PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 ADIREJO PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

(1)

MENINGKATKAN ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 ADIREJO PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

Oleh

DESI RESTI FAUZI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahapan setiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan soal tes pada setiap siklus dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase siswa aktif dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I (60,8) persentase (52,4%) kriteria “Cukup Aktif,” siklus II (64,2) persentase (66,7%) kriteria “Aktif,” dan siklus III (75,1) persentase (81,0%) kriteria “Sangat Aktif.” Nilai rata-rata hasil belajar secara berturut-turut yaitu kognitif siklus I (57) persentase (61,9%) kategori “Sedang,” siklus II (64,2) persentase (71,4%) kategori “Sedang,” siklus III (74,6) persentase (85,7%) kategori “Tinggi.” Afektif siklus I (64,4) persentase (52,4%) kategori “Rendah,” siklus II (74,3) persentase (71,4%) kategori “Sedang,” dan siklus III (83,3) persentase (90,5%) kategori “Sangat Tinggi.” Psikomotor siklus I (65,9) persentase (47,6%) kategori “Rendah,” siklus II (73,2) persentase (66,7%) kategori “Sedang,” dan siklus III (83,0) persentase (85,7%) kategori “Tinggi.” Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, pendekatan kontekstual.


(2)

MENINGKATKAN PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 ADIREJO PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

Oleh Desi Resti Fauzi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Desi Resti Fauzi, dilahirkan di Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur pada tanggal 29 Juli 1993. Peneliti merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Anwar dan Ibu Tuginah. Pendidikan formal peneliti dimulai dari TK RA Perwanida Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur dan lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di MIN Adirejo dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu, peneliti meneruskan pendidikan di SMP N 4 Metro dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh di SMA N 5 Metro dan lulus pada tahun 2011. Kemudian peneliti melanjutkan studi sebagai mahasiswa S1 PGSD Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(7)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur ke hadirat Allah SWT atas terselesaikanya skripsi ini. Kupersembahkan karya ini untuk: Ayahandaku (Bpk. Anwar) dan Ibundaku (Ibu Tuginah) tercinta yang senantiasa mendoakan kebaikan untukku, serta melakukan pengorbanan material dan spiritual demi

tersematkanya gelar Sarjana Pendidikan untukku. Mbakku tercinta, Kakak Ipar, dan Keponakanku yang telah

memberikan dukungan moral dan spiritual serta semangat untukku.


(8)

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan….” (Q.S Al-Mujadalah: ayat 11)

“Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui

kesukaran, tantangan, dan air mata.” (Dahlan Iskan)

MOTO


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan karunia, nikmat, hidayah serta rahmat-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Peneliti menyadari dalam proses penelitian skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah berkontribusi membangun Universitas Lampung menjadi lebih maju dan memfasilitasi peneliti menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memfasilitasi dan mendukung peneliti menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah menyetujui skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.


(10)

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B Universitas Lampung di Metro atas kesediaan memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., Pembimbing Utama atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Penguji. Terimakasih atas kritik dan saran yang berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi.

9. Ibu Sutini, S.Pd. Kepala Staf Tata Usaha Kampus B Universitas Lampung di Metro yang telah memberikan kemudahan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Anwar, S.Pd.I., Kepala SD Negeri 1 Adirejo yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, terimakasih atas kerja sama selama ini. 11. Bapak Subarman, S.Pd.SD., Guru Kelas IV SD Negeri 1 Adirejo yang telah

membantu peneliti sebagai observer dalam pelaksanaan penelitian.

12. Siswa siswi kelas IV SD Negeri 1 Adirejo yang menjadi subjek dalam penelitian ini.


(11)

14. Sahabat-sahabatku Dewi, Henny, Oktavi, Debi, Melin, Fitri Yani, Wulan, Asep, dan Hendri. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.

15. Saudariku tercinta di Liqo PGSD angkatan 2011 “Syifaul Qulub”, Annisa Pradini, Dewi Renita Sari, Ikke May Jayanti, Noviana Purnama Sari, Nurlita Sari Ningsih, dan yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu diharapkan saran guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan sebagai variasi model untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metro, Mei 2015 Peneliti,

Desi Resti Fauzi NPM 1113053027


(12)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pendekatan Kontekstual ... 7

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 7

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 8

3. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual ... 10

4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual ... 11

5. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 13

B. Belajar dan Pembelajaran ... 14

1. Belajar ... 14

2. Pembelajaran ... 15

3. Aktivitas Belajar... 16

4. Hasil Belajar ... 17

C. Pembelajaran Matematika SD ... 18

1. Pengertian Matematika... 18

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 19

3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD ... 20

4. Pembelajaran Matematika di SD ... 20


(13)

v

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 24

1. Tempat Penelitian ... 24

2. Waktu Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 25

1. Teknik Pengumpulan Data ... 25

2. Alat Pengumpul Data ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 26

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 26

2. Teknik Analisis Data Kuntitatif... 32

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 33

G. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Profil SD Negeri 1 Adirejo ... 43

2. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 45

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I ... 45

4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II ... 61

5. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus III ... 76

B. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 90

1. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I, II, dan III ... 90

2. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III ... 91

3. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, II,.... dan III ... 92

4. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I, II,... dan III ... 93

5. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I, II, dan III ... 94

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

1. Kinerja Guru ... 96

2. Aktivitas Siswa ... 97

3. Hasil Belajar Kognitif... 97

4. Hasil Belajar Afektif... 98

5. Hasil Belajar Psikomotor ... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Simpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(14)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Indikator aktivitas siswa ... 27

