PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI
PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
ABSTRAK
ABI ZULIANSYAH
Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah kewenangan pemungutan PBB-PP yang sebelumnya merupakan
pajak Pemerintah Pusat dialihkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Persiapan
Kabupaten Lampung Timur dalam rangka menyambut penyerahan PBB-PP
tersebut adalah dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah
pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dan
mengidentifikasi faktor penghambat pelaksanaan pengalihan PBB-PP di
Kabupaten Lampung Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis
empiris. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapat dari wawancara kepada responden yang telah ditetapkan,
sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengalihan PBB-PP di

Kabupaten Lampung Timur dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pendaftaran
objek dan subjek pajak yang terdiri dari: persiapan pelaksanaan, pekerjaan
lapangan, pekerjaan kantor dan pendataan objek dan subjek pajak yang terdiri
dari: alternatif pelaksanaan pendataan dan tata cara pendataan objek dan subjek
PBB. Faktor penghambat pelaksanaan pengalihan PBB-PP di Kabupaten
Lampung Timur adalah: Sumber Daya Manusia yang disiapkan kurang
berkompeten dalam hal pengelolaan Teknologi Informasi, kesiapan sarana dan
prasarana belum memenuhi syarat dan struktur organisasi dan tata kerja yang akan
diberi tugas melakukan pemungutan pajak daerah menggantikan KPP belum ditata
kembali.
Kata Kunci : Pelaksanaan, Pengalihan, Pajak Bumi dan Bangunan,
Pemerintah Daerah

THE IMPLEMENTATION OF PROPERTY TAX TRANSFER IN
THE RURAL AND URBAN SECTORS FROM THE CENTRAL
GOVERNMENT TO LOCAL GOVERNMENTS
IN REGENCY OF EAST LAMPUNG
ABSTRACT
ABI ZULIANSYAH
Issuance of Law No. 28 of 2009 on Local Taxes and Levies voting authority PBBPP previously the central government taxes transferred to the regency/city.

Preparation Regency of East Lampung in order to welcome the submission of
PBB-PP is to create a Regional Regulation No. 16 of 2013 on Land and Building
Tax Rural and Urban Sector. The problem in this research is how the
implementation of the transfer PBB-PP from the central government to Regency
Of East Lampung government and identify factors inhibiting the implementation
of the transfer PBB-PP in Regency of East Lampung.
The method used in this study is a juridical normative and empirical. Data
collected by primary data and secondary data. Primary data obtained from
interviews with respondents who have been assigned, while secondary data
obtained through library research.
The results of the study that the implementation of the transfer PBB-PP in
Regency of East Lampung done in several ways, namely the object and the
subject of registration taxes which consists of preparation of implementation, field
work, office work and the object and subject of tax collection consisting of
alternate implementation and data collection procedures for data collection object
and subject of PBB. Factors inhibiting the implementation of the transfer of PBBPP in Regency of East Lampung is Human Resources is prepared less competent
in the management of information technology, the readiness of facilities and
infrastructure are not yet qualified and organizational structure and working
procedures that will be given the task of replacing the local tax purposes of KPP
yet laid back.

Keywords: Implementation, Transfer, Land And Building Tax, Local Government

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukadana pada tanggal 23 Desember
1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Ahmad Zulkarnain, S.E., dan Ibu
Masnana Almega S.Pd.
Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanan-Kanak (TK) Aisyah Sukadana
Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Dasar Negeri 02
Sukadana Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah
Pertama Negeri 01 Sukadana Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2008,
kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Sukadana Lampung
Timur dan diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi
Negara (HIMA HAN) pada tahun 2014 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Tambah Luhur Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung
Timur pada Januari 2014.


PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada
henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap hembusan
nafas dan jejak langkah kita.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan di muka bumi ini yang safaatnya selalu dinantikan di
yaumil akhir kelak.
Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai
wujud bakti dan tanggungjawabku kepada:
kedua orangtuaku Ahmad Zulkarnain, S.E., dan Masnana Almega S.Pd., yang
dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan
keberhasilanku yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada didunia ini.
kakak beserta adikku tercinta Jungan Arizona Defriansyah, S.E dan adek Sanjung
Maharani yang selalu berdoa, memotivasi dan merindukan keberhasilanku
kakek-nenek, kemaman-keminan, sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan
tercinta.
keluarga besar Rantau Jaya Udik dan Terbanggi Subing.
calon pendamping hidup kelak yang masih dirahasiakan Allah SWT.


