwa secara langsung beliau mengatakan bahwa peranan pemerintah dalam mengembangkan kawasan pariwisata ini masih kurang maksimal, karena meskipun pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sudah membangun tempat pemandian, tetapi karena tidak ada penataan yang berkelanjutan dari pemerintah ini, maka tempat itu sekarang tidak dikunjungi wisatawan lagi, dan tentunya hal ini sangat tidak mendukung dalam peningkatan retribusi daerah.

2. Pemasaran Wisata Kabupaten Samosir

Kegiatan pemasaran/ promosi merupakan kunci dalam menunjang keberhasilan kegiatan wisata, yang akan mendorong wisatawan berkunjung ke daerah wisata, kemudian akan meningkat ke pendapatan daerah. Untuk mengetahui bagaimanakah pemerintah/ dinas ini dalam melakukan promosi/ pemasaran wisata Samosir ini, maka penulis kembali bertanya kepada Kepala Bidang Pemasaran Wisata, dengan pertanyaan: Tentunya pemasaran pariwisata adalah merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah. Bentuk/ langkah-langkah seperti apakah yang sudah dikerjakan? Baik promosi dalam tingkat lokal maupun internasional?

Beliau menjawab:

“Bentuk/ langkah-langkah promosi yang telah dilakukan yaitu dengan mengikuti event-event pariwisata, seperti pameran potensi wisata, pameran produk unggulan, pameran seni budaya. Dalam provinsi mengikuti PRSU (Pekan Raya Sumatera Utara), Pesta Danau Toba, di luar Provinsi/ Jakarta seperti Gebyar Wisata Nusantara, Nusa Dua Bali Fiesta. Sarana yang dilakukan seperti booklet, baliho, pameran, leaflet. Promosi yang kita lakukan kepada dunia internasional melalui website, melalui website kita memberikan berupa informasi tentang semua mengenai pariwisata di samosir, sehingga melalui website tersebut mereka para


(42)

wisatawan mancanegara dapat mengetahui tentang potensi wisata yang ada disamosir, memang sejauh ini hanya ini yang bisa kita lakukan untuk mempromosikan pariwisata samosir kepada dunia internasional, lagi-lagi karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang ada pada dinas pariwisata dan seni, budaya kabupaten samosir”.

Selanjutnya untuk mengetahui bagaimanakah dampak dari promosi ini terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisata, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Tentunya dengan adanya promosi ini, akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Apakah terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan? Bagaimanakah pengaruhnya terhadap pendapatan keuangan daerah Kabupaten Samosir?

Beliau menjawab:

“Ia, dengan adanya promosi ini, tentunya jumlah wisatawan juga semakin meningkat, terbukti dengan data yang ada. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan pasti didukung juga dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak orang yang datang ke satu objek swisata, maka semakin banyak barang yang terjual, took/ souvenir/ angkutan. PAD juga secara otomatis akan meningkat”.

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa, dengan adanya promosi ini jumlah wisatawan yang berkunjung juga semakin meningkat. Begitu juga dengan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, dan secara otomatis juga berpengaruh ke peningkatan PAD Kabupaten Samosir.

Kemudian penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan: Apakah yang menjadi kendala dalam kegiatan pemasaran ini?

Beliau menjawab:

“Yang menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran, dan juga kawasan objek wisata di Samosir ini adalah usaha masyarakat sendiri sehingga menjadi masalah dalam pembebasan lahan oleh karena tanah adat/ ulayat yang sulit untuk diperjualbelikan sehingga investor sulit untuk berinvestasi”.


(43)

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa ternyata yang menjadi kendala dalam pemasaran ini adalah keterbatasan anggaran dari pemerintah, dan juga karena pada umumnya kawasan objek wisata di Samosir ini adalah milik masyarakat sendiri, sehingga menjadi masalah juga dalam mengundang investor untuk mengembangkan wisata Samosir, dan kalaupun tanah itu ada, harganya sangat mahal.

3. Pembinaan dan Sadar Wisata

Sumber Daya Manusia adalah salah satu hal yang mendukung dalam meningkatkan retribusi daerah ini. Sehingga dibutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis yang professional. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya Dinas ini, penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Jonni Sitanggang SE, dengan pertanyaan: Peningkatan retribusi daerah akan lebih maksimal jika didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas di dalamnya. Secara umum apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini dalam membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis wisata dan juga pemandu wisata?

