Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Viabilitas Benih Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench Pada Suhu Ruang Simpan Berbeda

PENGARUH JENIS KEMASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH
TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L]. Moench)
PADA SUHU RUANG SIMPAN BERBEDA

Oleh

ADILA UTAMAKO

Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu tanaman serealia
yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman yang dapat digunakan
sebagai sumber bahan pangan alternatif baik untuk manusia maupun hewan
ternak. Namun dalam pengembangannya, tanaman sorgum menemui berbagai
kendala salah satunya adalah masalah pada saat penyimpanan benih. Penelitian
ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh kombinasi jenis kemasan dan
varietas terhadap viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan (2) Kombinasi
jenis kemasan dan varietas yang paling baik untuk mempertahankan viabilitas
benih sorgum setelah penyimpanan pada suhu ruang simpan berbeda. Penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas
Pertanian Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.
Perlakuan disusun secara tunggal dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
empat kali ulangan dan dilakukan dalam dua percobaan secara terpisah.

Percobaan 1 menggunakan suhu kulkas dan percobaan 2 menggunakan suhu
kamar. Masing-masing percobaan terdiri dari kombinasi perlakuan jenis kemasan
dan varietas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih sorgum varietas Numbu

Adila Utamako
pada kemasan kain terigu yang disimpan pada suhu kulkas serta pada kemasan
kaleng yang disimpan pada suhu kamar, memiliki viabilitas yang paling baik
setelah penyimpanan selama empat bulan. Penyimpanan benih sorgum sebaiknya
dilakukan pada suhu rendah, karena memiliki viabilitas yang lebih baik
dibandingkan benih sorgum yang disimpan pada suhu kamar.

Kata Kunci : benih, kemasan, suhu, sorgum, varietas, viabilitas

PENGARUH JENIS KEMASAN TERHADAP VIABILITAS
BENIH TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L].
Moench) PADA SUHU RUANG SIMPAN BERBEDA
( Skripsi)

Oleh
ADILA UTAMAKO


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1. Varietas Numbu, Wray, dan Keller........................................................

Halaman
122

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

iii


DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah .............................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian ..............................................................................

4

1.3 Kerangka Pemikiran ..........................................................................

4


1.4 Hipotesis............................................................................................

9

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

10

2.1 Botani Tanaman Sorgum...................................................................

10

2.2 Struktur Biji dan Kimia Sorgum .......................................................

11

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Benih .............................

13


2.3.1 Kemasan atau Wadah Simpan ................................................

14

2.3.2 Suhu Ruang Simpan ................................................................

16

2.3.3 Genetik ....................................................................................

17

III. BAHAN DAN METODE ...................................................................

19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................

19


3.2 Bahan dan Alat ..................................................................................

19

3.3 Metode Penelitian..............................................................................

19

3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................

21

3.4.1 Persiapan Benih ......................................................................

21

3.4.2 Pengemasan ............................................................................

21


3.4.3 Penyimpanan ...........................................................................

22

3.4.4 Pengecambahan ......................................................................

22

3.5 Pengamatan ..........................................................................................

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................

25

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................

25


4.2 Pembahasan .........................................................................................

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

63

5.1 Kesimpulan ..........................................................................................

63

5.2 Saran .....................................................................................................

63

PUSTAKA ACUAN ..................................................................................

64


LAMPIRAN ...............................................................................................

67-122

ii

DAFTAR TABEL

Tabel

teks

Halaman

1. Hasil analisis kimia biji sorgum ...........................................................

13

2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh jenis kemasan dan

varietas sorgum pada semua variabel pengamatan pada suhu kulkas
dan suhu kamar ....................................................................................

25

3. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap daya berkecambah (%)
benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ........

26

4. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap kadar air (%) benih
sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ..................

31

5. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap kecepatan perkecambahan
(%) benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar

38


6. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap indeks vigor (%) benih
sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar .................

41

7. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap potensi tumbuh maksimum
(%) benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar

45

8. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap bobot kering kecambah
normal (gram) sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu
kamar ....................................................................................................

48

9. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap daya hantar listrik (µSg-1cm-1)
benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ....... 54
10. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ..........

68

11. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
pertama di suhu kulkas ........................................................................

68

12. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .............

69

13. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
kedua di suhu kulkas ............................................................................

69

14. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .............