Serta
Almamater Tercinta

MOTO

“Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Q.S. Al-Mujadalah ayat 11)
“Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah
pasti memudahkan baginya jalan menuju surga”
(H.R.. Muslim)
“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang
yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”
(Mario Teguh)
“Jangan pernah ragu untuk berbuat kebaikan”
“Saya akan terus belajar sampai mendapatkan gelar Alm”
(Abi Zuliansyah)

SANWACANA


Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul

“PELAKSANAAN

PENGALIHAN

PAJAK

BUMI

DAN

BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-PP) DARI
PEMERINTAH

PUSAT

KEPADA


PEMERINTAH

DAERAH

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR”.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak penulis tidak akan sampai pada tahap ini. Maka, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi
Negara.
3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum
Administrasi Negara yang telah ikut serta membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I atas semua
bimbingan, saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

dan teliti meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis.
6. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan saran, kritik dan masukan yang membangun bagi penulis.
7. Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah
memberikan saran, kritik dan masukan demi sempurnanya skripsi ini.
8. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis.
9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Segenap staff dan keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Lampung
terutama Kiay Zakaria, Prof Misyok, Kiay Hadi, Mas Tris dan Mbak Yenti.
11. Bapak Junaidi, S.E., M.M., selaku Kepala Dinas DP2KAD Lampung Timur,
Bapak Taufik Hidayat, S.E., selaku Kepada Bidang DP2KAD Lampung
Timur, Bapak M. Nofriadi, S.E., selaku Kepala Seksi DP2KAD Lampung
Timur, Bapak Cecep, Buyah Sarwan Saheh, Bapak Irfan dan seluruh staff
Kantor DP2KAD yang telah membantu, dan meluangkan waktu untuk
memberikan informasi sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Papa dan Mama sebagai orangtua terbaik di dunia ini yang selalu memberikan

dukungan baik moril maupun materil, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan,
kasih sayang dan doa bagi kesuksesan Abi selama ini.

13. Kakak dan adik kandungku Jungan Ari dan adek Sanjung yang selalu
memberi semangat bagi kesuksesan Duka.
14. Kemaman-Keminan tercinta, Waktan, Pak Ami, Pak Eran-Binda, Abati-Tante,
Pak Ajo-Lati, Ayah-Uncu, dan Pakcik-Mami yang tiada henti memberikan
semangat dan menantikan kesuksesan Abi.
15. Sepupu dan keponakan tercinta dan seluruh keluarga besar Hi. BaheramsyahHj. Hernani dan Hi. Thoyalisi (alm)-Hj. Siti Maryam.
16. Sahabat terbaikku Hendra Ari Saputra, Fitra Albajuri, Dika Permadi, Febry
Minsy, Fani Apriyata, Fima Agatha, Arviando Josua terimakasih atas segala
bentuk persahabatan selama hampir 4 tahun ini, dukungan, bantuan, doa dan
semangat dari kalian. Semoga persahabatan kita tetap terjaga.
17. Rekan-rekan ElevenLaw yang hampir 4 tahun selalu bersama Ijal, Arnold,
Dion, Fadil, Imam, Arie, Mario, Gilbert, Nico Cahya, Ucupers, Fery, Adi
Wahyu, Hendra PS, Fredy, Panca dan rekan lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan

satu


persatu

terimakasih

atas

dukungan,

canda-tawa

dan

pertemanannya selama ini.
18. Kawan seperjuangan Mbak Dewi Yuliandari, Eka Purnama Sari, Amilya
Rahayu, Iis Priyatun, Fitri Agista, Agus Hermawan, Mardotillah, Beni
Yulianto, Aldi Setiawan dan Abu Dzar yang selama ini bekerjasama dan
saling mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
19. HIMA HAN dan Seluruh Angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas
kebersamaannya.


