Pengaruh Jenis Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench

ABSTRAK

PENGARUH JENIS KEMASAN SIMPAN DAN SUHU RUANG SIMPAN
TERHADAP VIABILITAS BENIH SORGUM
(Sorghum bicolor [L.] Moench)

Oleh

IMMAS NURISMA

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan sorgum secara luas
membutuhkan ketersediaan benih sorgum yang bermutu. Masalah dalam
penyediaan benih bermutu yaitu penurunan viabilitas benih setelah masa
penyimpanan. Sampai saat ini usaha untuk mempertahankan mutu benih sorgum,
masih sangat jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1)
pengaruh jenis kemasan simpan terhadap viabilitas benih sorgum; (2) pengaruh
suhu ruang simpan terhadap viabilitas benih sorgum; (3) pengaruh kombinasi
antara jenis kemasan simpan dan suhu ruang penyimpanan terhadap viabilitas
benih sorgum.


Immas Nurisma
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014 di
Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 ulangan. Rancangan perlakuan yang diterapkan adalah faktorial (4x3)
dengan faktor pertama adalah jenis kemasan dan faktor kedua adalah suhu ruang
simpan. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett. Pemisahan
nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
taraf α 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) perbedaan jenis kemasan
mengakibatkan perbedaan viabilitas benih sorgum. Jenis kemasan kaleng
menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan lainnya;
(2) perbedaan suhu ruang penyimpanan mengakibatkan perbedaan viabilitas benih
sorgum. Suhu ruang simpan kulkas menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu lainnya; (3) Kemasan kaleng yang disimpan pada suhu
kulkas (4°C) memiliki kemampuan lebih baik dibanding kemasan lainnya pada
suhu kamar (32°C) maupun AC (22°C), dalam mempertahankan viabilitas benih
sorgum.

Kata kunci : Kemasan, sorgum, suhu simpan, viabilitas, vigor


PENGARUH JENIS KEMASAN DAN SUHU RUANG SIMPAN
TERHADAP VIABILITAS BENIH SORGUM
(Sorghum bicolor [L.] Moench)
(Skripsi)

Oleh
IMMAS NURISMA

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman


1. Tanaman sorgum ....................................................................................

9

2. Biji sorgum .............................................................................................

10

3. Malai sorgum .........................................................................................

11

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh kemasan simpan (K)
dan suhu ruang simpan (T) dari variabel yang diamati....................


22

2. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap daya berkecambah (DB) benih sorgum..............................

24

3. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap bobot kering kecambah normal (BKKN) benih sorgum....

25

4. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap kecepatan tumbuh benih (KCT) benih sorgum..................

26

5. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap daya hantar listrik (DHL) benih sorgum............................


27

6. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap kadar air (KA) benih sorgum.............................................

28

7. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap potensi tumbuh maksimum (PTM) benih sorgum.............

29

8. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap indeks vigor (IV) benih sorgum.........................................

30

9. Hasil pengamatan daya berkecambah benih sorgum........................


43

10. Analisis ragam peubah daya berkecmabah benih sorgum.................

43

11. Hasil pengamatan potensi tumbuh maksimum benih sorgum...........

44

12. Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum...

44

13. Hasil pengamatan indeks vigor (IV) benih sorgum...........................

45

14. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum...........................


45

15. Hasil pengamatan kecepatan tumbuh benih sorgum.........................

46

16. Analisis ragam peubah kecepatan tumbuh benih sorgum.................

46

17. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal benih sorgum....

47

18. Analisis ragam bobot kering kecambah normal benih sorgum.........

47

19. Hasil pengamatan kadar air benih sorgum .......................................


48

20. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum................................

48

21. Hasil pengamatan daya hantar listrik benih sorgum.........................

49

22. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum..................

49

23. Deskripsi Varietas Numbu................................................................

50

24. Hasil pengamatan suhu ruang simpan kamar....................................


51

25. Hasil pengamatan suhu ruang simpan AC........................................

51

26. Hasil pengamatan suhu ruang simpan kulkas....................................

51

vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..

v

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..


vii

PENDAHULUAN ……...…………………………...…..……….

1

1.1

Latar Belakang dan Masalah ………………………..……...

1

1.2

Tujuan Penelitian …………………………………………..

4

1.3


Kerangka Pemikiran ...…….......…………………………......

4

1.4

Hipotesis ...................……………………………………......

7

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...

8

2.1

Tanaman Sorgum ...........................................…...………......

8

2.2

Viabilitas Benih ..........................……………......................

12

2.3

Kemasan Simpan ........................……………………………

15

III. BAHAN DAN METODE ………………………………..……...

17

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………..

17

3.2

Bahan dan Alat …………………………………………….

17

3.3

Metode Penelitian ………………………………………….

17

3.4

Pelaksanaan Penelitian ……………………………………..