70

15. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
ketiga di suhu kulkas ............................................................................

70

16. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .........

71

17. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
keempat di suhu kulkas ........................................................................

71

18. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ..........

72

19. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
pertama di suhu kamar ........................................................................

72

20. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ..............

73

21. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
kedua di suhu kamar ............................................................................

73

22. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda..............

74

23. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
ketiga di suhu kamar ............................................................................

74

24. Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum
pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ..........

75

iv

25. Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan
keempat di suhu kamar ........................................................................

75

26. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda...................

76

27. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan pertama
di suhu kulkas.......................................................................................

76

28. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .....................

77

29. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan kedua
di suhu kulkas.......................................................................................

77

30. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .....................

78

31. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan ketiga
di suhu kulkas.......................................................................................

78

32. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ..................

79

33. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan keempat
di suhu kulkas.......................................................................................

79

34. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ...................

80

35. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan pertama
di suhu kamar .......................................................................................

80

36. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda .....................

81

37. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan kedua
di suhu kamar .......................................................................................

81

38. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ......................

82

v

39. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan ketiga
di suhu kamar .......................................................................................

82

40. Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada
bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ..................

83

41. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan keempat
di suhu kamar .......................................................................................

83

42. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

84

43. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum
pada bulan pertama di suhu kulkas .....................................................

84

44. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda

85

45. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum
pada bulan kedua di suhu kulkas..........................................................

85

46. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3
varietas sorgum pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

86

47. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum
pada bulan ketiga di suhu kulkas .........................................................

86

48. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

87

49. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada
bulan keempat di suhu kulkas ..............................................................

87

50. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

88

51. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada
bulan pertama di suhu kamar ...............................................................

88

vi

52. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda .

89

53. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum
pada bulan kedua di suhu kamar ..........................................................

89

54. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda.

90

55. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada
bulan ketiga di suhu kamar ..................................................................

90

56. Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas
sorgum pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

91

57. Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada
bulan keempat di suhu kamar...............................................................

91

58. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda...................

92

59. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan
pertama di suhu kulkas .........................................................................

92

60. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .....................

93

61. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan kedua
di suhu kulkas.......................................................................................

93

62. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ......................

94

63. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan ketiga
di suhu kulkas.......................................................................................

94

64. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ..................

95

vii

65. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan keempat
di suhu kulkas....................................................................................... 95
66. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ...................

96

67. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan pertama
di suhu kamar ....................................................................................... 96
68. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ......................

97

69. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan kedua
di suhu kamar .......................................................................................

97

70. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ......................

98

71. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan ketiga
di suhu kamar .......................................................................................

98

72. Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada
bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ..................

99

73. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan keempat
di suhu kamar ....................................................................................... 99
74. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

100

75. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum
pada bulan pertama di suhu kulkas .....................................................

100

76. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda

101

77. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum
pada bulan kedua di suhu kulkas..........................................................

101

viii

78. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3
varietas sorgum pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

102

79. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum
pada bulan ketiga di suhu kulkas .........................................................

102

80. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

103

81. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada
bulan keempat di suhu kulkas .............................................................. 103
82. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

104

83. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada
bulan pertama di suhu kamar ............................................................... 104
84. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda .

105

85. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum
pada bulan kedua di suhu kamar ..........................................................

105

86. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda.

106

87. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada
bulan ketiga di suhu kamar .................................................................. 106
88. Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas
sorgum pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

107

89. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada
bulan keempat di suhu kamar............................................................... 107

ix

90. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas
sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

108

91. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum
pada bulan pertama di suhu kulkas .....................................................

108

92. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum
pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .............

109

93. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan kedua di suhu kulkas ..................................................................

109

94. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum
pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda .............

110

95. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan ketiga di suhu kulkas ..................................................................

110

96. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal benih 3 varietas
sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

111

97. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan keempat di suhu kulkas ..............................................................

111

98. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal benih 3 varietas
sorgum pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan
berbeda .................................................................................................

112

99. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan pertama di suhu kamar ...............................................................

112

100. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum
pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda..............

113

101. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan kedua di suhu kamar...................................................................

113

102. Hasil pengamatan persen bobot kering kecambah normal 3 varietas
sorgum pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda.

117

x

103. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan ketiga di suhu kamar...................................................................

114

104. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum
pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ..........

115

105. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada
bulan keempat di suhu kamar...............................................................