Beliau menjawab:

“Ia, untuk mendukung dan mencapai hal itu, kami telah melakukan sosialisasi sadar wisata di beberapa kecamatan, dan karena keterbatasan anggaran kami hanya mengundang beberapa masyarakat sebagai pemilik/ pelaku-pelaku usaha wisata, seperti restoran, hotel, pantai pijit, dll. Intinya adalah untuk membekali pengetahuan mereka akan sapta pesona yang perlu diterapkan. Memberikan kesadaran kepada masyarakat agar doktrin/ pemahaman yang ada di benak mereka tentang cangkul/ pertanian, supaya berubah ke pariwisata. Menjelaskan tentang pariwisata, bagaimana orang-orang yang datang itu bisa merasa aman (dari gangguan kriminal, lingkungan yang tenang, juga dibidang makanan), tertib (tertib berlalu


(44)

lintas/ disiplin), bersih, (orangnya/ rumahnya/ lingkungannya/ pekarangannya), indah (penataan lingkungan/ bunga yang tertata).

Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui, bahwa dalam upaya peningkatan retribusi daerah ini, pemerintah telah melakukan sosialisasi/ sadar wisata kepada masyarakat, pengusaha wisata, sehingga seluruh aspek masyarakat juga mendukung tercapainya visi ini dan peningkatan pendapatan daerah. Tetapi pemerintah masih menyadari bahwa langkah yang dilakukan pada saat ini masih belum maksimal, dikarenakan belum semua komponen masyarakat tersentuh akan sosialisasi yang dilakukan.

Kemudian penulis kembali bertanya kepada informan kunci, Bapak Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, untuk mengetahui bagaimanakah dinas ini mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat Samosir dengan pertanyaan: Apakah bentuk-bentuk pembinaan dan pelatihan yang telah dilakukanoleh dinas ini untuk mengembangkan kemampuan Sumber Daya masyarakat Samosir dalam mengelola wisata sehingga akan berpengaruh kepada peningkatan peningkatan pendapatan asli daerah dan tentunya akan secara langsung terhadapat pendapatan masyarakat?

Beliau menjawab:

“Secara umum pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan terkait hal itu, yaitu dengan melakukan kampanye sadar wisata dan terbentuknya 9 (sembilan) kelompok sadar wisata/ sadar lingkungan di kawasan objek wisata. Membangun kerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama untuk melakukan sosialisasi tentang peran pariwisata berbasis agama dan budaya Batak Toba. Dan yang sedang genjar dilakukan sekarang bahwa kita melakukan pendidikan kepada masyarakat disekitar objek wisata, tentang konsep wisata rumah tangga. Dimana wisatawan akan secara langsung berbaur dengan masyarakat dan tinggal dirumah masyarakat dengan syarat ada pelayanan yang memadai dari masyarakat. Kunci keberhasilan dari konsep wisata seperti ini berada di tangan masyarakat bagaimana masyarakat menghadapi dan memperlakukan wisatawan, dan pendidikan unuk menghadapi ini yang sedang kita galakkan sekarang”


(45)

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat bahwa pemerintah juga telah melakukan sosialisasi dan membentuk kelompok sadar wisata/ sadar lingkungan untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan bagaimana supaya masyarakat bisa menata dan mengembangkan wisata sehingga wisatawan semakin tertarik dan retribusi daerah juga akan semakin bertambah. Dan konsep yang dibangun adalah konsep wisata berbasis masyarakat dimana wisatawan langsung berhadapan dengan masyarakat dan langsung berinteraksi dengan masyarakat, sebuah konsep yang menarik tetapi butuh waktu yang lama untuk membina masyarakat dalam menerapkan kosep ini.

Kemudian, untuk mengetahui apakah pernyataan dari para aparat pemerintah itu benar-benar dinikmati dan telah dirasakan oleh masyarakat, penulis bertanya kepada pengusaha wisata pantai pasir putih Parbaba Kecamatan Pangururan Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang dilakukan oleh pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya upaya pengembangan wawasan dan kretifitas anda sebagai pengusaha untuk menata wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung?

Beliau menjawab:

“Setelah pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengembangkan kawasan ini, mereka juga melakukan sosialisasi kepada kami, bagaimana supaya kami semakin kreatif dalam menata dan mengelolanya, bagaimana kami menjaga kebersihan pasir dan pantai, bagaimana cara-cara kami menyambut tamu dengan ramah dan sopan. Kami sebagai pengusaha disini memang merasakan peran dan bantuan pemerintah. Hanya saja memang masyakat kita ini secara keseluruhan belum siap secara cepat mengadapi pola perubahan yang terjadi, terkadang masyarakat disini masih mersa asing dengan para wisatawan terutama dengan wisatawan mancanegara.”