19

3.5

3.4.1 Persiapan Benih ... ………………………………….
3.4.2 Pengemasan ...……………………………………...
3.4.3 Penyimpanan ………………………………………
Pengamatan ………………………………………………...

19
19
19
19

I.

II.

Halaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………..……………………..
4.1

Hasil Penelitian .....…………………………………………

22

Rekapitulasi analisis ragam ………….....…………
Pengaruh kemasan simpan dan suhu ruang simpan
terhadap viabilitas benih sorgum …..………...……
Pembahasan ………………………………………………..

22

4.1.1
4.1.2
4.2
V.

22

KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………..

23
31
38

5.1

Kesimpulan ………………………………………………...

38

5.2

Saran ……………………………………………………….

39

PUSTAKA ACUAN ....………………………………………………...

40

LAMPIRAN …………………………………………………………...

42

iv

Orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa?
Kita harus bisa (Usman Basri)

Ilmu itu bagaikan nur, cahaya. Cahaya tidak bisa datang dan tidak ada
di tempat yang gelap. Karena itu bersihkan hati dan kepalamu, supaya
cahaya itu bisa datang, menyentuh dan menerangi kalbu (Haryanto)

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya tulis ini sebagai ungkapan
cinta kasih dan baktiku kepada:

Ayah dan Mami, Bunda ku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan serta doa yang terus dipanjatkan yang tiada ternilai.

Adikku tersayang Innaka Nurisma atas kesetiaan berbagi suka maupun duka.

Serta untuk Almamaterku Tercinta
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku Pembimbing Utama atas
kesediaan memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua dan
selaku Pembimbing Akademik atas kesediaan memberikan bimbingan, saran,
nasehat, dan kritik selama penulis menjadi mahasiswa dan penyusunan skripsi
ini.
3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Penguji Utama atas koreksi dan saran
yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya
Pertanian atas koreksi, saran, dan persetujuan untuk ujian skripsi.

7. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin, M.S., atas saran yang telah diberikan selama
penelitian di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman.
8. Keluargaku tercinta, Ayah Drs.Usman Basri, Mami Dra. Iriantje, Bunda Elly,
Adikku tersayang Innaka Nurisma, terkasih Andhi Maryno Lazuardhy, S.P.,
Ummi Haji, Uncu Yanti, Ami Tarmizi, dan Datuk, atas dukungan, doa,
perhatian dan kasih sayang yang besar yang telah diberikan kepada penulis.
9. Rekan penelitianku Adila Utamako, S.P., terima kasih telah berjuang bersama
dari awal penelitian sampai wisuda.
10. Sahabat-sahabatku, Mutoharoh, S.P., Insyia Syahila, S.TP., dan Fina Destria
Rahmawati, S.P., yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.
11. Seluruh rekan-rekan laboratorium benih, Dwi, Henny, Aulia, Windi, Desis,
Kia, Lidya, Debby, Dekun, serta teman lainnya atas kebersamaan selama ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, November 2014
Penulis,

Immas Nurisma

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 16 Agustus
1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Drs. Usman Basri
dan Ibu Dra. Iriantje. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)
Persit Kartika Jaya II-6 Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar
(SD) Persit Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2004, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2007,
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan
tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan
Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah
menjadi asisten praktikum Teknologi Benih 2012―2013. Penulis juga
mendapatkan beasiswa Perusahaan Gas Negara (PGN). Pada bulan Juli 2013,
penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan. Pada bulan Januari 2014, penulis juga melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kampung Balairejo, Kecamatan Kalirejo,
Kabupaten Lampung Tengah.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan
kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya krisis pangan dengan
mengembangkan jenis tanaman yang mampu mecukupi kebutuhan pangan. Salah
satu tanaman yang dijadikan sebagai sumber pangan alternatif adalah tanaman
sorgum.

Tanaman sorgum merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat
yang tinggi dan paling mudah diusahakan. Tanaman sorgum merupakan tanaman
serealia yang potensial untuk dijadikan komoditas agroindustri. Tanaman sorgum
kaya akan manfaat yang tinggi, yaitu dapat menjadi makanan pengganti beras
sebagai sumber pangan, memiliki karbohidrat yang tinggi, serta kaya akan protein
dan dapat dikembangkan menjadi bahan baku energi (Hermawan, 2013).

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang
luas. Kandungan nutrisi biji sorgum cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk
perbaikan gizi masyarakat. Selain itu, budidaya tanaman sorgum relatif mudah
dan dapat dikembangkan pada lahan marginal. Sorgum mempunyai potensi besar

2
sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan industri. Pengembangan sorgum
sebagai beras dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus mengantisipasi
kerawanan pangan (Sennang dan Nurfaida, 2012).