115

106. Hasil pengamatan daya hantar listrik 3 varietas sorgum pada bulan
kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda................................

116

107. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan
kedua di suhu kulkas.............................................................................

116

108. Hasil pengamatan daya hantar listrik benih 3 varietas sorgum pada
bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda...................

117

109. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan
keempat di suhu kulkas..........................................................................

117

110. Hasil pengamatan daya hantar listrik 3 varietas sorgum pada bulan
kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda.................................

118

111. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan
kedua di suhu kamar..............................................................................

118

112. Hasil pengamatan daya hantar listrik 3 varietas sorgum pada bulan
keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda.............................

119

113. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan
keempat di suhu kamar.........................................................................

119

114. Deskripsi varietas Numbu....................................................................

120

115. Deskripsi varietas Wray.......................................................................

121

116. Deskripsi varietas Keller......................................................................

121

xi

“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada
keringanan. Karena itu bila kau sudah
selesai (mengerjakan yang lain). Dan
berharaplah kepada Tuhanmu.”
(Q.S. Insyirah: 6-8)

“ Successful people are not gifted, they
just work hard, then succeed on purpose.”
(Anonim, 2014)

Dengan segala kerendahan hati dan mengucapkan rasa syukur kepada
Allah SWT
Ku persembahkan karyaku ini untuk.

Ayah dan umi terkasih, terima kasih atas segala do’a yang selalu
dipanjatkan, limpahan kasih sayang yang tak terhingga, serta selalu
memotivasi dan menginspirasiku

Kakak, adik, dan keponakanku tersayang yang senantiasa
menghiburku, menyemangati, menolong, dan membantuku dalam
suka dan duka

Almamater Ku tercinta
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 05 Desember 1992. Penulis
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak A. Muzanni Said,
S.Pd dan Ibu Suhida, S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aisyiah III Bandar
Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri I Langkapura Bandar Lampung
pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada
tahun 2007, Sekolah Menegah Atas Swasta Al-Kautsar Bandar Lampung pada
tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan
Agroteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penulis diterima
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada
bulan Juni - Juli 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Lampung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
pada bulan Januari - Februari 2014 di Desa Tambah Luhur Kecamatan
Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah
Teknologi Benih semester ganjil (2013/ 2014), (2014/ 2015) dan Produksi
Tanaman Pangan semester genap tahun (2013/ 2014).

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas berkat dan
rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si. selaku pembimbing pertama atas ide,
bimbingan, saran, dan nasihat yang diberikan selama proses penyelesaian
penelitian dan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc., selaku pembimbing kedua atas
bimbingan, saran, dan nasihat untuk penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembahas atas nasihat, bimbingan, dan
sarannya untuk penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M. Sc., selaku ketua bidang jurusan
Agroteknologi atas saran dan bimbingannya untuk penulis.
5. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama proses perkuliahan.
6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

8. Keluargaku terkasih ayah A. Muzanni Said, S.Pd., umi Suhida, S.Pd. , kakakku
Yoshy, Liberty, Budi dan Agung, adikku Mutiara dan Dona, nenek Masfiah
serta keponakanku Asykar atas dukungan, do’a, semangat dan kasih sayang
yang telah diberikan kepada penulis.
9. Immas Nurisma, S.P., Fina Destria. R, S.P., Mutoharoh, S.P., Insyia Syahila,
S.TP., Ade Yunike Larasati, S.P., Andi Marino, dan Debby Claudia Fragus
atas saran, semangat, dan bantuannya kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung,
Penulis

Adila Utamako

2014

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan
konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi
pangan yang dihasilkan di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan
akan konsumsi pangan penduduk, hal ini dibuktikan dengan Indonesia masih
mengimpor bahan pangan dari negara lain. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
untuk mengatasi masalah kebutuhan pangan dengan mengembangkan jenis
tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan alternatif.

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu tanaman
serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman yang dapat
digunakan sebagai sumber pangan alternatif, baik untuk manusia maupun hewan
ternak. Menurut Hermawan (2013) sorgum sebagai sumber bahan pangan
alternatif memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dengan kandungan pati sebesar
83%, lemak 3,06%, dan protein 12,3%. Berdasarkan komposisi tersebut, jelas
sorgum mempunyai potensi yang baik untuk dijadikan sebagai sumber bahan
pangan alternatif pengganti beras.