20. Keluarga KKN Desa Tambah Luhur Agus Ndes, Aan, Fachri, Agung, Tante
Rieska, Adila, Emak Citra, Vivi dan Ika Nces terimakasih atas 40 hari penuh
kesan, kekeluargaan dan kebersamaannya.
21. Bapak Udin dan Bulek Par, Bapak Supandji dan Istri, Bulek Ani dan Suami,
Bapak Sukiran, Bapak Murodji, Bapak Bambang, Bapak Doso, terimakasih
atas bantuan dan kerjasamanya selama melaksanakan KKN 2014.
22. Kawan yang sudah seperti keluarga di Sukadana, Angga, Bowo, Hodry, Nito,
Iwan, Zubeid, Ain, Eko, Rio, Yudi, Junaidi, Edo, Erick, Victor, Windy, Bujel,
Nova, Nyinang, Vera, Riana, Merlin, Desmalia, Fepty terimakasih atas
kebersamaan dan kekompakan yang terjalin selama ini.
23. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan, dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.
24. Almamater Tercinta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandarlampung,
Penulis

ABI ZULIANSYAH

Februari 2015

DAFTAR ISI

COVER LUAR ...................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
COVER DALAM ............................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
MOTO .................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ................................................. 6
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.3.2. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 8
2.1. Pengertian Pelaksanaan ............................................................................ 11
2.2. Pengertian Pajak Pusat dan Pajak Daerah ................................................. 12
2.2.1. Macam-Macam Pajak Pusat ......................................................... . 14
2.2.2. Macam-Macam Pajak Daerah ....................................................... 15
2.3.Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ........................................... 18
2.3.1. Objek Pajak Bumi dan Bangunan ................................................. . 18
2.3.2. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan .............................................. 20
2.4.Dasar Hukum Pelaksanaan Pengalihan
PBB-PP dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Timur .......................................... 21
III. METODE PENELITIAN .............................................................................22
3.1. Pendekatan Masalah ................................................................................. 22
3.2. Sumber Data .............................................................................................. 22
3.3. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data .................................................. 24
3.3.1. Pengumpulan Data ...........................................................................24
3.3.2. Pengolahan data ...............................................................................25
3.4. Analisis Data ............................................................................................. 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 27
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ..........................................27
4.1.1. Visi Kabupaten Lampung Timur ................................................... .27
4.1.2. Misi Kabupaten Lampung Timur ................................................... 27
4.1.3. Sumber Pendapatan Daerah ............................................................ 28
4.1.4. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Pajak Daerah ......................... 30
4.2. Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah
Pusat Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Timur ......................................................................................... 33
4.2.1. Pendaftaran dan Pendataan
Objek dan Subjek Pajak ................................................................ 33
4.2.2. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak ............................................33
4.2.3. Pendataan Objek dan Subjek Pajak ................................................. 40
4.2.4. Penilaian Objek dan Subjek
Pajak Bumi dan Bangunan ................................................................. 52
4.2.5. Penilaian Massal ...........................................................................53
4.2.6. Penilaian Individual ........................................................................... 54
4.2.7. Kontribusi PBB-PP terhadap PAD
Kabupaten Lampung Timur .......................................................... 55
4.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah Pusat
Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Timur ................................................................................................ 57
4.3.1. Faktor Pendukung .........................................................................57
4.3.2. Faktor Penghambat ...................................................................... .62
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 66
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 66
5.2. Saran ..........................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap
bumi atau bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1994 (UU PBB)1. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan
dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu
bumi/tanah dan/atau bangunan2.
Menurut Supriyono PBB merupakan pajak yang dipungut atas obyek pajak berupa
bumi dan bangunan3. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan atau perairan. PBB-PP merupakan jenis Pajak Pusat
yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota yang
selanjutnya disebut Pajak Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang
berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010.

1

Darwin. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tatanan Praktis. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009.
Hlm 23.
2
Siti Resmi. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2011. Hlm 30.
3
Marihot Pahala Siahaan. Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu. 2010.
Hlm 39.