Pengembangan sorgum secara luas membutuhkan ketersediaan benih sorgum
yang bermutu. Masalah dalam penyediaan benih bermutu yaitu viabilitas benih
yang menurun setelah masa penyimpanan. Sampai saat ini usaha-usaha untuk
mempertahankan mutu benih sorgum, masih sangat jarang dilakukan, antara lain
mengenai penyimpanan benih. Menurut Justice dan Bass (2002), tujuan utama
penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis ialah untuk mengawetkan
cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya.

Benih yang disimpan dengan baik diharapkan mampu mempertahankan viabilitas
tetap tinggi pada akhir masa penyimpanan. Masalah dalam penyimpanan benih
adalah penurunan viabilitas benih sejalan dengan waktu. Semakin lama benih
disimpan, viabilitas benih akan semakin menurun. Hal ini terjadi pada benih
sorgum, mengingat kandungan protein yang tinggi dalam benih sorgum.

Penyimpanan benih adalah usaha pengawetan benih yang berdaya hidup,
semenjak pengumpulan hingga di lapangan sampai dengan saat akan digunakan
kembali sebagai bahan tanam. Maksud penyimpanan benih adalah agar benih
dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau pada musim yang
berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih dari suatu
jenis tanaman. Faktor yang mempengaruhi penyimpanan benih yaitu kemasan
simpan dan suhu ruang simpan. Jenis kemasan yang berbeda akan memberikan
pengaruh yang berbeda pula terhadap kualitas benih sorgum yang disimpan.

3
Penggunaan kemasan sangat berperan dalam usaha mempertahankan viabilitas benih
selama penyimpanan (Copeland dan McDonald, 2001). Justice dan Bass (2002),

mengemukakan bahwa penggunaan wadah dan cara simpan benih sangat
tergantung pada jenis, jumlah benih, teknik pengepakan, lama penyimpanan, suhu
ruang simpan dan kelembaban ruang simpan. Untuk penyimpanan benih,
efektivitas suatu kemasan ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan kadar air
benih dan viabilitas benih selama penyimpanan. Untuk itu perlu pencegahan
peningkatan kadar air selama penyimpanan, yaitu dengan teknik penyimpanan dengan
bahan kemasan yang baik dan suhu yang optimum.

Untuk memperoleh benih yang berkualitas, selain jenis kemasan simpan, faktor
suhu ruang simpan pada saat penyimpanan juga merupakan faktor yang penting.
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi
ruangan. Widajati et.al. (2013) mengemukakan bahwa pada suhu rendah, respirasi
berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Untuk itu perlu pencegahan peningkatan
kadar air selama penyimpanan, yaitu dengan teknik penyimpanan dengan bahan
kemasan yang baik dan suhu yang optimum. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih
dapat dipertahankan lebih lama.

4
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh jenis kemasan simpan terhadap viabilitas benih
sorgum?
2. Apakah terdapat pengaruh suhu ruang simpan terhadap viabilitas benih
sorgum?
3. Apakah terdapat kombinasi antara jenis kemasan simpan dan suhu ruang
simpan terhadap viabilitas benih sorgum?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh jenis kemasan simpan terhadap viabilitas benih
sorgum.
2. Mengetahui pengaruh suhu ruang penyimpanan terhadap viabilitas benih
sorgum.
3. Mengetahui pengaruh kombinasi antara jenis kemasan simpan dan suhu
ruang penyimpanan terhadap viabilitas benih sorgum.

1.3 Kerangka Pemikiran

Benih merupakan produk pratanam yang harus memiliki mutu fisik, mutu genetik,
dan mutu fisiologi yang tinggi. Petani membutuhkan hasil produksi yang tinggi
dengan benih yang berkualitas. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi
dibutuhkan benih yang memiliki viabilitas yang tinggi. Benih yang mempunyai

5
viabilitas awal tinggi akan memiliki daya simpan lebih baik dibandingkan dengan
benih yang mempunyai viabilitas awal rendah (Widajati et.al., 2013).

Salah satu proses produksi benih yaitu penyimpanan untuk mempertahankan mutu
benih sampai benih siap tanam. Teknik penyimpanan yang baik dapat
mempertahankan mutu benih dalam jangka panjang. Teknik penyimpanan yang
baik dapat memperlambat kemunduran benih. Sutopo (2010) mengemukakan
adapun tujuan penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih
dalam periode simpan sepanjang mungkin, sehingga benih dapat ditanam pada
musim yang sama dilain tahun atau musim yang berlainan pada tahun yang sama.

Selama penyimpanan benih dipengaruhi oleh faktor internal dari benih itu sendiri,
seperti sifat genetiknya dan juga kadar air, karena dalam satu lot benih yang
berasal dari satu varietas memiliki perbedaan umur benih. Sedangkan faktor
eksternal yang memengaruhi daya simpan benih, yaitu suhu ruang simpan dan
kemasan simpan (Widajati et.al., 2013).

