KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA
DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2012
Oleh
ZAKARIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Latar Belakang Masalah ..............................................................
Identifikasi Masalah ....................................................................
Rumusan Masalah .......................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
1
12
13
14
15
15
II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
1. Pengertian Geografi .............................................................
2. Pengertian Petani Lada ..........................................................
3. Pengertian Tanaman Lada .....................................................
4. Karakteristik Sosial ekonomi ................................................
a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada ...............................
b. Pendidikan Formal Keluarga Petani Lada ......................
c. Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga
Petani Lada ......................................................................
d. Modal Usaha Tani ...........................................................
e. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada ........
f. Jumlah Tangguangn Keluarga .........................................
g. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga ........
B. Hasil Penelitian Yang Relevan....................................................
C. Kerangka Pikir ............................................................................
16
16
17
17
19
20
21
22
23
27
29
30
32
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian........................................................................
B. Populasi Dan Sampel ..................................................................
1. Populasi ...........................................................................
2. Sampel .............................................................................
36
37
37
37
C. Variabel Penelitian Dan Definisi Opersional Variabel ...............
1. Variabel Penelitian ..........................................................
2. Definisi Operasional Variabel .........................................
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
E. Teknik Analisa Data ....................................................................
40
40
41
43
45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis Desa Ogan Lima ..........................................
1.
Keadaan fisik Desa ogan Lima .....................................
a. Letak Astronomis ...................................................
b. Letak Administratif ................................................
c. Keadaan Topografi .................................................
d. Keaddaan Iklim ......................................................
2.
Keadaan Sosial Ekonomi ..............................................
3.
Keadaan penduduk Desa ogan Lima .............................
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ..........................
b. Komposisi penduduk..............................................
1) Menurut Umur dan Jenis Kelamin .....................
2) Menurut Mata pencarian ....................................
3) Tingakat Pendidikan ..........................................
B. Penyajian Data Penelitian dan Pembahasan ................................
1.
Identitas Petani Lada...................................................
a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada ......................
b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada .
2.
Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ......
a. Luas Lahan Kebun Lada ........................................
b. Modal usaha Tani ...................................................
c. Tingakat Pendapatan Keluarga Petani Lada ..........
d. Jumlah Tanggungan yang dimiliki .........................
e. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok ..................
46
46
46
47
50
52
55
56
56
58
58
62
63
64
64
64
68
72
72
76
82
87
93
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 100
B. Saran........................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian
besar penduduk hidup dan bekerja dalam sektor pertanian dan pekebunan.
Pertanian merupakan aktivitas utama bagi kehidupan ekonomi penduduk dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Aktivitas penduduk di bidang pertanian dilakukan oleh sebagian besar penduduk
karena sebagian besar penduduk mengusahakan ketersediaan bahan pangan yang
menjadi sumber kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Berbagai cara
pemanfaatan lahan yang dilakukan diantaranya untuk perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Tujuan utama dari usaha-usaha tersebut ialah
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sektor perkebunan yang meliputi kopi, kakao, karet, sawit, dan lada mempunyai
prospek yang cukup baik bagi kehidupan petani. Salah satu komoditas perkebunan
yang memiliki produksi cukup tinggi dan mampu mendukung perekonomian
Indonesia yaitu komoditas lada.
2
Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang
diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang ataupun jasa.
Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil
(jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,
modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil
tersebut. Produktivitas diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara
keluaran dan masukan. Produktivitas bertambah bila ada penambahan secara
profesional dari nilai keluaran per masukan. Bila input dalam keadaan konstan,
sedang keluaran yang dihasilkan terus bertambah, maka hal ini akan menunjukkan
bahwa sumber-sumber efektif dan efisien. (http://danilsetiawan.com/materi-apkproses-produksi-dan produktivitas). Berikut adalah data luas area, produksi dan
produktivitas lada di Indonesia Tahun 2011-2012.
Tabel 1. Data Luas Area, Produksi dan Produktivitas Lada di Indonesia Tahun
2011-2012.
No
Tahun
Luas
Produksi
Produksi
Areal
(Ton)
(Kg/Ha)
(Ha)
1
2011
177.490
87.089
490
2
2012
178.622
88.160
494
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Produktivitas
(Kg/Ha)
784
785
Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011
produksi lada mencapai 87.089 Ton atau 490 kg/Ha dengan produktivitas 784
kg/ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 88.160 Ton atau 494 kg/ha dengan
produktivitas 785 kg/Ha. Lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual
tersendiri karena cita rasanya yang khas. Devisa negara dari ekspor lada sekitar
US$ 49,566 juta. Selain sebagai sumber devisa, usaha tani lada juga merupakan
3
penyedia lapangan kerja dan sumber bahan baku industri dalam negeri dengan
melibatkan sekitar 312.619 kepala keluarga petani (Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan 2012).
Lada Tumbuh dan dibudidayakan hampir diseluruh propinsi di Indonesia, Daerah
sentra produksi lada nasional meliputi Propinsi Lampung, Propinsi Bangka
Belitung, Propinsi Kalimantan Barat, dan Propinsi Kalimantan Timur dimana
masing-masing memberikan kontribusi produksi sebanyak 29,8%, 44,2%, 3,4%,
dan 8,3% terhadap produksi nasional pada tahun 2008.
Pengembangan komoditas perkebunan lada diharapkan dapat menjadi penggerak
perekonomian masyarakat, dan sebagai salah satu penghasilan pokok warga serta
menjadi devisa melalui kegiatan ekspor komoditas perkebunan. Lada merupakan
salah satu komoditas perkebunan unggulan yang tersebar hampir di seluruh
kabupaten di Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung merupakan salah satu
provinsi di
Indonesia yang
mengusahakan pertanian dan perkebunan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu 62,19% atau sebesar
1.679.602 jiwa (Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2012:61).
Komoditas unggulan perkebunan di setiap Kabupaten di Provinsi Lampung
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi alam yang mendukung
perkembangan dari setiap tanaman perkebunan. Sesuai dengan salah satu konsep
geografi yaitu diferensiasi areal, di mana setiap daerah memiliki perbedaan
dengan wilayah lainnya baik kehidupan penduduknya maupun kondisi alamnya.
4
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari keadaan iklim, tanah, perairan, tumbuhtumbuhan dan alam lingkungan secara keseluruhan.
Kondisi alam di setiap wilayah tidak sama sehingga akan menyebabkan perbedaan
terhadap tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah tersebut.
Pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah jenis tanaman yang dibudidayakan
akan berbeda. Ada tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah
dataran rendah dan ada juga tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan maksimal
pada daerah dataran tinggi.
Ketinggian tempat secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan hasilnya. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan kondisi
lingkungan. Perbedaan kondisi yanga mencolok adalah faktor iklim (curah hujan,
suhu, dan kelembapan udara).
Lada dapat berkembang dengan baik apabila hidup pada dataran rendah yaitu pada
ketinggian kurang dari 200 mdpl. Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah
berpasir serta lempung yang kaya humus (bahan organik), dengan pH netral.
Lada kurang cocok dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam.
Dengan demikian, produksi lada di dataran rendah berbeda nyata dengan produksi
lada di dataran tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan produksi lada di
setiap kabupaten yang mengusahakan pertanian lada dapat dilihat pada Tabel 2
berikut:
5
Tabel 2. Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Provinsi Lampung Tahun 2012
No
Luas
Produksi Produksi
Area (Ha)
(Ton)
(Kg/Ha)
1 Lampung Utara
24.288
10.792
444
2 Way Kanan
12.083
3.210
265
3 Lampung Timur
8.865
2.976
335
4 Lampung Barat
9.083
2.995
329
5 Tanggamus
5.698
1.207
211
Rata-rata
12.003
4236
317
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Kabupaten
Produktivitas
(Kg/Ha)
543
450
418
430
322
433
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dijelas bahwa terdapat perbedaan produksi di
setiap kabupaten. Dari 5 kabupetan yang menjadi sentra lada di Propinsi Lampung
memiliki produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan produktivitasnya. Hal
ini menunjukkan bahwa tanaman lada sudah tidak dapat menghasilkan atau
berproduksi sesuai dengan yang seharusnya (produktivitas). Keadaan seperti ini
secara umum disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dipengaruhi oleh kondisi
alam, keadaan iklim, pengolahan lahan, perawatan, usia tanaman lada serta lain
sebagainya. Kabupaten Lampung Utara menghasilkan produksi lada paling
banyak dibandingkan dengan Kabupaten Way Kanan, Lampung Timur, Lampung
Barat, dan Tanggamus.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Utara bekerja pada sektor
pertanian. Jenis pertanian yang diusahakan penduduk mencakup subsektor
tanaman perkebunan adapun jenis perkebunan yang diusahakan adalah lada, kopi,
cengkeh, kelapa dalam dan kelapa hibrida.
6
Luas area dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Lampung Utara pada
tahun 2012 sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lada memiliki luas area 24.288 /Ha dengan jumlah produksi 10.792
Kopi memiliki luas area 21.412 /Ha dengan jumlah produksi 12.298.
Karet memiliki luas area 25.957 /Hadengan jumlah produksi 9.2773.
Cengkeh memiliki luas area 296 /Ha dengan jumlah produksi 278.
Kelapa dalam memiliki luas area 3.306 /Ha dengan jumlah produksi 2.286.
Kelapa hibrida memiliki luas area 44 /Ha dengan jumlah produksi 2.
(BPS Kabupaten Lampung Utara, 2012:143-144)
Berikut adalah beberapa kecamatan di kabupaten Lampung Utara yang menjadi
sentra lada:
Tabel 3.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012
No
Luas Area
Produksi
(Ha)
(kg/ha)
1
Abung Kunang
2530
450
2
Bukit Kemuning
2655
445
3
Sungkai Barat
2873
487
4
Abung Tinggi
2755
438
5
Abung Barat
3368
444
6
Sungkai Selatan
2631
446
7
Pekurun
2587
381
8
Abung Selatan
2761
490
9
Propau
2128
407
Total
24288
3988
Rata-rata
2698,67
443,1
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Kecamatan
Produktivitas
(kg/ha)
462
486
532
464
540
475
469
515
446
4389
487,67
Salah satu kecamatan sentra lada di Kabupaten Lampung Utara yang memiki area
tanam lada paling luas sekaligus memiliki produktivitas paling tinggi (540kg/Ha)
tetapi produksinya kurang tinggi (444kg/Ha) adalah Kecamatan Abung Barat.