2

Sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan, bahwa PBB selama ini
merupakan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan hasilnya disetorkan
melalui rekening kas negara. Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan
negara yang sebagian besar dikembalikan lagi kepada Pemerintah Daerah dalam
bentuk dana bagi hasil pajak untuk meningkatkan pendapatan daerah guna
membiayai pembangunan daerah dalam rangka memantapkan otonomi daerah4.
Selama ini mekanisme bagi hasil PBB-PP dibagikan sebesar 64,8% (enam puluh
empat koma delapan persen) untuk daerah kota/kabupaten; 16,2% (enam belas
koma dua persen) untuk daerah provinsi, 9% (Sembilan persen) untuk biaya
pungut dan 10% (sepuluh persen) untuk pemerintah pusat dimana bagian ini
dibagikan kembali kepada daerah-daerah yang mencapai target penerimaan 100%
(seratus persen) dalam bentuk insentif5. Pada tahun 2009 telah terjadi perubahan
yang signifikan berkaitan dengan regulasi yang mengatur pemungutan PBB-PP
dimana sebelumnya PBB-PP dan merupakan pajak pemerintah pusat, maka
dengan diterbitkannya UU PDRD pada tanggal 15 September 2009, kewenangan
pemungutan PBB-PP dialihkan kepada pemerintah kabupaten/kota6. Pengalihan
ini diharapkan PBB-PP akan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah
(PAD) yang cukup potensial bagi daerah, dibandingkan dari keseluruhan
penerimaan pajak-pajak daerah yang selama ini ada7.
Sebagaimana diatur di dalam Pasal 180 angka 5 dan 6 UU PDRD. Dalam angka 5

4

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Endi Ofset. 2009. Hlm 79.
Supramono dan Damayanti. Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan Penghitungan. Yogyakarta:
CV. Andi Offset. 2009. Hlm 25.
6
Diana Sari. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: Refika Aditama. 2013. Hlm 145.
7
Ibid.

5

3

disebutkan bahwa UU PBB yang terkait dengan peraturan pelaksanaan mengenai
Perdesaan dan Perkotaan masih tetap berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember
2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB-PP8. Pengalihan
pengelolaan PBB-PP dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian,
penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-PP
akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah (kabupaten/kota).
Pengalihan pengelolaan PBB-PP ke daerah merupakan potensi bagi peningkatan
penerimaan

daerah9.

Dalam

pengelolaan

PBB-PP,

nantinya

penerimaan

sepenuhnya akan menjadi milik pemerintah daerah10. Dan sebaliknya, jika
pengelolaan PBB-PP bagi daerah yang menerimanya terjadi kegagalan, maka
secara otomatis penerimaan yang bersumber dari PBB-PP juga akan gagal. Sebab
sejak deadline waktu yang telah diamanatkan dalam UU PDRD tersebut, apabila
pemerintah daerah gagal mengelola PBB-PP maka sebagai konsekuensinya
pemerintah daerah tidak akan mendapat penerimaan PBB baik yang bersumber
dari dana bagi hasil pajak bumi bangunan dari pemerintah pusat, maupun dana
bagi hasil pajak bumi bangunan yang dibagiratakan kepada kabupaten/kota.
Secara umum tujuan pengalihan pengelolaan PBB-PP ke pemerintah daerah
adalah untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan daerah11. Pemerintah
daerah akan terdorong untuk lebih berhati-hati dalam pengeluarannya jika

8

Marihot Pahala Siahaan. Op.Cit. Hlm 66.
Ibid.
10
Darwin. Panduan Praktis Pengelolaan PBB-PP. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2014. Hlm 1.
11
Marihot Pahala Siahaan. Hukum Pajak Formal. Jakarta: Graha Ilmu. 2010. Hlm 93.
9

4

sebagian besar anggaran didanai dari sumber-sumber penerimaan asli daerah.
Masyarakat akan mendorong pemerintah daerah agar lebih transparan dan
akuntabel karena mereka harus membayar pajak daerah. Pemerintah daerah juga
diberikan kebebasan untuk menentukan tarif pajak dengan berpedoman pada
peratuan yang berlaku. Selain untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah
daerah, pengalihan PBB-PP juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja
pemungutan pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak12.
Dengan

pengalihan

pengelolaan

PBB-PP

ke

pemerintah

daerah,

akan

menimbulkan dampak bagi pemerintah daerah maupun masyarakat yang
bersangkutan. Bagi pemerintah daerah, pengalihan pengelolaan PBB-PP
disamping menjalankan amanat UU PDRD juga berharap peningkatan penerimaan
daerah secara signifikan. Sehingga, upaya-upaya peningkatan penerimaan pajak
yang bersumber dari PBB khususunya sektor perdesaan dan perkotaan dapat terus
ditingkatkan, baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi. Permasalahan
yang ada dimasyarakat dapat diproses secara langsung tanpa harus menunggu
keputusan dari pemerintah pusat, seperti yang menjadi alasan selama ini. Data
objek dan subjek pajak secara bertahap dapat diperbaharui sesuai dengan kondisi
lapangan, sehingga akurasi data terjamin13.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dalam Pelaksanaan pengalihan
PBB-PP dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tersebut telah
memberikan sosialisasi ke beberapa kecamatan sebelum tanggal 1 Januari 2014.
Secara efektif pengalihan kewenangan pemungutan PBB-PP dari pemerintah

12
13

Ibid.
Ibid.