Menurut Copeland dan McDonald (2001), dalam penyimpanan benih, pemilihan
materi kemasan dan suhu simpan sangat diperlukan agar kadar air benih tidak
mengalami perubahan sehingga viabilitas benih dapat dipertahankan. Idaryani
(2012) melaporkan bahwa jenis kemasan mempengaruhi kadar air benih selama
penyimpanan. Menurut Kuswanto (2003), ada beberapa jenis kemasan yang
sering digunakan, yaitu kemasan kantong plastik, kemasan toples plastik, kemasan
kaleng dan kemasan kain. Pengemas tersebut dapat berfungsi sebagai menahan
masuknya uap air ke dalam kemasan, menahan masuknya air ke dalam kemasan,
menahan pertukaran gas-gas.

6
Selain jenis kemasan, suhu juga berpengaruh dalam penyimpanan benih.
Berdasarkan hukum Harrington, suhu ruang penyimpanan benih sangat
berpengaruh dalam laju deteriorasi atau kemunduran benih. Semakin rendah suhu
ruang penyimpanan, semakin lambat laju deteriorasi sehingga benih lebih lama
disimpan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang penyimpanan, maka semakin
cepat laju deteriorasi, sehingga lama penyimpanan benih lebih pendek (Widajati
et.al., 2013). Hal tersebut disebabkan suhu ruangan dapat memacu laju respirasi
yang menyebabkan laju respirasi meningkat. Selain itu terjadi pula proses
perombakan cadangan makanan sehingga menyebabkan benih mengalami
kekurangan zat makanan yang dibutuhkan untuk perkecambahan benih
(Kuswanto, 2003).

Peningkatan kadar air, akan memacu laju respirasi benih dan hal ini akan
meningkatkan proses perombakan cadangan makanan (proses katabolisme).
Adapun hasil perombakan tersebut adalah tenaga yang berupa panas. Karena
benih merupakan perambat panas yang rendah, maka panas ini akan
diakumulasikan sel hingga menyebabkan peningkatan suhu. Peningkatan suhu
akan memacu laju respirasi menjadi lebih cepat yang akhirnya akan berdampak
pada kualitas benih (Kuswanto, 2003).

Kadar air benih harus tetap dipertahankan mengingat sifat benih yang higroskopis
(mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi equilibrum dengan
lingkungannya. Apabila ruang penyimpanan benih mempunyai kadar air lebih
tinggi daripada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara
sehingga kadar air meningkat (Kuswanto, 2003). Rahayu dan Widajati (2007)

7
juga melaporkan bahwa penyimpanan benih caisim pada suhu ruang simpan AC
dan kulkas dapat menjaga kadar air benih karena kadar air berkisar pada 5-6%.

Penyimpanan benih pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat
mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi
suhu dan kelembaban. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan
langsung dengan lingkungan. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang
terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor
benih dapat dipertahankan. Agar dapat mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan harus dilakukan pengaturan suhu ruang simpan dan juga pemilihan
jenis kemasan benih secara tepat.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan jenis kemasan akan menyebabkan perbedaan viabilitas benih
sorgum.
2. Perbedaan suhu ruang penyimpanan akan menyebabkan perbedaan
viabilitas benih sorgum.
3. Terdapat kombinasi terbaik antara jenis kemasan dan suhu ruang simpan
terhadap viabilitas benih sorgum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sorgum

Menurut Suprapto dan Mudjisihono (1987), sorgum (Sorgum bicolor (L.)
Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama
dengan padi, jagung, tebu, gandum, dan lain-lain. Hermawan (2013)
mengemukakan tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di
lahan kurang subur, air yang terbatas dan masukan yang rendah. Sorgum
dibudidayakan pada ketinggian 0 - 800 m di atas permukaan laut. Tanaman ini
dapat tumbuh pada suhu optimum berkisar antara 23° - 30°C dengan kelembaban
relatif 20 - 40%, curah hujan 375 – 425 mm/th, dan pH tanah yang baik untuk
pertumbuhannya adalah 5,0 - 7,5.

Tanaman sorgum tahan terhadap kekeringan. Sebagai perbandingan, 1 kg bahan
kering sorgum hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan,
sedangkan pada jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg,
barley 434 kg, dan gandum 514 kg air (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
Tanaman sorgum dapat dilihat pada Gambar 1.

9

Gambar 1. Tanaman sorgum

Menurut Suprapto dan Mudjisihono (1987), berikut data botani tanaman sorgum:
Sorghum atau Sorghum bicolor (L.), termasuk dalam:
Kelas

: Monocotyledon

Keluarga

: Gramineae

Suku

: Sorghum

Jenis-jenis lain: Sorghum bicolor (L.)
Andropogon sorghum (L.)
Holchus sorghum (L.)
Sorghum vulgare (L.) .