Berikut adalah beberapa desa di Kecamatan Abung Barat yang menjadi sentra
lada:
7
Tabel 4.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Kecamatan Abung Barat Tahun 2012.
No
Luas Area
Produksi Produktivitas
(Ha)
(kg/Ha)
(kg/Ha)
1
Ogan Lima
365
444
537
2
Kistang
346
470
520
3
Kamplas
358
445
514
4
Cahya Negri
357
485
512
5
Way Kakak
321
480
509
6
Simpang Abung
350
417
481
7
Talang Baru
358
421
473
8
Talang Palembangan
257
414
496
9
Sabok
311
400
485
10
Sindang Marga
345
453
480
Total
3368
3368
4429
Rat-rata
336,8
336,8
442,9
Sumber: BPS Kabupaten lampung Utara Tahun 2012.
Desa
Kecamatan Abung Barat sendiri terdiri dari beberapa desa dan salah satunya
adalah Desa Ogan Lima. Tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan di
Desa Ogan Lima adalah perkebunan lada. Desa Ogan Lima merupakan daerah
yang memiliki topografi datar yaitu berada pada 180 mdpl (Monografi Desa Ogan
Lima, 2012). Secara umum lada dapat kembang dengan baik apabila hidup pada
dataran rendah yaitu pada ketinggian kurang dari 200 m dpl. Pada ketinggian ini
lada dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik, dapat menghasilkan
buah yang sangat lebat, pertumbuhan tunas juga relatif lebih cepat 1-1,5 bulan
dibanding daerah pengunungan dan dataran tinggi dan kematangan buah pun lebih
cepat serta serentak (T. Saripan, 2012:11). Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa Desa Ogan Lima dan sekitarnya merupakan daerah yang
sangat cocok untuk perkebunan lada.
Desa Ogan Lima merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Abung Barat
yang memiliki luas wilayah 1361 Ha. Desa Ogan Lima memiliki luas perkebunan
8
676 Ha. Di Desa Ogan Lima didominasi oleh perkebunan lada. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut:
Tabel 5. Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Perkebunan yang Diusahakan di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012
No
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Presentase (%)
1.
Kelapa sawit
8
1,2
2.
Kopi
303
44,8
3.
Lada
365
54
Total
676
100
Sumber: Profil Desa Ogan Lima Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 5, maka Desa Ogan Lima merupakan daerah yang potensial
untuk dijadikan perkebunan lada hal ini dikarenakan dari sebagian besar luas arel
di Desa Ogan Lima adalah area perkebunan lada yang mencapai 365 ha (54%)
dari seluruh total luas perkebunan di Desa Ogan Lima. Dengan jumlah keluarga
yag memiliki tanah perkebunan 907 jiwa. Masyarakat Desa Ogan Lima yang
berprofesi sebagai petani lebih banyak dibandingkan dengan profesi yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian Pokok di Desa Ogan
Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
No
Mata Pencarian
Jumlah penduduk (jiwa) Persentase(%)
1
Petani campuran
664
62
2
Petani yang menanam lada
243
23
3
Buruh tani
86
8,04
4
Pegawai negeri sipil
15
1,4
5
Montir
15
1,4
6
POLRI
5
0,5
7
PensiunanPNS/TNI/POLRI
8
0,74
8
Pengusaha kecil dan
20
1,9
menengah
9
Jasa pengobatan alternatif
1
0,1
10 Pengusaha besar
13
1,2
Total jumlah penduduk
1070
100
Sumber: Profil Desa Ogan Lima tahu 2012
9
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang mendominasi mata
pencarian penduduk di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat adalah
pertanian lada dengan luas lahan garapan yang diusahakan mencapai 365 Ha
sehingga menjadi mata pencarian penduduk yang paling dominan.
Pekerjaan sebagai petani lada merupakan mata pencaharian pokok di Desa Ogan
Lima. Lada merupakan tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan
terhadap pendapatan dari hasil penjualan produksi lada ini sangat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan mereka. Dari hasil bertani lada inilah petani dapat
memperoleh pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk keperluan seharihari dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarganya. Kebutuhan pokok yang
dimaksud dalam hal ini yaitu kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan yang
sangat penting guna kelangsungan hidup, yang terdiri dari sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara pra survey
terhadap beberapa petani kebun lada, peneliti mendapatkan gambaran tentang
kondisi kebun lada di Desa Ogan Lima. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
Tabel 7. Petani Lada Berdasarkan Luas Lahan, Hasil Panen, Pendapatan Kotor Per
Panen Lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten
Lampung Utara tahun 2012.
No
Nama Petani
Luas Lahan Hasil Panen
Pendapatn Kotor Per
(Hektar)
(Ton)
Panen
(Harga Rp. 45.000/ kg)
1
Kabarudin
3
10 Rp. 450.000.000
2
Saproni
2
2 Rp. 90.000.000
3
Zulkifli
5
10 Rp. 450.000.000
4
Hayat
2
4 Rp. 180.000.000
5
Bukroni
3
4 Rp. 180.000.000
6
Bakri
1
2,3 Rp. 103.500.000
Jumlah
16
21,3 Rp. 1.453.500.000
Rata-rata
2,67
1,33 Rp. 242.250.000
Sumber: Data Primer 2012
10
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa luas lahan garapan yang
dimiliki oleh petani lada berbeda-beda dari lahan yang sempit 1 Ha sampai
dengan yang luas 5 Ha dan rata-rata lahan yang dimiliki 2,67 Ha. Hasil pra survey
juga menunjukkan bahwa petani lada di Desa Ogan Lima memiliki penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat terlihat
dari penghasilan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 242.250.000 dalam
waktu 1 tahun. Penghasilan tersebut adalah penghasilan kotor petani lada. Dari
data di atas juga dapat diketahui bahwa setiap kepala keluarga memiliki
penghasilan yang berbeda. Selain itu, petani yang memiliki lahan garapan lebih
luas belum tentu akan mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan
petani yang memiliki lahan garapan yang tidak begitu luas.
Besarnya modal usaha yang dikeluarkan petani lada di Desa Ogan Lima
dipengaruhi oleh luasnya lahan garapan yang dimiliki oleh petani, semakin luas
lahan garapan maka biaya pemeliharaan semakin tinggi.
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keadaan usaha tani
petani lada, karena berhubungan langsung dengan aktivitas usaha tani yang
dikelolanya. Pada umur yang relatif muda petani mempunyai kemampuan fisik
yang lebih besar dalam melakukan kegiatan usaha taninya sehingga akan
berpengaruh pula terhadap pendapatan. Sebaliknya, petani yang lanjut usia
kemampuan fisiknya semakin berkurang dalam melakukan kegiatan usaha
taninya.
Pendidikan merupakan salah satu sarana penunjang dalam usaha meningkatkan
hasil produksi, pendidikan yang dimiliki petani lada akan mempermudah dalam
11
hal mengetahui teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usaha
perkebunannya. Selain pendidikan formal, pengetahuan mengenai pertanian juga
dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan baik melalui
petugas penyuluh lapangan, media elektronik, dan sumber bacaan lain.
Pendapatan kepala keluarga juga akan berpengaruh terhadap pendidikan formal
yang ditempuh anggota keluarganya. Semakin tinggi pendapatan petani maka
kemungkinan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi
akan lebih besar, walaupun belum tentu kepala keluarga yang berpendapatan
tinggi anaknya disekolahkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, hal itu
disebabkan budaya warisan yang masih melekat pada keluarga petani yang
beranggapan sekolah itu kurang penting selagi memiliki lahan pertanian yang
cukup luas. Sebaliknya ada beberapa keluarga petani lada yang berpenghasilan
sedang tetapi mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan
tinggi karena petani tersebut beranggapan dengan bersekolah dapat memperbaiki
taraf hidup keluarganya.
Besar kecilnya pendapatan petani dapat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok
rumah tangganya. Semakin rendah tingkat pendapatan menyebabkan petani akan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,
kesehatan dan pendidikan.
Jumlah tanggungan keluarga juga mempengaruhi kesempurnaan dan kebahagiaan
hidup dalam suatu rumah tangga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga
maka akan menyebabkan makin besar pula jumlah pengeluaran untuk pemenuhan
kebutuhan pokok. Dengan keadaan demikian petani yang berpenghasilan rendah
12
akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena
kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah yang kemungkinan berkaitan dengan karakteristik sosial
ekonomi petani lada di Desa Ogan Lima adalah sebagai berikut:
1.
Umur kepala keluarga petani lada,
2.
Tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada,
3.
Luas kepemilikan lahan,
4.
Modal usaha tani,
5.
Tingkat pendapatan,
6.
Jumlah tanggungan kepala keluarga,
7.
Pemenuhan kebutuhan pokok.
13
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Berapakah umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima Kecamatan
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
2.
Bagaimanakah tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?
3.
Berapakah rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012 ?
4.
Berapakah jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada untuk
melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
5.
Berapakah rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa Ogan
Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
6.
Berapakah rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?
7.
Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012 ?
14
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1.
Untuk mengetahui umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
2.
Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012.
3.
Untuk mengetahui rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012.
4.
Untuk mengetahui jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada
untuk melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
5.
Untuk mengetahui rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
6.
Untuk mengetahui rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012.
7.
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada
di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012.
15
E. Kegunaan Penelitian
1.
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Universitas Lampung tahun 2013.
2.
Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Perguruan
Tinggi.
3.
Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA kelas X semester II pokok
bahasan sumber daya manusia.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang lingkup subjek penelitian adalah kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
2.
Ruang lingkup objek penelitian adalah karakteristik sosial ekonomi petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
3.
Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
4.
Ruang lingkup ilmu adalah geografi sosial.
Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya
aspek keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur
kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).