5

pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur berlaku pada
tanggal 1 Januari 2014. Dengan demikian tanggal 1 Januari 2014 merupakan awal
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur untuk memungut
PBB-PP14.
Persiapan Kabupaten Lampung Timur dalam rangka menyambut penyerahan
PBB-PP tersebut adalah dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun
2013 tentang PBB-PP. Ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013
berarti tertanggal 1 Januari 2014 Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur
telah memiliki kewenangan untuk mengelola dan memungut PBB-PP. Realisasi
PBB-PP Kabupaten Lampung Timur Per 30 September 2012 mencapai
Rp3.146.118.835 dari target Rp6.111.025.654 atau 48,5% (empat puluh delapan
koma lima persen)15. Dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013
diharapkan Pendapatan Asli Daerah Sektor PBB-PP mencapai target.
1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur ?
2. Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari
pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur?

14
15

Darwin. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media.2010. Hlm 59.
dp2kad.lampungtimurkab.go.id

6

1.3

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan adanya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

pengalihan PBB-PP

dari

pemerintah pusat kepada Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Timur.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan pengalihan PBB-PP
dari pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur.

1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan
praktis :
1. Kegunaan Teoritis
a) Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan ilmu hukum
pajak khususnya yang berkaitan dengan fungsi pemerintahan daerah dan
kemandiriannya

dalam

otonomi

daerah

maupun

hubungan

antara

pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dan masukan bagi
pelaksanaan penelitian di bidang yang sama untuk masa mendatang pada
umumnya dan masukan serta sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
pada Hukum Pajak.
2. Kegunaan Praktis
a) Bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DP2KAD), sebagai bahan masukan dalam pengelolaan PBB-PP yang akan

7

mulai berjalan efektif masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Lampung Timur.
b) Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai PBB-PP yang
akan dikelola oleh pemerintah daerah dan menjadikan masyarakat sebagai
pengawas pengelolaan PBB-PP tersebut.
c) Bagi Peneliti, sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah sekaligus
sebagai tambahan informasi mengenai seperti apa pelaksanaan pengalihan
PBB-PP dari pemerintah pusat kepada pemerintah Kabupaten Lampung
Timur dan juga untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain
dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, bahwa pajak merupakan iuran rakyat
kepada kas (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintahan)
berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
imbal – tegen prestatie- yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven), dan yang digunakan sebagai
alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan di luar bidang keuangan1.

P.J.A. Adriani mendefinisikan pajak sebagai pungutan yang oleh penguasa
digunakan untuk memperoleh uang dengan paksaan yuridis, guna membiayai
pengeluaran negara terhadap mana tidak dapat ditunjuk adanya suatu jasa timbal2.
Pandangan Seligman menjelaskan pajak adalah suatu sumbangan paksaan dari
perorangan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang bertalian
dengan kepentingan orang banyak (umum) tanpa dapat ditunjukkan adanya
keuntungan khusus terhadapnya3.

1

Rochmat Soemitro. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: PT. Eresco.
1979. Hlm 23.
2
R. Santoso Brotodihardjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Ketiga. Bandung: PT. Eresco.
1993. Hlm 2.
3
R. Santoso Brotodihardjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Keempat. Bandung: PT. Refika
Aditama. 2010. Hlm 4.

9

Sedangkan pengertian pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak disebutkan bahwa pajak adalah semua jenis pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai dan pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku4.

Pengertian dari pajak tersebut dapat dijelaskan bahwa pajak merupakan suatu
peralihan harta kekayaan yang berasal dari rakyat kepada pemerintah dengan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pajak adalah sumber dana bagi
pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintah dalam mencapai maksud dan
tujuan yang dicita-citakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur secara merata.