3.2 Rubrik penilaian aktivitas belajar siswa ... 27

3.3 Rentang nilai aktivitas siswa ... 27

3.4 Kriteria keaktifan kelas dalam satuan persen ... 28

3.5 Instrumen penilaian kinerja guru ... 28

3.6 Pedoman penyekoran kinerja guru ... 30

3.7 Kategori keberhasilan kinerja guru ... 30

3.8 Kategori nilai afektif dan psikomotor siswa ... 31

3.9 Indikator hasil belajar afektif ... 31

3.10 Indikator hasil belajar psikomotor ... 31

3.11 Kriteria pemberian skor hasil belajar afektif dan psikomotor ... 32

3.12 Kategori nilai ketuntasan belajar siswa ... 33

4.1 Daftar guru dan karyawan SD Negeri 1 Adirejo tahun 2014/2015 .... 44

4.2 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ... 45

4.3 Kinerja guru siklus I ... 52

4.4 Aktivitas siswa secara klasikal siklus I ... 53

4.5 Klasifikasi aktivitas siswa siklus I ... 54

4.6 Hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 55

4.7 Nilai afektif siswa siklus I ... 56

4.8 Hasil belajar afektif siswa secara klasikal siklus I... 56

4.9 Nilai rata-rata belajar psikomotor siswa siklus I ... 57

4.10 Hasil belajar psikomotor secara klasikal siklus I ... 58

4.11 Kinerja guru siklus II ... 66

4.12 Aktivitas siswa secara klasikal siklus II ... 68

4.13 Klasifikasi aktivitas siswa siklus II... 69

4.14 Hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 70

4.15 Nilai afektif siswa siklus II ... 71

4.16 Hasil belajar afektif siswa secara klasikal siklus II ... 71

4.17 Nilai rata-rata belajar psikomotor siswa siklus II ... 72

4.18 Hasil belajar psikomotor secara klasikal siklus II ... 73

4.19 Kinerja guru siklus III ... 81

4.20 Aktivitas siswa secara klasikal siklus III ... 82

4.21 Klasifikasi aktivitas siswa siklus III ... 83

4.22 Hasil belajar kognitif siswa siklus III ... 84


(15)

vii

4.24 Hasil belajar afektif siswa secara klasikal siklus III ... 86

4.25 Nilai rata-rata belajar psikomotor siswa siklus III ... 87

4.26 Hasil belajar psikomotor siswa secara klasikal siklus III ... 88

4.27 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I, II, dan III ... 90

4.28 Rekapitulasi aktivitas siswa siklus I, II, dan III ... 91

4.29 Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa siklus I, II, dan III ... 92

4.30 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I, II, dan III ... 93


(16)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 106

2. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 107

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 108

4. Surat Izin Penelitian dari SD ... 109

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat dari SD ... 110

6. Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 111

7. Pemetaan Siklus I ... 113

8. Pemetaan Siklus II ... 115

9. Pemetaan Siklus III ... 117

10.Silabus Siklus I ... 119

11.Silabus Siklus II ... 122

12.Silabus Siklus III ... 125

13.RPP Siklus I ... 128

14.RPP Siklus II ... 135

15.RPP Siklus III ... 142

16.Kisi-Kisi Tes Formatif Siklus I ... 149

17.Kisi-Kisi Tes Formatif Siklus II ... 150

18.Kisi-Kisi Tes Formatif Siklus III ... 151

19.Soal Tes Formatif Siklus I ... 152

20.Soal Tes Formatif Siklus II ... 159

21.Soal Tes Formatif Siklus III ... 164

22.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1... 177

23.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2... 179

24.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I ... 181

25.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 183

26.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 185

27.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus II ... 187

28.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 1 ... 189

29.Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan 2 ... 191

30.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus III ... 193

31.Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I, II, dan III ... 195

32.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 197

33.Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 198

34.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 199


(17)

x

36.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 201

37.Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus III ... 202

38.Hasil Belajar Kognitif Siklus ... 204

39.Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I ... 206

40.Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II ... 207

41.Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus III ... 208

42.Lembar Observasi Psikomotor Siswa Siklus I ... 210

43.Lembar Observasi Psikomotor Siswa Siklus II ... 211

44.Lembar Observasi Psikomotor Siswa Siklus III ... 212

45.Dokumentasi Siklus I ... 214

46.Dokumentasi Siklus II ... 216

47.Dokumentasi Siklus III ... 218


(18)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Model penelitian tindakan kelas ... 24

4.1 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I, II, dan III ... 91

4.2 Rekapitulasi aktivitas siswa siklus I, II, dan III ... 92

4.3 Rekapitulasi hasil belajar kognitif siklus I, II, dan III ... 93

4.4 Rekapitulasi hasil belajar afektif siklus I, II, dan III ... 94


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukan Undang-Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir, logis, analisis, sistematis, dan kemampuan bekerja sama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif untuk


(20)

2

menguasai dan menciptakan teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna (Aisyah, 2007: 1.3).

Perkembangan anak berbeda dengan orang dewasa. Jean Peaget dengan teori belajar yang disebut teori perkembangan berpikir anak membagi tahapan kemampuan berpikir anak menjadi empat tahapan. Tahap sensori motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun), tahap operasional awal/praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (usia 7 sampai 11 atau 12 tahun) dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas) (Karso, dkk., 2014: 1.6).

Anak usia SD menurut teori perkembangan berpikir anak berada pada tahap berpikir operasional konkret yang berarti bahwa anak usia SD masih berpikir konkret, anak mampu memahami sesuatu jika melihat atau mengalami secara langsung. Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, diperoleh keterangan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa terlihat pada saat mengikuti proses pembelajaran siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Siswa kurang partisipasi dalam kegiatan bertanya dan mengajukan pendapat. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi membosankan dan kurang interaktif serta komunikatif antara siswa dan guru. Selain itu proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Hal tersebut terjadi dikarenakan sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, pembelajaran mentransfer konsep-konsep secara langsung pada siswa sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan. Pembelajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan


(21)

3

berhitung, matematika hanya disajikan sebagai kumpulan angka dan rumus serta cara-cara/langkah-langkah yang harus dihafalkan dan siap dipakai untuk menyelesaikan soal-soal.