10
Pada biji sorgum terdapat lapisan testa dan aleuron yang melapisi antara kulit biji
dan daging biji. Bagian kulit biji dilapisi lapisan testa, dan bagian daging biji
dilapisi lapisan aleuron, daging biji mengikat erat jaringan kulit biji dengan
lapisan semen. Kulit luar 8%, lembaga 10%, dan daging biji 82% merupakan
komposisi bagian biji sorgum (Hermawan, 2013).

Gambar 2. Biji sorgum

Tiga bagian utama pada biji sorgum yang berbentuk bulat lonjong atau bulat telur
yaitu kulit luar, lembaga, dan endosperma. Kulit luar 8%, lembaga 10%, dan
endosperma 82% merupakan susunan dari bagian-bagian biji sorgum. Biji
sorgum berukuran kisaran 4,0 × 2,5 × 3,5 mm dan bijinya seberat dari 8 mg
sampai 50 mg dengan rata-rata 28 mg. Penggolongan biji sorghum berdasarkan
ukuran yaitu kecil (8 – 10 mg), medium (12 – 24 mg), dan besar (25 – 35 mg).
Kulit bijinya ada yang berwarna putih, merah, atau cokelat (Suprapto dan
Mudjisihono, 1987). Selain itu, Hermawan (2013) mengemukakan gizi yang
terkandung dalam biji sorgum tidak lebih rendah dari kandungan tanaman serealia
lainnya. Kandungan kimia benih sorgum (utuh) mengandung protein 9,01%,
lemak 3,6%, abu 1,49%, serat 2,5%.

11

Gambar 3. Malai sorgum

Sebagian besar karbohidrat yang terdapat di dalam biji sorgum adalah pati.
Endosperma dari tipe sorgum biasa mengandung 23 - 30% amilosa, sedangkan
varietas waxy mengandung amilosa kurang dari 5%. Tepung sorgum mempunyai
suhu gelatinisasi 68° - 78°C, sedangkan tepung jagung tergelatinisasi pada suhu
62° - 68°C. Hal ini menyatakan bahwa tepung sorgum merupakan bahan baku
yang serbaguna karena tidak mudah menggumpal (tergelat inisasi) pada saat
mengalami pemanasan (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).

Varietas unggul tanaman sorgum ada dua yaitu Kawali dan Numbu. Kawali,
umur 100-110 hari; tinggi tanaman ±135 cm; warna biji krem; bentuk biji bulat
mudah dirontok; bobot 1.000 biji ±30 gr; potensi hasil 4-5t/ha; tahan terhadap
bercak dan karat daun; kadar protein 8,81%; kadar lemak 1,97%; karbohidrat
87,87%. Sedangkan untuk Numbu, umur 100-105 hari; tinggi tanaman ±187 cm;
warna biji krem; bentuk biji bulat lonjong; bobot 1.000 biji 36-37gr; potensi hasil
4-5t/ha; tahan terhadap bercak dan karat daun; kadar protein 9,12%; kadar lemak

12
3,94%; karbohidrat 84,58%. Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun
2001 juga mempunyai rasa olah sebagai nasi cukup enak (Hermawan, 2013).

Penyimpanan biji sorgum dilakukan segera diwadahi dalam karung, tiap karung
sebaiknya berkapasitas 25-50 kg, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan
yang kering dan berventilasi baik. Penyimpanan sederhana ditingkat petani
adalah dengan cara menggantungkan malai sorgum di atas perapian dapur. Cara
ini berfungsi ganda, yaitu melanjutkan proses pengeringan dan asap api berfungsi
sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun jumlah biji yang
disimpan dengan cara ini sangat terbatas (Hermawan, 2013).

Penyimpanan perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu benih dan menekan
laju kemunduran benih. Tujuan utama penyimpanan benih tanaman ialah untuk
menunda perkecambahan atau mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu
musim ke musim berikutnya (Justice dan Bass, 2002).

Perkecambahan benih sorgum di laboratorium sebesar 90%, dapat memberikan
kemungkinan 50% daya kecambah di lapangan. Akar yang keluar pada
perkecambahan kemudian digantikan oleh akar-akar samping yang muncul dari
buku terbawah pada batang, kecambah muncul dari dalam tanah kira-kira 7 hari
(Hermawan, 2013).

2.2 Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah kemampuan hidup benih. Viabilitas benih merupakan
fokus dari ilmu benih. Indikasi viabilitas benih merupakan kinerja yang

13
menunjukkan bahwa benih hidup. Penilaian viabilitas benih dapat dilakukan
melalui: (1) pendekatan secara fisiologis yaitu penilaian terhadap fenomena
pertumbuhan, (2) pendekatan biokimiawi yaitu penilaian terhadap aktivitas
metabolisme benih misalnya, kemampuan enzim-enzim untuk mengkatalisir
reaksi metabolisme perkecambahan, respirasi, sintesis ATP, dan sebagainya, dan
(3) pendekatan fisiologis dideteksi melalui kondisi kromosom, membran sel,
mitokondria, dan sebagainya, (4) pendekatan matematis merupakan suatu konsep
dimana hasil pengamatan dari suatu tolak ukur viabilitas benih dijabarkan ke
dalam suatu rumusan matematika yang dapat digunakan untuk menduga viabilitas
secara cepat (Widajati et.al., 2008).

