jurnal ilmiah suwarsit

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PENGURUS

DALAM RAPAT ANGGOTA KOPERASI PRIMKOPAL BRIGIF 2

MARINIR DITINJAU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

25 TAHUN 1992 TENTANG KOPERASI

Suwarsit

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum UPN “Veteran” Jakarta Jl. RS. Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan-12450 Telp. 021 7656971. Ext. 165. Email : [email protected]

Abstract

This research was conducted to know the implementation the Governing and Member Meeting Cooperative Primkopal Brigif 2 Marines in depth that is differently on Cooperative in general. His background Meeting of Members is holder of highest power on Cooperative according to Act Number 25 of 1992 however Member Meeting of Cooperative Primkopal Brigif 2 Marines has been influenced by habit the Military in running pemerintahanya so that Habits Military such as wisdom the Governing and Commands superiors become main determinant inside Implementation and Results meeting of Members. so Cooperatives who supposed to principled Democracy has been influenced by Principle the Military who Authoritarian. The problem in this thesis is what obstacles or barriers to the implementation of the Cooperative Primkopal brigade 2nd Marine reviewed according to Law No. 25 of 1992 concerning Cooperatives, and how the implementation of the board Cooperative environment Cooperative Primkopal brigade 2nd Marine reviewed according to Law No. 25 of 1992 concerning Cooperatives, and how is the responsibility of the Board Meeting of Cooperative Members Primkopal brigade 2nd Marine reviewed according to Law No. 25 of 1992 concerning Cooperatives, research method is normative- empirical, that is where the juridical normative obtained from the Articles of Association of Cooperatives and his household as well as warrants and report- existing reports on Cooperative Primkopal Brigif 2 Marines, and empirical obtained from interviews and reality in practice. Conclusion from this research is Member Meeting which berbentur with Principle Military do not menyurutkan the main purpose in the welfare Its members as the purpose of Cooperatives in general. so that The necessity implementation of the Cooperatives Primkopal Brigif 2 Marines more really realize the as who contained in Statutes and Rumah the ladder .

Keywords: Member Meeting Cooperative, the Governing Cooperative, Commands Tops.

PENDAHULUAN

Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan sebagai suatu badan usaha mempunyai peran dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, maju, sejahtera, diharapkan dapat membangun dirinya sendiri agar kuat dan mandiri sehingga dapat berperan sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Perkoperasian di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dan bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.


(2)

Koperasi telah memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ekonomi nasional, terutama bagi masyarakat kelas bawah yang tidak punya akses ke perbankan formal. Meskipun demikian penggunaan dan penyebaran koperasi belum menyeluruh ke masyarakat Indonesia. Koperasi yang kita maksudkan di sini dalam kaitanya dengan demokrasi ekonomi, adalah koperasi sebagai organisasi atau lembaga ekonomi modern yang mempunyai tujuan, mempunyai sistem pengelolaan, mempunyai tertib organisasi (mempunyai rules dan relugations ) bahkan mempuyai asas dan sendi-sendi dasar. Demokrasi ekonomi inilah yang membedakan Koperasi dengan Badan usaha lain. Dimana Demokrasi Eknomi mempunyai rules dan relugations bahkan mempuyai asas dan sendi-sendi dasar sehingga Demokrasi ekonomi pada Koperasi diharapkan anggota Koperasi lebih sejahtera dan membaik.

Didalam Koperasi kekuasaan tertinggi di pegang oleh Rapat Anggota. Hal ini mengandung pengertian bahwa segala keputusan yang sifatnya mendasar mengenai kebijakan pengembangan aktifitas koperasi ditentukan oleh anggota yang disampaikan melalui forum rapat anggota, setiap anggota mempunyai hak yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya. Artinya dalam hal ini

Demokratis dalam Koperasi lebih di junjung tinggi daripada sistim lainya. Putusan tertinggi dalam rapat anggota Koperasi ini akan menarik apabila pimpinan berpendapat lain. Maka demokrasi akan sia-sia saat berbenturan dengan instruksi atasan atau perintah atasan. Biarpun Undang-undang koperasi Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi Pasal 22 Ayat (1) menyatakan bahwa Rapat Anggota merupakan Pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi.

Selain Rapat anggota yang mempunyai kekuasaan tertinggi pada Koperasi, Dalam Koperasi ini tak kalah pentingnya juga peran Kepengurusan, Kepengurusan merupakan salah satu bagian penting dari organisasi koperasi. Karena berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada mutu dan kerja bidang Kepengurusanya. Apabila orang-orang Pengurus itu memiliki kejujuran, kecakapan dan giat dalam bekerja maka besarlah kemungkinannya koperasi akan maju pesat atau setidak-tidaknya tendensi untuk terjadinya kebangkrutan akan mudah ditanggulangi. Tetapi sebaliknya, orang-orang ini tidak cakap, curang atau tidak berwibawa tentulah koperasipun akan mundur atau tidak semaju seperti yang diharapkan. Kita sering melihat, terjadinya kesulitan-kesulitan dalam soal keuangan, soal yang menarik perhatian anggota pada koperasi, pemasaran barang-barang, organisasi yang kacau dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan semacam ini pangkal persoalannya karena ketidakberesan pada Pengurus. Pengurus memang bukanlah satu-satunya unsur yang menentukan gagal tidaknya suatu usaha, tetapi bagaimanapun orang-orang yang duduk dalam manajemen ini mempunyai peranan penting. Lebih-lebih dalam organisasi yang bukan kumpulan modal uang melainkan kumpulan orang-orang. Sehingga dari sekian banyak koperasi yang gagal banyak diantara yang disebabkan oleh kekacauan dalam bidang Pengurus.

PEMBAHASAN

Kendala atau Hambatan Pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir

Anggaran dasar itu berisikan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar dari seluruh kehidupan Koperasi. Anggaran dasar koperasi adalah


(3)

merupakan sumber peraturan tata tertib bagi tertibnya organisasi koperasi dengan segala kegiatan usahanya dengan kata lain, anggaran dasar koperasi adalah sebagai dasar formal bagi persetujuan atau kesepakatan para anggota untuk bekerja sama, yang merupakan fondasi setiap koperasi. Anggaran dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir akan menjadi tolak ukur atau batasan yang mendasar untuk pelaksanaanya. Namun pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dilihat dari anggaran dasarnya telah beberapa kali mengalami perubahan. Terakhir perubahan anggaran dasarnya adalah Nomor 2/9/BH/PAD/XII.4/-1.829.31/XI/2011 Yang menyesuaikan sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Koperasi akan tetapi semenjak ada putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 28/PUU-XI/2013 Tanggal 28 Mei 2014 amar Putusanya Uji Materi Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2012 tentang Koperasi dan adanya Surat Pemberitahuan dari Puskopal Marinir dasar surat dari Inkopal Nomor; B/139/VI/2014/Inkopal tentang Putusan Mahkamah Konstitusi. Maka sambil menunggu dibentuknya Undang-undang Koperasi yang baru kembali menyesuaikan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi yang Anggaran Dasarnya Nomor 25/BLP.Y/5/1992. Dengan adanya perubahan termasuk menjadi kendala atau hambatan pelaksanaan Koperasi karena secara otomatis merubah administrasi yang ada dan butuh waktu untuk menyesuaikan kembali dengan anggaran dasar yang di tunjuk tersebut. “Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga merupakan

bentuk perikatan dalam Koperasi yang menjadi pedoman bagi semua pihak yang terkait dengan Koperasi.” (Bemhard Limbong, 2010: 171) Sehingga bentuk perikatan tersebut ini menunjukan adanya tata kehidupan koperasi secara teratur dan jelas, yang merupakan bentuk kesepakatan para anggota Koperasi. Kendala atau Hambatan dalam Pelaksanaan Pengawas Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini penulis menilai bahwa Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas/pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau diberikan. Pengawas adalah Perangkat organisasi Koperasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalanya roda organisasi dan usaha Koperasi. Pengawasan dalam Koperasi membantu apakah aktifitas atau kerja yang dilakukan Pengurus Koperasi sesuai yang diinginkan. Dalam Pengawas Pasal 19 ayat (3) dalam Anggaran Dasar Primkopal Brigif 2 Marinir yang menyatakan sebagai berikut: Yang dapat di pilih menjadi pengawas adalah anggota yang memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : (a) Mempunyai sifat dan perilaku yang baik, di dalam maupun diluar koperasi, (b) Mempunyai wawasan yang luas, pengetahuan serta keterampilan yang baik terutama bidang pengawasan. Kata-kata sifat dan perilaku yang baik, di dalam maupun diluar Koperasi Menurut penulis ini akan menjadi pengertian yang luas/kabur dan susah untuk sejauh mana batasanya untuk dapat memenuhi syarat menjadi pengawas Hal ini dapat dijadikan alasan suatu pempinan dalam lembaga