Pembelajaran masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang dihafal tanpa proses real, berkaitan dengan dunia nyata, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran siswa hanya belajar secara terstruktur sesuai dengan prosedur yang tertulis dalam buku ajar. Selain itu, cara penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku pelajaran yang digunakan, sehingga pembelajaran yang dilakukan belum menampakkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi siswa. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari hasil ujian tengah semester ganjil. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan untuk mata pelajaran matematika adalah 60, dari 21 siswa di kelas hanya 8 siswa (38%) yang tuntas.

Berdasarkan masalah tersebut, pendekatan kontekstual merupakan alternatif perbaikan yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Suprijono (2013: 79-80) bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penerapan pendekatan kontekstual akan membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan siswa, sehingga dapat tercipta pembelajaran yang bermakna bagi siswa.


(22)

4

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi/meminimalisir masalah perlu dilakukan perbaikan pembelajaran matematika yaitu melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru.

2. Sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, pembelajaran mentransfer konsep-konsep secara langsung pada peserta didik sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan.

3. Pembelajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan berhitung.

4. Penyampaian materi ajar masih terpaku pada buku pelajaran yang digunakan.

5. Aktivitas belajar siswa rendah terlihat dari siswa yang cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

6. Rendahnya aktivitas siswa untuk bertanya dan mengajukan pendapat. 7. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1


(23)

5

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur?

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi Siswa

Melalui pendekatan kontekstual diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika serta memperoleh pembelajaran yang bermakna.


(24)

6

2. Bagi Guru

Pendekatan kontekstual dapat dijadikan alternatif dalam melakukan inovasi pada mata pelajaran matematika, sehingga dapat memberikan pengetahuan kontekstual dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur terutama pada pembelajaran matematika kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi Peneliti

Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan kontekstual serta meningkatkan motivasi untuk terus belajar.


(25)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Kontekstual

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, tetapi pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungan. Menurut Komalasari (2010: 7) pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Johnson (2006: 15) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian siswa, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya. Pernyataan selaras juga diungkapkan oleh Trianto (2010: 107) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran


(26)

8

yang menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, peneliti menyimpulkan pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang menyajikan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan konteks kehidupan keseharian siswa. Mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki karakteristik yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Karakteristik pendekatan kontekstual tersebut menurut Trianto (2010: 110) yaitu (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, mengasyikkan, (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable), (5) belajar dengan bergairah, (6) pembelajaran terintegrasi, dan (7) menggunakan berbagai sumber siswa aktif.

Selain itu, Johnson dalam Komalasari (2010: 7) mengidentifikasi delapan karakteristik pendekatan kontekstual, yaitu:

a. Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna). b. Doing significant work (melakukan kerja signifikan).

c. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri). d. Collaborating (kerja sama).

e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif). f. Nurturing the individual (memelihara pribadi).

g. Reaching high standards (mencapai standar yang tinggi). h. Using authentic assesment (penggunaan penilaian autentik).


(27)

9

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Komalasari (2010: 13) bahwa karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experiencing), konsep aplikasi (applying), konsep kerja sama (cooperating), konsep pengaturan diri (self-regulating) dan konsep penilaian autentik (autentic assesment).

Selain itu Depdiknas dalam Rusman (2010: 198) mengemukakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik:

(1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membosankan, (4) belajar dengan bergairah. (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa krisis guru kreatif, (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel), dan (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual memiliki ciri khusus yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan bekerja sama dengan melakukan eksplorasi terhadap konsep dan informasi yang dipelajari, serta adanya penerapan penilaian autentik untuk menilai pembelajaran secara holistik.


(28)

10

3. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual dalam implementasinya tentu memiliki komponen-komponen yang mencerminkan konsep pendekatan kontekstual. Menurut Trianto (2010: 110) pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu:

a. Konstruktivisme (Contructivisme).

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

b. Inkuiri (Inquiry).

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

c. Bertanya (Questioning).

Dalam pembelajaran, mengajukan pertanyaan dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community).

Ketika menggunakan pendekatan kontekstual di dalam kelas, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dengan kelompok-kelompok belajar.

e. Permodelan (Modeling).

Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, permodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g. Penilaian Autentik (Authentic Assesment).

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Johnson (2006: 65) pendekatan kontekstual mencakup delapan komponen berikut ini.

a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna. b. Melakukan pekerjaan yang berarti.

c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri. d. Bekerja sama.

e. Berpikir kritis dan kreatif.

f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang. g. Mencapai standar yang tinggi.


(29)

11

Sejalan dengan paparan di atas, Ditjen Dikdasmen dalam Komalasari (2010: 24) mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut.

a. Belajar berbasis masalah (problem-based learning). b. Pengajaran autentik (autentic instruction).

c. Belajar berbasis inquiri(inquiry-based learning).

d. Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning). e. Belajar berbasis kerja (work-based learning).

f. Belajar jasa layanan (service learning). g. Belajar koopertif (cooperative learning).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen pendekatan kontekstual mencakup proses konstruksi, menemukan hasil melalui kegiatan menemukan sendiri (inquiry), menggali informasi yang dimiliki siswa melalui kegiatan bertanya. Membentuk kegiatan kerja sama antarsiswa melalui kegiatan diskusi, memanfaatkan peran model untuk membantu proses pembelajaran, melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, dan penilaian sebenarnya pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual

Setiap model, strategi dan metode pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan kelemahan. Namun dengan kelebihan dan kelemahan tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi guru untuk meningkatkan pada hal-hal yang positif dan meminimalisir kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kelebihan pendekatan kontekstual yang dikutip dari Anisa (2010) adalah:

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,


(30)

12

sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarai akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pendekatan kontekstual menganut aliran konstruktivistik, di mana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivistik siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.