Viabilitas benih adalah daya hidup benih. Bila kita menanam benih dengan
memberikan semua faktor yang dibutuhkan untuk berkecambah, tetapi benih itu
tidak berkecambah, mungkin disebabkan benih dorman atau benih kehilangan
viabilitasnya. Dalam proses produksi benih, viabilitas benih diupayakan mulai
dari lapang produksi hingga di pemasaran. Benih diperlakukan berbeda dengan
biji karena benih harus dipertahankan viabilitasnya jangan sampai menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih pada saat benih diproduksi di
lapang ialah: (1) mutu sumber benihnya, (2) ketersediaan air, (3) ketersediaan
hara, (4) lahan produksi benih bersih dari OPT, (5) suhu yang optimum di lapang,
serta, (6) cahaya yang cukup. Faktor lingkungan yang mendukung akan
memfasilitasi terjadinya penyerbukan, fertilisasi serta perkembangan benih
berjalan normal (Widajati et.al., 2013).

14
Sutopo (2010) mengemukakan bahwa penyimpanan merupakan salah satu mata
rantai terpenting dalam rangkaian kegiatan teknologi benih. Tujuan utama
penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode
simpan yang sepanjang mungkin. Menurut Copeland and McDonald (2001),
faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor
dari dalam (sifat genetik, daya berkecambah dan vigor), dan faktor dari luar
(kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang penyimpanan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan, salah
satunya yaitu suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban adalah faktor utama
pada penyimpanan benih. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu
dan kelembaban nisbi ruangan (Widajati et.al., 2013). Menurut Sutopo (2010)
bahwa suhu yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan
mengakibatkan kerusakan benih. Karena akan memperbesar terjadinya
penguapan zat cair dalam benih, hingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan
kemampuan untuk berkecambah.

Berdasarkan hukum Harrington, suhu ruang penyimpanan benih sangat
berpengaruh terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang penyimpanan
semakin lambat laju deteriorasi sehingga benih dapat lebih lama disimpan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang penyimpanan semakin cepat laju
deteriorasi, sehingga lama penyimpanan benih lebih pendek (Kuswanto, 2003).
Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi

15
viabilitas benih. Benih bersifat higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu
berusaha mencapai kondisi keseimbangan dengan lingkungannya. Sehingga
apabila ruangan tempat penyimpanan benih mempunyai kadar air yang lebih
tinggi dari pada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara
sehingga kadar air benih juga meningkat (Copeland dan McDonald, 2001).
Sedangkan menurut Kuswanto (2003), kadar air benih sangat dipengaruhi oleh
kondisi kelembaban ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih yang
higroskopis, padahal kadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih.

Kadar air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang rendah dapat
menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan mempertinggi kelembaban
udara di sekitar benih. Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah
sedangkan kelembaban udara di sekitar benih tinggi akan mengakibatkan
terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara sekitar
benih sampai tercapai tekanan yang seimbang (Sutopo, 2010). Copeland dan
McDonald (2001) mengemukakan bahwa kemunduran benih merupakan proses
penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik
(irreversible) akibat perubahan fisiologis dan biokimia yang berakibat
menurunnya viabilitas benih.

2.3 Kemasan Simpan

Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih salah satunya yaitu jenis kemasan
simpan benih. Tidak semua bahan pengemas dapat menahan masuknya air ke
dalam kemasan. Kondisi tempat penyimpanan yang mempunyai kadar air yang
tinggi atau lebih tinggi dari pada kadar air benih, dapat menyebabkan terjadinya

16
perubahan kadar air selama dalam penyimpanan sebelum akhirnya mencapai
keseimbangan. Oleh karena itu, haruslah dipilih bahan pengemas yang cocok
dengan kebutuhan. Tidak semua benih yang disimpan perlu dikemas dengan
bahan pengemas yang kedap air, namun tergantung dari tujuan pengemas dan
penyimpanan benih, karena bahan pengemas yang kedap air lebih mahal dan ini
akan mempengaruhi harga jual benih (Widajati et.al., 2013).

Tujuan utama pengemas benih yaitu melindungi benih dari kerusakan fisik
maupun fisiologis. Pemilihannya didasari pertimbangan tujuan penyimpanan,
jumlah benih yang disimpan dan kondisi ruang simpan maupun lamanya benih
berada dalam penyimpanan. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa perlu
diperhatikan juga faktor kesesuaian kemasan simpan dengan tipe benih, biaya,
pengaruh kelembaban terhadap benih serta kadar air pada saat disimpan.

Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan
vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton
dalam Justice dan Bass (2002), kadar air merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran
benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.