(4)

militer atau instansi menentukan ini memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat. Seharusnya sifat dan perilaku baik dalam maupun diluar Koperasi ini penulis berpendapat ditulis secara rinci dan jelas maksudknya apakah syarat dalam perilaku baik tersebut tidak pernah terpidana atau melanggar kedisiplinan dalam berdinas, Sehingga jelas maksudnya. Pada point (b) Mempunyai wawasan yang luas, pengetahuan serta keterampilan yang baik terutama bidang pengawasan. Ini juga luas pengertianya, wawasan yang luas dalam bidang pengawasan ini dalam hal apa saja seharusnya dijelaskan secara terperinci agar anggota Koperasi mengetahuinya begitu juga yang telah dicalonkan Pengawas. Kendala atau hambatan pelaksanaaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir menurut laporan pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tahun buku 2013 pada RAPJ ke-28 tanggal 04 Febuari 2014 ialah Terbatasnya Personil pengawak Koperasi yang mempunyai kemampuan dibidang managemen Koperasi dan usaha, hal ini mempengaruhi perkembangan Primkopal Brigif 2 Marinir serta kaderisasi pengurus dan pengawak. Namun demikian secara bertahap Primkopal Brigif 2 Marinir mengikutsertakan Pendidikan Koperasi maupun pelatihan guna mendukung kegiatan kerja Pengurus Primkopal Brigif 2 Marinir. Agar seseorang mempunyai pengetahuan Koperasi, bersikap koperatif, dan bertingkah laku sebagai warga Koperasi yang baik, ia perlu mengikuti pendidikan Koperasi.

Pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UKM telah memberikan konsep

penilaian kinerja koperasi salah satunya yaitu Pedoman Klasifikasi Koperasi ada 7 aspek dalam kriteria atau standar penilaian ini yaitu; (1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka dengan indikator rasio peningkatan jumlah anggota dan rasio pencatatan keanggotaan dalam buku daftar anggota ; (2) Pengendalian oleh anggota secara demokratis dengan indikator penyelenggaraan RAT, Rasio Kehadiran Anggota, Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi, realisasi anggaran pendapatan koperasi, realisasi anggaran biaya koperasi, realisasi surplus hasil usaha koperasi, dan pemeriksaan ; (3) Partisipasi ekonomi anggota dengan indikator pelunasan simpanan pokok dan simpanan wajib anggota keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota, pengembalian piutang ; (4) Otonomi dan kemandirian dengan indikator rentabilitas ekonomi, return on asset, assets turn over, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, modal sendiri terhadap piutang ; (5) Pendidikan dan pelatihan dengan indikator pendidikan bagi anggota dan pengelola koperasi, penerangan dan penyuluhan, media informasi, tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan ; (6) Kerjasama dengan koperasi lain dengan indikator kerjasama secara horisontal dan vertikal, manfaat kerjasama ; (7) Kepedulian terhadap komunitas dengan indikator penyerapan tenaga kerja, pembayaran pajak dan dana pembangunan daerah kerja. Sehingga dari uraian di atas, melihat pentingnya suatu


(5)

pengukuran kinerja dan penilaian. kinerja sesuai dengan pedoman klasifikasi koperasi. (Keputusan Menteri Nomor 129/Kep/M/KUKMI/XI/2002).

Perencanaan Koperasi perlu dibuat suatu perencanaan agar masing-masing yang menjalankan atau mengelola koperasi tersebut mempunyai target, sehingga koperasi bisa jadi lebih baik dan sesuai apa yang mereka harapkan. Jadi perencanaan (planing) yang matang dan benar-benar disiapkan inilah nanti yang akan siap dan mampu menghadapi masalah-masalah yang akan dihadapi dan juga perencanaan bisa mendorong pengurus-pengurus atau pengelola Koperasi lebih siap dalam mengelola Koperasi. Perencanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini sudah tertata rapi dan bagus sebagaimana Koperasi pada umumnya. Perencanaan kerja yang diatur mulai perencanaan bidang idiil dan administrasi dan perencanaan kerja yang lainya yang sudah di buat oleh Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini menunjukan bahwa kepengurusan atau pengelolaan koperasi tersebut sungguh-sungguh dalam menjalankan usaha bisnis koperasinya biarpun rencana tersebut pada akhirnya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Namun Sertifikat penghargaan yang diberikan kepala suku dinas koperasi usaha kecil dan menengah kotamadya Jakarta selatan menunjukan bahwa seberapa besar dan baik kualitas koperasi tersebut, sehingga Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir mempunyai segudang prestasi dan pantas diacungi jempol. Pengorganisasian dalam Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dipengaruhi dengan bagaimana Pengorganisasian yang ada pada Militer, Hal ini bisa dilihat bahwa

pengorganisasian dalam militer yang mengedepankan kepangkatan sudah sesuai hirarki sehingga koperasi ini bisa berjalan dengan baik dan apa yang diharapkan selama ini. Struktur organisasi suatu lembaga koperasi disusun untuk memberi tatanan yang jelas agar individu-individu yang tergabung dalam koperasi dapat melaksanakan fungsinya dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Dengan tatanan struktur Organisasi yang disesuaikan dengan kepangkatan militer ini bertujuan agar sitim kerja dalam Koperasi tersebut berjalan lancar dan berjalan baik. Tapi apabila ada kejanggalan mengenai kemajuan Koperasi atau kesejahteraan yang harusnya meningkat tetapi kenyataanya tidak meningkat, bawahan atau anggota Koperasi yang berpangkat golongan Bintara atau Tamtama tidak akan berani dan takut untuk mengusulkan atau merubahnya apabila dalam struktur organisasi Koperasi tersebut Pimpinanya berpangkat golongan Perwira.

“Mengingat anggaran dasar ini sangat penting, maka para pendiri Koperasi harus terlebih dahulu memahami isi anggaran dasar Koperasi yang akan dibentuk serta pasal-pasal penting dari Undang-undang Koperasi, sehingga setiap pembentukan Koperasi sudah benar-benar dipelopori oleh orang yang mengerti akan usaha Koperasi serta dan atas sendi dasarnya. Bila Koperasi yang akan didirikan telah ada organisasi di Pusatnya, maka seorang wakil pusat Koperasi seharusnya turut serta memberikan bimbingan.” (Pandji Anoraga, 2003: 77) Apabila dilihat dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya sudah sesuai prinsip Koperasi karena dalam


(6)

Anggaran dasarnya menyatakan bahwa keanggotaan Koperasi diperoleh secara terbuka dan sukarela akan tetapi ketidaksesuaian dengan apa yang ditulis dalam aturanya sebuah praktek dilapangan karena Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir menerapkan sistem militer yaitu berdasarkan perintah atasan. Berdasarkan perintah atasan diterapkan dalam Koperasi ini dengan maksud dan tujuan semata-mata demi mensejahterakan Prajuritnya serta untuk menpersamakan dan mempermudah administrasinya. Dengan arti kata lain keanggotaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir kompak dalam mengikuti kegiatan baik kegiatan militer maupun bisnis berusaha. Dan begitu pula keanggotanya pun berdasarkan perintah atasan biarpun hanya secara perintah lesan dan terkadang ada yang tanpa pemberitahuan dengan tiba-tiba pada slip gaji terdapat potongan Koperasi, khususnya pada anggota yang baru masuk dan pindahan, kemungkinan disebabkan sistem militernya dan juga pimpinan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir memiliki maksud tersendiri, bisa juga untuk mempermudah administrasi dan mempersamakan secara keseluruhan di dalam keanggotaan Koperasi.