Menurut Trianto (2010: 113) kelebihan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran adalah menciptakan ruangan kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi siswa yang aktif, membantu guru untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Guru memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

Selain kelebihan, pendekatan kontekstual juga memiliki kelemahan. Trianto (2010: 114) mengemukakan kelemahan kontekstual adalah “Penerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual juga membutuhkan waktu yang lama.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual banyak memberikan keuntungan bagi peserta didik yaitu memberikan pengalaman yang bermakna dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehingga menjadi aktif. Kelemahan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang kompleks dan dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan informasi dalam konteks pembelajaran.


(31)

13

5. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual

Setiap pendekatan, model, metode, dan teknik memiliki prosedur pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan katakteristiknya. Begitu pula dengan pendekatan kontekstual. Menurut Trianto (2010: 111) secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Mulyasa (2013: 111), bahwa terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendekatan kontekstual, yakni:

a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).

c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: 1) menyusun konsep sementara.

2) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain.

3) merevisi dan mengembangkan konsep.

d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Zahorik dalam Suprijono (2013: 84) bahwa urut-urutan pembelajaran kontekstual adalah activating knowledge, acquiring knowledge, understanding knowledge, applying


(32)

14

knowledge, dan reflecting knowledge. Pada penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan langkah-langkah pendekatan kontekstual dari Trianto (2010: 111) karena lebih memfasilitasi siswa untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru.

B.Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Belajar adalah proses adanya perubahan dari tidak bisa mengerti menjadi mengerti. Komalasari (2010: 2) mendefinisikan pengertian belajar dengan suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2013: 2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui akrivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alami. Sejalan dengan pendapat Gagne & Fontana dalam Winataputra, dkk. (2008: 1.8) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan siswa. Berdasarkan uraian tersebut,


(33)

15

teori yang sesuai dengan konsep belajar tersebut adalah teori belajar konstruktivisme.

Konstruktifisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, menekankan pada belajar autentik, memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial. Belajar operatif tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang “apa”), namun juga pengetahuan struktural (pengetahuan tentang “mengapa”) serta pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang “bagaimana”). Sedangkan belajar autentik adalah proses interaktif seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Pembelajaran konstruktifisme menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. (Suprijono, 2013: 39-40).

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses adanya perubahan yang merupakan hasil dari pengalaman. Proses belajar tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif, namun juga pengetahuan struktural dan pengetahuan prosedural melalui interaksi sosial.

2. Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik. Menurut Trianto (2010: 17) pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Thobroni (2012: 18) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Pernyataan selaras juga diungkapkan oleh Anita (2013: 1.31) bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri atas komponen tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.


(34)

16

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar. Melalui pengetahuan, pengalaman, dan pembelajaran diharapkan terjadilah perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu untuk mencapai tujuan yang diharapkan

3. Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, sedangkan aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa guna memperoleh hasil. Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Menurut Sudirman (2010: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Sejalan dengan pendapat Sudirman, menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 23) proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Menurut Trianto (2010: 108) penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran yang materi pelajarannya disajikan melalui konteks kehidupan siswa akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan


(35)

17

bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, siswa menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dengan demikian akan membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Paul D. Dierich dalam Hamalik (2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu: 1) kegiatan visual, 2) kegiatan lisan (oral), 3) kegiatan mendengarkan, 4) kegiatan menulis, 5) kegiatan menggambar, 6) kegiatan-kegiatan matrik, 7) kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan mental, dan 8) kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan emosional.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menyimpulkan yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang melibatkan fisik dan mental siswa dalam kegiatan pembelajaran guna mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Adapun indikator aktivitas yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah siswa memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi/tanya jawab antarsiswa/guru, membaca/mengerjakan LKS/materi ajar, mengerjakan tugas yang kontekstual dan relevan, bekerja sama dengan siswa lain, berlatih keterampilan proses, dan menyajikan hasil percobaan/pengamatan, mencatat apa yang telah dipelajari.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang ditimbulkan oleh aktivitas belajar. Hasil belajar biasanya berbentuk nilai, tetapi tidak menutup kemungkinan hasil belajar dapat berupa perubahan perilaku siswa. Menurut Suprijono (2013: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah


(36)

18

satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara fragmatis atau terpisah, melainkan komprehensif.

Rusman (2010: 276-277) mengemukakan bahwa hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Menurut Sudjana (2009: 3) hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh siswa yang dinyatakan dengan angka atau huruf.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang dinyatakan dengan angka atau huruf.

C. Pembelajaran Matematika SD 1. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” artinya mempelajari. Namun diduga kata itu ada hubungannya dengan kata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi (Andi Hakim Nasution dalam Karso, dkk., 2014: 1.39).

Adjie & Maulana (2006: 34) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan pengertian. Selanjutnya dikemukakan oleh Karso, dkk. (2014: 1.40) matematika merupakan suatu


(37)

19

ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu.

Selain pendapat-pendapat di atas, Wale (2006: 13) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Dari definisi singkat ini menunjukkan bahwa matematika bukanlah ilmu pengetahuan yang didominasi oleh perhitungan-perhitungan yang tanpa alasan.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Matematika bukanlah ilmu pengetahuan yang didominasi oleh perhitungan-perhitungan yang tanpa alasan.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan Matematika yang tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar SD/MI (2006: 148) adalah agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi. c. Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

d. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model. Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

e. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

f. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.


(38)

20

3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD

Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih & Tiurlina (2006: 25-26) adalah:

a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.

Metode spiral dalam pelaksanaan pembelajaran matematika merupakan pendekatan pembelajaran konsep atau suatu topik matematika yang mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

b. Pembelajaran matematika bertahap.

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak.

c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.

e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna.

Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan.

4. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di SD tentu berbeda dengan pembelajaran matematika di sekolah menengah dan sekolah lanjutan.

Aisyah, dkk., (2007: 1.4) menyatakan pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.


(39)

21

Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi, mendorong, dan mendukung siswa dalam belajar matematika. Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika. Anak di usia SD sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya, hal ini karena tahap berpikir siswa masih belum formal.