Digunakan geografi sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena
penelitian ini berkaitan dengan karakteristik penduduk dalam hal ini adalah petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
16
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan, (Ikatan Geografi Indonesia). Fenomena geosfer yang dimaksud adalah
gejala-gejala yang ada di permukaan bumi, baik lingkungan alamnya ataupun
mengenai makhluk hidupnya termasuk manusia dengan segala aktivitasnya guna
memenuhi kebutuhan hidup, sebagai contoh kegiatan pertanian.
Menurut N. Daljoeni (1996:306), Geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik
dan manusia. Geografi fisik adalah cabang geografi yang mempelajari tentang
gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, udara dan segala prosesnya.
Geografi manusia adalah cabang geografi yang mempelajari tentang aspek-aspek
keruangan gejala di permukaan bumi, meliputi geografi ekonomi, politik,
pemukiman, kependudukan, dan geografi sosial.
Sehubungan dengan penelitian tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada
di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara ilmu
geografi sangat berperan penting dalam mendeskripsikan fenomena-fenomena
fisik maupun sosial di permukaan bumi secara teliti, terarah dan harus rasional
khususnya mengenai keberadaan lokasi yang berbeda-beda di permukaan bumi
sebagai tempat beraktivitas dan tempat hidup manusia.
17
Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya aspek
keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan
dan kemasayarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).
2.
Pengertian Petani Lada
Petani adalah orang yang melakukan usaha di bidang pertanian yaitu dengan
mengusahakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997:1008) yang dimaksud petani adalah orang yang
pekerjaannya bercocok tanam. Arti kata tani yaitu mata pencarian dalam hal
bercocok tanam (mengusahakan tanah dengan tanam menanam).
Petani lada adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman lada, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti merica.
3.
Pengertian Tanaman Lada
Lada termasuk dalam family Piperaceae yang terdiri dari 10-12 genera atau marga
dan 1.400 spesies yang bentuknya beraneka ragam, seperti semak-semak, tanaman
menjalar, hingga pohon-pohonan. Tanaman lada yang terdapat di Indonesia terdiri
dari tiga jenis yaitu, jenis lada lampung, jenis lada bulok belitung, jenis lada
muntok (Rismunandar, 2000:6).
18
Lada merupakan tanaman dataran rendah sampai menengah (0 sampai dengan 600
mdpl). Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah berpasir serta lempung yang
kaya humus (bahan organik), dengan pH netral. Lada kurang cocok
dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam. Lahan-lahan bekas
tebangan hutan atau ladang sangat cocok untuk kebun lada. Sebagai tanaman
tropis, lada menghendaki air banyak, namun akarnya tidak tahan genangan.
Penanaman lada pada lahan bertanah lempung, sebaiknya disertai dengan sarana
drainase (pembuangan air) yang baik. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, lada
memerlukan sinar matahari penuh selama 12 jam per hari. Karenanya, penanaman
lada dengan tiang panjatan berupa pohon hidup akan sangat berpengaruh terhadap
hasil panen.
Menurut Rutgers dalam (Rismunandar, 2000:28) menyatakan bahwa lada dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia Bagian Barat, yaitu di
Sumatera, Sumatera merupakan daerah basah. Sebagian besar iklimnya bertipe A
dan B, hanya daerah pantai utara
Aceh beriklim tipe C. Curah hujan yang
diharapkannya tidak terlalu tinggi, cukup sekitar 3.000 mm per tahun.
Pada umumnya daerah lada di Lampung letaknya di dataran rendah misalnya:
Daerah Muntok dekat pantai. Daerah Kotabumi kurang lebih 32 mdpl. Daerah
Sukadana kurang lebih 28 mdpl. Daerah Teluk Betung kurang lebih 10 mdpl.
Dalam hakekatnya, tanaman lada bukan merupakan monopoli dari daerah
Lampung dan Bangka semata-mata, namun daerah lain juga merupakan daerah
yang potensial (Rismunandar, 2000:28).
19
Berdasarkan kondisi ekologi tanaman lada tersebut daerah Lampung mempunyai
lahan yang cocok, salah satu daerah penghasil lada di Lampung adalah Kabupaten
Lampung Utara yang mempunyai ketingian tempat 20–270 mdpl, oleh karena itu
tanaman lada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan dapat menjadi
sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar Propinsi Lampung.
Ciri-ciri lada Lampung adalah pertumbuhan seluruh tanaman kuat, dengan
cabang-cabang yang mendatar. Batang/cabang dan rantingnya kasar namun rapuh.
Daunnya besar-besar dan tipis. Mulai berbunga umur dua tahun. Saat berbunga
mengikuti gejolak musim dan tidak ada musim bunga tambahan. Mulai buah
besar, buah cukup padat sedangkan bijinya kecil-kecil dengan warna pias, dan
bentuknya merata. Mulai menghasilkan pada umur lima tahun, dan tahun-tahun
pertama produksinya tinggi, untuk kemudian menurun hinga batas waktu umur
optimum 20 tahun. Buah mulai masak/matang sembilan bulan setelah persarian.
Priode pemetikan buah 5-6 kali sekali panen. Untuk bibit dimanfaatkan cabang
orthorop yang relatif masih muda. Bibit muda ini mudah tumbuh dan cukup
toleran terhadap tanah yang kurang subur. Sangat peka terhadap penyakit kuning
dan busuk akar (Rismunandar, 2000:14).
4.
Karakteristik Sosial Ekonomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), karakteristik berasal dari
kata “karakter” yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat diartikan
sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Sedangkan menurut I Gusti
Ngurah Agung dan Akhir Matua Harahap dalam Aris Ananta (1993:21),
20
karakteristik
sosial
adalah
pencirian
atau
penggambaran
jenis-jenis
pengelompokan berdasarkan aspek sosial mencakup: modal usaha tani, umur,
pendidikan, jumlah anak, jumlah tanggungan, sedangkan karakteristik ekonomi
meliputi, pekerjaan tambahan, pendapatan rumah tangga, dan pemenuhan
kebutuhan pokok minimum.
Sehubungan dengan karakteristik sosial ekonomi yang akan diteliti maka berikut
ini disajikan kajian teori yang berhubungan dengan:
a.
Umur Kepala Keluarga Petani Lada
Umur kepala keluarga berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut
tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok
rumah tangga. Apabila usia kepala keluarga sudah tidak produktif lagi
kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya tenaga atau
kemampuan seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan. Sebaliknya jika kepala
keluarga usianya masih produktif memungkinkan untuk seseorang bekerja lebih,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Menurut Lukman Ali (1997:480) kepala keluarga adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap satu keluarga (biasanya bapak). Sedangkan umur adalah seseorang
pada saat ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu identitas dari
seseorang (Kartono Wirosuharjo dkk 1985:56).
Ruslan H. Prawiro (1983:48) membagi menjadi 3 golongan utama untuk
menunjukan struktur penduduk, antara lain yaitu golongan muda dengan umur 14
tahun ke bawah, golongan penduduk produktif dengan umur 15-64 tahun, dan
golongan umur tua berumur 65 tahun ke atas. Umur kepala keluarga pada saat
21
penelitian ini dilaksanakan dikelompokan dalam usia produktif dan tidak
produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai berikut:
Golongan produktif
: yaitu berumur 15-64 tahun
Golongan tidak produktif
: yaitu berumur 65 tahun ke atas.
b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada
Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, yang dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun
informal.
Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata
pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan
pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga
rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya
skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan
diperoleh.
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal
yang ditempuh oleh kepala keluarga petani lada, dalam hal ini adalah kepala
keluarga petani lada. Masalah pemerataan pendidikan untuk keluarga petani
menjadi salah satu permasalahan penting yang dihadapi pemerintah. Dalam UU
RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang sistem pendidikan bahwa
pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang pendidikan yaitu:
1.
2.
3.
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah atas
Pendidikan tinggi
= Tamat SD, MI, SMP dan MTs
= Tamat SMA, MA, dan SMK
= Tamat Perguruan Tinggi/PT
22
Tinggi rendahnya pendidikan formal yang ditempuh petani sedikit berpengaruh
terhadap pola pertanian yang diterapkan petani tersebut. Petani yang
berpendidikan tinggi akan cenderung menerapkan inovasi atau penemuan baru
guna lebih meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Petani yang berpendidikan
rendah biasanya sulit menerapkan pola pertanian moderen yang berbasis teknologi
dan hanya memilih menerapkan pola pertanian lama sesuai dengan pengetahuan
turun temurun yang dimilikinya. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat
pendapatan petani yang berdampak juga terhadap pemenuhan kebutuhan
pokoknya.
c.
Luas Kepemilikan Lahan Keluarga Petani Lada
Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan kebun lada yang diusahakan
petani lada. Pada umumnya luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh
terhadap pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan
semakin besar. Luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan
petani. Semakin luas lahan tingkat pendapatan mungkin akan
semakin besar. (Sayogyo, 1987:102), mengemukakan bahwa makin luas usaha
tani makin besar persentase penghasilan rumah tangga, maka jelaslah bahwa luas
lahan memegang peranan penting terhadap besarnya pendapatan petani dan bila
sebaliknya petani mempunyai tanah yang sempit atau tidak bertanah merupakan
beban usaha pada sektor pertanian.
Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan
yaitu perkebunan lada yang digarap oleh kepala keluarga petani lada. mengingat
23
pentingnya lahan pertanian bagi petani, kepemilikan luas lahan merupakan salah
satu permasalahan yang dapat menekan tingkat perekonomian para petani. Luas
lahan garapan dapat digolongkan menjadi 3 golongan menurut Fadholi Hernanto
(1989:46), yaitu:
1) Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar.
2) Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar.
3) Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 hektar.
Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa sempitnya luas lahan pertanian
akan menyebabkan hasil usaha tani dan pendapatan dari usaha tersebut menjadi
kecil atau dengan kata lain, apabila lahan yang digarap luas maka pendapatan pun
akan cenderung lebih meningkat.
d. Modal Usaha Tani Lada
Kepemilikan modal yang cukup merupakan salah satu syarat yang penting dalam
keberhasilan kegiatan pertanian. Menurut pengertian ekonomi, modal adalah
barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja
menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian.