Kendala atau Hambatan pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir adanya pengaruh historis Pada Angaran Dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir yang pertama Nomor 2147/B.H/I. Tanggal 01 September 1987, mengenai Pengurus diberhentikan oleh Rapat anggota namun atas dasar persetujuan Ketua Pembina (Komandan Brigif 2 Marinir), hal tersebut sudah terlihat pada awal Koperasi ini didirikan

ada pengaruh dan campur tangan kekuasaan Militer untuk mengendalikanya dan menjadi Penguasa tertinggi dalam Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir, bukan Rapat Anggota pada Koperasi sebagaimana di atur dalam perundang-undangan Koperasi yang telah ada. Sehingga berpengaruh pada Anggaran dasar berikutnya walaupun tidak tertulis dan masih menjadi hal yang ditakutkan dalam melaksanakan Anggaran dasar yang sebenarnya oleh Anggota Koperasi khususnya yang berpangkat Golongan Bintara dan Tamtama. Kendala yang lebih utama Penulis berpendapat pada Jumlah anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Pada Daftar Simpanan Anggota (Simpanan Wajib, Simpanan Pokok dan Simpanan Khusus) Primkopal Brigif 2 Marinir bulan Desember Tahun 2014 bahwa jumlah Total Personil adalah 2.607. sedangkan tempat ruang Rapat Primkopal Brigif 2 Marinir yang diselenggarakan 04 Febuari 2014 di Ruang Rekreasi Yonif 6 Marinir ini kapasitasnya apabila tidak menggunakan kursi sekitar 1000 orang dan apabila menggunakan kursi hanya muat 500 personil. Sedangkan dalam laporanya yang telah dibacakan Ketua Primkopal Brigif 2 Marinir Kapten Marinir Sukirno adalah 80%. Hal tersebut dapat dimaklumi karena Koperasi ini anggotanya banyak dan dalam Rapat seringkali hanya Perwakilan yang menghadiri Rapat tersebut. Akan tetapi kalau dalam Notulen Rapat Anggota Koperasi menyatakan undangan kenyataanya adalah undangan tersebut berdasarkan Perintah dari Pimpinan atau atasan dalam Militer untuk mengikuti Rapat Koperasi dan istilahnya


(7)

hanyalah simulasi atau menurut Penulis rekayasa atau hal lain lagi tipu-tipu agar Rapat tersebut keliatan serius dan sah untuk diputuskan.

Pelaksanaan Pengurus Koperasi, dilingkungan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir

Pengurus Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir memformulasikan bahwa Koperasi diselenggarakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengelola Koperasi, nilai-nilai dan kekayaannya. “Pengurus Koperasi harus cakap dan bijaksana. Mereka harus mempunyai politik perusahaan dan pengetahuan tentang perdagangan untuk menghadapi persaingan dan siasat ijin dari orang-orang atau pedagang-pedagang yang tidak menghendaki dan berusaha membunuh perkumpulan Koperasi.” Pengetahuan yang harus dimiliki Pengurus menjadi kendala dalam pelaksanaan Pengurus Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir sehingga ketentuan pengetahuan sebatasnya saja.

Pengurus Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tidak didasarkan pada pemaksaan wewenang, melainkan melalui keterlibatan dan partisipasi. Hal ini dapat dilihat dari pasal 11 Ayat (1) Anggaran Dasar rumah tangganya yang menyatakan bahwa pengurus Primkopal Brigif 2 Marinir dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, ini sudah sesuai dengan Pasal 29 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ialah; (1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota. Akan tetapi pelaksanaanya saya menilai lain karena pada pengurus Koperasi Primkopal

Brigif 2 Marinir terdapat adanya Surat perintah atau surat keputusan oleh Pembina Koperasi. Surat perintah ini muncul bisa sebelum Rapat anggota dan bisa sesudah rapat anggota. Artinya apabila sebelum rapat anggota berarti adalah Perintah atasan bukan hasil dari Rapat Anggota. Dan perintah ini lebih kuat statusnya untuk menjabat sebagai pengurus daripada hasil rapat anggota. Karena surat perintah ini mempunyai kekuatan hukum militer. Kekuatan hukum militer yang kami maksud apabila Pengurus atau anggota yang ditunjuk atau diperintahkan menjadi pengurus maka anggota tersebut harus melaksanakanya apabila dia menolak maka akan dinyatakan sebagai pembangkangan atau melawan perintah atasan. “Militer, yang menolak atau dengan sengaja tidak mentaati suatu perintah dinas, atau dengan semaunya melampaui perintah sedemikian itu diancam karena ketidaktaatan yang disengaja. Dengan pidana penjara maksimum dua tahun empat bulan.( pasal 103 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer) Bahwa Bung Hatta menegaskan, di dalam membangun perekonomian nasional berlaku “doktrin demokrasi ekonomi”, bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang, kemakmuran adalah bagi semua orang, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. (Meutia Farida Hatta Swasono; 2012:7)

Maka dari itu, koperasi yang menjadi soko guru perekonomian nasional tidak boleh mengandung anasir “tirani” yang nafasnya adalah penindasan Paham ekonomi Bung


(8)

Hatta sebagaimana terumuskan dalam Pasal 33 UUD 1945 bukanlah “jalan tengah” melainkan adalah “jalan lain”. Bung Hatta sendiri menyebutnya sebagai “jalan lurus”, yaitu “jalan Pancasila”.

Di sinilah dalam konsepsi ekonomi Bung Hatta, pembangunan adalah proses humanisasi, memanusiakan manusia, bahwa yang dibangun adalah rakyat, bahwa pembangunan ekonomi adalah derivat dan pendukung pembangunan rakyat. Di dalam kehidupan ekonomi yang berlaku adalah “daulat-rakyat” bukan “daulat-pasar”. Paham ekonomi Bung Hatta dalam kehidupan ekonomi yang berdaulat-rakyat menunjukan bahwa kebebasan dalam perkumpulan Koperasi ini didasarkan pada Prinsip Demokrasi bukan prinsip atas dasar Perintah atasan sebagaimana yang terjadi dalam Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir yang keseluruhan Anggota Koperasi dan Pengurus adalah Militer yang berdasarkan Surat Perintah/Sprin.

Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir Atasan dalam lingkungan militer memiliki kewenangan untuk memberikan perintah kepada bawahannya, sedangkan bawahan harus patuh dan menjalankan perintah yang diberikan, hal ini merupakan wujud dari sumpah prajurit ke tiga (3) yaitu; “Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan”. Inilah yang membedakan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dengan Koperasi pada umumnya sehingga pengaruh dan penggunaan situasi hukum militer lebih dominan mempengaruhinya. Sehingga anggota Koperasi yang ditinjuk tersebut mau gak mau harus menjalankanya.