Dengan adanya ketentuan pajak harus berdasarkan undang-undang maka pajak
dipungut dengan persetujuan dari rakyat melalui wakilnya yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Artinya, pajak bukan pemaksaan yang dibebankan
kepada rakyat melainkan kehendak dari rakyat. Sehubungan dengan itu,
dicantumkannya dasar hukum pajak dalam Pasal 23A Undang-undang Dasar 1945
yang telah diamandemen yaitu Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang5.

Kewenangan pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak, atas kekayaan
seseorang dan kemudian menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui

4

Wiratni Ahmadi. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak.
Bandung: PT. Refika Aditama. 2006. Hlm 6.
5
Ibid. Hlm 7.

10

program kerja pemerintah dari anggaran belanja negara atau daerah merupakan
termasuk dalam lingkup pengertian dari hukum pajak.

Pembedaan pajak di Indonesia dilakukan dalam suatu pemerintahan adalah
pembedaan antara pajak pusat dan pajak daerah. Pembedaan pajak pusat dan
daerah umumnya dilakukan untuk menentukan kewenangan pemungutan pajak
dan pemanfaatan/penggunaannya serta untuk menghindari adanya pajak berganda.
Pada umumnya, pajak yang sudah dipungut oleh pemerintah pusat, tidak lagi
dipungut oleh pemerintah daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam pemungutan
PPN di Indonesia misalnya, pemerintah pusat tidak menjadikan makanan dan
minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan dan sejenisnya, karena
menghindari pajak berganda dengan pajak daerah6.

Penghindaran beban pajak yang berlebihan, dapat juga dilakukan bukan dengan
membagi objek pajak mana yang dipungut pusat dan mana yang dipungut daerah,
melainkan dengan cara revenue sharing/tax sharing7. Sebelum diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, bagi hasil pajak meliputi Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri
dan Pajak Penghasilan Pasal 21 (diatur dalam Pasal 31c UU PPh), PBB sebesar
90% (sembilan puluh persen) (diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar 80%
(delapan puluh persen) (diatur dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun

6

Haula Rosdiana dan Edi Slamet Irianto. Pengantar Ilmu Hukum (Kebijakan dan Implementasi di
Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. 2012. Hlm 63.
7
Ibid.

11

1997)8. Dengan diberlakukannya UU PDRD, kewenangan pemungutan PBB
dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Pajak daerah pada dasarnya merupakan sumber penerimaan daerah yang utama
dalam membiayai semua keperluan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban
pelayanan pemerintah daerah kepada rakyatnya9. Dengan meningkatnya bentuk,
jenis, dan kualitas pelayanan pemerintah daerah, penerimaan pajak bagi
pemerintah daerah juga harus meningkat.

Berdasarkan UU PDRD yang mengharuskan PBB-PP tertanggal 1 Januari 2014
harus dilimpahkan ke pemerintah kabupaten/kota untuk kewenangan dan
pengelolaannya. Dalam Pasal 182 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009

dijelaskan “Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri Dalam

Negeri mengatur tahapan persiapan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat 31
Desember 2013”.
2.1. Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan atau biasa disebut dengan implementasi adalah suatu tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana yang disusun secara matang dan terperinci10.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan dianggap sempurna.
Menurut Nurdin Usman, pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem, pelaksanaan bukan sekedar
aktivitas tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
8

Ibid Hlm 64.
Ibid. Hlm 33.
10
Adrian Sutedi. Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Kerangka Otonomi
Daerah. Jakarta : PT. Sinar Grafika. 2009. Hlm 56.
9

12

Guntur Setiawan berpendapat pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif11. Hanifah Harsono
menjelaskan pengertian pelaksanaan adalah suatu proses untuk melaksanakan
kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.
Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program12.
Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan
berrmuara mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti
bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma untuk mencapai
tujuan kegiatan.
2.2. Pengertian Pajak
Pajak memiliki berbagai definisi yang pada hakikatnya mempunyai pengertian
yang sama. Nightingale menyatakan bahwa pajak adalah sebagai iuran wajib yang
ditetapkan pemerintah dan Wajib Pajak tidak memperoleh kontraprestasi
langsung, tetapi memperoleh manfaat kehidupan yang relatif aman, sejahtera, dan
berpendidikan13. Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H menyatakan pajak adalah iuran
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum14.

