pengalaman seksual, pengalaman dan penghayatan nilai – nilai keagamaan, kepribadian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
2.3 Seks Bebas 2.3.1 Pengertian Seks Bebas
Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini cenderung disukai oleh anak
muda terutama kalangan r emaja yang secara bio -psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan Amirudin dkk, 1997.
Pada hakekatnya, dalam eksesivitasnya seks bebas itu tidak ada bedanya dengan promiscuity atau campur aduk seksual tanpa aturan Kartono, 200 7.
Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai
hubungan seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para remaja mendapatkan tont onan seks yang
merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan
mengurangi perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu yang baru matang. Atkinson, 2002
2.3.2 Perilaku Seksual
Berbagai perilaku seksual remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai berikut :
1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buru k berupa manipulasiterhadap
alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan guncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,
pegangan tangan sampai ciuman dan sentuhan -sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan
seksual. 3.
Berbagai kegiatan yang mengarah kepada pemuasan dorongan seksual yang pada
dasarnya menunjukkan
tidak berhasilnya
seseorang dalam
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan atau kegagalan dalam mengalihkan dorongan tersebut. Kegiatan lain yang masih dapat dikerjakan. Contohnya, menonton atau
membaca hal-hal yang berbau pornogafi, dan berfantasi. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncu l
pada remaja, oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai pra -nikah maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan
mengenai hal tersebut. Gunarsa, dkk, 2000.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks untuk pertama kali :
- Waktu saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami
tentang apa yang dialaminya. -
Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar. -
Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan, pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik
sehingga hubungan akan makin mendalam. -
Kondisi keluarga yang yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak -anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.
- Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan akan
mudah mendapatkan akses ke tempat -tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok yang
ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhantuntutan, mereka mencari
kesempatan memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu. -
Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang -kadang saling ingin menunjukkan kematangannya. Misalnya : mereka pria i ngin menunjukkan
bahwa mereka mampu membujuk pasangannya untuk melakukan hubungan seks.
- Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
- Penerimaan aktifitas seksual dari pacarnya.
- Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan k adar hormon
seksual. Gunarsa, dkk, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Tingkatan-Tingkatan Menurut Derajat Keintiman