Surat Perintah Komandan Brigade 2 Marinir punya wewenang yang mutlak dan kuat untuk menempatkan seseorang pada tempat pengorganisasian Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Sehingga menunjukan bahwa peran atasan memiliki pengaruh yang besar kepada kepemimpinanya dan apabila dilanggar dan tidak dijalankan maka orang tersebut pembangkangan terhadap perintah atasan. Wewenang yang mutlak dan kuat untuk menempatkan seseorang pada tempat pengorganisasian Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini menunjukan betapa besar pengaruhnya unsur Komando militer dalam kegiatan pelaksanaan kepengurusan Koperasi. Sehingga organsasi pada Koperasi tercampur dengan pengaruh Komando yang ada pada Militer. Inilah organisasi yang begitu kuat yang ada pada Militer. Keunikan organisasi yang menerapkan sistem komando adalah : Pertama perintah seorang atasan harus dilaksanakan apa adanya (sesuai rencana) oleh bawahan. Kemudian bawahan tersebut wajib melapor kembali hanya kepada atasan pemberi perintah sebagai

penanggungjawab utama atas dampak keberhasilan ataupun kegagalan yang ditimbulkan. Kedua untuk mengamankan atau menjamin bahwa perintah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka organisasi tersebut sudah harus memiliki ‘rules of engagement (roe)’, protap, juklak untuk setiap apapun jenis tugas, sehingga kemudian dapat dilakukan evaluasi siapa saja sebenarnya yang telah melakukan penyimpangan bila terjadi suatu kekurangan atau kesalahan. Dengan kata demikian peringatan


(9)

hukuman atau tindakan pendisiplinan semestinya dapat di berikan kepada petugas di setiap mata rantai yang terlibat. Di sisi lain, bagi mereka yang telah menjalankan perintah dengan sangat sangat baik, yang telah mengerahkan kemampuan dan memberikan pengorbanan melebihi rata-rata harapan, maka pujian, promosi atau tanda jasa-lah yang akan didapatkan. Terakhir, evaluasi perlu dilakukan sebagai masukan bagi penyempurnaan lebih lanjut fungsi, tugas, struktur, mekanisme organisasi beserta segala ‘roe’nya.

Organisasi yang menerapkan sistem komando ini bisa dilihat jelas pada Organisasi pada militer. Didalam organisasi militer perintah atasan ini sifatnya kaku, apa adanya, dan apabila dilanggar bisa dikatakan Pembangkangan terhadap suatu perintah. Perintah atasan ini harus dijalankan apa adanya mempunyai arti sifatya sepertinya memaksa, tekanan, mau gak mau harus dilaksanankan biarpun itu tidak sehati dan kadangkala yang berat adalah perintah tersebut melanggar sebuah peraturan yang ada sehingga inilah yang membedakan organisasi yang menggunakan sistem komando dengan yang tidak menggunakan sistem komando. Organisasi yang menggunakan sistem komando ini adalah militer, sehingga Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini dipengaruhi sistem Komando yang terdapat pada kepemimpinan Militer. Padahal Koperasi menerapkan Prinsip Demokrasi yan terdapat pada Prinsip Koperasi Indonesia Menurut pasal 2 Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 yang berbunyi; Pengelolaan dilakukan secara demokrasi. Akan tetapi Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir kenyataanya

berprinsip lain atau tidak berprinsip Demokrasi sebagaimana Koperasi pada umumnya.

Pengurus Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir selain Ibu Iis Yuliati yang sebagai PNS ada juga yang Militer yaitu seperti lain yaitu Serka Marinir Miskidi apabila dilihat dari Surat Perintahnya pengangkatanya pada tahun 2011, mungkin Surat Perintah ini dirubah berhubung Miskidi adalah anggota Marinir. Akan tetapi kenyataanya Miskidi tersebut sudah sepuluh tahun lebih menjabat sebagai sekretaris Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Dan Surat Perintahnya selalu di perpanjang atau diperbaharui sehingga dengan adanya Surat Perintah tersebut Bpk Miskidi dapat menjalankan Jabatanya sebagai Sekretaris Koperasi Primkopal Brigf 2 Marinir dan tidak diganggu atau dilibatkan kegiatan lain seperti kegiatan Prajurit pada umumnya di pasukan yaitu; Upacara, Latihan, Dinas Jaga dan sebagainya. Sehingga status Surat tersebut tidak hanya sebagai Surat Perintah tapi juga sebagai penguat Posisinya di dalam menjalankan Sekretaris Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Padahal satu-satunya lembaga yang berhak memilih pengawas atau pengurus hanyalah rapat anggota yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi, dan ini telah sesuai dengan jiwa dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan seperti yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (1) UUD Tahun 1945. Pada Pasal 11 ayat (4) Anggaran dasar Primkopal Brigif 2 Marinir menyatakan: Anggota pengurus yang masa jabatannya telah berakhir dapat di pilih kembali.


(10)

Selain bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ayat (4) yang menyatakan bahwa; Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun. ini juga akan mempunyai dampak negatif kepada kinerja Pengurus. Kinerja Pengurus tidak maksimal dan mengalami kejenuhan dalam bekerja sehingga target dalam perencanaan kinerja Pengelolaan Koperasi yang sudah dibuat tidak akan tercapai apalagi target untuk memajukan kesejahteraan prajurit dan masyarakat pada umumnya sebagaimana tujuan utama Koperasi akan sia-sia. Dan dapat juga disalahgunakan jabatanya untuk berbuat sesuatu hal untuk mensejahterakan anggotanya tapi alah mensejahterakan diri pribadinya dengan dasar tidak ada kekwatiran untuk diganti atau diberhentikan.

Pengurus Koperasi yang dijalankan dalam Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini tidak sesuai dengan penekanan pengelolaan Koperasi yang menekankankan hubungan anggota dengan pengurus tentang hak suara, ini akan menjadi hubungan yang tidak harmonis antara anggota dengan pengurus. Hilangnya rasa kepercayaan anggota kepada pengurus yang mengelola Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir atas dasar kurang percayanya mengenai laporan pendapatan 1 tahun buku, laporan belanja, laporan keuangan, laporan dana simpanan, dan juga laporan mengenai pembagian sisa hasil usaha yang dibagikan tiap tahun menjelang mau lebaran. Jika diteruskan ini akan membawa dampak negatif dan anggapan yang jelek kepada Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir Cilandak tersebut. Dalam hal ini tidak baik dan tidak

sesuai dengan prinsip koperasi yang demokratis.

Pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tidak mencamtumkan ketentuan mengenai pemberhentian pengurus padahal pada Pasal 63 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian menjelaskan tentang pemberhentian pengurus, yang menyatakan bahwa: Pengurus dapat diberhentikan untuk sementara oleh Pengawas dengan menyebutkan alasannya. (2) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan Rapat Anggota. (3) Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara tersebut atau memberhentikan Pengurus yang bersangkutan. (4) Apabila dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberhentian sementara tersebut dinyatakan batal.

Tanggung Jawab Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir

Tanggung Jawab Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir secara tertulis sudah bagus. Hal ini Penulis dapat melihat dengan adanya Laporan

pertanggungjawaban Primkopal Brigif 2 Marinir tahun Buku 2013 pada RAPJ ke-28, tanggal 04 Febuari 2014. Namun Laporan pertanggungjawaban tersebut tidak seluruhnya dimengerti dan dipahami oleh peserta


(11)

Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Hal ini dikarenakan bahwa Rapat Anggota pada Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir peserta Rapatnya untuk kehadiran berdasarkan penunjukan dan biasanya sebagian besar pesertanya adalah Anggota Prajurit yang masih baru masuk (Tamtama Remaja. Bintara Remaja, Perwira Remaja) yang masih belum paham mengenai laporan pertanggungjawaban tersebut. Laporan pertanggungjawaban Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir sudah menyangkup tentang; Daftar pengurus, pengawas dan karyawan, Neraca satu tahun, Perhitungan SHU, Pelajuran Simpin, Daftar Inventaris, Rekap Anggota, Rekap Anggota Mutasi, Realisasi rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja, Analisa Keuangan, Daftar Distribusi Buku RAPJ Primkopal Brigif 2 Marinir.