(46)

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat, bahwa kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dinas ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya memang benar dirasakan oleh pengusaha, seperti pengusaha pantai pasir putih ini, dan mereka menganggap peran dan bantuan pemerintah itu cukup baik, tinggal bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan dan sedang terjadi.

Selanjutnya untuk lebih mengetahui implementasi dari kebijakan sadar wisata seperti yang telah ditetapkan oleh dinas ini, penulis kembali bertanya kepada pengusaha lain pemandian air panas (hotspring) Pangururan yaitu Ibu Ria dengan pertanyaan: untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dan kreatifitas serta kemampuan anda sebagai pengusaha wisata ini dalam menata dan menarik minat wisatawan berkunjung, peran seperti apakah yang sudah pernah dilakukan oleh pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya?

Beliau menjawab:

”Mengenai peran pemerintah khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan/ pembinaan memang sudah pernah dilakukan tetapi hanya sebatas itu, selanjutnya kami dibiarkan sendiri tanpa pendampingan. Kami melihat khususnya di kawasan ini masih sebatas pembangunan tempat pemandian air panas, dan itu pun sekarang tidak bisa dinikmati wisatawan lagi karena sudah tidak dirawat dan ditata lagi.”

Berdasarkan jawaban dari informan tersebut dapat diketahui bahwa sosialisasi dan sadar wisata seperti yang telah dikatakan oleh kepala dinas dan kepala pengembangan wisata seperti di atas, belum dirasakan oleh pengusaha wisata ini, tetapi masih sebatas pembangunan pemandian air panas, dan itu pun tidak berfungsi lagi. Benar seperti yang dikatakan sebelumnya oleh bapak kepala pengembangan wisata, bahwa mereka hanya mengundang dan mengadakan


(47)

sosialisasi/ sadar wisata kepada sebagian masyarakat, karena keterbatasan anggaran.

Selanjutnya terkait dengan pembinaan ini penulis kembali bertanya kepada pegawai Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan Simanindo, Ibu Hotma Sidabutar, dengan pertanyaan: bagaimanakan peran pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pembinaan seperti sosialisasi kepada anda untuk menarik minat wisatawan berkunjung dan menginap ke tempat ini?

Beliau menjawab:

“Untuk pembinaan, pemerintah/ Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengundang kami sekali dalam setahun untuk mengikuti rapat/ seminar, yang membagikan tentang bagaimana mengelola dan menata hotel, dan bagaimana menyambut para tamu dengan ramah dan sopan, dan kami merasa itu cukup baik.”

Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah telah melakukan kegiatan seminar untuk pembinaan dan pelatihan bagi para pemilik hotel, sehingga para wisatawan akhirnya bisa merasa nyaman dan betah tinggal dan menikmati wisata Samosir.

4. Kerjasama dengan berbagai pihak

Dalam meningkatkan pendapatan asli daerah ini, kerjasama dengan pihak lain adalah salah satu hal yang penting diperhatikan, baik itu dalam pengembangan dan penataan wisatanya, promosinya, pembinaan/ sadar wisata, dan juga dalam pemungutan retribusi. Untuk mengetahui hal ini, penulis bertanya kepada Bapak Kepala Dinas, Drs Ombang Siboro Msi, dengan pertanyaan: dalam meningkatkan pendapatan asli daerah ini, apakah bentuk-bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh dinas ini?


(48)

Beliau menjawab:

“Kepariwisataan adalah multisektor, multi fungsi dan multi stakeholder. Untuk itu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah membangun jaring kerjasama dan sinergitas dengan SKPD (Satuan Kerja Kerja Daerah) yang lain, tokoh adat budaya, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata, upaya penataan dan pengembangan wisata, pembenahan infrastruktur, maupun sadar wisata sehingga pendapatan asli daerah juga bisa meningkat terutama dari sector pariwisata ini.”

Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan pendapatan asli daerah ini pemerintah/ dinas ini melakukan kerjasama/ sinergi dengan berbagai pihak, seperti dengan SKPD lain, tokoh adat budaya, tokoh masyarakat, palaku pariwisata

.

