Penilaian Terhadap Standar Penilaian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 76 Bisa dipastikan bahwa ia tidak tunduk kepada akalnya dan menjadikan Kitab Allah sebagai pemimpin yang diikuti. 6 Persyaratan tersebut dinilai sangat penting karena seorang mufassir pada dasarnya dituntut supaya memiliki kemampuan akademik ilmiah dalam menafsirkan Al-Qur’an. Jika tidak ada syarat tersebut, maka akan terjadi banyak penyimpangan dan kekeliruan dalam menafsirkan Al-Qur’an dan dengan mudah menafsirkan sesuai selera pribadi. Tentu hal ini akan sangat membahayakan terhadap ajaran pokok Islam. Penulis menilai kategori tersebut relevan, karena dengan standar penilaian itu. Produk tafsir dapat dinilai dengan mudah. Mulai dari pengarang, metode, corak, karakteristik, hingga teknik penafsiran. Sebelum Al-Zahabi, belum ada standar penilaian yang demikian. Sehingga dengan itu pada akhirnya para peneliti tafsir dapat dengan mudah mengetahui kualitas penafsiran seseorang. Akan tetapi tidak ada rumusan khusus untuk menilai kredibilitas dan kompetensi seorang mufassir selain mengetahui latar belakang hidup, pendidikan, dan hasil karya tafsirnya. Selain pelaku penafsiran, yang perlu dinilai adalah sumber tafsir. Artinya rujukan penafsiran seorang mufassir tersebut perlu diklarifikasi. Sumber yang dihadirkan Al-Zahabi tidak berbeda jauh dari metode penafsiran yang sering dikemukakan para ulama yaitu: 1 Al-Qur’an sendiri 6 Ahmad Bazawy Al-Dāwy, Shurūt Al-Mufassir wa Ādābuh, dalam http:www.ahlalhdeeth.comvbshowthread.php?t=82245, diakses pada 21 juli 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 77 2 Mengutip hadis Nabi SAW 3 Mengambil kebenaran dari sahabat Nabi 4 Pengambilan arti bahasa secara letter lock 5 Tafsir dengan melihat yang tersirat dari makna kalimat serta ringksan dari kekuatan syara’ Dalam banyak kitab tentang ulum Al-Qur’an, metode tersebut sering disebut dengan qawa ’id al-tafsi r ✹ ✺✻✼✻✽ ✾ ✻✼ ✿❀ ✿❁ ✻❂ ✻ ❃ ❄❅❆❄ ❂ ✻✻ ❀ ✽❄❀ ❇❈ ✼ ❈ ❉ ❂ ❄❀ ❊ ✻ ❀ ✻ ✼ ❋ ● ✻❅ ❉ ✻ ❍ ■ ✿ ✽ ✻❏❃ ❏❀ ❑ ✼ ❋ ▲ ✻ ❍ ✿ ✽ ✿ ✹ ❁ ❉❄ ❂ ❏✻❀■ ✻ ✽ ❄❀■ ❄❆ ❏ ▼ ❉ ✻ ❀ ❄✽❃ ✻ ▼ ❉ ✻✿❂ ✻✾ ❏ ▼ ✻ ✽ ✻ ❃ ❄❀ ✻ ◆ ❍ ✿ ❅✻ ❀ ❁ ■ ✻✿ ▼ ❏ ❖ P◗ ❘ ❄❀❊ ✻ ✽❆ ✿✼✻ ❀ ❅✿ ❙ ✻ ■ ✻ ▼ ❂ ✻❅✿ ❚ ✻ ❆ ✿ ❯ ❑ ❱ ❲ ◗ ❳❄❀❊ ✻ ✽ ❆ ✿✼ ❃❄❀ ❂✻ ❃ ✻ ▼ ❍ ✻✾✻❆ ✻ ▼ ❨ qaul al-sah}a bi ◗ ❩◗ ❬ ✻ ✾✻ ❍ ✻ ❑ ❅✻ ❆ ❭ al-a khid bi mut}laq al-lughah ❪ ◗ ❬ ❄ ❅ ❂✻ ❍ ✻❅❉ ✻ ❀ ▼ ❏ ❀ ▼ ❏ ▼ ✻ ❀ ✻ ▼ ✻❏ ❃❄ ❅❍ ❄❍ ❏ ✻✿✻ ❀ ✽ ✻ ❉❀ ✻ ❃❄✽ ❆ ✿ ❇ ✻❅ ✻✻ ❀ ❂ ✻ ❀ ❃❄✽ ✻✾✻✽ ✻ ❀ ■ ✻ ❀❊ ❆ ❄ ❅ ❍ ✿ ◆ ✻ ▼ ✽ ❄❀ ❂ ✻❂ ✻ ❉ ❭▼ ✿ ❆ ✻❋ ▼ ✿ ❆ ✻ ❂✻ ❅✿ ❉ ❄❉ ❏ ✻ ▼ ✻ ❀ shara’ 7 Dalam hal itu, baik al-Zarkasyi maupun al-Qasimi bahkan juga Ibnu Taimiyah dan Ibnu Kathir tidak memasukkan tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an ke dalam lingkungan sumber penafsiran di atas. Mereka membahasnya dalam dalam sub topik tersendiri di bawah tema Ahsan al-Turuq al-Tafsir. Padahal tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an