Selain dapat dijadikan sumber bahan pangan alternatif bagi manusia dan hewan
ternak, sorgum juga berpotensi untuk dijadikan sumber energi alternatif berbasis
nabati. Kandungan pati yang tinggi pada tanaman sorgum merupakan bahan baku

2

dalam pembuatan bioetanol yang merupakan sumber energi berbasis nabati.
Bahan bakar berbasis nabati diharapkan mampu mengurangi krisis energi yang
terjadi saat ini, sehingga kebutuhan akan konsumsi energi dapat terpenuhi.
Menurut Suarni (2004) menyatakan bahwa tanaman sorgum memiliki potensi
yang besar sebagai bahan baku pembuatan bietanol karena bahan bakunya dapat
diperoleh dari pati, nira, dan ampas sorgum. Kandungan pati yang tinggi pada
tanaman sorgum tersebut menyebabkan tanaman sorgum berpotensi sebagai
sumber bahan bakar nabati yaitu bioetanol.

Namun dalam pengembangannya, tanaman sorgum menemui berbagai kendala
salah satunya adalah masalah pada saat penyimpanan benih. Penyimpanan benih
sorgum saat ini belum banyak diteliti, sehingga masalah pada saat penyimpanan
benih sorgum perlu dipecahkan karena kandungan pati dan protein yang tinggi
pada tanaman sorgum dapat mempercepat proses kemunduran benih, sehingga
mengurangi penyediaan benih yang bermutu. Menurut Widajati et.al. (2013)
faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor
internal dan eksternal. Faktor internal benih meliputi kadar air, sifat genetik, dan
viabilitas awal. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan diantaranya suhu
ruang simpan dan wadah simpan.

Benih yang bermutu mempunyai sifat fisiologis, fisik dan genetik yang baik, yang
dipengaruhi oleh proses produksi sampai penyimpanan (Sadjad, Murniati, dan
Illyas, 1999). Viabilitas benih dapat dipertahankan selama penyimpanan dengan
cara memilih kemasan benih secara tepat. Wadah simpan atau kemasan benih
selama simpan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kadar air benih selama

3

penyimpanan. Pada kelembaban rendah, benih akan melepaskan kandungan
airnya sampai mencapai keseimbangan, sebaliknya pada kondisi lembab, benih
yang relatif kering akan menyerap air dari lingkungannya.

Wadah simpan benih secara umum dirancang untuk melindungi mutu fisik benih,
sehingga harus cukup kuat, tahan pecah, dan tahan sobek. Pemilihan wadah
simpan didasari pertimbangan tujuan pengemasan, jumlah benih yang dikemas,
sifat benih, kondisi ruang simpan, dan lamanya waktu penyimpanan. Oleh karena
itu pemilihan materi kemasan benih sangat penting, agar kadar air mampu
dipertahankan sehingga dapat memperlambat proses kemunduran benih.

Kuswanto (2003) menyatakan sifat benih yang selalu mencapai kondisi
keseimbangan (equilibrium) menyebabkan benih mudah mengalami peningkatan
kadar air yang dapat menyebabkan deteriorasi benih berlangsung cepat, oleh
karena itu dibutuhkan bahan pengemas yang tepat untuk menghambat perubahan
kadar air pada benih.

Selain wadah simpan dan suhu ruang simpan, faktor yang mempengaruhi mutu
benih adalah faktor genetik benih. Sifat genetik benih akan mengekspresikan
karakter-karakternya kedalam karakter-karakter fenotipnya. Hal ini antara lain
tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya
simpan benih.

Hasil penelitian Sukarman dan Rahardjo (2000) pada tanaman kedelai,
menunjukkan bahwa varietas Cikuray (berbiji sedang, kulit berwarna hitam) dan
varietas Tidar (berbiji kecil, kulit berwarna kuning) memiliki daya simpan yang

4

lebih baik dibandingkan dengan varietas Wilis (berbiji sedang, berkulit kuning).
Daya berkecambah benih varietas Cikuray dan Tidar masih diatas 80% setelah
lima bulan penyimpanan.

Oleh karena, itu perlu dilakukan penelitian serupa pada tanaman sorgum yang
bertujuan untuk mengetahui pada kombinasi varietas dan jenis kemasan apa yang
paling efektif dalam mempertahankan viabilitas benih pada tiga varietas sorgum
(Sorghum bicolor [L]. Moench) pada suhu ruang simpan yang berbeda.