11

Guntur Setiawan. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. . 2004. Hlm 39.
Hanifah Harsono. Implementasi Kebijakan dan Politik. . 2002. Hlm 67.
13
Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono. Hukum Pajak Material 2. Jakarta : Salemba Humanika.
2012. Hlm 2.
14
Ibid.
12

13

Sedangkan pengertian pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 14 Tahun
2002 tentang pengadilan pajak disebutkan bahwa pajak adalah semua jenis pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai dan pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku15.
Dari pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima unsur dalam
pengertian pajak yaitu :
1) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.
2) Sifatnya memaksa.
3) Tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak.
4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
5) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik
pembangunan maupun rutin.
Pembedaan pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak
pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini
sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan. Pajak
dipungut berdasarkan Undang-Undang. Dasar hukum yang tertinggi adalah Pasal
23 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang16.

15
16

Wiratni Ahmadi. Op.Cit. Hlm 6.
Pasal 23 UUD 1945.

14

Sementara menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal
balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat17.
Menurut Tony Marsyahrul, pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh
pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK. I maupun pemerintah daerah TK.
II) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan daerah (APBD)18. Mardiasmo berpendapat pajak daerah adalah
iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggarakan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah19.
2.2.1

Macam-Macam Pajak Pusat

Pajak pusat ini terdari dari20 :
1. Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008, adalah pajak yang dikenakan pemerintah untuk
orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
17

Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU
No.28 Tahun 2007.
18
Tony Marsyahrul. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT. Grasindo. 2005. Hlm 2.
19
Ibid. Hlm 2-3.
20
R. Santoso Brotodihardjo. Op.Cit. Hlm 29.

15

dalam satu tahun pajak. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa
keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya21.
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 200922.
3. Bea Materai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat
perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek,
yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan23.
4. Bea Masuk diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 jo. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan24.
5. Cukai diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 jo. Undang
Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Bea Cukai25.

2.2.2

Macam-Macam Pajak Daerah

Sesuai UU PDRD, berikut jenis-jenis Pajak Daerah26 :
Pajak Provinsi terdiri atas :
1. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak
atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Tarif Pajak
21

Ibid.
Tony Marsyahrul. Op.Cit. Hlm 116-117.
23
R. Santoso Brotodihardjo. Op.Cit. Hlm 30.
24
Ibid. Hlm 31.
25
Ibid. Hlm 31.
26
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
22

16

Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 UU PDRD ditetapkan sebagai
berikut :
a) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
(satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); Untuk kepemilikan
kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara
progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen).
b) Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans,
pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5%
(nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan
paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen)27.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan
bakar kendaraan bermotor.
4. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan

27

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

17

tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Tarif
Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)28.
5. Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah.

Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :
1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan
tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan
gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%
(tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (satu koma lima
persen)29.
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
7. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

28
29

Pasal 24 Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2009
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

18

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
8. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah.
9. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung wallet.
10. PBB-PP adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman
serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman
dan/atau laut. Tarif PBB-PP ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%(nol koma
tiga persen)30.
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak
atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak
atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%
(lima persen)31.

30
31

Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

19

2.3. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
2.3.1. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan UU PDRD Pasal 77 objek PBB-PP adalah Bumi dan/atau Bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan32.
Objek PBB dari bumi/tanah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sawah;
2. Ladang;
3. Kebun;
4. Tanah Perkarangan;
5. Pertambangan; dan
6. Perairan untuk pelabuhan.
Sedangkan objek yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah sebagai
berikut :
1. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan
kompleks Bangunan tersebut;
2. Jalan tol;
3. Kolam renang;
4. Pagar mewah;
5. Tempat olahraga;
6. Galangan kapal, dermaga;
32

Pasal 77 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

20

7. Taman mewah;
8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan
9. Menara.

Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB-PP adalah objek pajak yang berupa :
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
diperuntukkan untuk memperoleh keuntungan;
2. Digunakan untuk tanah pekuburan, peninggalan purbakala atau yang
sejenisnya;
3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum
dibebani suatu hak;
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik;
5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.