Sedangkan matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu maka diperlukan kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara deduktif agar dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.

Pembelajaran matematika sebaiknya menggunakan objek konkret untuk menunjukkan konsep dan membiarkan siswa memanipulasi objek mewakili prinsip-prinsip matematika. Penekananya pada penggunaan matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara nyata, seperti pelajaran simulasi membeli barang-barang dan menerima uang kembali atau mengelola sebuah toko. Akitvitas ini memberikan siswa konsep-konsep mental secara konkret yang sedang siswa pelajari. (Djiwandono, 2002: 86 dalam http://digilib.uin-suka.ac.id)


(40)

22

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika menerapkan pendekatan kontekstual dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur.”


(41)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk. (2011: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama.

Menurut Wardhani, dkk. (2013: 1.4) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Aqib, dkk. (2010: 30) mengemukakan penelitian tindakan kelas secara garis besar mengenal adanya empat langkah penting, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan perenungan (reflect).

Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, dkk., 2011: 18). Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkah-langkahnya diadopsi dari rancangan penelitian tindakan kelas oleh Arikunto, dkk.


(42)

24

Gambar 3.1: Model penelitian tindakan kelas (Arikunto, dkk., 2010: 16)

Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas IV SD Negeri 1 Adirejo Pekalongan, Lampung Timur. Harapan penting penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri 1 Adirejo yang berlokasi di Desa Adijaya, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian 5 bulan terhitung Desember 2014 sampai April 2015.


(43)

25

C.Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas IV SD Negeri 1 Adirejo. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 21 siswa, yaitu terdiri dari 8 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penelitian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Teknik nontes digunakan oleh observer dengan cara menuliskan skor sesuai dengan indikator yang muncul pada siswa. Teknik ini digunakan untuk mengobservasi dan mengamati aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor melalui lembar observasi. Peneliti bertindak sebagai guru dan teman sejawat sebagai observer.

b. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa melalui tes formatif dalam bentuk data yang bersifat kuantitatif (angka) yang dilaksanakan pada pertemuan terakhir tiap siklus.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pengumpulan data, yaitu sebagai berikut.


(44)

26

a) Lembar Observasi

Instumen ini digunakan oleh observer untuk mengamati dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik, kinerja guru, hasil belajar afektif, dan psikomotor selama pembelajaran berlangsung.

b) Tes Hasil Belajar

Instrumen tes hasil belajar siswa digunakan untuk memperoleh data mengenai peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

E.Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Melalui lembar observasi, data yang diperoleh berupa aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor selama proses pembelajaran berlangsung dianalisis dengan teknik analisis kualitatif.

a) Nilai aktivitas belajar tiap siswa dihitung dengan rumus

Keterangan: N = Nilai

R = Jumlah skor yang diperoleh SM = Skor maksimal


(45)

27

Tabel 3.1 Indikator aktivitas siswa

No Nama Aspek yang diamati Jumlah

skor

Nilai aktivitas

Kategori 1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 Dst

(Sumber: Modifikasi dari Trianto, 2010: 369)

Keterangan:

1 : Memperhatikan penjelasan guru atau teman. 2 : Berdiskusi/tanya jawab antarsiswa/guru. 3 : Membaca/mengerjakan LKS/materi ajar.

4 : Mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan relevan. 5 : Bekerja sama dengan siswa lain.

6 : Mencatat apa yang telah dipelajari.

Tabel 3.2 Rubrik penilaian aktivitas siswa

No Skor Kategori Rubrik

1. 5 Sangat

Aktif

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sempurna, dan siswa terlihat sangat aktif.

2. 4 Aktif Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa

melakukannya tanpa kesalahan, dan siswa terlihat aktif.

3. 3 Cukup

Aktif

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sedikit

kesalahan, dan siswa terlihat cukup aktif.

4. 2 Kurang

Aktif

Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan banyak

kesalahan, dan siswa terlihat kurang aktif.

5. 1 Pasif Tidak dilaksanakan oleh siswa.

(Sumber: Kunandar, 2010: 227)

Tabel 3.3 Rentang nilai aktivitas siswa

Rentang Nilai Kriteria

≥81 Sangat aktif

61-80 Aktif

41-60 Cukup aktif

21-40 Kurang aktif

<20 Pasif


(46)

28

b) Rumus persentase siswa aktif secara klasikal:

(Sumber: Modifikasi Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.4 Kriteria keaktifan kelas dalam satuan persen

Siswa aktif (%) Kriteria

≥81 Sangat Aktif

61-80 Aktif

41-60 Cukup Aktif

21-40 Kurang Aktif

<20 Pasif

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk. 2010: 41)

c) Kinerja guru

Tingkat pencapaian kinerja guru menggunakan rumus:

%

Keterangan: N = Nilai

R = Jumlah skor yang diperoleh SM = Skor maksimal

(Sumber: Modifikasi Purwanto, 2008: 102) Tabel 3.5 Instrumen penilaian kinerja guru

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan

pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4 5

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4 5

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4 5

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema. 1 2 3 4 5

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta

didik.


(47)

29

Aspek yang Diamati Skor

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual,

kerja kelompok, dan melakukan observasi.

1 2 3 4 5

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran.

1 2 3 4 5

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan

lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

1 2 3 4 5

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan

tepat.

1 2 3 4 5

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit,

dari konkret ke abstrak).

1 2 3 4 5

Penerapan Pendekatan Pembelajaran (Kontekstual)

1 Mengonstruksi pengetahuan siswa dengan pengetahuan

lain yang relevan dalam kehidupan nyata siswa.

1 2 3 4 5

2 Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi

melalui kegiatan bertanya.

1 2 3 4 5

3 Menggunakan pemodelan dalam kegiatan

pembelajaran.

1 2 3 4 5

4 Memfasilitasi siswa untuk melaksanakan penemuan

(inquiry).

1 2 3 4 5

5 Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan

masyarakat belajar dalam bentuk kelompok-kelompok belajar.