1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh kombinasi jenis kemasan dan varietas terhadap viabilitas benih
sorgum setelah penyimpanan.
2. Kombinasi jenis kemasan dan varietas yang paling baik untuk
mempertahankan viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan pada suhu
ruang simpan berbeda.

1.3 Kerangka Pemikiran
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak atau
mengembangbiakkan tanaman. Mutu benih yang menjadi perhatian mencakup
mutu fisiologis, mutu fisik dan mutu genetik. Mutu fisiologis merupakan
kemampuan daya hidup suatu tanaman yang dapat diukur dari viabilitas benih,
kadar air, maupun daya simpan benih. Mutu fisik merupakan penampilan benih
yang dapat dilihat secara fisik seperti kebersihan benih, bentuk, ukuran, warna

5

yang homogen, serta tidak mengalami kerusakan mekanis ataupun karena
serangan hama dan penyakit. Sedangkan mutu genetik merupakan penampilan
benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik
dari tanaman induknya.

Viabilitas benih merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu benih.
Untuk dapat mempertahankan viabilitas benih ketika di lapang, maka diperlukan
penanganan yang terencana dengan baik dari sejak tanaman di lapang sampai
dengan benih disimpan hingga ditanam kembali oleh petani. Salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih yaitu dengan
penyimpanan benih yang benar. Sutopo (2010) menyatakan tujuan dari
penyimpanan benih tersebut adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam
periode sepanjang mungkin, sehingga benih dapat ditanam pada musim yang
sama dilain tahun atau musim yang berlainan pada tahun yang sama.

Kuswanto (2003) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi dalam penyediaan
benih bermutu tinggi adalah usaha mempertahankan viabilitas benih saat
penyimpanan akibat tingginya laju respirasi. Laju respirasi yang tinggi
menyebabkan benih cepat kehilangan energi dan persediaan cadangan makanan.
Habisnya cadangan makanan dapat mengakibatkan benih tidak mampu
berkecambah sehingga mengalami kemunduran. Kemunduran benih merupakan
mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan
menyeluruh didalam benih baik secara fisik, fisiologis maupun kimiawi yang
dapat mengakibatkan menurunnya viabilitas benih.

6

Widajati et.al. (2013) menyatakan faktor yang mempengaruhi viabilitas benih
selama penyimpanan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal benih
meliputi kadar air, sifat genetik, dan viabilitas awal. Sedangkan faktor eksternal
atau lingkungan, meliputi suhu ruang simpan, wadah simpan, kelembaban,
oksigen, mikroorganisme, dan manusia.

Oleh karena itu dalam penyimpanan benih, pemilihan materi kemasan sangat
penting agar kadar air benih tidak mengalami perubahan sehingga viabilitas benih
dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang, mengingat kadar air sangat
berpengaruh terhadap masa simpan dan viabilitas suatu benih. Diharapkan materi
kemasan yang kedap udara lebih mampu mencegah terjadinya perubahan kadar air
benih dibandingkan materi kemasan yang tidak kedap udara. Menurut Kuswanto
(2003) kadar air benih harus tetap dipertahankan karena sifat benih yang
higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi
equilibrium dengan lingkungannya.

Pengemasan benih adalah tindakan memberikan lingkungan mikro yang optimal
agar benih tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama penyimpanan. Ada
beberapa jenis kemasan yang sering digunakan, yaitu kemasan kantong plastik,
kemasan toples plastik, kemasan kaleng dan kemasan kain terigu. Bahan
pengemas tersebut dapat berfungsi sebagai menahan masuknya uap air ke dalam
kemasan dan menahan pertukaran gas-gas. Hasil penelitian Nugraha, Sudaryono,
dan Lubis (2005) menemukan bahwa bahan pengemas dalam penyimpanan selain
berfungsi sebagai pelindung bahan dari serangan hama dan penyakit, juga
berfungsi sebagai penahan rembesan air dan masuknya udara dari luar yang dapat

7

menyebabkan naiknya kadar air gabah dalam kemasan. Dengan penggunaan
bahan pengemas yang kedap udara, dapat mencegah peningkatan kadar air benih
hingga 1-3%. Apabila nilai kadar air benih dapat dipertahankan pada saat
penyimpanan, maka metabolisme benih berlangsung lambat sehingga proses
deteriorasi benih dapat ditekan.