selain menunjukkan kepada cara, juga sekaligus mengindikasikan sebagai sumber pengambilan tafsir. Untuk itu, peneliti lebih condong untuk memasukkan tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an ke dalam lingkup 7 Badr Al-Din Muhammad bin Abd Allah Al-Zarkashi, Al-Burhan fi Ulum al- Qur`an, di-tahqiq oleh Muhammad Abu al-Fadhl Ibrâhîm, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1957, 134 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 78 sumber penafsiran seperti dimunculkan oleh Al-Zahabi. Dengan demikian, maka dapat dikemukakan bahwa sumber penafsiran pokok yang harus dipedomani mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah meliputi lima macam sesuai dengan Al-Zahabi. Selanjutnya tentang hal-hal yang wajib dihindari seorang mufassir bi al- ra’yi. Al-Zahabi menulis setidaknya ada empat hal, yaitu: 1 Menyerang atau mengkritisi penjelasan maksud Allah SWT dengan kecerobohan menggunakan kaidah bahasa dan usul al-shari’ah tanpa mengindahkan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang mufassir Al-Qur’an. 2 Berusaha menggali makna dari sesuatu yang Allah cantumkan dalam Al-Qur’an dengan ilmu-Nya, seperti ayat-ayat mutashabihat yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Maka seorang mufassir tidak diperkenankan untuk mendalami dan mengkritisi sesuatu yang bersifat ghaib. Karena Allah telah menjadikannya sebuah rahasia dari banyak rahasia-Nya, maka hal itu dapat mendegradasi keimanannya terhadap Allah. 3 Mempermudah menganggap sebagai kebaikan dengan dilatarbelakangi hawa nafsu. Seorang mufassir dilarang melakukan penafsiran berlandaskan hawa nafsu dan anggapan baik secara sepihak semata. 4 Penafsiran yang telah ditentukan untuk mazhab yang sesat, dengan menjadikan penafsiran tersebut sebagai legitimasi ayat Al-Qur’an terhadap ajaran yang tidak memiliki landasan dalam mazhab tersebut. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 79 Jika terjadi, penulis menilai hal itu akan mendegradasi dan menyempitkan kandungan ayat Al-Qur’an sehingga mengubah keyakinan menjadi keyakinan sempit sesuai ajaran mazhab itu sendiri. Serta penafsirannya merujuk kepada ajaran mazhab tertentu dengan berbagai cara yang terkesan dipaksakan. Sehingga akan menghasilkan penafsiran yang terlihat aneh. 5 Menafsirkan maksud ayat Al-Qur’an secara sepotong-sepotong tanpa landasan dan dalil. Secara shara’, hal ini dilarang, sesuai dengan firman Allah pada surah Al-Baqarah ayat Menurut penulis, hal-hal yang wajib dihindari di atas perlu ditambah dengan menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan athar ❫❴❵❛ ❜ ❝ ❞❴ ❡❢ ❣❴ ❤ ❡ ✐❴❥ ❡❦ ❛ ❴ ❧ ❴❥❴ ♠ ❦ ♥ ❴❜ ❫ ❜ ♦ ♠ ❴❥ ❡ ♣ ❡ ♦ ❝ qr♥ ❡❢❡❴ ♦ ❴ ♦ ❴❵ ❡❛ ❴ ❛ ❡ ♦ s ❢❴ ♠ ❫ r ♦ ❜ ❵ ❡ ❛ ♠ r ♦ ♠ ❴ ♦s standar penilaian mamdu h dan mazmu m Tafsir Bi Al-Ra’yi karya Muhammad Husein Al-Dzahabi.