1 2 3 4 5

6 Melaksanakan penilaian autentik. 1 2 3 4 5

7 Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran bersama

siswa.

1 2 3 4 5

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 5

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 5

Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan peserta didik.

1 2 3 4 5

2 Memberikan tes lisan atau tulisan. 1 2 3 4 5

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 1 2 3 4 5

4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan

arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

1 2 3 4 5

Jumlah


(48)

30

Tabel 3.6 Pedoman penyekoran kinerja guru

No Skor Kategori Rubrik

1. 5 Sangat

Baik

Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna dan tanpa kesalahan

2. 4 Baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru

dengan baik, guru melakukan dengan satu/dua kesalahan

3. 3 Cukup

Baik

Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukan dengan tiga/empat kesalahan

4. 2 Kurang Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru

dengan kurang baik, guru melakukan lebih dari lima/enam kesalahan

5. 1 Sangat

Kurang

Aspek yang diamati dengan sangat kurang, guru melakukan lebih dari tujuh/lebih kesalahan (Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang

3 = Cukup Baik 4 = Baik

5 = Sangat Baik

Tabel 3.7 Kategori keberhasilan kinerja guru No Skor Tingkat

Keberhasilan

Kategori

1 5 ≥81% Sangat Baik

2 4 61-80% Baik

3 3 41-60% Cukup Baik

4 2 21-40% Kurang Baik

5 1 <20% Sangat Kurang (Sumber: Aqib, dkk, 2012:41)

d) Hasil belajar afektif dan psikomotor

Hasil belajar afektif dan psikomotor dihitung dengan rumus:


(49)

31

Tabel 3.8 Kategori nilai afektif dan psikomotor siswa Nilai

Predikat Kategori

Skala 0 – 100

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A–

76 – 80 B+

Baik

71 – 75 B

66 – 70 B–

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C–

46 – 50 D+ Kurang

(Sumber: Adaptasi Kemendikbud, 2013: 313)

Tabel 3.9 Indikator hasil belajar afektif

No Aspek yang Diamati Skor

1 2 3 4 5 1. Pantang menyerah

2. Percaya diri 3. Saling menghargai

(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 79-81)

Tabel 3.10 Indikator hasil belajar psikomotor

No. Aspek yang Diamati Skor

1 2 3 4 5 1 Membangun konsep dengan mengaitkan

pengetahuan yang dimiliki siswa dengan situasi nyata

2 Mengidentifikasi pengetahuan yang relevan dengan konsep

3 Menyimpulkan dari kegiatan kontruksi dan identifikasi yang telah di lakukan (Sumber: Modifikasi Kunandar, 2013: 260)


(50)

32

Tabel 3.11 Kriteria pemberian skor hasil belajar afektif dan psikomotor

Skor Kriteria Deskripsi

5 Sangat Baik Jika siswa benar-benar menunjukkan aspek seperti yang dituliskan dalam pernyataan 4 Baik Jika siswa selalu menunjukkan aspek

seperti yang dituliskan dalam pernyataan tetapi belum sepenuhnya dilakukan dengan baik

3 Cukup Jika siswa memiliki kecenderungan menunjukkan aspek seperti yang dituliskan dalam pernyataan

2 Kurang Jika siswa kurang menunjukkan aspek seperti yang dituliskan dalam pernyataan 1 Sangat

Kurang

Jika siswa tidak menunjukkan aspek seperti yang dituliskan dalam pernyataan

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a) Nilai hasil belajar siswa secara individu diperoleh dengan rumus:

b) Nilai persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus:


(51)

33

Tabel 3.1. Kategori nilai ketuntasan belajar siswa

Rentang Nilai (%) Kategori

90 - 100 Sangat Tinggi

75 - 89 Tinggi

60 - 74 Sedang

45 - 59 Rendah

< 45 Sangat Rendah

(Sumber: Modifikasi Purwanto, 2008: 103)

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning) pembelajaran, pelaksanaan (acting) pembelajaran, pengamatan (observing) proses pembelajaran, dan refleksi (reflection) dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setiap tahap harus melalui empat tahap tersebut agar penelitian dapat terlaksana dengan optimal. Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a) Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dengan berpedoman pada permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi.

b) Berdasarkan hasil analisis, guru menentukan dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan dunia nyata, media yang akan digunakan melalui pendekatan kontekstual.


(52)

34

c) Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP, dan instrumen tes) yang diperlukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. d) Membuat lembar instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas

siswa, kinerja guru, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Kegiatan Awal

1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

2) Memotivasi siswa dengan bercerita atau bertanya tentang materi “Pecahan dan Urutannya.”

3) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Kegiatan Inti

1) Guru memfasilitasi siswa untuk mengonstruksi pengetahuan tentang “Arti Pecahan dan Urutannya” melalui kegiatan mengamati. Guru mengarahkan siswa untuk mengamati kegiatan memotong buah pir sebagai contoh pecahan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Dari hasil mengonstruksi dan mengamati kegiatan memotong buah pir, guru mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan awal melalui proses menalar.

3) Guru mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Guru memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya tentang pecahan berdasarkan hal-hal yang sudah diamati, disimak, dibaca, atau diperagakan. Guru membimbing siswa untuk dapat


(53)

35

mengajukan pertanyaan, baik yang bersifat konkret maupun abstrak, pertanyaan yang bersifat faktual.

4) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang, untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Lembar kerja yang dibuat berupa soal yang jawabannya diacak. Siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan pendapat antaranggota kelompok. Informasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk memproses informasi dan menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Hasil dari diskusi kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

5) Melakukan kegiatan pemodelan dengan melibatkan siswa secara langsung.

c. Kegiatan Penutup

1) Melakukan proses komunikatif antara siswa dan guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang diperoleh.

2) Melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

4) Guru memberikan tindak lanjut pembelajaran, berupa pemberian PR. 5) Guru menyiapkan kondisi psikis dan fisik siswa untuk mengakhiri


(54)

36

3. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

4. Refleksi

Tahap terakhir siklus ini peneliti merefleksi kegiatan yang berlangsung berupa kinerja guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa dengan membuat kesimpulan. Hasilnya digunakan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a) Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dengan berpedoman pada permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi.

b) Berdasarkan hasil analisis, guru menentukan dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan dunia nyata, media yang akan digunakan melalui pendekatan kontekstual.

c) Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP, dan instrumen tes) yang diperlukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. d) Membuat lembar instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas


(55)

37

2. Tahap Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

2) Memotivasi siswa dengan bercerita atau bertanya tentang materi “Menyederhanakan Pecahan.”

3) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti

1) Guru memfasilitasi siswa untuk mengonstruksi pengetahuan tentang materi “Menyederhanakan Pecahan” melalui kegiatan mengamati. Guru mengarahkan siswa untuk mengamati kegiatan melipat kertas berbentuk persegi panjang untuk mempraktekkan pecahan senilai.

2) Berdasarkan hasil mengonstruksi dan mengamati, guru mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan awal siswa tentang menyederhanakan pecahan dan pecahan senilai melalui proses menalar. 3) Guru mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Guru

memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya tentang materi “Menyederhanakan Pecahan” berdasarkan hal-hal yang sudah diamati, disimak, dibaca, atau diperagakan. Guru membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan, baik yang bersifat konkret maupun abstrak, pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

4) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang, untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Lembar


(56)

38

kerja yang dibuat berupa soal yang jawabannya diacak. Siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan pendapat antar anggota kelompok. Informasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk memproses informasi dan menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Hasil dari diskusi kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

5) Melakukan kegiatan pemodelan dengan melibatkan siswa secara langsung.

c. Kegiatan Penutup

1) Melakukan proses komunikatif antara siswa dan guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang diperoleh.

2) Melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

4) Guru memberikan tindak lanjut pembelajaran, berupa pemberian PR. 5) Guru menyiapkan kondisi psikis dan fisik siswa untuk mengakhiri

kegiatan pembelajaran.

3. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi akan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.


(57)

39

4. Refleksi

Tahap terakhir siklus ini peneliti merefleksi kegiatan yang berlangsung berupa kinerja guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa dengan membuat kesimpulan. Hasilnya digunakan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Siklus III

1. Tahap Perencanaan

a) Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dengan berpedoman pada permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi.

b) Berdasarkan hasil analisis, guru menentukan dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan dunia nyata, media yang akan digunakan melalui pendekatan kontekstual.

c) Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP, dan instrumen tes) yang diperlukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

d) Membuat lembar instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar kognitif, afektif, dan hasil belajar psikomotor.

2. Tahap Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.


(58)

40

2) Memotivasi siswa dengan bercerita atau bertanya tentang materi “Menjumlahkan Pecahan” yang akan diajarkan.

3) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Kegiatan Inti

1) Guru memfasilitasi siswa untuk mengonstruksi pengetahuan tentang materi “Menjumlahkan Pecahan” melalui kegiatan mengamati. Guru mengarahkan siswa untuk mengamati kegiatan melipat kertas berbentuk persegi panjang untuk mempraktekkan pecahan senilai.

2) Berdasarkan hasil mengonstruksi dan mengamati, guru mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan awal tentang “Menjumlahkan Pecahan” melalui proses menalar.

3) Guru mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Guru memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya berdasarkan hal-hal yang sudah diamati, disimak, dibaca, atau diperagakan. Guru membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan, baik yang bersifat konkret maupun abstrak, pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

4) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang, untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Lembar kerja yang dibuat berupa soal yang jawabannya diacak. Siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan pendapat antar anggota kelompok. Informasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk memproses informasi dan menemukan keterkaitan satu informasi dengan


(59)

41

informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Hasil diskusi kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

5) Melakukan kegiatan pemodelan dengan melibatkan siswa secara langsung.

c. Kegiatan Penutup

1) Melakukan proses komunikatif antara siswa dan guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang diperoleh.

2) Melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

4) Guru memberikan tindak lanjut pembelajaran, berupa pemberian PR. 5) Guru menyiapkan kondisi psikis dan fisik siswa untuk mengakhiri

kegiatan pembelajaran. 3. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

4. Refleksi

Tahap terakhir siklus ini merupakan menganalisis seluruh informasi yang diperoleh dari pengamatan. Peneliti merefleksi kegiatan yang berlangsung dengan membuat kesimpulan, hasilnya digunakan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya.


(60)

42

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penerapan pendekatan kontekstual dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain:

1. Persentase jumlah siswa aktif pada setiap siklus mengalami peningkatan, sehingga siswa yang aktif mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

2. Pada akhir penelitian ini, meningkatnya hasil belajar siswa mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut dengan KKM yang ditentukan yaitu 60.


(61)

100

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan judul “Penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur” dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar 60,8 dengan persentase siswa aktif 52,4% kriteria “Cukup Aktif”, siklus II sebesar 64,2 dengan persentase siswa aktif 66,7% kriteria “Aktif”, dan siklus sebesar III sebesar 75,1 dengan rata-rata persentase siswa aktif 81,0% kriteria “Sangat Aktif.”

2. Penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

2.1Hasil belajar kognitif siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 61,9% dengan nilai rata-rata 57 kategori “Sedang,” siklus II sebesar 71,4% dengan nilai rata-rata 64,2 kategori “Sedang,” dan siklus III sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 74,6 kategori “Tinggi.”


(62)

101

2.2Hasil belajar afektif siswa. Secara berurutan persentase nilai afektif klasikal siklus I mencapai 52,4% dengan nilai rata-rata 64,4 kategori “Rendah,” siklus II sebesar 71,4% dengan nilai rata-rata 74,3 kategori “Sedang,” dan siklus III sebesar 90,5% dengan nilai rata-rata 83,3 kategori “Sangat Tinggi.”