Menurut Hadi Prayotno dan Lincolin Arsyad (1987:106) modal usaha tani terdiri
dari modal tetap (tanah, bangunan, mesin-mesin dan inventaris lainnya), dan
modal kerja untuk pembelian input variabel yang digunakan dalam proses
produksi. Penciptaan modal oleh petani melalui dua cara, pertama dengan
menyisihkan kekayaan atau sebagian hasil produksi untuk disimpan dan
24
diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua,
melalui pinjaman kredit dari bank atau sumber lain.
Penggunaan modal akan diukur berdasarkan banyaknya uang yang dipakai dalam
pembelian pupuk, bibit, obat-obatan upah tenaga kerja serta ongkos lainnya yang
ada kaitannya dengan usaha tani yang dinyatakan dengan uang. Untuk lebih
jelasnya tentang rincian biaya dari mulai awal tanam perkebuanan lada dapat
dilihat penjelasan sebagai berikut:
Tabel 8. Biaya Operasional Tanam Lada Per Ha Per Tahun
No
1
Uraian Biaya
Biaya Operasional Tahun Pertama
a. Persiapan lahan
1. Pengukuran luas Areal 3 Pekerja
2. Pembukaan dan pembersihan Lahan 24
Pekerja
3. Penentuan Jarak Tanam Ideal 8 Pekerja
4. Pembuatan Lubang tanam 20 Pekerja
b. Peralatan
1. Parang (Golok 2 buah) @ Rp. 15.000,00
2. Cangkul 2 Buah @ Rp. 25.000,00
3. Benag Diameter 2 mm, 1 rol
4. Tali rapia gulungan besar, 1 gulungan
5. Sprayer gendong 1 buah
c. Pupuk Dasar dan Kapur Dolomit
1. Kotoran kyam Kering steril 900 kg @
Rp.300.000,00
2. NPK mutiara 20 Kg @Rp.4000,00
3. Kapur Dolomit 250kg @ Rp. 800,00
4. Pupuk Urea 300 kg @ Rp. 1.300,00
d. Obat-obatan
1. Insektisida 4 liter @Rp.50.000,00
2. Fungsida 3 liter @ Rp. 45.000,00
3. Bakterisida 2 liter @ Rp.50.000,00
4. Zat perekat dan perata 1 liter @
Rp.25.000,00
Jumlah Rp
Rp.45.000,00
Rp.360.000,00
Rp.120.000,00
Rp.300.000,00
Rp.30.000,00
Rp.50.000,00
Rp.5.000,00
Rp.6.000,00
Rp.250.000,00
Rp.270.000,00
Rp.80.000,00
Rp.200.000,00
Rp.390.000,00
Rp.200.000,00
Rp.135.000,00
Rp.100.000,00
Rp.25.000,00
25
e. Tajar Mati Sementara
1. Tajar mati sementara 1800 buah @
Rp.500,00
f. Tenaga Kerja
1. Penanaman 1.800 bibit @ Rp.200,00
2. Pemasangan peneduh Bibit 1.800 @ Rp.
150,00
3. Pengapuran dasar (dolomit) 2 Pekerja
4. Pemupukan dasar (pupuk kandang dan
NPK) 5 Pekerja
5. Pemasangan tajar mati sementara 1.800
buah @ Rp.50,00
6. Penggemburan tanah dipangkal tanaman
20 Pekerja
7. Pengikatan sulur pada tajar 15 Pekerja
8. Penyiangan mulsa hinga umur 1 tahun 50
Pekerja
9. Penyemprotan pestisida 7 Pekerja
10. Penyiraman 20 Pekerja
Rp.900.000,00
Rp.360.000,00
Rp.270.000,00
Rp.30.000,00
Rp.75.000,00
Rp.90.000,00
Rp.300.000,00
Rp.225.000,00
Rp.750.000,00
Rp.105.000,00
Rp.300.000,00
g. Pengadaan saung/gubuk penyimpanan
alat
Rp.1.000.000,00
2
Total Opeasional tahun Pertama
Biaya Operasioanl tahun ke 2
a. Tajar Hidup Permanen 1800 Batang @
Rp.750,00
b. Obat obatan (seperti tahun 1)
c. Pupuk dan kapur dolomit
1. Kotoran ayam 1500 kg @ Rp.300,00
2. Pupuk urea 300 kg @ Rp.1.300,00
3. KCL 200 kg @ Rp.1.500,00
4. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00
d. Tenaga Kerja
1. Pemotongan tanaman umur 11 bulan 8
Pekerja
2. Pencabutan tajar mati dan pemasangan
tajar hidup 10 Pekerja
3. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 50
Pekerja
4. Pengikatan sulur pada tajar hidup 25
HKP
5. Penyulaman tanaman lada mati 4
Pekerja
6. Pemupukan 10 Pekerja
7. Pemangkasan sulur tidak bercabang 5
Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 2
Rp.6.971.000,00/Ha
Rp.1.350.000,00
Rp.460.000,00
Rp.450.000,00
Rp.390.000,00
Rp.300.000,00
Rp.200.000,00
Rp.120.000,00
Rp.150.000,00
Rp.750.000,00
Rp.375.000,00
Rp.60.000,00
Rp.150.000,00
Rp.75.000,00
Rp.4.830.000,00/Ha
26
3
Biaya Operasioanl tahun ke 3
a. Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit
8. Kotoran ayam 100 kg @ Rp.300,00
9. Pupuk urea 400 kg @ Rp.1.300,00
10. TSP 500 kg @ Rp.2.200,00
11. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00
c. Tenaga Kerja
1. Pemeliharaan dan pemangkasan tajar
hidup 15 Pekerja
2. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 50
Pekerja
3. Pengikatan dan pemeliharaan sulur 27
Pekerja
4. Panen 50 Pekerja
5. Perendaman, pencucian, penjemuran
buah 60 Pekerja
6. Pemupukan 10 Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 3
4
Rp.300.000,00
Rp.520.000,00
Rp.1.100.000,00
Rp.200.000,00
Rp.2250.000,00
Rp.750.000,00
Rp.105.000,00
Rp.750.000,00
Rp.900.000,00
Rp.150.000,00
Rp.5.946.000,00/Ha
Biaya Operasioanl tahun ke 4
a. Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c. Tenaga Kerja
1. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 30
Pekerja
2. Pemupukan 10 Pekerja
3. Pemeliharaan dan pemagkasan tajar
hidup 15 Pekerja
4. Panen 60 Pekerja
5. Perendaman, pencucian, penjemuran
buah 40 Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 4
5
Rp.460.000,00
Rp.460.000,00
Rp.2.120.000,00
Rp.450.000,00
Rp.150.000,00
Rp.225.000,00
Rp.900.000,00
Rp.600.000,00
Rp.4.905.000,00/Ha
Biaya Operasioanl tahun ke 5
a.Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)
d. perbaikan gubuk penyimpanan alat
Total Operasional Tahun Ke 5
Rp.460.000,00
Rp.2.120.000,00
Rp.2.325.000,00
Rp.200.000,00
Rp.5.105.000,00/Ha
27
6
Biaya Operasioanl tahun ke 6
a.Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)
Total Operasional Tahun Ke 6
7
8
Rp.460.000,00
Rp.2.120.000,00
Rp.2.325.000,00
Rp.4.905.000,00/Ha
Biaya Operasioanl tahun ke 7 hingga ke 10 Rp.19.620.000,00/Ha
(seperti tahun ke 6) 4 tahun @
Rp.4.905.000,00
Total Biaya selama 10 Tahun
Rp.52.282.000,00/Ha
Sumber: T. Saripan (2004:123).
Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang
dikeluarkan dari tahun 1 sampai tahun ke 5. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat diklasifikasikan biaya produksi lada setelah tanaman menghasilkan adalah
sebagai berikut:
a.
Biaya produksi tinggi ≥ Rp.27.757.000,00/Ha
b.
Biaya produksi rendah < Rp.27.757.000,00/Ha
e.
Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada
Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga
dalam masyarakat yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan
keluarga. Pendapatan ini bisa berupa uang atau barang, baik dari pihak lain atau
hasil sendiri (Masri Singarimbun, 1987: 24). Besar kecilnya pendapatan itu sendiri
akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang
bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil Salim (1994:44), bahwa rendahnya
28
pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
Menurut (Mulyanto Sumardi dkk, 1982: 224) pendapatan dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu:
1. Pendapatan pokok merupakan pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil
yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga
2. Pendapatan tembahan merupakan hasil pendapatan yang tidak tetap namun
hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan tiap bulan.
3. Pendapatan keseluruhan merupakan pendapatan pokok ditambah pendapatan
tambahan yang diperoleh pada setiap bulan.
Sehubungan dengan pendapatan petani pada akhir panen petani akan menghitung
hasil kotor produksinya, tetapi tidak semua hasil diterima petani, hasil itu
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan petani untuk produksi taninya
seperti pembelian pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan, dan sebagainya. Setelah
dikurangi biaya-biaya tersebut maka petani memperoleh pendapatan bersih.
Jadi pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan
petani lada yang berupa pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah pendapatan
kotor yang diperoleh petani lada setelah dikurangi biaya-biaya produksi dinilai
dalam rupiah dan dihitung dalam waktu satu tahun.
Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokkan menjadi 2 kriteria,
berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu:
1.
Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata apabila
pendapatan rumah tangga kurang dari pendapatan tara-rata responden di
lokasi penelitian.
29
2.
Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata, apabila pendapatan rumah
tangga lebih dari atau sama dengan pendapatan rata-rata responden di lokasi
penelitian.
f.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan
keluarga atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun
ditangung (Ridwan Halim, 1990:12). Adapun yang dimaksud dengan jumlah
tanggungan keluarga adalah jumlah orang dalam keluarga yang hidupnya
ditanggung kepala keluarga.
Ada kecenderungan keluarga berpendapatan rendah memiliki jumlah anak lebih
banyak dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan tinggi. Hal ini tentu
saja akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan
rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga
harus menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat
menimbulkan beberapa permasalahan pada keluarga miskin. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang
disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya. Jumlah tanggungan menurut Abu Ahmadi (2007:231), dapat
digolongkan sebagai berikut:
a.
b.
Satu keluarga dinyatakan besar apabila dalam keluarga terdiri dari suami, istri
dan ≥3 orang anak.
Suatu keluarga dinyatakan kecil apabila dalam keluarga terdiri dari suami,
istri dan
DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2012
Oleh
ZAKARIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Latar Belakang Masalah ..............................................................