B. Kelebihan Standar Penilaian

Kelebihan standar ini adalah sebagai berikut: 1. Merupakan standar penilaian pertama yang menguji kualitas produk tafsir secara lengkap metode para mufasir. Ia membuat studi terhadap metode kitab-kitab tafsir yang belum dicetak ketika itu. Sehingga Menjadi referensi utama di zamannya, seperti Abdul Wahab Fayad yang menulis metode tafsir Ibnu Athiyyah. 2. Dari tangannya lahir risalah-risalah berbobot dimana beliau menjadi pembimbingnya, seperti al-Qurtubi wa Manha juhufial-Tafsi r karangan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 80 al-Qashbi Mahmud Zalath, al-Razi Mufassiran karangan Muhsin Abdul Hamid al-Iraqi dan Manhaj Ibnu Atiyyah fi al-Tafsir karangan Abdul Wahab Fayath. 3. Bukti nyata dari keseriusan Al-Zahabi terhadap ilmu pengetahuan 4. Menjadi rujukan para peneliti tafsir dalam meneliti kajian tafsir

C. Kekurangan Standar Penilaian

Adapun kekurangan dari standar penilaian ini menurut penulis adalah: 1. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, standar penilaian ini, di sisi lain tidak lagi relevan dengan kondisi zaman modern ini. Karena ilmu pengetahuan selalu berkembang. Jadi perangkat tafsir juga ikut berkembang. Misalnya ketika seorang mufassir mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkenaan dengan ilmu alam, maka sepatutnya dia menguasai ilmu fisika agar hasil penafsirannya lebih detail dan mendalam. Sedangkan pada standar ini belum membahas tentang hal tersebut. 2. Pada standar penilaian ini dalam syarat pada pribadi mufassir dinilai kurang karena tidak menggunakan aspek adab mufassir. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab sebelumnya, diuraikan panjang lebar tentang standar penilaian Mamdu h dan Mazmu m Tafsir Bi Al-Ra’yi karya Muhammad Husein Al-Dzahabi, baik secara definitif, latar belakang dan implementasinya. Di bab ini akan menyimpulkan dari penjelasan-penjelasan sebelumnya. Selain diisi dengan penyimpulkan, bab ini juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di