Selanjutnya untuk mengetahui bentuk kerjasama apa yang telah dilakukan oleh dinas ini dalam promosi, penulis juga bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pemasaran Wisata, dengan pertanyaan: Dalam promosi/ pemasaran ini, bentuk kerjasama seperti apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini? Apakah ada kerjasama dengan investor? Beliau menjawab:

”Kerjasama yang dilakukan yaitu dengan mitra pariwisata seperti, PHRI (Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia) dari mulai pusat BPP (Badan Pengurus Pusat), BPD (Badan Pengurus Daerah/ Provinsi), BPC (Badan Pengurus Cabang/ Kabupaten). Bentuk kerjasama dilakukan dengan mengajak mereka langsung untuk ikut dalam acara/ event-event tertentu, misalnya dengan mereka yang sebagai seller”. Kita juga sedang menjalin kerjasama dengan perusahaan televisi nasional seperti TVRI ( Televisi Republik Indonesia) untuk mempromosikan potensi pariwisata didaerah samosir ini. kita juga menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan penerbangan seperti Lion Air untuk memuat potensi pariwisata samosir pada majalah yang disediakan pada pesawat tersebut. Kita juga telah mendesak pemerintah pusat untuk secepatnya meresmikan bandara silangit sebagai bandara bertaraf internasional supaya memperpendek jarak tempuh kedaerah samosir sehingga mempermudah wisatawan untuk berkunjung kesamosir ini, tetapi memang kegiatan promosi ini masih jauh dari cukup untuk mempromosikan potensi pariwisata di samosir ini dikarenakan kita di persulit maslah anggaran yang tidak memadai. Sementara untuk kerjasama dengan investor, kita sudah melakukan promosi kepada mereka dan memberikan penawaran kawasan wisata, tetapi karena tanah yang ada di Samosir ini adalah tanah ulayat, maka


(49)

sangat susah untuk diajak bekerjasama, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal.”

Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui bahwa kerjasama di bidang promosi juga telah dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai bentuk-bentuk promosi serta kegiatan-kegiatan promosi wisata. Tetapi yang jadi masalahnya adalah anggaran yang kurang dari pemerintah sehingga promosi ini masih hanya sebatas tingkat promosi lokal, belum internasional. Begitu juga kerjasama dengan investor yang tidak ada, sehingga susah untuk mengembangkan wisata di daerah ini. Padahal hal ini sangat dipandang bagus jika dilakukan, karena akan menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Samosir dan akan semakin menambah retribusi daerah.

Selanjutnya, penulis kembali mengadakan wawancara kepada pengunjung objek wisata, ada dua informan, yaitu dari wisatawan lokal Ibu Mauren Napitupulu, dan mancanegara Yurry. Penulis mengajukan pertanyaan yang sama untuk mengetahui bagaimanakah tanggapan mereka dengan kawasan wisata Samosir, dengan pertanyaan: Bagaimanakah Pulau Samosir ini menurut andasebagai salah satu tujuan wisata? Dan bagaimanakah anda melihat pengembangan pariwisata ini?

Jawaban kedua informan itu adalah:

“Pulau Samosir ini sangat indah, dan belum pernah menemukan yang seperti ini, setelah tiba di tempat ini, beban pikiran hilang, tenteram, damai. Tetapi sebagai suatu daerah tujuan wisata, masih perlu dibenahi, seperti fasilitasnya, kebersihannya lingkungan yang ramah, dan objek wisatanya ditambah. Dan tentunya ini juga tidak lepas dari perhatian pemerintah, jadi peran pemerintah juga salah satu hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan wisata Samosir ini, sehingga walaupun Samosir masih baru dimekarkan, akan cepat mengalami kemajuan.”


(1)

ABSTRAKSI

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN SAMOSIR

(Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir) Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Widodo Sihotang NIM : 090903044

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Kabupaten Samosir sebagai kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir mulai tahun 2003, adalah daerah tujuan wisata yang kaya akan potensi wisata alam, seni, budaya yang sangat menarik dan dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah kabupaten ini menetapkan visi menjadi kabupaten pariwisata tahun 2010. Tetapi Pengembangan pariwisata samosir sampai saat ini masih belum memiliki kemajuan yang signifikan sebagai suatu daerah tujuan wisata, dapat dilihat dari kondisi sarana prasarana wisata, jumlah kunjungan wisatawan, dan kontribusi yang diberikan oleh sektor pariwisata ke dalam PAD Kabupaten ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah strategi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir, dan untuk mengetahui upaya dalam pengembangan dan penataan wisata, promosi wisata, pembinaan/ sadar wisata, kerjasama dengan pihak lain, yang dilakukan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif, yaitu dengan menyajikan data dan sekaligus melakukan analisa tentang objek yang diteliti.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa strategi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir sudah baik, tetapi belum cukup optimal. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya penataan dan pengembangan wisata, seni dan budaya,


(2)

kerjasama dengan pihak lain. Namun belum seluruhnya kegiatan ini dilakukan dengan berkesinambungan dan terpadu sehingga belum mendapatkan hasil yang optimal, karena anggaran yang terbatas, komitmen dan kerjasama yang kurang dari lembaga ini.