Identifikasi Masalah ....................................................................
Rumusan Masalah .......................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
1
12
13
14
15
15
II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
1. Pengertian Geografi .............................................................
2. Pengertian Petani Lada ..........................................................
3. Pengertian Tanaman Lada .....................................................
4. Karakteristik Sosial ekonomi ................................................
a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada ...............................
b. Pendidikan Formal Keluarga Petani Lada ......................
c. Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga
Petani Lada ......................................................................
d. Modal Usaha Tani ...........................................................
e. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada ........
f. Jumlah Tangguangn Keluarga .........................................
g. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga ........
B. Hasil Penelitian Yang Relevan....................................................
C. Kerangka Pikir ............................................................................
16
16
17
17
19
20
21
22
23
27
29
30
32
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian........................................................................
B. Populasi Dan Sampel ..................................................................
1. Populasi ...........................................................................
2. Sampel .............................................................................
36
37
37
37
C. Variabel Penelitian Dan Definisi Opersional Variabel ...............
1. Variabel Penelitian ..........................................................
2. Definisi Operasional Variabel .........................................
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
E. Teknik Analisa Data ....................................................................
40
40
41
43
45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis Desa Ogan Lima ..........................................
1.
Keadaan fisik Desa ogan Lima .....................................
a. Letak Astronomis ...................................................
b. Letak Administratif ................................................
c. Keadaan Topografi .................................................
d. Keaddaan Iklim ......................................................
2.
Keadaan Sosial Ekonomi ..............................................
3.
Keadaan penduduk Desa ogan Lima .............................
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ..........................
b. Komposisi penduduk..............................................
1) Menurut Umur dan Jenis Kelamin .....................
2) Menurut Mata pencarian ....................................
3) Tingakat Pendidikan ..........................................
B. Penyajian Data Penelitian dan Pembahasan ................................
1.
Identitas Petani Lada...................................................
a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada ......................
b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada .
2.
Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ......
a. Luas Lahan Kebun Lada ........................................
b. Modal usaha Tani ...................................................
c. Tingakat Pendapatan Keluarga Petani Lada ..........
d. Jumlah Tanggungan yang dimiliki .........................
e. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok ..................
46
46
46
47
50
52
55
56
56
58
58
62
63
64
64
64
68
72
72
76
82
87
93
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 100
B. Saran........................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian
besar penduduk hidup dan bekerja dalam sektor pertanian dan pekebunan.
Pertanian merupakan aktivitas utama bagi kehidupan ekonomi penduduk dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Aktivitas penduduk di bidang pertanian dilakukan oleh sebagian besar penduduk
karena sebagian besar penduduk mengusahakan ketersediaan bahan pangan yang
menjadi sumber kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Berbagai cara
pemanfaatan lahan yang dilakukan diantaranya untuk perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Tujuan utama dari usaha-usaha tersebut ialah
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sektor perkebunan yang meliputi kopi, kakao, karet, sawit, dan lada mempunyai
prospek yang cukup baik bagi kehidupan petani. Salah satu komoditas perkebunan
yang memiliki produksi cukup tinggi dan mampu mendukung perekonomian
Indonesia yaitu komoditas lada.
2
Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang
diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang ataupun jasa.
Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil
(jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,
modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil
tersebut. Produktivitas diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara
keluaran dan masukan. Produktivitas bertambah bila ada penambahan secara
profesional dari nilai keluaran per masukan. Bila input dalam keadaan konstan,
sedang keluaran yang dihasilkan terus bertambah, maka hal ini akan menunjukkan
bahwa sumber-sumber efektif dan efisien. (http://danilsetiawan.com/materi-apkproses-produksi-dan produktivitas). Berikut adalah data luas area, produksi dan
produktivitas lada di Indonesia Tahun 2011-2012.
Tabel 1. Data Luas Area, Produksi dan Produktivitas Lada di Indonesia Tahun
2011-2012.
No
Tahun
Luas
Produksi
Produksi
Areal
(Ton)
(Kg/Ha)
(Ha)
1
2011
177.490
87.089
490
2
2012
178.622
88.160
494
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Produktivitas
(Kg/Ha)
784
785
Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011
produksi lada mencapai 87.089 Ton atau 490 kg/Ha dengan produktivitas 784
kg/ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 88.160 Ton atau 494 kg/ha dengan
produktivitas 785 kg/Ha. Lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual
tersendiri karena cita rasanya yang khas. Devisa negara dari ekspor lada sekitar
US$ 49,566 juta. Selain sebagai sumber devisa, usaha tani lada juga merupakan
3
penyedia lapangan kerja dan sumber bahan baku industri dalam negeri dengan
melibatkan sekitar 312.619 kepala keluarga petani (Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan 2012).
Lada Tumbuh dan dibudidayakan hampir diseluruh propinsi di Indonesia, Daerah
sentra produksi lada nasional meliputi Propinsi Lampung, Propinsi Bangka
Belitung, Propinsi Kalimantan Barat, dan Propinsi Kalimantan Timur dimana
masing-masing memberikan kontribusi produksi sebanyak 29,8%, 44,2%, 3,4%,
dan 8,3% terhadap produksi nasional pada tahun 2008.
Pengembangan komoditas perkebunan lada diharapkan dapat menjadi penggerak
perekonomian masyarakat, dan sebagai salah satu penghasilan pokok warga serta
menjadi devisa melalui kegiatan ekspor komoditas perkebunan. Lada merupakan
salah satu komoditas perkebunan unggulan yang tersebar hampir di seluruh
kabupaten di Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung merupakan salah satu
provinsi di
Indonesia yang
mengusahakan pertanian dan perkebunan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu 62,19% atau sebesar
1.679.602 jiwa (Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2012:61).
Komoditas unggulan perkebunan di setiap Kabupaten di Provinsi Lampung
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi alam yang mendukung
perkembangan dari setiap tanaman perkebunan. Sesuai dengan salah satu konsep
geografi yaitu diferensiasi areal, di mana setiap daerah memiliki perbedaan
dengan wilayah lainnya baik kehidupan penduduknya maupun kondisi alamnya.
4
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari keadaan iklim, tanah, perairan, tumbuhtumbuhan dan alam lingkungan secara keseluruhan.
Kondisi alam di setiap wilayah tidak sama sehingga akan menyebabkan perbedaan
terhadap tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah tersebut.
Pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah jenis tanaman yang dibudidayakan
akan berbeda. Ada tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah
dataran rendah dan ada juga tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan maksimal
pada daerah dataran tinggi.
Ketinggian tempat secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan hasilnya. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan kondisi
lingkungan. Perbedaan kondisi yanga mencolok adalah faktor iklim (curah hujan,
suhu, dan kelembapan udara).
Lada dapat berkembang dengan baik apabila hidup pada dataran rendah yaitu pada
ketinggian kurang dari 200 mdpl. Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah
berpasir serta lempung yang kaya humus (bahan organik), dengan pH netral.
Lada kurang cocok dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam.
Dengan demikian, produksi lada di dataran rendah berbeda nyata dengan produksi
lada di dataran tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan produksi lada di
setiap kabupaten yang mengusahakan pertanian lada dapat dilihat pada Tabel 2
berikut:
5
Tabel 2. Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Provinsi Lampung Tahun 2012
No
Luas
Produksi Produksi
Area (Ha)
(Ton)
(Kg/Ha)
1 Lampung Utara
24.288
10.792
444
2 Way Kanan
12.083
3.210
265
3 Lampung Timur
8.865
2.976
335
4 Lampung Barat
9.083
2.995
329
5 Tanggamus
5.698
1.207
211
Rata-rata
12.003
4236
317
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Kabupaten
Produktivitas
(Kg/Ha)
543
450
418
430
322
433
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dijelas bahwa terdapat perbedaan produksi di
setiap kabupaten. Dari 5 kabupetan yang menjadi sentra lada di Propinsi Lampung
memiliki produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan produktivitasnya. Hal
ini menunjukkan bahwa tanaman lada sudah tidak dapat menghasilkan atau
berproduksi sesuai dengan yang seharusnya (produktivitas). Keadaan seperti ini
secara umum disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dipengaruhi oleh kondisi
alam, keadaan iklim, pengolahan lahan, perawatan, usia tanaman lada serta lain
sebagainya. Kabupaten Lampung Utara menghasilkan produksi lada paling
banyak dibandingkan dengan Kabupaten Way Kanan, Lampung Timur, Lampung
Barat, dan Tanggamus.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Utara bekerja pada sektor
pertanian. Jenis pertanian yang diusahakan penduduk mencakup subsektor
tanaman perkebunan adapun jenis perkebunan yang diusahakan adalah lada, kopi,
cengkeh, kelapa dalam dan kelapa hibrida.
6
Luas area dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Lampung Utara pada
tahun 2012 sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lada memiliki luas area 24.288 /Ha dengan jumlah produksi 10.792
Kopi memiliki luas area 21.412 /Ha dengan jumlah produksi 12.298.
Karet memiliki luas area 25.957 /Hadengan jumlah produksi 9.2773.
Cengkeh memiliki luas area 296 /Ha dengan jumlah produksi 278.
Kelapa dalam memiliki luas area 3.306 /Ha dengan jumlah produksi 2.286.
Kelapa hibrida memiliki luas area 44 /Ha dengan jumlah produksi 2.
(BPS Kabupaten Lampung Utara, 2012:143-144)
Berikut adalah beberapa kecamatan di kabupaten Lampung Utara yang menjadi
sentra lada:
Tabel 3.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012
No
Luas Area
Produksi
(Ha)
(kg/ha)
1
Abung Kunang
2530
450
2
Bukit Kemuning
2655
445
3
Sungkai Barat
2873
487
4
Abung Tinggi
2755
438
5
Abung Barat
3368
444
6
Sungkai Selatan
2631
446
7
Pekurun
2587
381
8
Abung Selatan
2761
490
9
Propau
2128
407
Total
24288
3988
Rata-rata
2698,67
443,1
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Kecamatan
Produktivitas
(kg/ha)
462
486
532
464
540
475
469
515
446
4389
487,67
Salah satu kecamatan sentra lada di Kabupaten Lampung Utara yang memiki area
tanam lada paling luas sekaligus memiliki produktivitas paling tinggi (540kg/Ha)
tetapi produksinya kurang tinggi (444kg/Ha) adalah Kecamatan Abung Barat.