rumusan masalah. Berikut kesimpulan dan jawabannya: 1. Standar penilaian Mamdu h dan Mazmu m Tafsir Bi Al-Ra’yi Karya Muhammad Husein Al-Dzahabi terdapat 5 unsur. Yaitu kredibelitas dan kompetensi akademik mufassir, validitas dan otentisitas sumber tafsir, larangan pada penafsiran, metode dan teknik penafsiran, teknis tarjih penafsiran. Setiap aspek telah tertulis standar yang disyaratkan. 2. t✉✈ ✉✇ ① ②③✉④ ✉⑤⑥ ⑦ ✉ ⑤ ⑧⑨✈ ⑩ ❶ ⑦⑩✈ ❷ ③ ⑩ ❸ ⑤❹ ✉ ④⑩✈ ✉❺ ⑩ ⑤⑩ ✈ ②③✉❻ ⑦ ⑩❼ ②③✉❸ ④ ✉ ⑤ ⑨ ③②❻ ❽ ③❾ ❿ ❻✉ ❻✉❺⑩ ⑦ ✉③✉⑧ ⑧❷④ ✉ ⑦⑦ ⑩ ⑧ ✉❻ ④ ⑩✈ ✉❺ A l-Tafs ir W a A l-Mufassiru n ➀ ❽ ③❾ ❿ ➁ ✉❻ ✉❺ ⑩ ⑧ ②⑧✉⑤⑦ ✉ ⑤ ⑥ ❺ ✉❻➂ ✉ ⑦ ⑩ ⑤ ✉⑧ ⑩④ ✉ ➃ ②⑤ ✉❶❸ ⑩ ✇ ✉⑤ ❽ ③ ❾ ➄ ❷ ✇➅ ✉⑤ ❺✉ ⑤ ❹ ✉ ④ ⑧②⑤⑥ ✉ ③✉⑧ ⑩ ➃ ②⑤❹⑩ ⑧➃ ✉ ⑤ ⑥ ✉⑤❾➃ ②⑤❹⑩ ⑧➃ ✉ ⑤ ⑥ ✉⑤ ❸ ②❸ ❷ ✉ ⑩ ⑦ ②⑤ ⑥ ✉⑤ ⑧❷ ⑤ ➆ ❷ ③⑤❹ ✉ ❺ ✉⑤ ❹ ✉ ④ ④ ②③ ⑨ ⑧➃⑨ ④ ⑦ ✉⑤ ⑧ ✉ ⑦ ➁ ❻✉❺ ⑦ ✉ ③✉⑧ ➇ ❸ ③✉⑧ ➀ ➈ ②⑧❷⑦ ⑩ ✉⑤ ➃ ②⑧ ✉❻✉ ⑧✉⑤ ➃ ②⑤✉❶❸ ⑩ ✇ ✉⑤ ❸ ②③✉③ ❷ ❺ ②✇ ❷ ❺ ✉❻ ❸ ②❸ ❷ ✉⑩ ⑦ ②⑤ ⑥ ✉⑤ ③✉ ✈ ✉✇ ❺② ③✉ ④ ✉ ⑤ ⑥ ➉ ✉③ ⑩ ✇✉⑤➉ ④ ② ⑩ ③⑧❷ ✉⑤➉ ⑦ ✉⑤ ➁ ✉ ⑧✉⑤ ➃ ②⑤ ⑥ ✉✇✉ ⑤ ⑥ ⑤ ❹ ✉ ➀ ① ✉ ❻ ④ ✉⑤ ✈ ②✇ ❼ ✉ ⑦ ⑩ ➃ ②⑤ ❹ ⑩ ⑧➃ ✉ ⑤ ⑥ ✉⑤ ❹ ✉⑤ ⑥ ❼ ✉ ❷ ❻ ⑦ ✉✇ ⑩ ⑧✉④ ⑤ ✉ ❹ ✉⑤ ⑥ ⑦ ⑩ ⑧✉④ ❸ ❷⑦ ➀ ➊ ③②❻ ④ ✉✇ ②⑤✉ ⑩✈❷ ⑩ ✉ ⑧②✇❷ ⑧❷ ❸ ④ ✉⑤ ❸ ✈ ✉⑤⑦ ✉✇ ➃ ②⑤⑩ ③✉ ⑩ ✉ ⑤ ⑩ ⑤⑩ ✉ ⑥ ✉✇ ⑧②⑤❼ ✉ ⑦⑩ ❶ ⑩ ③ ✈ ②✇ ✉✈ ✉❸ ➃ ✇ ⑨⑦ ❷④ ✈ ✉❶❸ ⑩ ✇ ❹ ✉⑤⑥ ✉ ⑦ ✉ ➀ 82 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 83 3. ➋➌➍➎ ➏➍ ➐ ➑ ➒ ➎ ➓➔➍➓➍ ➎ ➓ ➎➓ ➌➒ ➔➍ → ➣➍ ➎ ↔➍↕ ➏ ➓➓ ➙➑ ➔ ➒ ➙ ➒ ➎ ➌➍ ➛ ➓ ➏➍➔➍➙ ➙ ➒ ➎ ➓➔➍➓ ➣➍ ➎ ↔➍↕ ↕ ➓ ➌ ➍➣ ➌ ➍ ➜ ➛ ➓ ➐ ➝ ➔ ➒→ ➞ ➔ ➟➠ ➍ → ➍➣ ➓ ➡ ➢ ➝ ➎ ➌ ➝ → ↕ ➒➌➓↕ ➍ ➞ ➔ ➟➠ ➍ → ➍➣ ➓ ➙ ➒ ➎ ➓➔➍➓ ↕ ➓ ➌ ➍ ➣ Mada rik A l-Tanzi l wa Haqa ’iq A l-Ta’wi l ↕ ➍ ➐↔ ➍ ➞ ➔ ➟ ➤ ➍ ➛ ➍ ➜ ➓ ➏➍➔➍➙ ➙ ➒ ➎ ➍ ➜ ➛ ➓ ➐↕➍ ➎ ➛ ➥ ➐ ➍ ➌ ➞ ➔ ➟ ➦➍ ➧➍ ➐ ➍ → ➍ ↔ ➍ ➌ ➨➨ ➨ ➡ ➩➓ ➛ ➍ ➎➍ ➫ ➞ ➔ ➟ ➤ ➍ ➛ ➍ ➜ ➓ ➙ ➒ ➎ ➭ ➥ ➌ ➓➑ ➣ ➒ ➣ ➒➐ ➍➑ ➍ ➑ ➒ ➎ ➏➍➑ ➍ ➌ ➥ ➔➍➙ ➍ ➜ ➓ ➧→ ➏ ➍➔➍➙ ➙ ➒ ➎➍ ➜ ➛ ➓ ➐ ↕➍ ➎ ➍ ↔ ➍ ➌ ➌➒➐➛ ➒ ➣ ➥➌ ➡ ➩ ➒ ➎➭ ➍➎ ➍ ➏➍➎ ↔➍ ➛ ➌➍➎ ➏➍ ➐➏ ➑ ➒ ➎➓➔➍ ➓➍➎ ➓➎➓ ➫ ➣ ➍➎ ↔➍↕ ➭ ➒ ➎ ➒➐ ➍ ➛ ➓ ➛ ➒➌ ➒ ➔➍ → ➞ ➔ ➟ ➠ ➍ →➍➣➓ ↔ ➍ ➎➭ ➙ ➒ ➎ ➭➭ ➥ ➎ ➍↕ ➍➎➎ ↔ ➍ ➥ ➎ ➌➥↕ ➙ ➒ ➎ ➒ ➔➓ ➌➓ ➑ ➐ ➝ ➏ ➥ ↕ ➑ ➒ ➎ ➍ ➜ ➛ ➓ ➐ ➍➎ ➞ ➔ ➟➯ ➥➐➍➎➫ ↕ →➥ ➛ ➥ ➛ ➎ ↔ ➍ ➏➓ ➥ ➎ ➓ ➲ ➒➐➛ ➓ ➌ ➍ ➛ ➳ ➛ ➔➍➙ ➡