Disamping Laporan

pertanggungjawaban Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tahun Buku 2013 pada RAPJ ke-28, tanggal 04 Febuari 2014 yang sudah tertulis atau dikodifikasikan dalam bentuk Buku, pelaksanaan Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dapat dilihat pada Anggaran dasarnya. Rapat anggota pada pasal 6 ayat (1) dalam Anggaran dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir menyatakan bahwa Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Mempunyai kekuasaan tertinggi dalam Rapat Anggota sebagaimana telah dikatakan diatas, Rapat anggota itu mempunyai wewenang yang sangat luas dan tingkatanya lebih tinggi dibandingkan pengurus dan pengawas

karena pada Pasal 23 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi membutikkan bahwa pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas adalah wewenang rapat anggota. Pasal 10 Anggaran Dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir; (1) keputusan Rapat Anggota berdasarkan Musyawarah; (2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak; (3) Dalam hal dilakukan pemungutan suara setiap anggota mempunyai hak satu suara. Hal ini sudah sesuai dengan Pasal 24 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi menyatakan bahwa; (a) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat; (b) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak; (c) Dalam dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara. Sebagaimana yang disampaikan Bung Hatta dalam Pidatonya tentang Hak Pokok yang Kedua yang berbunyi; Tiap-tiap Anggota Koperasi mempunyai hak suara yang sama. Satu orang satu suara, one man one vote, tak peduli apakah iuran pokoknya atau simpanan pokonya besar atau kecil. Tidak ada anggota besar dan anggota kecil, semuanya sama rasa sama rasa.

Pada pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir Rapat Anggota yang seharusnya setiap anggota memiliki hak suara yang sama dan memiliki persamaan akan berbeda apabila Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir


(12)

yang mengeluarkan pendapat adalah seorang Pimpinan lembaga Instansi Militer. Pendapat atau suara yang dikeluarkan Pimpinan yang lebih atas dalam hal ini pada lembaga militer akan berpengaruh besar dan memiliki kekuatan yang besar pula. Hal ini bisa dibuktikan apabila komandan pada lembaga Militer berpendapat A pada Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir maka bawahanya sebagian besar akan berpendapat A, karena hal ini ada etika dalam Militer dan juga biasanya Anggota ada hal yang ditakutkan apabila berpendapat lain. Contoh kecilnya yang sering adalah apabila ada Anggota Koperasi yang notabene pangkatnya adalah bawahan atau golongan Tamtama dan Bintara berpendapat yang berbeda atau menyanggah pendapat Pimpinan ini setelah Rapat Anggota, Anggota tersebut bisa ditegur oleh Pimpinan satuan Compi atau Batalyonya atau bisa juga dicaci maki dan diberikan Sanksi. Bisa juga secara langsung pada Rapat Anggota Anggota Koperasi yang notabene pangkatnya adalah bawahan atau golongan Tamtama dan Bintara dilihat secara sinis saja atau dilihat dengan tanda-tanda aneh oleh Pimpinan Militer baik satuan Compi sampai tingkat Brigade bawahanya sudah takut dan diam tidak akan berani mengeluarkan Pendapat atau uneg-uneg. Jadi bawahan berpendapat dan berucap dalam hatinya biarlah berjalan apa adanya Koperasi ini ABS (Asal Babe Senang), hanya itulah yang mereka bisa berbuat sebagai Anggota Koperasi. Disamping itu pendapat seorang Pimpinan adalah bisa juga diartikan oleh Anggota Koperasi yang notabene Pangkatnya Bawahan adalah

suatu Perintah Lesan dan ini apabila dikaitkan dengan Sumpah Prajurit sebagai Prajurit harus melaksanakan sumpahnya yang ke tiga (3) yang bunyinya; “Taat kepada Atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.” Segala Hal yang keluar dari mulut seorang Pimpinan itu akan di dengar dan dihayati oleh bawahan dan menjadi kewajiban karena seorang bawahan sebagai Anggota Koperasi harus taat pada perintah atasan.

Memiliki persamaan hak suara dan satu suara setiap anggota apa yang tertulis didalam anggaran dasarnya tidak akan sesuai pada pelaksanaanya karena hasil musyawarah mufakat dan demokrasi tidak akan mudah mengubah kebiasaan militer dalam memutuskan permasalahan atau penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa secara musyawarah dan demokrasi yang dikenal dikalangan sipil jarang difahami oleh kalangan militer walaupun saat ini telah mulai diajarkan pendidikan tentang ham. Akan tetapi merubah mindset, ideologi, dan paradigma bukanlah hal yang mudah dilakukan. Kultur disiplin keras, tunduk pada perintah atasan tanpa membantah di kalangan militer tentunya tidak akan dapat diubah secara cepat.

Kultur sipil yang dapat mendebat atasan jika bawahan tidak setuju dengan instruksi atasan atau pimpinan tidak pernah hidup dikalangan militer. Hal ini menjadi kultur militer kuat karena solidaritas sesama anggota yang menjadi le esprit de crops adalah harga mati kalangan militer dimanapun dimuka bumi ini merubah watak, karakter dan budaya tentu tidak mudah. Berdasarkan hal itu dimana militer memiliki karakter yang berbeda,


(13)

maka secara historis dibutuhkan aturan-aturan hukum yang bersifat lex specialis untuk mengatur dan mengendalikan warga militer tersebut. (Jurnal Hukum Militer, 2012: 30).

Pasal 30 huruf (c) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ialah; menyelenggarakan Rapat Anggota. Dalam menyelenggarakan Rapat Anggota ini telah menjadi tanggung jawab Pengurus sebagaimana dalam Anggaran Dasar Primkopal Brigif 2 Marinir yaitu Pasal 13 huruf (g) yang isinya Pengurus bertugas untuk menyelenggarakan rapat anggota. Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dalam Rapat Anggota Penulis sebagai Anggota Koperasi selama sepuluh tahun menjadi anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini baru 2 kali mengikuti dan mengetahui adanya Rapat Anggota Koperasi. Rapat Anggota Koperasi pada Primkopal Brigif 2 Marinir biasanya ada dan biasanya juga tidak ada. “Rapat Anggota yang pernah Rapat-rapat anggota sering digunakan sekedar memenuhi persyaratan peraturan dan perundang-undangan, tidak memenuhi persyaratan Rapat yang baik, dan tidak menggunakan asas-asas rapat sehingga segala sesuatu yang terjadi di dalam Koperasi menjadi tertutup, (Ninik Widiyanti, 2004: 62). Padahal apabila dengan adanya Rapat Anggota, Anggota Koperasi mengetahui hal-hal perkembangan baik kekurangan maupun kelebihanya agar dapat menelaah sukses tidaknya Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Dengan adanya Rapat Anggota Pengurus berkesempatan untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Pengurus untuk melaporkan kepada para anggota-anggotanya tentang

kegiatan-kegiatan selama satu tahun yang lalu dan bersama-sama dengan anggota menelaah berbagai masalah yang mengalami sukses atau tidak, sesuai dengan laporan-laporan yang telah disampaikan.