Berikut adalah beberapa desa di Kecamatan Abung Barat yang menjadi sentra
lada:
7
Tabel 4.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Kecamatan Abung Barat Tahun 2012.
No
Luas Area
Produksi Produktivitas
(Ha)
(kg/Ha)
(kg/Ha)
1
Ogan Lima
365
444
537
2
Kistang
346
470
520
3
Kamplas
358
445
514
4
Cahya Negri
357
485
512
5
Way Kakak
321
480
509
6
Simpang Abung
350
417
481
7
Talang Baru
358
421
473
8
Talang Palembangan
257
414
496
9
Sabok
311
400
485
10
Sindang Marga
345
453
480
Total
3368
3368
4429
Rat-rata
336,8
336,8
442,9
Sumber: BPS Kabupaten lampung Utara Tahun 2012.
Desa
Kecamatan Abung Barat sendiri terdiri dari beberapa desa dan salah satunya
adalah Desa Ogan Lima. Tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan di
Desa Ogan Lima adalah perkebunan lada. Desa Ogan Lima merupakan daerah
yang memiliki topografi datar yaitu berada pada 180 mdpl (Monografi Desa Ogan
Lima, 2012). Secara umum lada dapat kembang dengan baik apabila hidup pada
dataran rendah yaitu pada ketinggian kurang dari 200 m dpl. Pada ketinggian ini
lada dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik, dapat menghasilkan
buah yang sangat lebat, pertumbuhan tunas juga relatif lebih cepat 1-1,5 bulan
dibanding daerah pengunungan dan dataran tinggi dan kematangan buah pun lebih
cepat serta serentak (T. Saripan, 2012:11). Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa Desa Ogan Lima dan sekitarnya merupakan daerah yang
sangat cocok untuk perkebunan lada.
Desa Ogan Lima merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Abung Barat
yang memiliki luas wilayah 1361 Ha. Desa Ogan Lima memiliki luas perkebunan
8
676 Ha. Di Desa Ogan Lima didominasi oleh perkebunan lada. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut:
Tabel 5. Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Perkebunan yang Diusahakan di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012
No
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Presentase (%)
1.
Kelapa sawit
8
1,2
2.
Kopi
303
44,8
3.
Lada
365
54
Total
676
100
Sumber: Profil Desa Ogan Lima Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 5, maka Desa Ogan Lima merupakan daerah yang potensial
untuk dijadikan perkebunan lada hal ini dikarenakan dari sebagian besar luas arel
di Desa Ogan Lima adalah area perkebunan lada yang mencapai 365 ha (54%)
dari seluruh total luas perkebunan di Desa Ogan Lima. Dengan jumlah keluarga
yag memiliki tanah perkebunan 907 jiwa. Masyarakat Desa Ogan Lima yang
berprofesi sebagai petani lebih banyak dibandingkan dengan profesi yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian Pokok di Desa Ogan
Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
No
Mata Pencarian
Jumlah penduduk (jiwa) Persentase(%)
1
Petani campuran
664
62
2
Petani yang menanam lada
243
23
3
Buruh tani
86
8,04
4
Pegawai negeri sipil
15
1,4
5
Montir
15
1,4
6
POLRI
5
0,5
7
PensiunanPNS/TNI/POLRI
8
0,74
8
Pengusaha kecil dan
20
1,9
menengah
9
Jasa pengobatan alternatif
1
0,1
10 Pengusaha besar
13
1,2
Total jumlah penduduk
1070
100
Sumber: Profil Desa Ogan Lima tahu 2012
9
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang mendominasi mata
pencarian penduduk di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat adalah
pertanian lada dengan luas lahan garapan yang diusahakan mencapai 365 Ha
sehingga menjadi mata pencarian penduduk yang paling dominan.
Pekerjaan sebagai petani lada merupakan mata pencaharian pokok di Desa Ogan
Lima. Lada merupakan tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan
terhadap pendapatan dari hasil penjualan produksi lada ini sangat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan mereka. Dari hasil bertani lada inilah petani dapat
memperoleh pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk keperluan seharihari dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarganya. Kebutuhan pokok yang
dimaksud dalam hal ini yaitu kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan yang
sangat penting guna kelangsungan hidup, yang terdiri dari sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara pra survey
terhadap beberapa petani kebun lada, peneliti mendapatkan gambaran tentang
kondisi kebun lada di Desa Ogan Lima. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
Tabel 7. Petani Lada Berdasarkan Luas Lahan, Hasil Panen, Pendapatan Kotor Per
Panen Lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten
Lampung Utara tahun 2012.
No
Nama Petani
Luas Lahan Hasil Panen
Pendapatn Kotor Per
(Hektar)
(Ton)
Panen
(Harga Rp. 45.000/ kg)
1
Kabarudin
3
10 Rp. 450.000.000
2
Saproni
2
2 Rp. 90.000.000
3
Zulkifli
5
10 Rp. 450.000.000
4
Hayat
2
4 Rp. 180.000.000
5
Bukroni
3
4 Rp. 180.000.000
6
Bakri
1
2,3 Rp. 103.500.000
Jumlah
16
21,3 Rp. 1.453.500.000
Rata-rata
2,67
1,33 Rp. 242.250.000
Sumber: Data Primer 2012
10
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa luas lahan garapan yang
dimiliki oleh petani lada berbeda-beda dari lahan yang sempit 1 Ha sampai
dengan yang luas 5 Ha dan rata-rata lahan yang dimiliki 2,67 Ha. Hasil pra survey
juga menunjukkan bahwa petani lada di Desa Ogan Lima memiliki penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat terlihat
dari penghasilan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 242.250.000 dalam
waktu 1 tahun. Penghasilan tersebut adalah penghasilan kotor petani lada. Dari
data di atas juga dapat diketahui bahwa setiap kepala keluarga memiliki
penghasilan yang berbeda. Selain itu, petani yang memiliki lahan garapan lebih
luas belum tentu akan mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan
petani yang memiliki lahan garapan yang tidak begitu luas.
Besarnya modal usaha yang dikeluarkan petani lada di Desa Ogan Lima
dipengaruhi oleh luasnya lahan garapan yang dimiliki oleh petani, semakin luas
lahan garapan maka biaya pemeliharaan semakin tinggi.
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keadaan usaha tani
petani lada, karena berhubungan langsung dengan aktivitas usaha tani yang
dikelolanya. Pada umur yang relatif muda petani mempunyai kemampuan fisik
yang lebih besar dalam melakukan kegiatan usaha taninya sehingga akan
berpengaruh pula terhadap pendapatan. Sebaliknya, petani yang lanjut usia
kemampuan fisiknya semakin berkurang dalam melakukan kegiatan usaha
taninya.
Pendidikan merupakan salah satu sarana penunjang dalam usaha meningkatkan
hasil produksi, pendidikan yang dimiliki petani lada akan mempermudah dalam
11
hal mengetahui teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usaha
perkebunannya. Selain pendidikan formal, pengetahuan mengenai pertanian juga
dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan baik melalui
petugas penyuluh lapangan, media elektronik, dan sumber bacaan lain.
Pendapatan kepala keluarga juga akan berpengaruh terhadap pendidikan formal
yang ditempuh anggota keluarganya. Semakin tinggi pendapatan petani maka
kemungkinan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi
akan lebih besar, walaupun belum tentu kepala keluarga yang berpendapatan
tinggi anaknya disekolahkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, hal itu
disebabkan budaya warisan yang masih melekat pada keluarga petani yang
beranggapan sekolah itu kurang penting selagi memiliki lahan pertanian yang
cukup luas. Sebaliknya ada beberapa keluarga petani lada yang berpenghasilan
sedang tetapi mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan
tinggi karena petani tersebut beranggapan dengan bersekolah dapat memperbaiki
taraf hidup keluarganya.
Besar kecilnya pendapatan petani dapat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok
rumah tangganya. Semakin rendah tingkat pendapatan menyebabkan petani akan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,
kesehatan dan pendidikan.
Jumlah tanggungan keluarga juga mempengaruhi kesempurnaan dan kebahagiaan
hidup dalam suatu rumah tangga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga
maka akan menyebabkan makin besar pula jumlah pengeluaran untuk pemenuhan
kebutuhan pokok. Dengan keadaan demikian petani yang berpenghasilan rendah
12
akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena
kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah yang kemungkinan berkaitan dengan karakteristik sosial
ekonomi petani lada di Desa Ogan Lima adalah sebagai berikut:
1.
Umur kepala keluarga petani lada,
2.
Tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada,
3.
Luas kepemilikan lahan,
4.
Modal usaha tani,
5.
Tingkat pendapatan,
6.
Jumlah tanggungan kepala keluarga,
7.
Pemenuhan kebutuhan pokok.
13
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Berapakah umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima Kecamatan
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
2.
Bagaimanakah tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?
3.
Berapakah rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012 ?
4.
Berapakah jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada untuk
melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
5.
Berapakah rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa Ogan
Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
6.
Berapakah rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?
7.
Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012 ?
14
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1.
Untuk mengetahui umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
2.
Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012.
3.
Untuk mengetahui rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012.
4.
Untuk mengetahui jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada
untuk melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
5.
Untuk mengetahui rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
6.
Untuk mengetahui rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012.
7.
Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada
di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012.
15
E. Kegunaan Penelitian
1.
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Universitas Lampung tahun 2013.
2.
Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Perguruan
Tinggi.
3.
Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA kelas X semester II pokok
bahasan sumber daya manusia.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang lingkup subjek penelitian adalah kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
2.
Ruang lingkup objek penelitian adalah karakteristik sosial ekonomi petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
3.
Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
4.
Ruang lingkup ilmu adalah geografi sosial.
Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya
aspek keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur
kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).