B. Saran

Hal-hal yang perlu disarankan dalam penelitian ini adalah: 1. Setelah muncul berbagai produk tafsir pada era modern ini, seyogyanya masyarakat dapat memilah dan memilih serta berhati-hati dalam mendalami Al-Qur’an. Karena apabila salah dalam membaca produk tafsir, maka pemahaman terhadap Al-Qur’an juga salah. 2. Hasil akhir dari penelitian di atas belum bisa dianggap sempurna. Mungkin masih ada hal-hal yang tertinggal atau terlupakan, sehingga perlu lebih teliti dan objektif. Karenanya, Peneliti mengharap kritik dan saran dari para pembaca digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xv DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Al-Karim ______, 2009. Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, ter. Mudzakir AS Jakarta. Litera Antar Nusa. Abdul Basit, Al-Zahabi, dalam http:vb.tafsir.nettafsir5830.V5bIdkuLRH0 diakses pada 20 Juli 2016 Ambariy, Hasan Muarif Dewan Redaksi. 2004. Suplemen Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Von Hoeve. Aridl al, Ali Hasan. 1994. Sejarah Dan Metodologi Tafsir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ayub, Moh. E. dkk. 1996. Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press. Baidan, Nashruddin. 2005. Metodologi Penafsiran Alquran, cet III Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bouthy al, Muhammad Sa’id Ramadhan. 1997. Qadhaya Sakhinah, Beirut: Dar al-Fikr. Bulaiq, Izzudin. 1978. Minhajus Shalihin, cet 1, Beirut: Darul Fikr. Bungi, Burhan, Analisa Data Penelitian Kulitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003 Chirzin, Muhammad. 1998. Al Quran dan Ulumul Quran Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Chozin, Fadjrul Hakam. 1997. Cara Mudah Menulis Karya Ilmiah, tk: Alpha. Dahlan, Abd. Rahman. 1997. Kaidah-Kaidah Penafsiran Al Quran . Bandung: Mizan. Dāwy al, Ahmad Bazawy. Shurūt Al-Mufassir wa Ādābuh, dalam http:www.ahlalhdeeth.comvbshowthread.php?t=82245, diakses pada 21 juli 2016.