SIMPULAN

a. Kendala atau Hambatan Pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir, Penyesuaian anggaran dasar kembali ke anggaran dasar sebelumnya membutuhkan waktu mengenai admitrasi dan pemberitahuan kepada seluruh anggota koperasi, pengawasan yang tidak diatur secara rinci dibuat agar pengawasan ini ditempati oleh orang-orang yang memiliki kepangkatan yang tinggi dalam hal ini golongan Perwira bukan tamtama di karenakan apabila kepala Koperasi dijabat oleh seorang yang berasal dari golongan Perwira dan Pengawasnya adalah Golongan Bintara atau Tamtama maka tidak akan berjalan atau tidak akan terlaksana, dan lebih berbahaya dan bisa bertentangan dengan kemiliteran apabila seorang bawahan mengawasi atasan. Pengaturan pemberhentian pengawas yang tidak diatur dalam anggaran dasar difungsikan oleh Pimpinan Militer pada lembaga Koperasi tersebut agar tidak ada perubahan yang secara tiba-tiba dan dapat terkendali oleh Pimpinan dalam Militer. Rencana dan Laporan pertanggungjawaban 2012 ialah sebagai langkah awal pertanggungjawaban kepada Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dan sebagai simbolik atas kinerja bagi Pengurusnya. Pengorganisasian yang sesuai kepangkatan dalam Miiter adalah suatu Unsur tata urutan atau hirarki rantai Komando. Pengorganisasian yang sesuai kepangkatan


(14)

dalam Miiter adalah suatu Unsur tata urutan atau hirarki rantai Komando. Pinjaman simpin oleh Anggota Koperasi dikendalikan dan diputuskan oleh Komandan Satuanya masing-masing dimaksudkan agar Komandan satuanya memantau dan memutuskan apakah layak anggota tersebut diberikan pinjaman atau tidak.

b. Pelaksanaan Pengurus Koperasi, dilingkungan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir terdapat adanya Surat perintah atau surat keputusan oleh Pembina Koperasi. Surat perintah ini memiliki sifat negatif yang dikatakan sebagai pemaksaan kehendak berakibat mempengaruhi kinerja Pengurus Koperasi dan kurang percayanya Anggota Koperasi pada Pengurusnya. Surat Perintah ini adalah bentuk tertulis untuk menjalankan atau memerintahkan Anggota Prajurit untuk melaksankan pekerjaanya, namun selain memiliki sisi negatif Surat Perintah ini juga memiliki hal positif yaitu untuk mempermudah dan mempersingkat jalanya suatu pekerjaan dalam Pengurusan pada Koperasi. Wewenang yang mutlak dan kuat untuk menempatkan seseorang pada tempat pengorganisasian Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini berada pada Pimpinan Lembaga Militer bukan pada Rapat Anggota sebagaimana Koperasi pada umumnya, berhubung Militer keras dan tidak mengenal Ham dalam Anggota Militernya jadi sudah terbiasa megesampingkan Demokrasi atau kebebasan sehingga yang ada hanya loyalitas pada Pimpinan. Loyalitas pada Pimpinan adalah wujud Saptamarga ke lima bagi seorang Prajurit TNI. Yang bunyinya; Kami Prajurit Tentara Nasional

Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit.

c. Tanggung jawab Pengurus dalam Rapat Anggota secara garis besar tampaknya dilihat pada pada laporan tanggung jawabnya akhir tahun ini sudah meningkat dan membaik. hal ini perlu ditingkatkan dan minimal dipertahankan agar realisasi dan pelaksanaan Anggaran dasar dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ini benar-benar terlaksana. Penyelenggaraan Rapat tiap tahun sekali menjadi tanggung jawab Pengurus untuk mengadakanya dan melaporkanya akan hasil perkembangan Koperasi pada akhir tahun agar Anggota Koperasi bisa menelaah sukses apa tidaknya jalanya Koperasi tersebut, dan penyelenggaraan diharapkan benar-benar terlaksana tiap satu tahun sekali demi suksesnya Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Pada Rapat Anggota mengenai persamaan hak suara ini akan menjadi tugas yang berat bagi Pengurus untuk merealisasikan sebagaimana Prinsip Koperasi tentang Demokrasi ekonomi pada Koperasi.

Pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir yang seharusnya kekuasaan tertinggi pada Koperasi berada pada Rapat Anggota menjadi lain disaat Kebjaksanaan Pimpinan dan Perintah atasan berada didalamnya. Namun ketidaksesuain Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tidak menghalangi tujuan utama Koperasi untuk mensejahterakan Anggota dan Masyarakat pada umumnya walaupun kesejahteraanya tidak dapat diketahui perubahanya mengenai sukses tidaknya oleh Anggota Koperasi.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU

Bernhard Limbong, Pengusaha Koperasi Memperkokoh Fondasi Ekonomi Rakyat, (Jakarta; Margaretha Pustaka, 2010).

D.G. karve, Commemoration volume, international cooperative alliance regional office & education centre, (for sauth-east asia, New Delhi; Januari 1971).

Hans-H Munker, 10 Kuliah Mengenai Hukum Koperasi, Cetakan pertama ( Jakarta: Rekadesa, Januari 2012). Hatta, Mohammad.Membangun Koperasi

dan Koperasi Membangun., (Jakarta: Inti Idayu Press, 1971) .

Hendrojogi, Koperasi Asas-asas Teori dan Praktik, Edisi IV, Cetakan 9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012).

Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi yang berwatak sosial, (Jakarta; Bhratara Karya Aksara, 1982).

Kelsen, general theory of law and state, translated by ; Anders Wedberg (New York; Russell and russell 1961).

Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, (Jakarta; Toko Gunung Agung, 2002).

Ninik Widiyanti dan Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Cetakan Keempat (Jakarta; Rineka Cipta Dan Bina Adiaksara, Desember 2003).

2. PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, Undang-undang NO. 25 tahun 1992 Tentang Koperasi.

---, Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 Tentang Koperasi.

---, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer.

3. PUTUSAN

---, Keputusan Menteri Nomor 129/Kep/M/KUKMI/XI/2002 Tentang Pedoman Klasifikasi Koperasi.

4. Peraturan Lain

Tentara Nasinal Indonesia, Sumpah Prajurit TNI.

Anggaran dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dan Anggaran Rumah tangga Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir.

5. Jurnal Hukum

Jurnal Hukum Militer, Pusat Studi Hukum Militer Sekolah Tinggi Hukum Militer, ( Jakarta: November 2012), hlm. 30.

6. Internet

Analisis yuridis mengenai putusan Hakim terhadap perintah atasan, http://repository.unej.ac.id/handle/12 3456789/8788 , di akses pada tanggal 13 desember 2013.

Rantai Komando dan Tanggungjawab Renteng,”<

http://www.iisb.info/2008/03/19/rant ai-komando-dan-tanggungjawab-renteng/>. Di akses pada tanggal 1

November 2012.


(1)

Selain bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ayat (4) yang menyatakan bahwa; Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun. ini juga akan mempunyai dampak negatif kepada kinerja Pengurus. Kinerja Pengurus tidak maksimal dan mengalami kejenuhan dalam bekerja sehingga target dalam perencanaan kinerja Pengelolaan Koperasi yang sudah dibuat tidak akan tercapai apalagi target untuk memajukan kesejahteraan prajurit dan masyarakat pada umumnya sebagaimana tujuan utama Koperasi akan sia-sia. Dan dapat juga disalahgunakan jabatanya untuk berbuat sesuatu hal untuk mensejahterakan anggotanya tapi alah mensejahterakan diri pribadinya dengan dasar tidak ada kekwatiran untuk diganti atau diberhentikan.

Pengurus Koperasi yang dijalankan dalam Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini tidak sesuai dengan penekanan pengelolaan Koperasi yang menekankankan hubungan anggota dengan pengurus tentang hak suara, ini akan menjadi hubungan yang tidak harmonis antara anggota dengan pengurus. Hilangnya rasa kepercayaan anggota kepada pengurus yang mengelola Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir atas dasar kurang percayanya mengenai laporan pendapatan 1 tahun buku, laporan belanja, laporan keuangan, laporan dana simpanan, dan juga laporan mengenai pembagian sisa hasil usaha yang dibagikan tiap tahun menjelang mau lebaran. Jika diteruskan ini akan membawa dampak negatif dan anggapan yang jelek kepada Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir Cilandak tersebut. Dalam hal ini tidak baik dan tidak

sesuai dengan prinsip koperasi yang demokratis.

Pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tidak mencamtumkan ketentuan mengenai pemberhentian pengurus padahal pada Pasal 63 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian menjelaskan tentang pemberhentian pengurus, yang menyatakan bahwa: Pengurus dapat diberhentikan untuk sementara oleh Pengawas dengan menyebutkan alasannya. (2) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan Rapat Anggota. (3) Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara tersebut atau memberhentikan Pengurus yang bersangkutan. (4) Apabila dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberhentian sementara tersebut dinyatakan batal.

Tanggung Jawab Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir

Tanggung Jawab Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir secara tertulis sudah bagus. Hal ini Penulis dapat melihat dengan adanya Laporan

pertanggungjawaban Primkopal Brigif 2 Marinir tahun Buku 2013 pada RAPJ ke-28, tanggal 04 Febuari 2014. Namun Laporan pertanggungjawaban tersebut tidak seluruhnya dimengerti dan dipahami oleh peserta


(2)

Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Hal ini dikarenakan bahwa Rapat Anggota pada Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir peserta Rapatnya untuk kehadiran berdasarkan penunjukan dan biasanya sebagian besar pesertanya adalah Anggota Prajurit yang masih baru masuk (Tamtama Remaja. Bintara Remaja, Perwira Remaja) yang masih belum paham mengenai laporan pertanggungjawaban tersebut. Laporan pertanggungjawaban Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir sudah menyangkup tentang; Daftar pengurus, pengawas dan karyawan, Neraca satu tahun, Perhitungan SHU, Pelajuran Simpin, Daftar Inventaris, Rekap Anggota, Rekap Anggota Mutasi, Realisasi rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja, Analisa Keuangan, Daftar Distribusi Buku RAPJ Primkopal Brigif 2 Marinir.

Disamping Laporan

pertanggungjawaban Pengurus dalam Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tahun Buku 2013 pada RAPJ ke-28, tanggal 04 Febuari 2014 yang sudah tertulis atau dikodifikasikan dalam bentuk Buku, pelaksanaan Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dapat dilihat pada Anggaran dasarnya. Rapat anggota pada pasal 6 ayat (1) dalam Anggaran dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir menyatakan bahwa Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Mempunyai kekuasaan tertinggi dalam Rapat Anggota sebagaimana telah dikatakan diatas, Rapat anggota itu mempunyai wewenang yang sangat luas dan tingkatanya lebih tinggi dibandingkan pengurus dan pengawas

karena pada Pasal 23 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi membutikkan bahwa pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas adalah wewenang rapat anggota. Pasal 10 Anggaran Dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir; (1) keputusan Rapat Anggota berdasarkan Musyawarah; (2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak; (3) Dalam hal dilakukan pemungutan suara setiap anggota mempunyai hak satu suara. Hal ini sudah sesuai dengan Pasal 24 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi menyatakan bahwa; (a) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat; (b) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak; (c) Dalam dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara. Sebagaimana yang disampaikan Bung Hatta dalam Pidatonya tentang Hak Pokok yang Kedua yang berbunyi; Tiap-tiap Anggota Koperasi mempunyai hak suara yang sama. Satu orang satu suara, one man one vote, tak peduli apakah iuran pokoknya atau simpanan pokonya besar atau kecil. Tidak ada anggota besar dan anggota kecil, semuanya sama rasa sama rasa.

Pada pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir Rapat Anggota yang seharusnya setiap anggota memiliki hak suara yang sama dan memiliki persamaan akan berbeda apabila Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir


(3)

yang mengeluarkan pendapat adalah seorang Pimpinan lembaga Instansi Militer. Pendapat atau suara yang dikeluarkan Pimpinan yang lebih atas dalam hal ini pada lembaga militer akan berpengaruh besar dan memiliki kekuatan yang besar pula. Hal ini bisa dibuktikan apabila komandan pada lembaga Militer berpendapat A pada Rapat Anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir maka bawahanya sebagian besar akan berpendapat A, karena hal ini ada etika dalam Militer dan juga biasanya Anggota ada hal yang ditakutkan apabila berpendapat lain. Contoh kecilnya yang sering adalah apabila ada Anggota Koperasi yang notabene pangkatnya adalah bawahan atau golongan Tamtama dan Bintara berpendapat yang berbeda atau menyanggah pendapat Pimpinan ini setelah Rapat Anggota, Anggota tersebut bisa ditegur oleh Pimpinan satuan Compi atau Batalyonya atau bisa juga dicaci maki dan diberikan Sanksi. Bisa juga secara langsung pada Rapat Anggota Anggota Koperasi yang notabene pangkatnya adalah bawahan atau golongan Tamtama dan Bintara dilihat secara sinis saja atau dilihat dengan tanda-tanda aneh oleh Pimpinan Militer baik satuan Compi sampai tingkat Brigade bawahanya sudah takut dan diam tidak akan berani mengeluarkan Pendapat atau uneg-uneg. Jadi bawahan berpendapat dan berucap dalam hatinya biarlah berjalan apa adanya Koperasi ini ABS (Asal Babe Senang), hanya itulah yang mereka bisa berbuat sebagai Anggota Koperasi. Disamping itu pendapat seorang Pimpinan adalah bisa juga diartikan oleh Anggota Koperasi yang notabene Pangkatnya Bawahan adalah

suatu Perintah Lesan dan ini apabila dikaitkan dengan Sumpah Prajurit sebagai Prajurit harus melaksanakan sumpahnya yang ke tiga (3) yang bunyinya; “Taat kepada Atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.” Segala Hal yang keluar dari mulut seorang Pimpinan itu akan di dengar dan dihayati oleh bawahan dan menjadi kewajiban karena seorang bawahan sebagai Anggota Koperasi harus taat pada perintah atasan.

Memiliki persamaan hak suara dan satu suara setiap anggota apa yang tertulis didalam anggaran dasarnya tidak akan sesuai pada pelaksanaanya karena hasil musyawarah mufakat dan demokrasi tidak akan mudah mengubah kebiasaan militer dalam memutuskan permasalahan atau penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa secara musyawarah dan demokrasi yang dikenal dikalangan sipil jarang difahami oleh kalangan militer walaupun saat ini telah mulai diajarkan pendidikan tentang ham. Akan tetapi merubah mindset, ideologi, dan paradigma bukanlah hal yang mudah dilakukan. Kultur disiplin keras, tunduk pada perintah atasan tanpa membantah di kalangan militer tentunya tidak akan dapat diubah secara cepat.

Kultur sipil yang dapat mendebat atasan jika bawahan tidak setuju dengan instruksi atasan atau pimpinan tidak pernah hidup dikalangan militer. Hal ini menjadi kultur militer kuat karena solidaritas sesama anggota yang menjadi le esprit de crops adalah harga mati kalangan militer dimanapun dimuka bumi ini merubah watak, karakter dan budaya tentu tidak mudah. Berdasarkan hal itu dimana militer memiliki karakter yang berbeda,


(4)

maka secara historis dibutuhkan aturan-aturan hukum yang bersifat lex specialis untuk mengatur dan mengendalikan warga militer tersebut. (Jurnal Hukum Militer, 2012: 30).