Digunakan geografi sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena
penelitian ini berkaitan dengan karakteristik penduduk dalam hal ini adalah petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
16
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan, (Ikatan Geografi Indonesia). Fenomena geosfer yang dimaksud adalah
gejala-gejala yang ada di permukaan bumi, baik lingkungan alamnya ataupun
mengenai makhluk hidupnya termasuk manusia dengan segala aktivitasnya guna
memenuhi kebutuhan hidup, sebagai contoh kegiatan pertanian.
Menurut N. Daljoeni (1996:306), Geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik
dan manusia. Geografi fisik adalah cabang geografi yang mempelajari tentang
gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, udara dan segala prosesnya.
Geografi manusia adalah cabang geografi yang mempelajari tentang aspek-aspek
keruangan gejala di permukaan bumi, meliputi geografi ekonomi, politik,
pemukiman, kependudukan, dan geografi sosial.
Sehubungan dengan penelitian tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada
di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara ilmu
geografi sangat berperan penting dalam mendeskripsikan fenomena-fenomena
fisik maupun sosial di permukaan bumi secara teliti, terarah dan harus rasional
khususnya mengenai keberadaan lokasi yang berbeda-beda di permukaan bumi
sebagai tempat beraktivitas dan tempat hidup manusia.
17
Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya aspek
keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan
dan kemasayarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).
2.
Pengertian Petani Lada
Petani adalah orang yang melakukan usaha di bidang pertanian yaitu dengan
mengusahakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997:1008) yang dimaksud petani adalah orang yang
pekerjaannya bercocok tanam. Arti kata tani yaitu mata pencarian dalam hal
bercocok tanam (mengusahakan tanah dengan tanam menanam).
Petani lada adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman lada, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti merica.
3.
Pengertian Tanaman Lada
Lada termasuk dalam family Piperaceae yang terdiri dari 10-12 genera atau marga
dan 1.400 spesies yang bentuknya beraneka ragam, seperti semak-semak, tanaman
menjalar, hingga pohon-pohonan. Tanaman lada yang terdapat di Indonesia terdiri
dari tiga jenis yaitu, jenis lada lampung, jenis lada bulok belitung, jenis lada
muntok (Rismunandar, 2000:6).
18
Lada merupakan tanaman dataran rendah sampai menengah (0 sampai dengan 600
mdpl). Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah berpasir serta lempung yang
kaya humus (bahan organik), dengan pH netral. Lada kurang cocok
dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam. Lahan-lahan bekas
tebangan hutan atau ladang sangat cocok untuk kebun lada. Sebagai tanaman
tropis, lada menghendaki air banyak, namun akarnya tidak tahan genangan.
Penanaman lada pada lahan bertanah lempung, sebaiknya disertai dengan sarana
drainase (pembuangan air) yang baik. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, lada
memerlukan sinar matahari penuh selama 12 jam per hari. Karenanya, penanaman
lada dengan tiang panjatan berupa pohon hidup akan sangat berpengaruh terhadap
hasil panen.
Menurut Rutgers dalam (Rismunandar, 2000:28) menyatakan bahwa lada dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia Bagian Barat, yaitu di
Sumatera, Sumatera merupakan daerah basah. Sebagian besar iklimnya bertipe A
dan B, hanya daerah pantai utara
Aceh beriklim tipe C. Curah hujan yang
diharapkannya tidak terlalu tinggi, cukup sekitar 3.000 mm per tahun.
Pada umumnya daerah lada di Lampung letaknya di dataran rendah misalnya:
Daerah Muntok dekat pantai. Daerah Kotabumi kurang lebih 32 mdpl. Daerah
Sukadana kurang lebih 28 mdpl. Daerah Teluk Betung kurang lebih 10 mdpl.
Dalam hakekatnya, tanaman lada bukan merupakan monopoli dari daerah
Lampung dan Bangka semata-mata, namun daerah lain juga merupakan daerah
yang potensial (Rismunandar, 2000:28).
19
Berdasarkan kondisi ekologi tanaman lada tersebut daerah Lampung mempunyai
lahan yang cocok, salah satu daerah penghasil lada di Lampung adalah Kabupaten
Lampung Utara yang mempunyai ketingian tempat 20–270 mdpl, oleh karena itu
tanaman lada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan dapat menjadi
sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar Propinsi Lampung.
Ciri-ciri lada Lampung adalah pertumbuhan seluruh tanaman kuat, dengan
cabang-cabang yang mendatar. Batang/cabang dan rantingnya kasar namun rapuh.
Daunnya besar-besar dan tipis. Mulai berbunga umur dua tahun. Saat berbunga
mengikuti gejolak musim dan tidak ada musim bunga tambahan. Mulai buah
besar, buah cukup padat sedangkan bijinya kecil-kecil dengan warna pias, dan
bentuknya merata. Mulai menghasilkan pada umur lima tahun, dan tahun-tahun
pertama produksinya tinggi, untuk kemudian menurun hinga batas waktu umur
optimum 20 tahun. Buah mulai masak/matang sembilan bulan setelah persarian.
Priode pemetikan buah 5-6 kali sekali panen. Untuk bibit dimanfaatkan cabang
orthorop yang relatif masih muda. Bibit muda ini mudah tumbuh dan cukup
toleran terhadap tanah yang kurang subur. Sangat peka terhadap penyakit kuning
dan busuk akar (Rismunandar, 2000:14).
4.
Karakteristik Sosial Ekonomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), karakteristik berasal dari
kata “karakter” yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat diartikan
sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Sedangkan menurut I Gusti
Ngurah Agung dan Akhir Matua Harahap dalam Aris Ananta (1993:21),
20
karakteristik
sosial
adalah
pencirian
atau
penggambaran
jenis-jenis
pengelompokan berdasarkan aspek sosial mencakup: modal usaha tani, umur,
pendidikan, jumlah anak, jumlah tanggungan, sedangkan karakteristik ekonomi
meliputi, pekerjaan tambahan, pendapatan rumah tangga, dan pemenuhan
kebutuhan pokok minimum.
Sehubungan dengan karakteristik sosial ekonomi yang akan diteliti maka berikut
ini disajikan kajian teori yang berhubungan dengan:
a.
Umur Kepala Keluarga Petani Lada
Umur kepala keluarga berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut
tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok
rumah tangga. Apabila usia kepala keluarga sudah tidak produktif lagi
kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya tenaga atau
kemampuan seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan. Sebaliknya jika kepala
keluarga usianya masih produktif memungkinkan untuk seseorang bekerja lebih,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Menurut Lukman Ali (1997:480) kepala keluarga adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap satu keluarga (biasanya bapak). Sedangkan umur adalah seseorang
pada saat ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu identitas dari
seseorang (Kartono Wirosuharjo dkk 1985:56).
Ruslan H. Prawiro (1983:48) membagi menjadi 3 golongan utama untuk
menunjukan struktur penduduk, antara lain yaitu golongan muda dengan umur 14
tahun ke bawah, golongan penduduk produktif dengan umur 15-64 tahun, dan
golongan umur tua berumur 65 tahun ke atas. Umur kepala keluarga pada saat
21
penelitian ini dilaksanakan dikelompokan dalam usia produktif dan tidak
produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai berikut:
Golongan produktif
: yaitu berumur 15-64 tahun
Golongan tidak produktif
: yaitu berumur 65 tahun ke atas.
b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada
Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, yang dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun
informal.
Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata
pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan
pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga
rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya
skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan
diperoleh.
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal
yang ditempuh oleh kepala keluarga petani lada, dalam hal ini adalah kepala
keluarga petani lada. Masalah pemerataan pendidikan untuk keluarga petani
menjadi salah satu permasalahan penting yang dihadapi pemerintah. Dalam UU
RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang sistem pendidikan bahwa
pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang pendidikan yaitu:
1.
2.
3.
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah atas
Pendidikan tinggi
= Tamat SD, MI, SMP dan MTs
= Tamat SMA, MA, dan SMK
= Tamat Perguruan Tinggi/PT
22
Tinggi rendahnya pendidikan formal yang ditempuh petani sedikit berpengaruh
terhadap pola pertanian yang diterapkan petani tersebut. Petani yang
berpendidikan tinggi akan cenderung menerapkan inovasi atau penemuan baru
guna lebih meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Petani yang berpendidikan
rendah biasanya sulit menerapkan pola pertanian moderen yang berbasis teknologi
dan hanya memilih menerapkan pola pertanian lama sesuai dengan pengetahuan
turun temurun yang dimilikinya. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat
pendapatan petani yang berdampak juga terhadap pemenuhan kebutuhan
pokoknya.
c.
Luas Kepemilikan Lahan Keluarga Petani Lada
Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan kebun lada yang diusahakan
petani lada. Pada umumnya luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh
terhadap pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan
semakin besar. Luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan
petani. Semakin luas lahan tingkat pendapatan mungkin akan
semakin besar. (Sayogyo, 1987:102), mengemukakan bahwa makin luas usaha
tani makin besar persentase penghasilan rumah tangga, maka jelaslah bahwa luas
lahan memegang peranan penting terhadap besarnya pendapatan petani dan bila
sebaliknya petani mempunyai tanah yang sempit atau tidak bertanah merupakan
beban usaha pada sektor pertanian.
Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan
yaitu perkebunan lada yang digarap oleh kepala keluarga petani lada. mengingat
23
pentingnya lahan pertanian bagi petani, kepemilikan luas lahan merupakan salah
satu permasalahan yang dapat menekan tingkat perekonomian para petani. Luas
lahan garapan dapat digolongkan menjadi 3 golongan menurut Fadholi Hernanto
(1989:46), yaitu:
1) Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar.
2) Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar.
3) Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 hektar.
Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa sempitnya luas lahan pertanian
akan menyebabkan hasil usaha tani dan pendapatan dari usaha tersebut menjadi
kecil atau dengan kata lain, apabila lahan yang digarap luas maka pendapatan pun
akan cenderung lebih meningkat.
d. Modal Usaha Tani Lada
Kepemilikan modal yang cukup merupakan salah satu syarat yang penting dalam
keberhasilan kegiatan pertanian. Menurut pengertian ekonomi, modal adalah
barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja
menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian.