2.3.2 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan Pasal 78 UU PDRD Subjek PBB-PP adalah orang pribadi atau Badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat
atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
Bangunan33. Sangat luasnya maksud yang terkandung dalam UU PBB, yang
menjadi subjek pajak belum tentu menjadi wajib pajak. Sebab subjek pajak

33

Pasal 78 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

21

akan/baru menjadi wajib pajak apabila sudah memenuhi syarat-syarat objektif
atau sudah mempunyai objek PBB yang dikenakan pajak, yang berarti subjek
pajak mempunyai hak atas objek yang dikenakan pajak (memiliki, menguasai,
memperoleh manfaat dari objek kena pajak).
2.4. Dasar Hukum Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur
Dasar hukum dalam pelaksanaan pengalihan PBB-PP dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah adalah :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
7. Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri Nomor 58 Tahun 2010 tentang
Tahapan Pengalihan PBB-PP sebagai Pajak Daerah.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 16 Tahun 2013 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada pembahasan sebelumnya, maka
kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung Timur dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
a. Pendaftaran objek dan subjek pajak yang terdiri dari: persiapan
pelaksanaan, pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor.
b. Pendataan objek dan subjek pajak yang terdiri dari: alternatif pelaksanaan
pendataan objek dan subjek PBB dan tata cara pendataan objek dan
subjek PBB.
2)

Faktor Penghambat Pelaksanaan Pengalihan PBB-PP di Kabupaten Lampung
Timur antara lain adalah:
a. Sumber Daya Manusia yang disiapkan Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Timur dalam pengalihan PBB-PP kurang berkompeten dalam
hal pengelolaan Teknologi dan Informasi (TI).
b. Kesiapan Sarana dan Prasarana Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung
Timur belum memenuhi syarat, karena pelayanan PBB masih dilakukan
di aula sementara dan peralatan yang akan digunakan untuk menunjang
pelaksanaan pungutan PBB masih menunggu pengadaan barang.

2

c. Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang akan diberi tugas melakukan
pemungutan pajak daerah menggantikan KPP belum ditata kembali oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur.

5.2. Saran
Berdasarkan analisa dan kesimpulan atas permasalahan yang telah dibahas, maka
yang menjadi saran penulis adalah :
1) Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur harus dapat menjaga
koordinasi dan komunikasi yang baik diantara internal Pemerintah Daerah
Kabupaten Lampung Timur dan juga dengan instansi terkait diluar
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur karena kurangnya koordinasi
dan komunikasi dapat menyebabkan proses perencanaan tidak berjalan lancar.
2) Selain itu pembagian tugas harus dilakukan merata kepada pihak internal
DP2KAD karena dengan pembagian tugas yang merata dapat mempercepat
penyelesaian tahapan persiapan pengalihan ini dan tidak ada tugas yang tidak
tertangani karena adanya penumpukan tugas pada salah satu pihak saja.
3) Dalam perekrutan SDM yang akan menjalankan pelaksanaan pemungutan
PBB-PP, Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur harus benar-benar
melakukan seleksi yang jelas, ketat, dan baik. Karena penyeleksian
merupakan salah satu unsur dalam pengembangan kualitas aparatur dan
organisasional dari pemerintah daerah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Wiratni. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak dalam Penyelesaian
Sengketa Pajak. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.
Brotodihardjo, R. Santoso. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Ketiga. Bandung:
PT. Eresco. 1993.
_________________. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Keempat. Bandung:
PT. Refika. 2010.
Darwin. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tatanan Praktis. Jakarta: Mitra
Wacana Media. 2009.
_______. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2010.
_______. Panduan Praktis Pengelolaan PBB-PP. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2014.
Harsono, Hanifah. Implementasi Kebijakan dan Politik.

. 2002.

Ilyas, Wirawan B. dan Rudy Suhartono. Hukum Pajak Material 2. Jakarta :
Salemba Humanika. 2012.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset. 2009.
Marsyahrul, Tony. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT. Grasindo. 2005.
Resmi, Siti. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2011.
Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. Pengantar Ilmu Hukum (Kebijakan dan
Impl

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kota Medan

17 184 100

Kajian Yuridis Terhadap Beralihnya Kewenangan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

1 83 126

Analisis Yuridis Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Dalam Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kota Banda Aceh

7 79 131

EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 16

DAMPAK PENGALIHAN PENANGANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 14

EVALUASI PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI SURAKARTA.

0 0 11

PERDA 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

0 0 36

Perencanaan Pemerintah Kabupaten Kudus Dalam Mempersiapkan Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah

0 0 13

KAJIAN YURIDIS TERHADAP BERALIHNYA KEWENANGAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

0 4 15

ANALISIS TUNGGAKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP REALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PASCA PENGALIHAN PENGELOLAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN BOJONEGORO

0 0 17