Pasal 30 huruf (c) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ialah; menyelenggarakan Rapat Anggota. Dalam menyelenggarakan Rapat Anggota ini telah menjadi tanggung jawab Pengurus sebagaimana dalam Anggaran Dasar Primkopal Brigif 2 Marinir yaitu Pasal 13 huruf (g) yang isinya Pengurus bertugas untuk menyelenggarakan rapat anggota. Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dalam Rapat Anggota Penulis sebagai Anggota Koperasi selama sepuluh tahun menjadi anggota Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini baru 2 kali mengikuti dan mengetahui adanya Rapat Anggota Koperasi. Rapat Anggota Koperasi pada Primkopal Brigif 2 Marinir biasanya ada dan biasanya juga tidak ada. “Rapat Anggota yang pernah Rapat-rapat anggota sering digunakan sekedar memenuhi persyaratan peraturan dan perundang-undangan, tidak memenuhi persyaratan Rapat yang baik, dan tidak menggunakan asas-asas rapat sehingga segala sesuatu yang terjadi di dalam Koperasi menjadi tertutup, (Ninik Widiyanti, 2004: 62). Padahal apabila dengan adanya Rapat Anggota, Anggota Koperasi mengetahui hal-hal perkembangan baik kekurangan maupun kelebihanya agar dapat menelaah sukses tidaknya Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Dengan adanya Rapat Anggota Pengurus berkesempatan untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Pengurus untuk melaporkan kepada para anggota-anggotanya tentang

kegiatan-kegiatan selama satu tahun yang lalu dan bersama-sama dengan anggota menelaah berbagai masalah yang mengalami sukses atau tidak, sesuai dengan laporan-laporan yang telah disampaikan.

SIMPULAN

a. Kendala atau Hambatan Pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir, Penyesuaian anggaran dasar kembali ke anggaran dasar sebelumnya membutuhkan waktu mengenai admitrasi dan pemberitahuan kepada seluruh anggota koperasi, pengawasan yang tidak diatur secara rinci dibuat agar pengawasan ini ditempati oleh orang-orang yang memiliki kepangkatan yang tinggi dalam hal ini golongan Perwira bukan tamtama di karenakan apabila kepala Koperasi dijabat oleh seorang yang berasal dari golongan Perwira dan Pengawasnya adalah Golongan Bintara atau Tamtama maka tidak akan berjalan atau tidak akan terlaksana, dan lebih berbahaya dan bisa bertentangan dengan kemiliteran apabila seorang bawahan mengawasi atasan. Pengaturan pemberhentian pengawas yang tidak diatur dalam anggaran dasar difungsikan oleh Pimpinan Militer pada lembaga Koperasi tersebut agar tidak ada perubahan yang secara tiba-tiba dan dapat terkendali oleh Pimpinan dalam Militer. Rencana dan Laporan pertanggungjawaban 2012 ialah sebagai langkah awal pertanggungjawaban kepada Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dan sebagai simbolik atas kinerja bagi Pengurusnya. Pengorganisasian yang sesuai kepangkatan dalam Miiter adalah suatu Unsur tata urutan atau hirarki rantai Komando. Pengorganisasian yang sesuai kepangkatan


(5)

dalam Miiter adalah suatu Unsur tata urutan atau hirarki rantai Komando. Pinjaman simpin oleh Anggota Koperasi dikendalikan dan diputuskan oleh Komandan Satuanya masing-masing dimaksudkan agar Komandan satuanya memantau dan memutuskan apakah layak anggota tersebut diberikan pinjaman atau tidak.

b. Pelaksanaan Pengurus Koperasi, dilingkungan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir terdapat adanya Surat perintah atau surat keputusan oleh Pembina Koperasi. Surat perintah ini memiliki sifat negatif yang dikatakan sebagai pemaksaan kehendak berakibat mempengaruhi kinerja Pengurus Koperasi dan kurang percayanya Anggota Koperasi pada Pengurusnya. Surat Perintah ini adalah bentuk tertulis untuk menjalankan atau memerintahkan Anggota Prajurit untuk melaksankan pekerjaanya, namun selain memiliki sisi negatif Surat Perintah ini juga memiliki hal positif yaitu untuk mempermudah dan mempersingkat jalanya suatu pekerjaan dalam Pengurusan pada Koperasi. Wewenang yang mutlak dan kuat untuk menempatkan seseorang pada tempat pengorganisasian Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir ini berada pada Pimpinan Lembaga Militer bukan pada Rapat Anggota sebagaimana Koperasi pada umumnya, berhubung Militer keras dan tidak mengenal Ham dalam Anggota Militernya jadi sudah terbiasa megesampingkan Demokrasi atau kebebasan sehingga yang ada hanya loyalitas pada Pimpinan. Loyalitas pada Pimpinan adalah wujud Saptamarga ke lima bagi seorang Prajurit TNI. Yang bunyinya; Kami Prajurit Tentara Nasional

Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit.

c. Tanggung jawab Pengurus dalam Rapat Anggota secara garis besar tampaknya dilihat pada pada laporan tanggung jawabnya akhir tahun ini sudah meningkat dan membaik. hal ini perlu ditingkatkan dan minimal dipertahankan agar realisasi dan pelaksanaan Anggaran dasar dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi ini benar-benar terlaksana. Penyelenggaraan Rapat tiap tahun sekali menjadi tanggung jawab Pengurus untuk mengadakanya dan melaporkanya akan hasil perkembangan Koperasi pada akhir tahun agar Anggota Koperasi bisa menelaah sukses apa tidaknya jalanya Koperasi tersebut, dan penyelenggaraan diharapkan benar-benar terlaksana tiap satu tahun sekali demi suksesnya Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir. Pada Rapat Anggota mengenai persamaan hak suara ini akan menjadi tugas yang berat bagi Pengurus untuk merealisasikan sebagaimana Prinsip Koperasi tentang Demokrasi ekonomi pada Koperasi.

Pelaksanaan Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir yang seharusnya kekuasaan tertinggi pada Koperasi berada pada Rapat Anggota menjadi lain disaat Kebjaksanaan Pimpinan dan Perintah atasan berada didalamnya. Namun ketidaksesuain Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir tidak menghalangi tujuan utama Koperasi untuk mensejahterakan Anggota dan Masyarakat pada umumnya walaupun kesejahteraanya tidak dapat diketahui perubahanya mengenai sukses tidaknya oleh Anggota Koperasi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU

Bernhard Limbong, Pengusaha Koperasi Memperkokoh Fondasi Ekonomi Rakyat, (Jakarta; Margaretha Pustaka, 2010).

D.G. karve, Commemoration volume, international cooperative alliance regional office & education centre, (for sauth-east asia, New Delhi; Januari 1971).

Hans-H Munker, 10 Kuliah Mengenai Hukum Koperasi, Cetakan pertama ( Jakarta: Rekadesa, Januari 2012). Hatta, Mohammad.Membangun Koperasi

dan Koperasi Membangun., (Jakarta: Inti Idayu Press, 1971) .

Hendrojogi, Koperasi Asas-asas Teori dan Praktik, Edisi IV, Cetakan 9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012).

Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi yang berwatak sosial, (Jakarta; Bhratara Karya Aksara, 1982).

Kelsen, general theory of law and state, translated by ; Anders Wedberg (New York; Russell and russell 1961).

Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato II, (Jakarta; Toko Gunung Agung, 2002).

Ninik Widiyanti dan Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Cetakan Keempat (Jakarta; Rineka Cipta Dan Bina Adiaksara, Desember 2003).

2. PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, Undang-undang NO. 25 tahun 1992 Tentang Koperasi.

---, Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 Tentang Koperasi.

---, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer.

3. PUTUSAN

---, Keputusan Menteri Nomor 129/Kep/M/KUKMI/XI/2002 Tentang Pedoman Klasifikasi Koperasi.

4. Peraturan Lain

Tentara Nasinal Indonesia, Sumpah Prajurit TNI.

Anggaran dasar Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir dan Anggaran Rumah tangga Koperasi Primkopal Brigif 2 Marinir.

5. Jurnal Hukum

Jurnal Hukum Militer, Pusat Studi Hukum Militer Sekolah Tinggi Hukum Militer, ( Jakarta: November 2012), hlm. 30.

6. Internet

Analisis yuridis mengenai putusan Hakim terhadap perintah atasan, http://repository.unej.ac.id/handle/12 3456789/8788 , di akses pada tanggal 13 desember 2013.

Rantai Komando dan Tanggungjawab Renteng,”<

http://www.iisb.info/2008/03/19/rant ai-komando-dan-tanggungjawab-renteng/>. Di akses pada tanggal 1

November 2012.