Sifat genetis suatu benih berpengaruh terhadap daya simpan benih. Dimana
kemampuan masa hidup suatu benih diturunkan pada turunannya baik pada
tingkat spesies maupun tingkat kultivar berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan
bahwa dalam kondisi penyimpanan yang sama, kemampuan benih pada jenis
tanaman yang sama mempunyai kemampuan hidup yang berbeda-beda. Hasil
penelitian Suita dan Nurhasybi (2008) pada benih Tanjung menemukan bahwa
benih tanjung yang memiliki ukuran besar memiliki vigor benih yang lebih baik
yang ditunjukkan dengan tingginya persen perkecambahan benih mencapai 98%
dibandingkan benih ukuran lainnya (sedang dan kecil). Hal ini disebabkan benih
tanjung yang berukuran besar memiliki embrio dan cadangan makanan yang lebih
banyak sehingga berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan dan
kemampuan dalam pertambahan tinggi bibit.

Selain ukuran suatu benih, kekerasan kulit benih dan permeabilitas kulit benih
juga berpengaruh terhadap kemampuan hidup suatu benih. Benih yang memiliki
kulit yang keras dan permeabilitas yang rendah akan dapat disimpan lebih lama
dibandingkan dengan benih yang memiliki kulit yang lunak dan memiliki
permeabilitas yang tinggi. Dengan kerasnya kulit benih tersebut, akan
menghambat O2 masuk kedalam benih, dimana keberadaan O2 akan berpengaruh

8

terhadap aktivitas respirasi. Apabila aktivitas respirasi yang terjadi pada benih
tinggi, maka hal tersebut akan mempercepat dalam proses kemunduran benih.

Hasil penelitian pada tanaman kedelai menemukan bahwa varietas kedelai berbiji
sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas
rendah, dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan
yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca dilapang dibanding varietas
berbiji besar dan berkulit terang (Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo
(2000) melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap
lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42º dan kelembaban 100%) dibanding
varietas berbiji besar dan berkulit terang.

Lama penyimpanan benih juga berpengaruh terhadap viabilitas benih karena
viabilitas benih akan berpengaruh seiring dengan berjalannya waktu.
Penyimpanan benih yang terlalu lama dapat menyebabkan kemunduran benih dan
fisiologis benih yang akan menimbulkan perubahan menyeluruh pada benih/ biji
baik fisik, fisiologis maupun biokimia yang menyebabkan menurunnya viabilitas
benih (Sadjad et. al., 2009).

Hasil penelitian Idaryani, Suriany, dan Wahab (2012) melaporkan bahwa pada
benih padi varietas Inpara 3 yang disimpan dalam kertas selama 12 minggu
memiliki viabilitas yang semakin rendah yang ditunjukkan dengan persentase
perkecambahan benih dari 59,33% pada minggu ke-0 menjadi 16,67% pada
minggu ke -12 dan terjadi peningkatan kadar air benih sebanyak 2% . Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan dapat meningkatkan kadar air
benih dan menurunnya viabilitas benih.

9

1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka diajukan
hipotesis sebagai berikut :
1. Kombinasi jenis kemasan dan varietas mempengaruhi viabilitas benih sorgum
setelah penyimpanan.
2. Jenis kemasan simpan kedap udara benih pada suhu kulkas lebih baik dalam
mempertahankan viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan.
.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Sorgum
Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor
[L]. Moench) adalah :
Kerajaan

: Plantae

Subkerajaan

: Tracheobionta

Superdevisi

: Spermatophyta

Devisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Subkelas

: Commelinidae

Ordo

: Cyperales

Famili

: Poaceae

Genus

: Sorghum moench.

Tanaman sorgum dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik dan subtropik, dari
dataran rendah (daerah pantai) sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.
Suhu optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sorgum antara
23º- 30º C dengan kelembaban relatif 20-40%, sedang suhu tanah yang baik untuk
pertumbuhan adalah 25ºC.