Menurut Copeland dan McDonald (2001), penggunaan kemasan sangat berperan
dalam usaha mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan. Untuk
penyimpanan benih efektifitas suatu kemasan ditentukan oleh kemampuannya
mempertahankan kadar air benih dan viabilitas benih selama penyimpanan.
Materi kemasan dibagi menjadi tiga golongan yaitu: (1) Kemasan kedap uap air;
(2) Kemasan yang resisten terhadap kelembaban; (3) Kemasan yang porus.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan
Januari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sorgum varietas Numbu
(dipanen pada tanggal 14 September 2013 dari Kebun Percobaan Natar), kertas
merang (substrat pengecambahan).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kemasan simpan (plastik
yang berukuran ½ kg transparan kedap udara, toples plastik transparan, kantong
kain terigu, dan kaleng), label, karet, sprayer, pinset, germinator, conductivity
meter, kulkas, timbangan digital, moisture tester, oven, gunting, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang
terdiri dari dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah jenis kemasan (K) yaitu
kemasan toples plastik (K1), kantong kain terigu (K2), plastik kedap udara (K3),

18
kaleng (K4). Faktor kedua adalah kondisi ruang simpan (T) yaitu kondisi simpan
kamar (32°C) (T1), kondisi simpan AC (22°C) (T2), kondisi simpan kulkas (4°C)
(T3).
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan
terdiri dari 4 ulangan, sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Tiap satuan
percobaan berisi 100 gr benih sorgum.

Susunan perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah :
1) K1T1 : Kemasan Toples Plastik + Kondisi Simpan Kamar
2) K1T2 : Kemasan Toples Plastik + Kondisi Simpan AC
3) K1T3 : Kemasan Toples Plastik + Kondisi Simpan Kulkas
4) K2T1 : Kemasan Kain Terigu

+ Kondisi Simpan Kamar

5) K2T2 : Kemasan Kain Terigu

+ Kondisi Simpan AC

6) K2T3 : Kemasan Kain Terigu

+ Kondisi Simpan Kulkas

7) K3T1 : Kemasan Plastik

+ Kondisi Simpan Kamar

8) K3T2 : Kemasan Plastik

+ Kondisi Simpan AC

9) K3T3 : Kemasan Plastik

+ Kondisi Simpan Kulkas

10) K4T1 : Kemasan Kaleng

+ Kondisi Simpan Kamar

11) K4T2 : Kemasan Kaleng

+ Kondisi Simpan AC

12) K4T3 : Kemasan Kaleng

+ Kondisi Simpan Kulkas

Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett. Bila kedua asumsi
ini terpenuhi, maka pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%.

19
3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Benih
Benih sorgum didapat dari Kebun Percobaan Natar yang sebelumnya telah diberi
perlakuan bahan organik. Benih diambil dari lot benih yang sama. Lalu diukur
kadar air awal benih sebelum pengeringan yaitu rata-rata sebesar 20,2%. Benih
yang didapat dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama
36 jam, lalu dirontokkan, kemudian diukur kembali kadar air benih tersebut yaitu
rata-rata sebesar 12,9% .

3.4.2 Pengemasan
Benih yang telah didapat, dikemas dalam 4 jenis kemasan simpan, yaitu toples
plastik, kain terigu, plastik, dan kaleng. Setiap kemasan berisi 100 gr benih
sorgum.

3.4.3 Penyimpanan
Penyimpanan benih sorgum yang telah dikemas, disimpan di ruang penyimpanan
yang berbeda yaitu suhu ruang simpan kamar, suhu ruang simpan AC, dan suhu
ruang simpan kulkas. Penyimpanan benih dilakukan selama 4 bulan.

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali, variabel yang diamati adalah
sebagai berikut :
1. Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan. Uji
perkecambahan dilakukan dengan cara mengambil secara acak 50 butir benih dari

20
tiap kemasan dan ruang simpan untuk diuji daya berkecambahnya dan diamati
pada hari ke-4 dan ke-10 (ISTA, 2010). Pengujian daya berkecambah diukur
dengan menggunakan Uji Kertas Digulung didirikan dalam Plastik (UKDdP).
Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (germinator) tipe IPB
73-2A/B. Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan atas dan
2 lembar untuk lapisan bawah. Dua lembar kertas merang yang sudah lembab
lapisan bawah ditanami benih sebanyak 50 butir, lalu ditutup dua lembar kertas
merang yang dilembabkan. Gulung kertas merang menggunakan selembar
plastik, lalu diberi label sesuai dengan perlakuannya dan diletakkan dalam
keadaan berdiri di dalam alat pengecambah benih.
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus :

2. Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)
Kecepatan tumbuh harian adalah persentase kecambah yang tumbuh normal setiap
hari (%/hari). Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus berikut :

3. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
BKKN = Σ kecambah normal pada hari ke- 10 dihitung dengan cara menimbang
kecambah normal yang telah dibuang endosperma-nya dan telah dikeringkan
dalam oven suhu 70°C selama 3×24 jam.