Menurut Hadi Prayotno dan Lincolin Arsyad (1987:106) modal usaha tani terdiri
dari modal tetap (tanah, bangunan, mesin-mesin dan inventaris lainnya), dan
modal kerja untuk pembelian input variabel yang digunakan dalam proses
produksi. Penciptaan modal oleh petani melalui dua cara, pertama dengan
menyisihkan kekayaan atau sebagian hasil produksi untuk disimpan dan
24
diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua,
melalui pinjaman kredit dari bank atau sumber lain.
Penggunaan modal akan diukur berdasarkan banyaknya uang yang dipakai dalam
pembelian pupuk, bibit, obat-obatan upah tenaga kerja serta ongkos lainnya yang
ada kaitannya dengan usaha tani yang dinyatakan dengan uang. Untuk lebih
jelasnya tentang rincian biaya dari mulai awal tanam perkebuanan lada dapat
dilihat penjelasan sebagai berikut:
Tabel 8. Biaya Operasional Tanam Lada Per Ha Per Tahun
No
1
Uraian Biaya
Biaya Operasional Tahun Pertama
a. Persiapan lahan
1. Pengukuran luas Areal 3 Pekerja
2. Pembukaan dan pembersihan Lahan 24
Pekerja
3. Penentuan Jarak Tanam Ideal 8 Pekerja
4. Pembuatan Lubang tanam 20 Pekerja
b. Peralatan
1. Parang (Golok 2 buah) @ Rp. 15.000,00
2. Cangkul 2 Buah @ Rp. 25.000,00
3. Benag Diameter 2 mm, 1 rol
4. Tali rapia gulungan besar, 1 gulungan
5. Sprayer gendong 1 buah
c. Pupuk Dasar dan Kapur Dolomit
1. Kotoran kyam Kering steril 900 kg @
Rp.300.000,00
2. NPK mutiara 20 Kg @Rp.4000,00
3. Kapur Dolomit 250kg @ Rp. 800,00
4. Pupuk Urea 300 kg @ Rp. 1.300,00
d. Obat-obatan
1. Insektisida 4 liter @Rp.50.000,00
2. Fungsida 3 liter @ Rp. 45.000,00
3. Bakterisida 2 liter @ Rp.50.000,00
4. Zat perekat dan perata 1 liter @
Rp.25.000,00
Jumlah Rp
Rp.45.000,00
Rp.360.000,00
Rp.120.000,00
Rp.300.000,00
Rp.30.000,00
Rp.50.000,00
Rp.5.000,00
Rp.6.000,00
Rp.250.000,00
Rp.270.000,00
Rp.80.000,00
Rp.200.000,00
Rp.390.000,00
Rp.200.000,00
Rp.135.000,00
Rp.100.000,00
Rp.25.000,00
25
e. Tajar Mati Sementara
1. Tajar mati sementara 1800 buah @
Rp.500,00
f. Tenaga Kerja
1. Penanaman 1.800 bibit @ Rp.200,00
2. Pemasangan peneduh Bibit 1.800 @ Rp.
150,00
3. Pengapuran dasar (dolomit) 2 Pekerja
4. Pemupukan dasar (pupuk kandang dan
NPK) 5 Pekerja
5. Pemasangan tajar mati sementara 1.800
buah @ Rp.50,00
6. Penggemburan tanah dipangkal tanaman
20 Pekerja
7. Pengikatan sulur pada tajar 15 Pekerja
8. Penyiangan mulsa hinga umur 1 tahun 50
Pekerja
9. Penyemprotan pestisida 7 Pekerja
10. Penyiraman 20 Pekerja
Rp.900.000,00
Rp.360.000,00
Rp.270.000,00
Rp.30.000,00
Rp.75.000,00
Rp.90.000,00
Rp.300.000,00
Rp.225.000,00
Rp.750.000,00
Rp.105.000,00
Rp.300.000,00
g. Pengadaan saung/gubuk penyimpanan
alat
Rp.1.000.000,00
2
Total Opeasional tahun Pertama
Biaya Operasioanl tahun ke 2
a. Tajar Hidup Permanen 1800 Batang @
Rp.750,00
b. Obat obatan (seperti tahun 1)
c. Pupuk dan kapur dolomit
1. Kotoran ayam 1500 kg @ Rp.300,00
2. Pupuk urea 300 kg @ Rp.1.300,00
3. KCL 200 kg @ Rp.1.500,00
4. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00
d. Tenaga Kerja
1. Pemotongan tanaman umur 11 bulan 8
Pekerja
2. Pencabutan tajar mati dan pemasangan
tajar hidup 10 Pekerja
3. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 50
Pekerja
4. Pengikatan sulur pada tajar hidup 25
HKP
5. Penyulaman tanaman lada mati 4
Pekerja
6. Pemupukan 10 Pekerja
7. Pemangkasan sulur tidak bercabang 5
Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 2
Rp.6.971.000,00/Ha
Rp.1.350.000,00
Rp.460.000,00
Rp.450.000,00
Rp.390.000,00
Rp.300.000,00
Rp.200.000,00
Rp.120.000,00
Rp.150.000,00
Rp.750.000,00
Rp.375.000,00
Rp.60.000,00
Rp.150.000,00
Rp.75.000,00
Rp.4.830.000,00/Ha
26
3
Biaya Operasioanl tahun ke 3
a. Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit
8. Kotoran ayam 100 kg @ Rp.300,00
9. Pupuk urea 400 kg @ Rp.1.300,00
10. TSP 500 kg @ Rp.2.200,00
11. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00
c. Tenaga Kerja
1. Pemeliharaan dan pemangkasan tajar
hidup 15 Pekerja
2. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 50
Pekerja
3. Pengikatan dan pemeliharaan sulur 27
Pekerja
4. Panen 50 Pekerja
5. Perendaman, pencucian, penjemuran
buah 60 Pekerja
6. Pemupukan 10 Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 3
4
Rp.300.000,00
Rp.520.000,00
Rp.1.100.000,00
Rp.200.000,00
Rp.2250.000,00
Rp.750.000,00
Rp.105.000,00
Rp.750.000,00
Rp.900.000,00
Rp.150.000,00
Rp.5.946.000,00/Ha
Biaya Operasioanl tahun ke 4
a. Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c. Tenaga Kerja
1. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 30
Pekerja
2. Pemupukan 10 Pekerja
3. Pemeliharaan dan pemagkasan tajar
hidup 15 Pekerja
4. Panen 60 Pekerja
5. Perendaman, pencucian, penjemuran
buah 40 Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 4
5
Rp.460.000,00
Rp.460.000,00
Rp.2.120.000,00
Rp.450.000,00
Rp.150.000,00
Rp.225.000,00
Rp.900.000,00
Rp.600.000,00
Rp.4.905.000,00/Ha
Biaya Operasioanl tahun ke 5
a.Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)
d. perbaikan gubuk penyimpanan alat
Total Operasional Tahun Ke 5
Rp.460.000,00
Rp.2.120.000,00
Rp.2.325.000,00
Rp.200.000,00
Rp.5.105.000,00/Ha
27
6
Biaya Operasioanl tahun ke 6
a.Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)
Total Operasional Tahun Ke 6
7
8
Rp.460.000,00
Rp.2.120.000,00
Rp.2.325.000,00
Rp.4.905.000,00/Ha
Biaya Operasioanl tahun ke 7 hingga ke 10 Rp.19.620.000,00/Ha
(seperti tahun ke 6) 4 tahun @
Rp.4.905.000,00
Total Biaya selama 10 Tahun
Rp.52.282.000,00/Ha
Sumber: T. Saripan (2004:123).
Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang
dikeluarkan dari tahun 1 sampai tahun ke 5. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat diklasifikasikan biaya produksi lada setelah tanaman menghasilkan adalah
sebagai berikut:
a.
Biaya produksi tinggi ≥ Rp.27.757.000,00/Ha
b.
Biaya produksi rendah < Rp.27.757.000,00/Ha
e.
Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada
Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga
dalam masyarakat yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan
keluarga. Pendapatan ini bisa berupa uang atau barang, baik dari pihak lain atau
hasil sendiri (Masri Singarimbun, 1987: 24). Besar kecilnya pendapatan itu sendiri
akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang
bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil Salim (1994:44), bahwa rendahnya
28
pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
Menurut (Mulyanto Sumardi dkk, 1982: 224) pendapatan dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu:
1. Pendapatan pokok merupakan pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil
yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga
2. Pendapatan tembahan merupakan hasil pendapatan yang tidak tetap namun
hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan tiap bulan.
3. Pendapatan keseluruhan merupakan pendapatan pokok ditambah pendapatan
tambahan yang diperoleh pada setiap bulan.
Sehubungan dengan pendapatan petani pada akhir panen petani akan menghitung
hasil kotor produksinya, tetapi tidak semua hasil diterima petani, hasil itu
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan petani untuk produksi taninya
seperti pembelian pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan, dan sebagainya. Setelah
dikurangi biaya-biaya tersebut maka petani memperoleh pendapatan bersih.
Jadi pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan
petani lada yang berupa pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah pendapatan
kotor yang diperoleh petani lada setelah dikurangi biaya-biaya produksi dinilai
dalam rupiah dan dihitung dalam waktu satu tahun.
Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokkan menjadi 2 kriteria,
berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu:
1.
Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata apabila
pendapatan rumah tangga kurang dari pendapatan tara-rata responden di
lokasi penelitian.
29
2.
Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata, apabila pendapatan rumah
tangga lebih dari atau sama dengan pendapatan rata-rata responden di lokasi
penelitian.
f.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan
keluarga atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun
ditangung (Ridwan Halim, 1990:12). Adapun yang dimaksud dengan jumlah
tanggungan keluarga adalah jumlah orang dalam keluarga yang hidupnya
ditanggung kepala keluarga.
Ada kecenderungan keluarga berpendapatan rendah memiliki jumlah anak lebih
banyak dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan tinggi. Hal ini tentu
saja akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan
rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga
harus menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat
menimbulkan beberapa permasalahan pada keluarga miskin. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang
disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya. Jumlah tanggungan menurut Abu Ahmadi (2007:231), dapat
digolongkan sebagai berikut:
a.
b.
Satu keluarga dinyatakan besar apabila dalam keluarga terdiri dari suami, istri
dan ≥3 orang anak.
Suatu keluarga dinyatakan kecil apabila dalam keluarga terdiri dari suami,
istri dan