Kata kunci: strategi pengembangan sector pariwisata, pendapatan asli daerah


(3)

ABSTRACT

TOURISM SECTOR IN DEVELOPMENT STRATEGY REVENUE INCREASE OF REGENCY SAMOSIR

(STUDY ON TOURISM DEPARTMENT OF ARTS AND CULTURE DISTRICT SAMOSIR)

This thesis is composed by: NAME : widodo Sihotang NIM : 090903044

Department : Public Administration

Faculty : Social Sciences and Political Science Advisors : Drs. Husni Thamrin nasution, M.Si

Samosir district as the district of Toba Samosir expanded starting in 2003, is a tourist destination that is rich in potential natural attractions, arts, culture very interesting and can be a leading sector in increasing local revenues. Therefore, the district government set a vision into a tourism district in 2010, but samosir tourism development to date has still not been significant progress as a tourist destination, it can be seen from the tourist infrastructure conditions, the number of tourist arrivals, and the contribution that given by the tourism sector in this district PAD.

The purpose of this study was to determine how the strategy of the Department of Tourism, Art and Culture in increasing revenue Samosir regency, and to know the efforts in the development and structuring of tourist, tourism promotion, development / tourism awareness, cooperation with other parties, who conducted the Department of Tourism, Arts and Culture in increasing revenue Samosir regency. The method used in this study was a descriptive study design with qualitative analysis, by presenting the data and also perform the analysis of the object under study.

Based on the research that has been done, the result that the strategy the Department of Tourism Arts and Culture in increasing revenue Samosir regency is good, but not quite optimal. The government has made various efforts structuring and development of tourism, arts and culture, promotion, tourism awareness / public education / tourism entrepreneurs, local regulations citation levy set to enter tourist attractions, as well as cooperation with other parties. But not all of this activity is done with sustainable and integrated so do not get optimal results, due to a limited budget, lack of commitment and cooperation of these agencies. Keywords: tourism sector development strategy, revenue


(4)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi ... 11

2.2 Manajemen Strategi ... 14

2.1.1 perumusan strategi (formulating) ... 15

2.1.2 penerapan (implementing ... 20

2.1.3 pengendalian (evaluating) ... 20

2.3 pendapatan asli daerah ... 21

2.3.1 pajak daerah ... 22

2.3.2 retribusi daerah ... 25

2.3.3 hasil perusahaan miliki daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan ... 26


(5)

2.3.4 lain-lain pendapatan asli daerha yang sah ... 27

2.4 parawisata ... 27

2.4.1 konsep pariwisata ... 28

2.4.2 prinsip dasar kebijakan pengelolaan pariwisata ... 32

2.5 potensi sumber daya pariwisata ... 38

2.5.1 sumber daya alam ... 38

2.5.2 sumber daya manusia ... 40

2.5.3 sumber daya budaya ... 43

2.6 defenisi konsep ... 45

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 bentuk Penelitian ... 47

3.2 Lokasi Penelitian ... 47

3.3 informan penelitian ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5 Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN ... 51

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

4.1.1 gambaran umum kabupaten samosir ... 51

4.1.2 gambaran umum dinas parawisata, seni dan budaya ... 55

4.2 penyajian data ... 72

4.2.1 hasil penelitian ... 72

4.2.2 pelaksanaan wawancara ... 72

BAB V : ANALISA DATA ……… . 113

5.1 Penataan dan Pengembangan Potensi Wisata Kabupaten Samosir ... 114


(6)

5.4 Kerjasama Dengan Berbagai Pihak ... 119

5.5Pemungutan Retribusi ... 121

5.6Jumlah kunjungan wisatawan tahun 2008-2013 ... 122

5.7Kondisi Sarana Prasarana Wista Kabupaten Samosir ... 123

5.8Jumlah pendapatan asli daerah Kabupaten Samosir dan Kontribusi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Terhadap Retribusi Daerah Tahun 2008-2013 ………... 124

BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 127

6.2 Saran ... 129 DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

Implementasi Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Toba Samosir (Studi pada Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir)

9 117 105

Peranan Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Dalam Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir (Studi pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir)

5 107 152

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Dalam Event Horas Samosir Fiesta 2014 Oleh Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir

0 1 15

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Dalam Event Horas Samosir Fiesta 2014 Oleh Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir

0 1 3

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

0 0 11

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

0 0 3

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

0 0 10

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

0 0 36

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten samosir ( Studi Pada Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir)

0 1 2

IMPLEMENTASI STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (Studi Pada Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir) SKRIPSI

0 1 11