11

Pada daerah-daerah yang tingginya lebih dari 800 meter di atas permukaan laut,
dimana suhu kurang dari 25ºC, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
umurnya akan panjang. Curah hujan yang diperlukan untu pertumbuhan tanaman
adalah 375 - 425 mm (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

2.2 Struktur Biji dan Kimia Sorgum
Biji sorgum ada yang tertutup rapat oleh sekam yang liat, ada pula yang tertutup
sebagian, atau tidak tertutup sama sekali. Bulir normal terdiri atas 2 buah sekam
berbentuk perisai. Sekam ini membungkus seluruh organ bunga sewaktu bunga
belum mekar. Biji yang tertutup sekam lebih tahan terhadap serangan hama. Kulit
biji sorgum warnanya ada yang putih abu-abu, merah hingga coklat tua, kuning
atau kehitam-hitaman. Malai sorgum dapat dipanen rata-rata setelah tanaman
berumur 90-120 hari (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

Biji sorgum terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit luar, lembaga, dan
endosperma. Susunan dari bagian-bagian bijinya masing-masing kulit luar 8%,
lembaga 10%, dan endosperma 82%. Ukuran bijinya kira-kira 4,0 x 2,5 x 3,5 mm
dan berat bijinya bervariasi dari 8 mg sampai 50 mg dengan rata-rata 28 mg. Kulit
biji sorgum yang berwarna putih umunya disebut Kafir, ukuran bijinya lebih kecil
dibandingkan dengan jenis lainnya. Sekam terpisah dari bijinya terdiri atas
kutikula, epidermis, hipodermis, dan sebagian mesokarp (Mudjisihono dan
Suprapto, 1987).

Kulit luar merupakan lapisan kulit biji yang mengelilingi endosperma dan terdiri
atas dua bagian yaitu epikarp, mesokarp, dan endokarp. Epikarp tersusun atas dua
sampai tiga lapis sel memanjang, berbentuk segi empat, mempunyai ketebalan

12

tertentu serta mengandung zat pigmen, maka sebagian dari zat pigmen ini dapat
masuk mengalir ke dalam endosperm. Lapisan tengah dari epikarp adalah
mesokarp yang merupakan lapisan paling tebal dari perikarp. Sel mesokarp
mengandung granula pati kecil dan bentuknya poligonal. Lapisan paling dalam
perikarp adalah endokarp, yang terdiri dari sel-sel melintang bentuk tabung
berukuran 200 µ dan lebarnya 5 µ (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

Kebanyakan jenis biji sorgum mempunyai lapisan zat warna yang disebut testa.
Lapisan ini terletak dibawah endokarp dan di sekeliling permukaan endosperm.
Setiap varietas mempunyai ketebalan testa yang bervariasi. Testa paling tebal
biasanya terletak pada puncak biji dan paling tipis didekat lembaga. Yang paling
tebal berukuran 100-140 µ dan paling tipis berukuran 10-30 µ. Warna testa yang
nampak sebagai strip pigmen terletak di atas lapisan eleuron. Didalam lapisan
tetsta terdapat senyawa polifenol kadar tinggi (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

Lembaga terdiri atas keping biji dan terikat kuat dengan endosperm serta sukar
dihilangkan dengan proses penggilingan. Lembaga kaya protein, lemak, serta
jumlah mineral, dan vitamin B. Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji
(81,1-84,0 persen) dan terdiri atas lapisan luar endosperm (corneous endosperm)
dan lapisan dalam endosperm (floury), keras dan sangat keras, lengket, atau
lembek serta warnanya putih dan kuning (Hermawan, 2013).

13

Tabel 1. Hasil analisis kimia biji sorgum
Susunan Kimia Bagian-bagian Biji (%)
Bagian Biji
Pati

Protein

Lemak

Abu

Serat

Biji Utuh

73,8

12,3

3,60

1,65

2,2

Endosperm

82,5

12,3

0,63

0,37

1,3

Kulit Biji

34,6

6,7

4,90

2,02

8,6

Lembaga

9,8

13,4

18,9

10,36

2,6

Sumber : (Hermawan, 2013)
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih
Benih bermutu mempunyai pengertian bahwa varietasnya benar dan murni,
mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang tinggi sesuai
dengan standar mutu pada kelasnya (Widajati et.al., 2013). Sebelumnya Sutopo
(2010) menjelaskan bahwa : (1) Mutu fisiologis menampilkan kemampuan daya
hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih. Bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak
fisiologis dan tercermin pula pada saat daya simpannya selama periode tertentu,
serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit benih ; (2) Mutu fisik merupakan
penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain dari ukuran
yang homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma, dan dari
berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik; (3) Mutu genetik
merupakan penampilan benih murni dari species atau varietas tertentu yang
menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis,
benih dasar, benih pokok, dan benih sebar.