2.3Hasil belajar psikomotor siswa. Secara berurutan persentase nilai psikomotor klasikal siklus I mencapai 47,6% dengan nilai rata-rata 65,9 kategori “Rendah,” siklus II sebesar 66,7% dengan nilai rata-rata 73,2 kategori “Sedang,” dan siklus III sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 83,0kategori “Tinggi.”

B.Saran

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa saran:

1. Kepada Siswa

Diharapkan kepada siswa untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

2. Kepada Guru

Diharapkan kepada guru agar menerapkan pendekatan kontekstual sebagai upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, lebih kreatif melaksanakan pembelajaran dengan mengaitkan dunia nyata siswa. Memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa supaya siswa


(63)

102

lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta meningkatkan proses pembelajaran melalui variasi model pembelajaran.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan sekolah dapat menyediakan atau melengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang diperlukan supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga hasil belajar dapat meningkat. Pendekatan kontekstual dapat ditularkan kepada guru-guru dan diterapkan pada mata pelajaran yang lain agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kepada Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual, diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru bagi peneliti untuk lebih memperkaya model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika. Menyarankan pada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian dengan mengimplementasikan pendekatan kontekstual pada materi yang berbeda.


(1)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penerapan pendekatan kontekstual dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain:

1. Persentase jumlah siswa aktif pada setiap siklus mengalami peningkatan, sehingga siswa yang aktif mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

2. Pada akhir penelitian ini, meningkatnya hasil belajar siswa mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut dengan KKM yang ditentukan yaitu 60.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan judul “Penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Adirejo, Pekalongan, Lampung Timur” dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar 60,8 dengan persentase siswa aktif 52,4% kriteria “Cukup Aktif”, siklus II sebesar 64,2 dengan persentase siswa aktif 66,7% kriteria “Aktif”, dan siklus sebesar III sebesar 75,1 dengan rata-rata persentase siswa aktif 81,0% kriteria “Sangat Aktif.”

2. Penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

2.1Hasil belajar kognitif siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 61,9% dengan nilai rata-rata 57 kategori “Sedang,” siklus II sebesar 71,4% dengan nilai rata-rata 64,2 kategori “Sedang,” dan siklus III sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 74,6 kategori “Tinggi.”


(3)

2.2Hasil belajar afektif siswa. Secara berurutan persentase nilai afektif klasikal siklus I mencapai 52,4% dengan nilai rata-rata 64,4 kategori “Rendah,” siklus II sebesar 71,4% dengan nilai rata-rata 74,3 kategori “Sedang,” dan siklus III sebesar 90,5% dengan nilai rata-rata 83,3 kategori “Sangat Tinggi.”

2.3Hasil belajar psikomotor siswa. Secara berurutan persentase nilai psikomotor klasikal siklus I mencapai 47,6% dengan nilai rata-rata 65,9 kategori “Rendah,” siklus II sebesar 66,7% dengan nilai rata-rata 73,2 kategori “Sedang,” dan siklus III sebesar 85,7% dengan nilai rata-rata 83,0kategori “Tinggi.”

B.Saran

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa saran:

1. Kepada Siswa

Diharapkan kepada siswa untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

2. Kepada Guru

Diharapkan kepada guru agar menerapkan pendekatan kontekstual sebagai upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, lebih kreatif melaksanakan pembelajaran dengan mengaitkan dunia nyata siswa. Memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa supaya siswa


(4)

lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta meningkatkan proses pembelajaran melalui variasi model pembelajaran.

3. Kepada Sekolah

Diharapkan sekolah dapat menyediakan atau melengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang diperlukan supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga hasil belajar dapat meningkat. Pendekatan kontekstual dapat ditularkan kepada guru-guru dan diterapkan pada mata pelajaran yang lain agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kepada Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual, diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru bagi peneliti untuk lebih memperkaya model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran matematika. Menyarankan pada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian dengan mengimplementasikan pendekatan kontekstual pada materi yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI Press. Bandung Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.

Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Anisa. 2010. Contextual Teaching Learning. http//.www.anisah89.blogspot.com (diakses pada 14/05/2014)

Anita W, Sri, dkk. 2013. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Banten

Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. BSNP. Jakarta.

Djiwandono, Sri Lestari Wuryadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Grafindo: Jakarta (http://digilib.uinsuka.ac.id/3891/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTA KA.pdf diakses pada 12/12/2014)

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Suhana, Cucu. 2010. Konsep dan Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Johnson, B. Elaine. 2006. Contextual Teaching and Learning (Alih Bahasa: Ibnu Setiawan). MLC. Bandung.

Karso, dkk. 2014. Pendidikan Matematika I. Universitas Terbuka. Banten. Kemendikbud. 2012 . Dokumen Kurikulum 2013. Kemendikbud RI. Jakarta.


(6)

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. PT Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudirman. 2010. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Rajawali Pres. Jakarta. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya.

Bandung.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI Press.

Bandung.

Thobroni, Muhammad & Mustafa, Arif. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Produktif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wale, John A. 2006. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Terjemahan dari Suyono Elementary and Middle School Mathematics. Erlangga. Jakarta. Wardhani, IGAK & Wihardit, Kuswaya. 2013. Penelitian Tindakan Kelas.

Universitas Terbuka. Banten.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11

0 11 46

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASI BELAJAR SISWA KELAS II A SD NEGERI 7 METRO PUSAT

0 7 76

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 METRO TIMUR

1 4 79

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA Penerapan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 02 Sukoharjo Tahun 2015/2016.

0 2 12

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA Penerapan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 02 Sukoharjo Tahun 2015/2016.

0 2 18

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Brajan Prambanan Klaten Tahun Ajaran 20

0 0 14

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Barukan Manisrenggo K

0 1 17

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Barukan Manisrenggo K

0 2 16

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

0 6 14

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 17