21
4. Daya Hantar Listrik (DHL)
Uji DHL dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari jaringan pada
benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih sebanyak 15 ml air aquadest
selama 24 jam dengan menggunakan alat conductivity meter dengan benih
sebanyak 5 g dan setiap perlakuan diuji dengan 3 ulangan. Perbedaan nilai daya
hantar listrik antar ulangan memiliki 5 µS.cm-1 g-1 lebih tinggi atau rendah, maka
pengukuran harus diulangi (Widajati et.a.l, 2013). Perhitungan daya hantar listrik
per gram benih menggunakan rumus sebagai berikut :
Daya Hantar Listrik (µS.cm-1 g-1)

5. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum adalah persentase semua benih yang hidup atau
menunjukkan gejala hidup, baik menghasilkan kecambah normal maupun
abnormal.

6. Kadar Air
Kadar air benih diukur secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan moisture
meter. Pengukuran menggunakan benih sebanyak 20 butir benih sorgum. Pada
moisture meter akan langsung menunjukkan persen kadar air pada benih tersebut.

7. Indeks Vigor
Indeks vigor atau first count merupakan salah satu tolok ukur viabilitas benih
yang berdasarkan pada ISTA.
× 100%

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perbedaan jenis kemasan mengakibatkan perbedaan viabilitas benih sorgum.
Jenis kemasan kaleng menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kemasan kain terigu, plastik, dan toples plastik. Hal ini ditunjukkan
pada variabel pengamatan DB, BKKN, KCT, DHL, KA, PTM, dan IV.
2. Perbedaan suhu ruang penyimpanan mengakibatkan perbedaan viabilitas
benih sorgum. Suhu ruang simpan kulkas menghasilkan viabilitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu kamar dan AC. Hal ini ditunjukkan pada
variabel pengamatan DB, BKKN, KCT, DHL, KA, PTM, dan IV.
3. Kemasan kaleng yang disimpan pada suhu kulkas (4°C) memiliki
kemampuan lebih baik dibanding kemasan toples plastik, kain terigu, dan
plastik pada suhu kamar (32°C) maupun AC (22°C), dalam mempertahankan
viabilitas benih sorgum setelah disimpan selama 4 bulan.

39
5.2 Saran

Penulis menyarankan agar perlu dilakukan penelitian yang serupa mengenai
penyimpanan benih tetapi dengan periode simpan benih yang lebih lama dan
menggunakan benih yang sangat peka terhadap fase penyimpanan.

PUSTAKA ACUAN

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2013. Pengembangan Sentra Produksi
Sorgum. Direktorat Jendral Produksi Tanaman Pangan.
Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and
Technology Fourth Edition. Kluwer Academic Publishers
Hermawan, R. 2013. Usaha Budidaya Sorgum Si Jago Lahan Kekeringan.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Idaryani, Suriany, dan A. Wahab. 2012. Pengaruh jenis kemasan dan periode
simpan terhadap viabilitas benih beberapa varietas padi. Jurnal
Agrisistem 8 (2): 87-97.
Indartono. 2011. Pengkajian suhu ruang penyimpanan dan teknik pengemasan
terhadap kualitas benih kedelai. Jurnal Gema Teknologi 16 (3): 158163.
ISTA, 2010. International Rules for Seed Testing. ISTA. Switzerland.
Justice and Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (Terjemahan R.
Roesli). Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hlm.
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan
Benih. Kanisius. Yogyakarta.
Mudjisihono,R. dan H.S. Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum.
Penebar Swadaya. Jakarta
Purwanti, S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai
hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1): 22-31.
Rahayu, E. dan E. Widajati. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan
periode simpan terhadap viabilitas benih caisim (Brassica chinensis L.).
Buletin Agronomi 35 (3): 191 – 196.

41
Risasmoko, A. 2006. Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah, dan Periode Simpan
terhadap Viabilitas Benih Suren. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Robi’in. 2007. Perbedaan bahan kemasan dan periode simpan dan pengaruhnya
terhadap kadar air benih jagung dalam ruang simpan terbuka. Buletin
Teknik Pertanian 12 (1): 7-9
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Sennang, N. R. dan Nurfaida. 2012. Budidaya Sorghum. Masagena Press.
Makassar.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tatipata, A. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan, dan lama simpan terhadap
protein membran dalam mitokondria benih kedelai. Buletin Agronomi 36
(1): 8-16.
Widajati, E., E.R. Palupi, E. Murniati, T.K. Suharsi, A. Qadir, dan M.R.
Suhartanto. 2008. Diktat Kuliah dan Penuntun Praktikum Dasar Ilmu
dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. 131
hlm.
Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qadir.
2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. PT Penerbit IPB Press. Bogor.
169 hlm.