14

2.3.1 Kemasan atau Wadah Simpan
Viabilitas benih dapat dipertahankan selama penyimpanan dengan cara memilih
kemasan secara tepat. Wadah simpan atau kemasan benih selama simpan dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi kadar air benih selama penyimpanan. Pada
kelembaban rendah benih akan melepaskan kandungan airnya sampai mencapai
keseimbangan, sebaliknya pada kondisi lembab benih yang relatif kering akan
menyerap air dari lingkungannya (Widajati et.al., 2013).

Penyerapan dan pelepasan air juga dipengaruhi oleh wadah atau kemasan benih,
semakin banyak aerasi pada wadah maka kadar air benih lebih mudah mengikuti
kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, wadah simpan benih yang secara umum
dirancang untuk melindungi mutu fisik benih, sehingga harus cukup kuat, tahan
pecah dan tahan sobek. Pemilihan wadah simpan benih didasari pertimbangan
tujuan pengemasan, jumlah benih yang akan dikemas, sifat benihnya dan kondisi
ruang simpan maupun jangka waktu lamanya benih berada ditempat penyimpanan
(Widajati et.al., 2013).

Selain itu Hertiningsih (2009) juga menjelaskan bahwa bahan kemasan yang baik
yaitu yang dapat menahan masuknya air, menahan masuknya udara, menahan
masuknya pertukaran gas-gas, berwarna putih atau bening yang tembus pandang,
tidak beracun, dan mudah didapat.

Pengemasan benih adalah tindakan memberikan lingkungan mikro yang optimal
agar benih tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama penyimpanan benih.
Alat pengemas yang sering digunakan adalah sealer untuk almunium foil. Prinsip
dari bahan pengemas adalah bagaimana menjaga kadar air dan respirasi benih

15

tetap rendah dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu
sekitarnya (Widajati et.al., 2013).

Menurut Kuswanto (2003) menyatakan bahwa pengemasan benih bertujuan antara
lain sebagai berikut: (1) Memudahkan pengelolaan benih; (2) Memudahkan
transportasi benih untuk pemasaran; (3) Memudahkan penyimpanan benih dengan
kondisi yang memadai; (4) Mempertahankan persentase viabilitas benih;
(5) Mengurangi deraan (pengaruh/tekanan) alam; (6) Mempertahankan kadar air
benih.

Penyimpanan benih dengan wadah simpan atau kemasan kedap udara dapat
meningkatkan kualitas benih. Hal ini disebabkan pada wadah atau kemasan kedap
udara dimana suplai oksigen atau penyerapam oksigen dari luar sangat sulit,
sehingga respirasi pada biji maupun mikroorganisme dapat ditekan, dimana
aktivitas tersebut mampu memperlambat proses kemunduran benih. Sedangkan
pada wadah simpan atau kemasan tidak kedap udara akan mempercepat proses
kerusakan benih. Kerusakan benih dapat disebabkan karena naiknya kadar air,
maupun serangan hama gudang dari luar kemasan. Wadah simpan atau kemasan
yang tidak kedap udara menyebabkan oksigen bebas keluar masuk kemasan,
sehingga oksigen tersebut dapat menyebabkan naiknya kadar air benih serta
dimanfaatkan berbagai jenis mikroorganisme untuk tetap bertahan hidup didalam
kemasan (Nugraha et.al., 2005).

16

2.3.2 Suhu Ruang Simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi
ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi,
dalam kondisi tersebut, viabilitas dapat dipertahankan lebih lama (Purwanti,
2004).

Berdasarkan Hukum Harrington, suhu ruang simpan benih sangat berpengaruh
terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang simpan, semakin lambat
laju deteriorasi sehingga benih dapat lebih lama disimpan. Sebaliknya, semakin
tinggi suhu ruang simpan, semakin cepat laju deteriorasi sehingga lama
penyimpanan benih lebih pendek. Hal ini disebabkan suhu ruang simpan dapat
memacu laju respirasi yang mengakibatkan semakin besarnya perombakan
cadangan makanan benih yang terjadi. Perombakan cadangan makanan ini, akan
menimbulkan panas yang menyebabkan respirasi meningkat sehingga benih
kehilangan cadangan makanan ketika perkecambahan (Kuswanto, 2003).

Hasil